• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Remaja

2.3.2. Karakteristik perkembangan Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Perubahan perkembangan remaja dapat dilihat dari segi perkembangan fisiknya. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja (Sarwono, 2007).

Memasuki masa remaja selalu diawali dengan terjadinya kematangan seksual, hal ini membuat remaja diperhadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk menerima perubahan perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual yang tampak adalah perubahan bentuk tubuh yang sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja (Kusmiran, 2011).

Akibat terjadinya kematangan seksual, akan terjadi percepatan pertumbuhan badan dimana pertumbuhan anggota badan lebih cepat daripada badannya sehingga untuk sementara proporsi tubuh tidak seimbang. Penampilan remaja sangat berpengaruh pada dirinya yang mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya, mulai muncul kecemasan-kecemasan dan pertanyaan-pertanyaan seputar menstruasi, mimpi basah, masturbasi, ukuran buah dada, penis dan lain sebagainya. Semakin penasaran remaja tentang kematangan seksualnya, maka akan timbul rasa tertarik pada dirinya

sendiri ataupun teman lawan jenisnya walaupun mereka menyimpan perasaan suka itu karena mereka sadar bahwa mereka masih kecil. 2) Perkembangan psikologis remaja

Dalam menghadapi anak remaja merupakan hal yang cukup sulit. Menurut Adams dan Gullota ada lima aturan untuk membantu remaja dalam menghadapi masalah mereka yaitu:

(1) Trustworthiness (kepercayaan) yaitu kita harus percaya pada remaja yang dihadapi. Hal ini menyebabkan tidak ada komunikasi dengan mereka

(2) Genuineness yaitu maksud yang murni tanpa ada kepura-puraan (3) Empathi yaitu memiliki kemampuan untuk memahami dan ikut

merasakan perasaan-perasaan remaja (4) Honesty yaitu sebuah kejujuran

Pada perkembangan psikologi remaja musti ditinjau dari beberapa segi agar dapat memahami jiwa remaja dengan melihat dari pembentukan konsep diri, intelegensi, emosi, seksual, motif sosial dan moral serta religi (Sarwono, 2007).

Didalam perkembangan psikologis remaja, ada beberapa perkembangan yang ikut berperan dalam psikologisnya, antara lain: (1) Perkembangan peran sosial

Masalah peran sosial yang selalu mengganggu pada remaja adalah gejolak emosi remaja. Anak terkadang berada dalam posisi merasa sudah dewasa namun disisi lain mereka masih harus terus mengikuti kemauan orangtua. Pada beberapa suku ada yang

menekankan agar anak selalu menurut pada orangtua dengan harapan anak dapat mengikuti harapan dan cita-cita orangtuanya. Dalam sebuah riset penelitian ternyata sikap orangtua yang seperti ini masih kurang tepat. Cara yang baik untuk mendidik remaja adalah dengan memberikan latihan pada anak-anaknya dalam hal kemandirian sedini mungkin. Hal tersebut akan membuat anak dapat memilih jalannya sendiri dan ia akan berkembang lebih mantap. Itu karena anak sudah mulai mengetahui dengan tepat saat-saat yang berbahaya. Ketika dalam kondisi-kondisi tertentu ketika mereka tidak tahu bagaimana menyelesaikan masalah maka mereka akan berkonsultasi dengan orangtuanya ataupun dengan orang yang lebih mengetahui daripada dirinya sendiri (Sarwono, 2007).

(2) Perkembangan nilai, moral, dan sikap remaja

Menurut Horrocks nilai yaitu sesuatu yang memungkinkan mendorong individu atau kelompok sosial dan secara perlahan diinternalisasikan oleh individu serta diterima sebagai milik bersama dengan kelompoknya. Dalam lingkungan masyarakat ataupun secara individu, remaja memiliki beberapa nilai yang dapat membimbing untuk tujuan yang ingin dicapai oleh remaja dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya. Nilai-niai tersebut yaitu nilai teori ataupun nilai keilmuan, nilai ekonomi, nilai sosial atau solidaritas, nilai agama, nilai seni dan nilai politk atau nilai kuasa (Ali dan Asrori, 2010).

Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok social dan masyarakat. Selain daripada itu menurut Rogers, moral adalah standar baik ataupun buruk yang ditetukan bagi indivdu oleh nilai-nilai sosial secara harmonis, adil dan seimbang. Menurut Lawrence E.Kohlberg yang merupakan tokoh yang melakukan penelitian ataupun pengkajian perkembangan moral pada anak-anak dan remaja menyampaikan bahwa moral memiliki tahapan-tahapan dalam perkembangan moral, yaitu :

a. Tingkat prakonvensional

Tingkat ini harus tanggap terhadap aturan - aturan budaya dan ungkapan - ungkapan budaya mengenai baik dan buruk serta benar dan salah.

b. Tingkat konvensional

Pada tingkat ini anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau masyarakat.

c. Tingkat pascakonvesional, otonom, atau berlandaskan prinsip Pada tingkat ini aturan-aturan dan ungkapan-ungkapan moral

sikap merupakan salah satu aspek psikologis individu yang sangat penting karena sikap merupakan kecenderungan untuk berperilaku sehingga akan banyak mewarnai perilaku seseorang (Ali dan Asrori, 2010).

(3) Pembentukan konsep diri

Jika dipandang secara psikologis, kedewasaan adalah keadaan yang sudah tampak ciri-ciri psikologi tertentu pada seseorang. Ciri-ciri psikologi menurut G.W.Allport adalah sebagai berikut:

a. Pemekaran diri sendiri (extension of the self), ditandai dengan kemampuan seseorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian dari dirinya sendiri. Perasaan egoism (mementingkan diri sendiri) berkurang, sebaliknya tumbuhperasaan ikut memiliki. Hal yang dapat kita temui adalah tumbuhnya kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam sekitarnya, memiliki kemampuan bertenggang rasa dengan orang yang dicintainya untuk ikut merasakan penderitaan yang dialami orang yang dicintainya, hal ini menunjukan kepribadian kedewasaan (mature personality). Ciri yang tampak juga adalah ego ideal berupa cita-cita, idola dan sebagainya yang menggambarkan wujud ego di masa depan. b. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif (self

objectivication) yang ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan entang diri sendiri (self insight) dan kemampuan untuk menangkap humor (sense of humor) termasuk yang menjaikan dirinya sendiri sebagai sasaran. Dalam posisi ini, mereka tidak marah jika dikritik. Pada

saat-saat yng diperlukan ia dapat mlepaskan diri dari dirinya sendiri dan meninjau dirinya sendiri sebagai orang luar.

c. Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life). Hal ini dapat dilakukan tanpa perlu merumuskannya dan mengucapkannya dalam kata-kata. Orang yang sudah dewasa tahu dengan tepat tempatnya dalam rangka susunan objek-objek lain di dunia. Orang yang seperti ini tidak akan mudah untuk terpengaruh dan pendapat-pendapatnya serta sikap-sikapnya sudah cukup jelas.Menurut G.W.Allport terdapat kepribadian orang yang berubah-ubah yang disebut trait. Trait adalah suatu sifat yang menentukan bagaimana orang yang bersangkutan akan bertingkah laku terlepas dari situasi yang dihadapi orang tersebut. Sebagai contoh orang yang angkuh. Dilihat dari teori psikoanalisis, “trait”terletak pada ego seseorang yang merupakan pusat adaptasi stimulus dari luar maupun dari dalam diri seseorang. Ego bertugas untuk menghambat atau menyalurkan stimulus atau dorongan tertentu, baik yang dar dalam maupun dari luar. Sehingga tecapai titik ambang tertentu yang menentukan ciri dari individu yang bersangkutan dalam berespon terhadap lingkungannya (Ali dan Ansori, 2010).

(4) Perkembangan intelegensi

Menurut David Wechsler intelegensi mengandung unsur pikiran atau rasio yang berarti bahwa keseluruhan kemamampuan

individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Pada orang dewasa intelegensi dapat dinyatakan dalam IQ (Intelligence Question). IQ dapat diukur dengan memberikan seperangkat pertanyaan yang terdiri dari berbagi soal (hitungan,kata-kata,gambar-gambar dan lain-lain) dan menghitung berapa banyaknya pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar kemudian membandingkannya dengan sebuah daftar (yang dibuat berdasarkan penelian terpercaya). Selanjutnya, akan didapatkan nilai IQ orang yang bersangkutan (Sarwono, 2007).

(5) Perkembangan peran gander

Peran gender pada hakikatnya adlh bagian dari peran social. Contoh dari peran gender adalah seorang anak harus mempelajari perannya sebagai anak terhadap orangtua maupun guru. Selain dari pada itu peran jender juga dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin anak, lingkungan sekitar dan faktor lainnya.

