• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.3. Karakteristik Peternak

111

Dalam rangka memudahkan analisis, peternakan sapi perah di Kelompok Ternak KANIA menjadi tiga berdasarkan skala usaha. Pembagian skala usaha didasarkan pada jumlah rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi. Usaha skala kecil terdiri dari 30 orang peternak dengan jumlah rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi sebanyak tiga ekor. Usaha skala meneng ah terdiri dari empat orang peterna k dengan jumlah rata-rata kepemil ikan sapi perah laktasi sebanya k 14 ekor. Sedang kan usaha skala besar terdiri dari dua orang peternak dengan jumlah rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi sebanyak 41 ekor. Karakteristik peternak sapi perah Kelompok Ternak KANIA yang dibahas dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pengalaman berternak, mata pencaharian dan status kepemilikan lahan (Tabel 7).

Gambar 2. Struktur Organisasi Kelompok Ternak KANIA Tahun 2012 Sumber : Kelompok Ternak KANIA, 2012

113

Tabel 7. Karakteristik Peternak Sapi Perah Kelompok KANIA 2012

Karakteristik Peternak

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Jumlah Peternak Persen Jumlah Peternak Persen Jumlah Peternak Persen 1. Umur (Tahun) a. 31-45 b. 46-58 4 26 13,33 86,67 1 3 25 75 1 1 50 50 2. Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. DIPLOMA e. SARJANA 19 3 5 1 2 63,33 10 16,67 3,33 6,67 1 1 2 - - 25 25 50 - - - - - 1 1 - - - 50 50 3. Pengalaman (Thn) a. 4-15 b. 16-25 4 26 13,33 86,67 1 3 25 75 2 - 100 - 4. Mata Pencaharian a. Pokok b. Sambilan 7 23 23.33 76,67 2 2 50 50 2 - 100 - 5. Kepemilikan Lahan a. Milik sendiri b. Sewa 30 - 100 - 4 - 100 - 2 - 100 - 5.3.1. Umur

Secara keseluruhan umur peternak di Kelompok Ternak KANIA berada pada usia produktif yaitu berkisar antara 30 - 58 tahun dengan rataan 48 tahun. Peternak pada usaha skala kecil yang memiliki umur 46 - 58 tahun (86,67 persen) lebih banyak jumlahnya dibandingkan peternak yang memiliki umur 30 sampai 45 tahun (13,33 persen). Sedangkan peternak usaha skala menengah dan peternak usaha skala besar peternak yang memiliki umur 46 - 58 tahun (sebanyak 4 orang) lebih banyak dibandingkan dengan peternak yang memiliki umur 30 - 45 tahun (sebanyak 2 orang). Hal ini menunjukan bahwa rata-rata peternak sapi perah Kelompok TernakKANIA berada pada usia produktif yang mempunyai peluang untuk lebih meningkatkan produktivitasnya dalam melakukan usaha ternak sapi perah.

5.3.2. Pendidikan

Pengelompokkan peternak menurut pendidikannya didasarkan pada jenjang pendidikan formal peternak. Peternak sapi perah Kelompok Ternak KANIA sebagian besar berpendidikan SD, terutama pada peternak usaha skala kecil yaitu sebesar 63,33 persen dan sisanya berkependidikan SMP dan SMA masing-masing 10 dan 16,67 persen. Sedangkan peternak usaha skala menengah memiliki persamaan persentase pada peternak yang berpendidikan SMA yaitu sebesar 50 persen. Pada peternak skala besar berpendidikan Diploma (50 persen) dibandingkan berpendidikan Sarjana (50 persen).

114

Tingkat pendidikan peternak akan berpengaruh pada tingkat penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan tentang usaha ternak sapi perah. Biasanya peternak dengan tingkat pendidikan yang rendah mengalami kesulitan dalam hal adaptasi teknologi, baik dalam hal budidaya maupun perlakuan pasca pemerahan dan yang lainnya, sehingga kondisi ini akan berdampak pada tingkat produksi yang akan dicapai oleh peternak tersebut.

