• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Peristiwa Stress

Dalam dokumen 'i'. '. ;: *-.**'i.',;;*^"*t*1'-- \ (Halaman 21-40)

2. Distres

Biasa dikenal dengan stress yang buruk. Jika orang mengeluhkan dirinya stress, biasanya orang mengeluhkan stress tipe ini. Stress ini biasanya menimbulkan akibat yang buruk pada penderitanya seperti pengurasan energi secara berlebihan bahkan menimbulkan penyakit atau gangguan psikosomatis.

2.2 Karakteristik Peristiwa Stress

Stres merupakan realitas kehidupan manusia

setiap harinya dan manusia tidak bisa

menghindarinya sebagai bagian dari pengalaman hidup. Dalam peristiwa stres ada keadaan yang menjadi sumber stress ada ang mengalami stres dan ada hubungan antara orang yang mengalami stres dengan hal yang menjadi penyebab stres.

15

Adapun beberapa peristiwa yang dapat menjadi sumber stres adalah:

1. Peristiwa Traumatik

Maksud dari peristiwa traumatrik adalah situasi bahaya yang ekstrem di luar rentang pengalaman manusia pada umumnya.

2. Peristiwa yang tidak dapat dikendalikan

Maksud dari peristiwa yang tidak dapat dikendalikan adalah situasi di mana seseorang mengalami peristiwa besar yang sangat berat dan mengakibatkan orang tersebut tidak dapat mengendalikannya.

2.3 Reaksi Psikologis Terhadap Stres

Stres dapat menimbulkan reaksi psikologis seperti berikut:

1. Kecemasan

Respon yang paling umum bagi yang mengalami stres adalah kecemasan, yaitu emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan rasa seperti khawatir, prihatin, tegang, dan takut,

16

yang mana semua itu akan dialami oleh manusia dengan tingkatan yang berbeda-beda. Individu

yang mengalami peristiwa diluar rentang

penderitaan manusia normal akan mengalami suatu kumpulan gejala yang berat yang berkaitan dengan kecemasan disebut gangguan stres pascatraumatik yang gejalanya adalah mati rasa, mimpi berulang-ulang, gangguan tidur, sulit berkonsentrasi dan kesiagaan yang berlebihan.

2. Kemarahan dan Agresi

Reaksi ini akan timbul jika usaha seseorang

untuk mencapai tujuan terhalang lalu

menimbulkan dorongan agresi dan selanjutnya termotivasi untuk melakukan indakan agresif.

3. Apati dan Depresi

Reaksi seseorang dalam menghadapi stres yaitu dengan menarik diri dari lingkungan. Hal ini akan menyababkan depresi apabila berlangsung lama karena orang tersebut tidak berhasil mengatasi masalahnya.

17

4. Gangguan Kognitif

Reaksi dari gangguan kognitif ini antara lain seseorang sulit untuk berkonsentrasi dan sulit mengorganisir pikiran secara logis yang akibatnya kemampuannya untuk melakukan pekerjaan yang kompleks menjadi tidak baik.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres

Atkinson (1983) mengemukakan beberapa faktor yang menentukan berat tidaknya peristiwa yang penuh stres yang dialami seseorang, antara lain:

1. Predictability

Kemampuan yang dapat memprediksikan timbulnya kejadian stres – walaupun yang bersangkutan tidak dapat mengontrolnya – biasanya mengurangi stress yang lebih parah. Penelitian menunjukkan bahwa orang lebih suka pada kejadian yang tidak menyenangkan tapi dapat diperkirakan daripada yang tidak dapat diperkirakan.

18 2. Kontrol atas jangka waktu

Kemampuan mengendalikan jangka waktu kejadian yang penuh stres juga mengurangi kerasnya stres. Kepercayaan bahwa kita dapat mengendalikan jangka waktu suatu kejadian yang

tidak menyenangkan tampaknya dapat

mengurangi perasaan cemas, sekalipun jika kendali itu tidak pernah dilaksanakan atau kepercayaan itu salah.

3. Evaluasi kognitif

Kejadian penuh stres yang sama mungkin dihayati secara berbeda oleh dua orang, tergantung pada situasi apa yang berarti kepada seseorang atas fakta-fakta itu. Penghayatan seseorang atas kejadian yang penuh stres juga melibatkan penilaian tingkat ancaman. Situasi yang ditanggapi sebagai ancaman terhadap kelangsungan hidup atau terhadap harga diri seseorang menimbulkan stres yang tinggi.