Di Indonesia yang sedang menjadi masalah dalam peran genjer adalah anak-anak remaja. Hal ini terjadi karena remaja masih mencari identitas seksualnya. Selain itu, remaja wanita di Indonesia masih banyak yang mengalami tekanan sosial dari keluarga dan masyarakatnya yang masih tradisional. Dengan begitu, mereka harus menghadapi konflik berat dalam menuju kepribadian androgin. Androgin adalah pembauran ciri-ciri psikologi sosial untuk menerangkan adanya pembauran ciri

psikologis maskulin dan feminim dalam diri seseorang (Sarwono, 2007) .

(6) Perkembangan moral dan religi

Moral dan religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moral dan religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang sudah beranjak dewasa agar mereka tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat (Sarwono, 2007).

3) Ciri-ciri masa remaja

Ciri-ciri remaja yang membedakan dengan periode sebelumnya dan sesudahnya adalah sebagi berikut:

(1) Masa remaja sebagai periode penting

Masa remaja sebagai periode penting karena akibat fisik dan akibat psikologis. Pada masa remaja perkembangan fisik yang cepat dan penting yang disertai dengan cepatnya perkembangan mental yng cepat. Semua perkembangan menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru. (2) Masa remaja sebagai periode peralihan

Pada masa ini remaja dianggap bukan seorang anak maupun dewasa.

(3) Masa remaja sebagai periode perubahan

Pada masa ini terdapat perubahan yang bersifat universal. Pertama adalah meningginya emosi, kedua adalah perubahan

tubuh, ketiga adalah minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan, keempat yaitu dengan berubahnya minat dan pola perilaku sehingga dapat terjadi perubahan-perubahan nilai dan yang kelima adalah remaja sebagian besar bersifat ambivalen terhadap perubahan. Adapun perubahan perkembangan yang berhubungan dengan kognisi social remaja yaitu egosentrisme. Egosentrisme remaja menggambarkan meningkatnya kesadaran diri remaja yang terwujud pada keyakinan mereka bahwa orang lain memiliki perhatian yang sangat besar terhadap diri mereka dan terhadap keunikan perasaan pribadi mereka. Menurut David Elkin egosentrisme pada remaja dibagi menjadi dua yaitu imaginary audience dan personal fable. Imaginary audience menggambarkan suatu peningkatan kesadaran remaja yang tampil pada keyakinan mereka ahwa oranglain memiliki perhatian yang angat besar kepada mereka seperti mereka perhatian pada diri mereka sendiri. Personal fable meenggambarkan egosentrisme remaja yang berkenan dengan perasaan keunikan pribadi yang dimilikinya.

(4) Masa remaja sebagai usia yang bermasalah

Pada masa remaja sering terjadi masalah-masalah yang terkadang sulit untuk diatasi oleh kaum remaja perempuan maupun laki-laki. Namun kaum remaja ini terkadang menganggap mereka sudah bisa dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dengan

menolak bantuan dari orang tua maupun guru karena mereka mengganggap bahwa mereka sudah bisa mandiri.

(5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada awal tahun masa remaja penyesuaian dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Dengan berjalannya waktu mereka mulai mencari identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal seperti sebelumnya. Identitas versus kebimbangan identitas (identity versus identity confusin) terjadi di saat individu berada pada masa remaja. Pada tahap ini, remaja berusaha untuk menemukan siapakah mereka sebenarnya, apa saja dalam diri mereka dan arah mereka dalam menjalani hidup. Remaja yang tidak berhasil dalam menyelesaikan krisis identiasnya akan mengalami identity confusion yaitu kebimbangan akan identitasnya. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan dua hal yaitu penarikan diri individu dengan mengisolasi dirinya dari teman-teman sebaya dan kluarga atau meleburkan diri dengan dunia teman sebaya dan kehilangan identitas dirinya

(6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Adanya stereotip budaya yang negatif entang remaja menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan menawasi remaja takut bertanggung jawab dan simpatik terhadap perilaku remaja normal. Stereotip popular juga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya.

(7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lai sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi remaja dan keluarganya.

(8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa (Santrock, 2008) 4) Tugas remaja dalam masa perkembangan

Tugas remaja pada masa perkembangannya, yaitu:

(1) Mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita

(2) Mencapai peran sosial pria dan wanita

(3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakn tubuhnya secara efektif

(4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab

(5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya

(6) Memprsiapkan diri untuk pekerjaan (7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

(8) Mengembangkan dan membentuk konsep- konsep moral (Soetjiningsih, 2010)

Dokumen terkait