5.3.3. Pengalaman

Tingkat pengalaman berternak pada peternak sapi perah Kelompok Ternak KANIA yaitu beragam, berkisar antara 4 - 25 tahun dengan rataan 14 tahun. Peternak usaha skala kecil dan peternak usaha skala menengahr memiliki lebih banyak pengalaman berternak kisaran 16 - 25 tahun, yaitu sebesar 86,67 dan 75 persen. Sedangkan peternak usaha skala besar pengalaman berternak paling banyak pada 4 - 15 tahun yaitu sebesar 100 persen.

5.3.4. Mata Pencaharian

Pada umumnya, peternak sapi perah Kelompok Ternak KANIA menjadikan usaha ternak sapi perah sebagai usaha sampingan, terutama pada peternak usaha skala kecil, sedangkan skala menengah dan besar sebagian besar telah menjadikan usaha peternakan sbagai usaha pokok . Hal ini dikarenakan peternak usaha ternak sapi perah memberikan jaminan pendapatan yang berkesinambungan (dari penjualan susu). Peternak usaha kecil yang menjadikan usaha ternak sapi perah ini sebagai usaha sampingan, dikarenakan peternak hanya menjadikan sapi sebagai tabungan (sapi jantan) yang akan digunakan untuk keperluan mendadak dan ternak sapi perah tersebut merupakan warisan dari orang tua peternak.

115

5.3.5. Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan peternak sapi perah Kelompok Ternak KANIA sebagian besar adalah hak milik sendiri (sebesar 100 persen). Rataan kepemilikan lahan pada skala kecil adalah 35 m2 dan 30 m2 digunakan utuk kandang ternak, skala menengah rata-rata memiliki lahan seluas 150 m2, luas lahan sebesar 110 m2 digunakan untuk kandang ternak dan sisanya dipergunakan untuk tempat pakan,digester biogás dan tempat tinggal pekerja, sedangkan pada skala besar rataan kepemilikan lahan adalah sebesar 450 m2, 400 m2 diperuntukan sebagai kandang ternak sedangkan sisanya digunakan sebagai tempat penyimpanan pakan ternak, biogás, tempat penyimpanan kotoran ternak dan tenpat tinggal pekerja.

116

VI. ANALISIS KELAYAKAN USAHA SAPI PERAH

KELOMPOK TERNAK KANIA

Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk menentukan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Analisis kelayakan usaha peternakan sapi perah di Kelompok Ternak KANIA dilakukan dengan mengkaji aspek non finansial dan aspek finansial. Untuk memudahkan analisis, usaha peternakan sapi perah di Kelompok Ternak KANIA dibagi menjadi tiga berdasarkan skala usaha, yaitu usaha skala kecil, usaha skala menengah dan usaha skala besar. Pembagian skala usaha ini didasarkan pada jumlah rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi. Rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi usaha skala kecil berjumlah tiga ekor, rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi usaha skala menengah berjumlah 14 ekor dan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi usaha skala besar berjumlah 41 ekor.

6.1. Analisis Aspek Non Finansial

Analisis aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek pasar, aspek manajemen, serta aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.

6.1.1. Aspek Pasar

Sebelum melakukan produksi dalam kegiatan usaha peternakan sapi perah, peternak harus mengetahui potensi pasar dan pangsa pasar. Bila kemampuan pasar untuk menyerap produksi sangat tinggi dengan harga jual yang tepat, maka akan menghasilkan keuntungan. Sebaliknya bila pasar tidak menyediakan kemungkinan menyerap produksi, maka usaha yang dirintis akan mengalami kerugian.