4. Feeling of Competency

Kepercayaan seseorang atas kemampuannya menganggulangi situasi penuh stres merupakan

19

faktor utama dalam menentukan kerasnya stres. Jika seseorang tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika menghadapi situasi penuh stres, maka seseorang dapat kehilangan semangat.

5. Social Support

Dukungan emosional dan adanya perhatian

orang lain dapat membuat orang tahan

menghadapi stres. Perceraian, kematian orang yang dicintai, penyakit yang parah biasanya akan lebih sulit apabila dihadapi sendiri.

Faktor-faktor di atas, menentukan bagaimana intensitas kecemasan dan tingkat stres yang timbul dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi. Setiap orang mengalami stres dalam kapasitas dan cara yang berbeda. Dalam lingkup sekolah, siswa-siswi sekolah, walaupun menghadapi situasi yang sama, tapi tidak semuanya mengalami stres akademis.

BAB III

21

3

COPING

3.1 Pengertian Coping

Menurut Lazarus dan Folkman (1984) coping merupakan aspek yang penting bagi proses emosional dan kehidupan emosional manusia. Coping diartikan sebagai kemampuan mengatasi

masalah, berasal dari kata “coping” yang secara

harfiah berarti menanggulangi. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang atau individu pasti akan mengalami permasalahan yang akan mengganggu keseimbangan pikiran atau kognitif dan afektifnya. Kondisi tersebut akan menyebabkan sakit atau stres. Seseorang yang mengalami stress atau ketegangan psikologi dalam menghadapi masalah kehidupannya memerlukan kemampuan pribadi maupun dukungan dari lingkungannya agar dapat mengurangi stres.

Ada beberapa definisi coping menurut pakar-pakar psikologi antara lain:

22

Coping adalah suatuproses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan yang berasal dari individu tersebut maupun dari lingkungan dengan sumber-sumber

kekuatan yang mereka gunakan dalam

menghadapi stres.

2. Menurut Zilipowski

Coping adalah semua aktivitas kognitif dan motorik yang dilakukan oleh orang yang sakit untuk mempertahankan integritas tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi yang rusak, dan membatasi adanya kerusakan yang tidak bisa dipulihkan.

3. Menurut Keliat

Coping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, dan respon terhadap situasi yang mengancam.

4. Menurut Lazarus

Coping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal yang

23

melelahkan dan melebihi energi seorang

individu.

3.2 Jenis-Jenis Coping

Coping Stres dapat dibagi menjadi 2 macam:

1. Defensive Coping

Defensive Coping adalah salah satu cara seseorang dalam menghadapi stress, yaitu dengan lari dari masalah yang menimbulkan stres tersebut, baik secara fisik maupun psikologis. Menurut Freud, seluruh tipe

defensive coping merupakan penyesuaian diri

pada realitas yang tidak sehat. Kebanyakan pola defensive coping yang meliputi mental atau fisik merupakan pelarian dari situasi yang traumatis.

2. Direct Coping

Direct Coping adalah salah satu cara

seseorang dalam menghadapi stress, yaitu

dengan menghadapi permasalahan dan

mengatasinya. Direct coping meliputi

pengidentifikasian stres yang masuk (yang dihadapi), kemudian mengadakan perhitungan

24

cara untuk mengatasinya. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara selangkah demi selangkah.

25

BAB Iv

Bentuk-Bentuk

26

4

Bentuk-Bentuk Coping

Menurut Lazarus dan Folkman (1984), Bentuk-bentuk coping dapat dibedakan menjadi dua bagian besar berdasarkan tujuan atau intensi individu, yaitu:

4.1 Problem Focused Coping.

Coping yang memfokuskan pada masalah ini melibatkan usaha yang dilakukan untuk merubah beberapa hal yang menyebabkan stres (stressor). Tujuannya adalah untuk mengurangi tuntutan dari situasi dan meningkatkan usaha individu dalam menghadapi situasi tersebut. Cara ini lebih sesuai apabila digunakan dalam menghadapi masalah atau situasi yang dianggap dapat dikontrol atau dikuasai oleh individu. Menurut Carver, Scheiver dan Weintraub (1989) Dalam

penelitiannya telah menyebutkan beberapa

strategi coping yang bisa dikelompokan kedalam kelompok problem focused coping, yaitu

27

a. Active coping

Merupakan proses mengambil langkah aktif untuk mencoba menghilangkan stressor atau untuk meringankan dampaknya.

b. Planning

Planning yaitu memikirkan bagaimana

cara untuk mengatasi stressor. Termasuk didalamnya adalah memikirkan suatu strategi untuk bertindak, langkah-langkah apa yang harus diambil dan bagaimana cara paling baik untuk mengatasi masalah.

c. Restraint coping

Restraint coping adalah strategi yang

dilakukan dengan cara menunggu sampai

adanya kesempatan yang tepat untuk

bertindak sebelum waktunya. Coping ini dapat dilihat sebagai strategi yang aktif.

