• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Kehamilan Tidak Diinginkan

2.2.1 Konsep kehamilan tidak diinginkan

Kehamilan pada wanita merupakan hal yang wajar pada pasangan yang sudah berkeluarga, namun kehamilan tersebut ada yang diinginkan karena sudah siap untuk memiliki anak ataupun tidak diinginkan karena pasangan belum siap untuk memiliki anak. Kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan yang terjadi karena suatu sebab yang keberadaannya

tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orangtua bayi (Kusmiran, 2011).

Adanya perubahan-perubahan biologic dan psikologik yang akan memberikan dorongan-dorongan tertentu, yang sering kali tidak diketahui

Institusi pendidikan langsung, yaitu orang tua dan guru sekolah kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu. 1) Perbaikan gizi yang menyebabkan umur haid pertama menjadi lebih

dini.

2) Semakin majunya tekhnologi dan membaiknya sarana komunikasi mengakibatkan membanjirnya arus informasi dari luar yang sulit sekali diseleksi.

3) Kemajuan pembangunan, pertumbhan penduduk dan transisi kearah industrialisasi memberi dampak pada meningkatnya urbanisasi, berkurangnya sumber daya alam dan perubahan tata nilai.

4) Salah satu peluang yang dapat berfungsi substitusi untuk menyalurkan gejolak remaja belum sepenuhnya dimanfaatkan, yaitu upaya terarah untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

Gejala yang sering kita lihat dan kemudian menimbulkan masalah yaitu :

1) Hubungan seks pranikah

2) Ketidaksiapan remaja mengatasi kehamilan yang diakibatkannya, telah memicu masalah yang luas ; tindakan aborsi, tindakan kekejaman pada bayi baru lahir ataupun masaah dalam perawatan bayi baru lahir. Dampak sosial lain yang dapat tejadi adalah pengadopsian bayi oleh

orangtua remaja dengan konsekuensi sosial dan tambahan beban ekonomi

3) Ketakutan yang tidak wajar seperti gadis remaja yang takut selaput daranya robek akibat olahraga dan remaja pria yangmerasa berdosa dan depresif karena melakukan masturbas/onani

4) Gangguan kesehatan akibat ketidaktahuan disertai kurangnya pengendalian diri dan kurangnya bimbingan

5) Tingkat kebugaran yang rendah

6) Lambatnya perkembangan prestasi olahraga merupakan salah satu indikasi dari derajat kesegaran jasmani kelompok remaja

Dari gejala-gejala yang tampak, masalah remaja dapat dikelompokkan dalam tiga katgori:

1) Reproduktif dan penyakit yang berkaitan dengan reproduksi 2) Masalah psikososial

3) Masalah kebugaran

2.2.2 Sebab kehamilan tidak diinginkan

Terdapat beberapa alas an yang menyebabkan terjadinya kehamilan tidak diinginkan, yaitu :

1) Penundaan dan peningkatan jarak usia perkawinan dan semakin dininya usia menstruasi pertama

2) Ketidaktahuan bahkan sedikit pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat mengakibatkan kehamilan

3) Tidak menggunakan alat kontrasepsi terutama untuk perempuan yang sudah menikah

4) Adanya kegagalan kontrasepsi

5) Kehamilan yang diakibatkan oleh pemerkosaan 6) Kesehatan ibu yang tidak mengizinkan kehamilan 7) Masalah ekonomi

8) Masalah untuk karier ataupun masih sekolah 9) Kehamilan karena incest

10)Kondisi janin yang dianggap cacat berat ataupun jenis kelamin yang tidak diharapkan (Kumalasari, 2012).

2.2.3 Dampak kehamilan tidak diinginkan

Menurut WHO presentase angka kejadian kehamilan yang dilakukan oleh remaja di dunia diperkirakan dari 200 juta kehamilan pertahun terdapat 38 % kehamilan yang tidak diinginkan. Kasus yang tertinggi terdapat dinegara Central Afrika Republic . Untuk Indonesia terdiri dari 13.000 pulau yang memiliki laju percepatan jumlah penduduk yang sangat pesat. Dalam kurun waktu 5 tahun, jumlah fertilitas remaja (ASFR) untuk kelompok usia 15-19 tahun dapat meningkat dari 37 per 1000 kehamilan menjadi 48 dari 1000 kehamilan. Untuk kasus kehamilan pada remaja di Indonesia memang lebih rendah daripada negara lain yaitu pada usia < 15 tahun adalah 0.02 %, namun dibandingkan antara kota dan desa di Indonesia, proporsi kehamilan remaja adalah 1,97 % di desa lebih tinggi dibandingkan daerah kota (WHO, 2015).

Ada dua hal yang bisa dan biasa terjadi pada remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan, yaitu mempertahankan kehamilannya atau mengakhiri kehamilannya dengan melakukan aborsi.

Semua tindakan tersebut dapat menimbulkan dampak fisik, psikis dan sosial yaitu:

1) Kehamilan yang dipertahankan

(1) Dampak fisik: kesulitan pada saat bersalin, misalnya dapat terjadi perdarahan yang mungkin saja bisa berakibat fatal pada kematian (2) Dampak psikis/psikologis: Jika remaja pria tidak bisa bertanggung

jawab maka remaja putri akan menjadi orangtua tunggal. Jika pasangan remaja ini menikah maka dapat terjadi konflik pula pada kedua pasangan tersebut karena masih belum dewasa dan belum siap memikul tanggungjawab sebagai orangtua. Secara psikologis remaja putri akan lebih merasa tidak nyaman seperti dihantui rasa malu, rendah diri, berdosa, depresi atau tertekan, pesimis dan lain-lain.

(3) Dampak sosial: salah satunya remaja akan berhenti atau putus sekolah atas kemauan sendiri ataupun diberhentikan dari sekolah (4) Dampak ekonomi: merawat kehamilan, melahirkan dan

membesarkan bayi/anak membutuhkan biaya besar 2) Kehamilan yang diakhiri (aborsi)

(1) Dampak fisik: perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu risiko aborsi. Aborsi yang berualang selain bisa mengakibatkan komplikasi juga dapat menyebabkan kemandulan. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman bisa berakibat fatal yaitu kematian.

(2) Dampak psikis: pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan-perasaan takut, panik, tertekan atau stres, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah atau dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi juga sering kehilangan kepercayaan diri.

(3) Risiko sosial: ketergantungan pada pasangan seringkali menjadi lebih besar karena perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah mengalami KTD dan aborsi. Selanjutnya remaja perempuan lebih sukar menolak ajakan seksual pasangannya. Resiko lain adalah pendidikan terputus atau masa depan terganggu.

(4) Risiko ekonomi: biaya aborsi cukup tinggi apalagi jika terjadi komplikasi (Soetjiningsih, 2010).

Pada remaja yang mengalami gangguan psikologis karena kehamilan yang tidak dikehendaki, penanganan dalam permasalahannya dapat dilakukan dengan konseling. Sebagai konselor yang ingin memberikan konseling perlu memiliki tiga karakter sebagai berikut: 1) Empati, yaitu konselor dapat mersakan hal yang sama dengan klien,

usaha berfikir bersama tentang dan untuk mereka

2) Positif regard ( acceptance), yaitu menghargai klien dengan berbagai kondisi dan keberadaannya

3) Congruence (genuineness), yaitu kondisi transparan dalam hubungan terapeutik (Nirwana, 2011)

Dokumen terkait