1) Potensi Pasar (Market Potential)

Kebutuhan bahan baku susu industri pengolahan susu hanya dapat dipenuhi oleh produksi nasional sekitar 23,5 persen (BPS 2011). Kelompok ternak KANIA menjual hasil produksi susu melalui KPS Bogor untuk memenuhi kebutuhan baku susu Indutri Pengolahan Susu yaitu PT Indomilk dan PT Diamond. Saat ini semakin banyak usaha bisnis atau perusahaan yang menawarkan produk olahan susu. Salah satunya adalah perusahaan Sugeng

Milk yang berada di daerah Ciomas Bogor, Sugeng Milk membutuhkan bahan baku susu sapi segar sebanyak 1000 liter per hari. Hal ini menjadikan peluang pasar yang baik, sekaligus target pasar bagi peternak sapi perah Kelompok Ternak KANIA dalam memenuhi kebutuhan bahan baku susu Sugeng Milk dan KPS.

Kualitas susu yang dihasilkan peternak sangat mempengaruhi tingkat harga susu yang diberikan. Harga susu berfluktuatif berdasarkan penilaian kualitas susu yang diberikan

117

pihak Sugeng Milk meliputi total solid, dan nilai kadar lemak. Pihak Sugeng Milk

memberikan harga kepada peternak berdasarkan kualitas susu yang dihasilkan (Grade), harga rata-rata yang diberikan kepada peternak sapi perah Kelompok Ternak KANIA pada bulan Maret 2012 sebesar Rp 4.050. Harga susu yang diterima oleh peternak ini lebih besar dibandingkan dengan harga rata-rata KPS Bogor yaitu Rp 3.015.

2) Pangsa Pasar

Melihat potensi pasar yang ada dapat dikatakan sangat baik, hal ini dikarenakan KPS dapat menampung berapapun produksi dari peternak sedengkan produksi rata-rata per hari susu sapi peternak sapi perah Kelompok Ternak KANIA menghasilkan susu sapi segar sebanyak 800 liter. Pangsa pasar ini akan semakin bertambah karena kebutuhan susu Sugeng

Milk sebanyak 1.000 liter per hari. 3) Hasil Analisis Aspek Pasar

Berdasarkan analisis aspek pasar, potensi dan pangsa pasar dinilai memadai untuk pemasaran produk. Hal ini menandakan bahwa pemasaran produk masih terbuka lebar, sehingga dapat disimpulkan aspek pasar usaha peternakan sapi perah di Kelompok Ternak KANIA layak untuk dijalankan.

118

6.1.2. Aspek Teknis

Aspek teknis yang dijalankan peternak sapi perah Kelompok Ternak KANIA sangat tergantung dari lokasi proyek, sarana dan prasarana pendukung, serta proses produksi yang dilaksanakan. Secara teknis, aspek-aspek tersebut akan sangat mempengaruhi tingkat produksi yang dihasilkan peternak sapi perah tersebut.

1) Lokasi Penelitian

Kota Bogor memiliki suhu rata-rata tiap bulan 260C dengan suhu terendah 21,80C dan suhu tertinggi 30,40C. Kelembaban udara 70 persen dengan curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500-4.000 mm. Pada umumnya sapi perah jenis FH dapat berproduksi dengan baik pada suhu udara sama dengan atau dibawah 300C. Dengan demikian, iklim di Kota Bogor cocok untuk lokasi usaha ternak sapi perah.

Alasan pemilihan lokasi proyek untuk peternakan sapi perah di Desa Tajurhalang adalah akses menuju lokasi yang mudah dijangkau. Jalan menuju lokasi terbuat dari aspal dan dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Selain itu akses dari lokasi proyek menuju IPS (Sugeng Milk) cukup dekat yaitu ± 5 kilometer, sedangkan menuju KPS Bogor sekitar 12 kilometer.

2) Sarana dan Prasarana a) Lahan

Sebagian besar lahan yang dimiliki oleh peternak sapi perah Kelompok Ternak KANIA merupakan lahan milik pribadi yaitu sebanyak 100 persen atau sebanyak 36 peternak. Total luas lahan peternakan sapi perah di Kelompok Ternak Sapi Perah kurang lebih mencapai 2.550 m2. Lahan ini digunakan untuk membangun kandang, gudang pakan, serta tambahan untuk tempat tinggal (mess pekerja).