Dimaksudkan bahwa tingkah lakunya

dilakukan untuk mengatasi stressor, namun juga dapat dilihat secara pasif karena dalam

28

strategi ini individu tidak melakukan

tindakan apapun.

d. Seeking social support for instrumental reasons and emotional,

Starategi ini dilakukan dengan cara mencari nasihat, bantuan atau informasi kepada keluarga atau orang lain yang mengalami kejadian yang serupa.

e. Suppressing of competing activites.

Salah satu bentuk coping yang di fokuskan pada masalah adalah individu berusaha membatasi ruang gerak/aktifitas dirinya yang tidak berhubungan dengan masalah. Dalam hal ini individu mengurangi keterlibatannya dalam kegiatan lain yang juga

membutuhkan perhatian untuk dapat

berkonsentrasi penuh pada tantangan

manapun ancaman yang dialaminya. Yang juga termasuk dalam jenis coping ini adalah perilaku mengabaikan masalah lain untuk menghadapi sumber stres.

29

4.2 Emotion Focused Coping

Coping ini merupakan bentuk coping yang lebih memfokuskan pada masalah emosi. Bentuk coping ini lebih melibatkan pikiran dan tindakan yang ditunjukan untuk mengatasi perasaan yang menekan akibat dari situasi stres. Emotion focused coping, terdiri dari usaha yang diambil untuk mengatur dan mengurangi emosi stres

penggunaan mekanisme yang dapat

menghindarkan dirinya dari berhadapan dengan stressor.

Lazarus, Folkman, dan rekannya (dalam

Sarafino, 1998) telah menyebutkan beberapa strategi coping yang bisa dikelompokkan kedalam kelompok emotion focused coping, yaitu:

a. Distancing.

Individu mencoba membuat suatu pola pemikiran (berpikir) yang lebih positif terhadap masalah yang dihadapinya. Individu bisa mencoba bertingkah laku seakan-akan

30

mencoba untuk tidak terlalu terpengaruh dengan cara tidak terlalu memikirkan masalahnya. Carver, Scheier dan Weintraub (dalam Sarafino, 1998) menyebut bicara coping sebagai suatu usaha individu untuk

menyangkal (denial) bahwa dirinya

dihadapkan pada suatu masalah.

b. Escape- avoidance.

Individu menghindari untuk menghadapi masalah yang dihadapinya. Contohnya, individu berkhayal bahwa akan ada suatu keajaiban yang bisa membuat masalahnya

selesai. Biasanya individu mengambil

tindakan pengalihan perhatian yang negatif (menghindar) terhadap masalahnya dengan tidur terus menerus, keluar rumah, lebih sering menonton televisi, merokok atau minum-minuman beralkohol.

c. Self-control.

Individu mencoba untuk mengatur

31

lain dan mengatur tindakannya dalam menghadapi masalahnya.

d. Accepting responsibility.

Individu menyadari perannya sebagai salah satu penyebab dari masalah yang

dihadapinya dan mencoba mengambil

tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Individu merasa bertanggung jawab atas munculnya masalah tersebut.

e. Positive reapprasial.

Individu berusaha mengambil sisi positif dari permasalahan yang dihadapinya yang dapat membantu pertumbuhan pribadinya. Menurut Carver, Scheire dan Weintraub (dalam Sarafino, 1998) terkadang hal ini disertai dengan meningkatnya kesadaran sisi religius individu (turnind to religion). Lebih jelasnya, Carver, Scheire dan Weintraub (dalam Sarafino, 1998) menyebut cara coping ini penting bagi beberapa individu, karena agama (keyakinan terhadap tuhan) dapat

32

dijadikan sebagai dukungan sosial pribadi, individu terkadang menganggap hal ini sebagai sebuah alat untuk dapat mencapai pertumbuhan pribadi yang positif dan strategi coping yang aktif.

f. Seeking for social support (for emotional reason).

Jenis coping ini lebih mengarah kepada dukungan moral yang diperoleh individu, simpati ataupun pengertian dari orang lain terhadap masalah yang sedang dihadapinya.

33

BAB v

PENDEKATAN

Dalam dokumen 'i'. '. ;: *-.**'i.',;;*^"*t*1'-- \ (Halaman 21-40)

Dokumen terkait