119

b) Kandang

Semua peternak sapi perah Kelompok Ternak KANIA memelihara sapinya dalam kandang, tidak digembalakan di lahan terbuka. Hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan yang dimiliki oleh peternak. Pada umumnya tipe kandang yang baik untuk sapi perah, dengan menggunakan sistem stall yang dibuat dalam bentuk tunggal atau ganda. Bentuk tunggal, sapi ditempatkan satu baris. Sementara bentuk ganda sapi ditempatkan dua baris dan saling berhadapan atau saling bertolak belakang.

Rata-rata tipe kandang peternak usaha skala kecil dibuat dalam bentuk tunggal, sapi ditempatkan pada satu baris. Sedangkan tipe kandang peternak usaha skala menengah dan peternak usaha skala besar dibuat dalam bentuk ganda, sapi ditempatkan dua baris saling bertolak belakang (Gambar 3).

Luas kandang peternak sapi perah di Kelompok Ternak KANIA sangat bervariasi. Rata- rata ukuran kandang peternak dibuat 2x3 meter per ekor untuk sapi perah laktasi dan sapi dara, serta 1x2 meter per ekor untuk sapi pedet. Pada umumnya di peternakan sapi perah ukuran kandang untuk satu ekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 meter, untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 meter dan untuk anak sapi adalah 1,5x1 meter per ekor.

Gambar 3. Sketsa Tipe Kandang (sistem stall)

Kandang peternak sapi perah Kelompok KANIA umumnya terbuat dari bahan bangunan sederhana, yaitu terbuat dari kombinasi kayu dan tembok permanen dengan berlantaikan semen serta atap dari genteng atau asbes. Umur ekonomis kandang rata- rata 10 tahun, karena tipe kandang yang digunakan merupakan kandang permanen. Tata letak kandang dan rumah peternak terpisah, kandang berada di samping atau di belakang rumah peternak.

Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi Temp a t Mak a n a n d a n M inu m Temp a t Mak a n a n d a n M inu m Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi Temp a t Mak a n a n d a n M inu m

120

Gambar 4. Kondisi di Dalam Kandang sitem Stall di Kelompok Ternak KANIA

Tahun 2012

Sumber : Kelompok Ternak KANIA, 2012

c) Instalasi Listrik

Listrik diperlukan dalam proyek ini untuk keperluan peternakan sapi perah, terutama untuk penerangan kandang. Listrik diperoleh peternak dengan berlangganan kepada PLN serta membayar iuran tiap bulan sesuai dengan daya listrik yang dimilikinya. Daya listrik yang digunakan peternak sapi perah di Kelompok Ternak KANIA adalah 450 dan 900 watt. Peternak usaha skala kecil dan peternak usaha skala menengah rata-rata menggunakan listrik dengan daya 450 watt, sedangkan peternak usaha skala besar menggunakan listrik dengan daya 900 watt.

d) Instalasi Air

Air dalam proyek ini sangat diperlukan dalam usaha peternakan sapi perah. Air dipergunakan untuk memandikan sapi, menjaga sanitasi kebersihan kandang, dan mencuci peralatan produksi. Air yang diperoleh peternak sapi perah Kelompok Ternak KANIA berasal dari mata air pegunungan, yang dialirkan langsung menggunakan paralon. Peternak dikenakan iuran sukarela untuk pemeliharaan instalasi air sebesar Rp 10.000 per bulan.

e) Peralatan

Peralatan menjadi salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh peternak untuk menjalankan usaha ternaknya. Peralatan ini sangat menunjang peternak untuk bekerja

121

dalam melakukan budidaya sapi perah. Peralatan yang digunakan peternak sapi perah Kelompok Ternak KANIA, yaitu :

(1) Milk can, yaitu kaleng penampung susu yang terbuat dari aluminium khusus tanpa sambungan, dengan penutup di atasnya. Ukuran milk can yang dipakai peternak adalah ukuran 20 liter.

(2) Ember, digunakan untuk menampung sementara susu sapi yang baru diperah. Alat ini juga digunakan untuk menampung air minum sapi, memandikan sapi, menampung pakan rangsum dan dipergunakan untuk membersihkan kandang. (3) Tong (terbuat dari plastik), digunakan untuk menyimpan pakan konsentrat dan

dapat juga untuk menampung air bersih untuk minum sapi.

(4) Literan, terbuat dari Plastik yang digunakan untuk menakar susu sapi.

(5) Saringan, digunakan untuk menyaring susu sebelum dimasukan ke dalam milk can. Saringan ini terbuat dari kain kasa halus berwarna putih.

(6) Gayung, dipergunakan untuk memindahkan susu ke tempat penampung atau milk can. Ada juga peternak menggunakan gayung sebagai alat untuk memandikan sapi serta membersihkan kandang.

(7) Sikat, digunakan untuk memandikan sapi dan juga dapat dipergunakan untuk menyikat atau membersihkan lantai kandang.

(8) Sapu lidi, dipergunakan untuk menyapu sisa-sisa pakan yang berserakan serta untuk menjaga kebersihan kandang.

(9) Sekop, biasanya dipergunakan untuk membersihkan kotoran sapi yang terdapat di lantai.

(10) Cangkul, dipergunakan untuk mengeruk atau mencampur pakan konsentrat.

(11) Selang, dipergunakan untuk menyalurkan air, memandikan sapi dan membersihkan kadang.

(12) Arit/Sabit, digunakan untuk menyabit rumput dan membersihkan semak disekitar kandang.

(13) Lap, dipergunakan untuk membersihkan ambing sapi perah laktasi dari kotoran pada saat proses pemerahan.

(14) Peralatan medis. Pengadaan peralatan medis ini hanya dikeluarkan pada peternak usaha skala besar.

3) Proses Produksi

122

(1) Pengadaan Bakalan Sapi Perah

Bangsa sapi perah yang dipelihara oleh peternak sapi perah di Kelompok Ternak KANIA adalah peranakan Fries Holland (FH) dengan warna bulu hitam putih dan sebagian kecil berwarna coklat kemerahan dengan putih (Gambar 4). Pada awal usaha peternakan sapi perah di Kelompok Ternak KANIA, bakalan sapi perah laktasi (dara bunting) diperoleh dari luar daerah seperti KPBSU Bandung, Lembang Bandung, dan KPBS Kota Bogor. Saat ini, bakalan sapi perah diperoleh dari pemeliharaan bibit sapi perah (pedet betina) dari usaha ini.

(2) Pakan

Pakan yang diberikan peternak di Kelompok Ternak KANIA untuk sapi perah terdiri dari pakan hijauan dan pakan penguat. Pakan hijauan berupa rumput lapang dan rumput gajah (Pennisetrum purpureum). Sedangkan pakan penguat berupa konsentrat, serta makanan tambahan berupa ampas tahu (Gambar 5).

Gambar 5. Pakan Hijauan/R umput dan Pakan Penguat untuk Sapi di Kelom pok Ternak KANIA Tahun 2012 Sumb er : Kelompok Ternak, 2012

123

Sebanyak 75 persen dari masing-masing peternak di setiap skala usaha memperoleh pakan hijauan dengan mencari rumput sendiri (mengarit rumput) di daerah sekitar dan juga ke luar daerah, namun ada juga peternak yang membeli rumput kepada masyarakat seharga Rp 250,00 per kilogram atau Rp 7.500,00 per ikat (@ 30 kg). Pakan penguat konsentrat didapatkan dengan membeli di KPS Bogor dengan harga bervariasi, untuk peternak skala kecil biasa mengunakan konsentrat harga Rp 1.900,00 per kilogram, peternak skala menengah menggunakan konsentrat dengan harga Rp 2000,00 per kilogramnya, sedangkan pada peternak skala besar mengunakan konsentrat kualitas tinggi dengan harga Rp 2,400,00 per kilogramnya. Harga ampas tahu Rp 16.000,00 per karung (@ 50 kg). Pemberian pakan hijauan dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari setelah pemerahan, siang hari dan sore hari setelah pemerahan. Pakan hijauan diberikan setelah pemberian pakan penguat. Pakan penguat diberikan dua kali dalam satu hari yaitu pada pagi dan sore hari. Pada pagi hari pakan penguat diberikan setelah pemerahan, sedangkan pada sore hari pakan penguat diberikan sesaat sebelum pemerahan.

Pada umumnya, pakan berupa rumput bagi sapi dewasa diberikan sebanyak 10 persen dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1 - 2 persen dari bobot badan (BB). Jumlah rata-rata pakan hijauan yang diberikan peternak di Kelompok Ternak KANIA untuk sapi laktasi sebanyak 30 kg/ekor/hari. Pemberian pakan penguat berupa konsentrat sebanyak 7 kg/ekor/hari, sedangkan pemberian ampas tahu sebanyak 4 kg/ekor/hari sesuai kebutuhan. Jumlah rata-rata pakan hijauan yang diberikan untuk sapi dara sebanyak 27 kg/ekor/hari, sedangkan untuk pakan penguat berupa konsentrat sebanyak empat kg/ekor/hari dan ampas tahu sebanyak 2 kg/ekor/hari sesuai kebutuhan. Sedangkan jumlah rata-rata pakan hijauan yang diberikan untuk pedet sebanyak 10 kg/ekor/hari dan pakan penguat berupa konsentrat sebanyak 1 kg/ekor/hari. Pemberian pakan hijauan dan konsentrat pada pedet dimulai pada saat pedet umur empat bulan. Pemberian pakan pada induk sapi perah laktasi secara tidak langsung sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan.

(3) Sanitasi

Kebersihan kandang multak diperlukan dalam usaha ternak sapi perah, sebab sapi perah sangat rentan terhadap penyakit yang ditimbulkan dari sanitasi kandang yang

124

kurang bersih. Pembersihan (sanitasi) kandang peternak sapi perah di Kelompok Ternak KANIA dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pagi dan sore sebelum kegiatan pemerahan. Pembersihan dilakukan dengan cara menghilangkan kotoran sapi perah dan sisa-sisa pakan yang berserakan, dengan cara menyiramkan air dengan menggunakan selang dan menyapu dengan menggunakan sapu lidi. Kotoran sapi perah di Kelompok Ternak KANIA sudah dimanfaatkan dengan cukup baik,yaitu dengan mengolahnya sebagai bio gas (Gambar 6).

(4) Reproduksi

Pada umumnya sistem reproduksi sapi perah di Kelompok Ternak KANIA dilakukan dengan cara Inseminasi Buatan (IB) . Bagi peternak, IB dinilai lebih menguntungkan dari pada perkawinan alami. Hal ini dikarenakan lebih praktis, hemat waktu, hemat tenaga, hemat biaya karena tidak perlu membeli sapi jantan, serta mengurangi tingkat penyebaran penyakit oleh sapi jantan. Pada peternak usaha skala kecil dan peternak usaha skala menengah, proses IB dilakukan oleh tenaga medis dari pegawai KPS Bogor, sedangkan pada peternak usaha skala besar dilakukan oleh tenaga medis pekerja dari usaha tersebut. Hasil wawancara yang dilakukan dengan tenaga medis mengatakan bahwa, “Tingkat keberhasilan IB di Kelompok Ternak KANIA mencapai 80 persen”. Tingkat keberhasilan ini ditentukan dari teknis IB yang tepat, kesehatan sapi dan ketepatan waktu IB.

Gambar 6. Digester Bio Gas Peternak KANIA Tahun 2012 Sumber : Kelompok Ternak KANIA, 2012

125

(5) Penanganan Penyakit

Penyakit yang biasanya menyerang pada sapi perah di peternakan Kelompok Ternak KANIA adalah diare, kembung, mastitis, memar-memar yang mengakibatkan luka, serta cacingan. Penanganan pertama yang dilakukan oleh peternak yaitu dengan cara memberi obat dan vitamin, namun jika penyakitnya sudah terlalu parah maka ditangani oleh tenaga medis.

b) Produksi Susu

Produksi susu sapi yang dicatat dalam penelitian ini mencakup jumlah susu yang dijual dan susu yang diberikan kepada pedet. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata produksi susu di Peternakan sapi perah di Kelompok Ternak KANIA adalah 12,19 liter per ekor per hari. Rata-rata produksi susu pada masing-masing skala usaha di peternakan sapi perah Kelompok Ternak KANIA dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Produksi Susu Sapi Perah di Peternakan sapi perah Kelompok Ternak KANIA Tahun 2012

Usaha

Skala Jumlah Peternak

Jumlah Rata-rata

Sapi Laktasi Liter/ekor/hari

Kecil 30 3 11,11

Menengah 4 14 11,21

Besar 2 41 14,26

Sumber : Kelompok Ternak KANIA, 2012

Berdasarkan Tabel 9, rataan produksi susu paling besar terdapat pada peternak usaha skala besar yaitu sebesar 14,26 liter/ekor/hari, sedangkan peternak usaha skala menengah sebesar 11,21 liter/ekor/hari, serta produksi susu yang paling rendah terdapat pada peternak usaha skala kecil yaitu sebesar 11,11 liter/ekor/hari. Perbedaan jumlah rata-rata produksi susu disebabkan karena perbedaan umur sapi perah laktasi, jumlah rata-rata kepemilikan induk sapi perah laktasi dan perbedaan teknis. Perbedaan teknis ini meliputi pemberian pakan, pemerahan, pemeliharaan, kesehatan ternak, serta tenaga kerja. Faktor perbedaan teknis dalam usaha ternak sapi perah ini adalah pengalaman, pengetahuan dan manajemen yang berbeda pada setiap peternak.

Sapi perah mulai memproduksi susu yaitu pada laktasi pertama atau saat sapi berumur 3-4 tahun. Dalam setahun sapi perah dapat memproduksi susu selama 300 hari, setelah

126

itu mengalami kering kandang atau berhenti produksi susu selama kurang lebih dua bulan. Sapi perah mencapai puncak produksi susu pada saat laktasi ke tiga atau sapi berumur 5-6 tahun, setelah itu terus mengalami penurunan produksi susu sampai tahun ke delapan(Tabel 9).

Tabel 9. Perkembangan Umur Sapi Perah di Kelompok Ternak KANIA Tahun

2102

Umur Sapi Uraian Keterangan

0-1 Tahun Pedet Belum produksi susu

1-2 Tahun Dara 1 Tahun Belum produksi susu 2-3 Tahun Dara 2 Tahun Belum produksi susu 3-4 Tahun Laktasi Pertama Mulai memproduksi susu 4-5 Tahun Laktasi Kedua Produksi susu

5-6 Tahun Laktasi Ketiga Produksi susu 6-7 Tahun Laktasi Keempat Produksi susu 7-8 Tahun Laktasi Kelima Produksi susu

>8 Tahun Sapi Afkir Sudah tidak memproduksi susu

Sumber : Kelompok Ternak KANIA, 2012

Peternak sapi perah di Kelompok Ternak KANIA pada umumnya melakukan pemerahan susu dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi (jam empat pagi) dan sore hari

Dokumen terkait