• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

B. Siswa SMA Sebagai Remaja

3. Karakteristik Remaja SMA

Menurut Ali dan Asrori (2005: 16-17) masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, ini terjadi karena masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Ditinjau dari segi fisiknya, mereka sudah bukan anak-anak lagi melainkan sudah seperti orang dewasa, tetapi jika mereka diperlakukan seperti orang dewasa, ternyata belum dapat menunjukan sikap dewasa. Oleh karena itu, ada sejumlah karakteristik atau sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja yaitu sebagai berikut: 1) Kegelisahan: Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak idealisme, angan-angan, atau keinginan yang hendak diwujudkan di masa depan. Namun sesungguhnya remaja belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Seringkali angan-angan dan keinginannya jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuannya. Tarik- menarik antara angan-angan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih belum memadai mengakibatkan remaja diliputi oleh perasaan gelisah.

2) Pertentangan: Sebagai remaja yang sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum mampu untuk mandiri. Remaja sering mengalami kebingungan karena sering terjadi pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua. Pertentangan yang sering terjadi itu menimbulkan

keinginan remaja untuk melepaskan diri dari orang tua kemudian ditentangnya sendiri karena dalam diri remaja ada keinginan untuk memperoleh rasa aman. Akibatnya, pertentangan yang sering terjadi itu akan menimbulkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang lain.

3) Mengkhayal: Keinginan untuk menjelajah dan bertualang tidak semuanya tersalurkan. Sebab, menjelajah lingkungan sekitar yang luas akan membutuhkan biaya yang banyak, padahal kebanyakan remaja hanya memperoleh uang dari pemberian orang tuannya. Akibatnya, remaja lalu mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khyalannya melalaui dunia fantasi.

4) Aktivitas Berkelompok: Berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat terpenuhi karena bermacam- macam kendala, misalnya tidak tersedianya biaya dan adanya bermacam- macam larangan dari orang tua seringkali melemahkan atau bahkan mematahkan semangant para remaja. Kebanyakan remaja akan menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Remaja melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama-sama.

5) Keinginan mencoba segala sesuatu: Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajahi segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Selain itu, didorong juga oleh

keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukkan oleh orang dewasa. Misalnya, remaja putra mencoba merokok karena sering melihat orang dewasa melakukannya. Remaja puteri seringkali mencoba memakai kosmetik baru, meskipun sekolah melarangnya.

Menurut Andi Mappiare (1982: 31-41) remaja SMA kelas satu dengan remaja SMA kelas dua memiliki karakteristik yang berbeda. Siswa SMA kelas satu adalah siswa yang berusia sekitar 13-15 tahun dan disebut masa remaja awal. Masa remaja awal ini akan berakhir pada usia 17-18 tahun. Masa remaja awal ini masih tumpang tindih dengan masa kanak-kanak, dikatakan tumpang tindih sebab beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih dimilikinya, sementara beberapa ciri remaja dimilikinya pula. Dalam parohan akhir periode pubertas atau parohan awal masa remaja awal, terdapat gejala-gejala yang disebut gejala-gejala “negative phase”. Hurlock (Andi Mappiare,1982: 32) menguraikan cukup lengkap gejala- gejala negative phase pada remaja awal sebagai berikut (1) keinginan untuk menyendiri; (2) berkurangnya kemauan untuk bekerja; (3) kurang koordinasi fungsi- fungsi tubuh; (4) kejemuan; (5) kegelisahan; (6) pertentangan sosial; (7) penantangan terhadap kewibawaan orang dewasa; (8) kepekaan perasaan; (9) kurang percaya diri; (10) mulai timbul minat pada lawan jenis; (11) kepekaan perasaan susila; (12) dan kesukaan berkhayal.

Di samping gejala- gejala negative phase yang dimiliki bersama (pubertas dan remaja awal) tersebut diatas, terdapat pula karakteristik khas pada remaja awal antara lain:

1) Ketakstabilan keadaan perasaan dan emosi, masa ini sebagai perasaan yang sangat peka, remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan emosinya, kalau melihat sikap dan sifat remaja yang sesekali bergairah sangat dalam bekerja tiba-tiba berganti lesu, kegembiraan yang meledak bertukar rasa sedih yang sangat, rasa yakin diri berganti rasa ragu diri yang berlebihan.

2) Hal sikap dan moral, terutama menonjol menjelang akhir remaja awal.

3) Hal kecerdasan atau kemampuan mental remaja awal, kemapuan mental atau kemampuan berpikir remaja awal, mulai sempurna. Keadaan ini terjadi dalam usia antara 12-16 tahun. Dan kesempurnaan mengambil kesimpulan dan informasi abstrak dimulai usia 14 tahun. Akibatnya remaja awal suka menolak hal- hal yang tidak masuk akal. Penantangan pendapat sering terjadi dengan orang tua, gur u, atau orang dewasa lainnya jika mereka mendapat pemaksaan menerima pendapat tanpa alasan yang rasional .

4) Hal status remaja awal sangat sulit ditentukan. Status remaja awal tidak saja sulit ditentukan, bahkan membingungkan. Perlakuan yang diberikan oleh orang dewasa terhadap remaja awal sering berganti-ganti. Akibatnya, si remaja awal pun mendapat sumber kebingungan dan menambah masalahnya. 5) Walhasil, remaja awal banyak masalah yang dihadapinya. Sebab-sebabnya

adalah sifat emosional remaja awal. Kemampuan berpikir lebih dikuasai oleh emosionalitasnya sehingga kurang mampu mengadakan konsesus dengan pendapat orang lain yang bertentangan dengan pendapatnya.

6) Masa remaja awal adalah masa yang kritis. Dikatakan kritis sebab dalam masa ini remaja akan dihadapkan dengan soal apakah ia dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya atau tidak.

Siswa SMA kelas dua adalah siswa yang berusia sekitar 16-18 tahun dan disebut remaja tengah atau akhir. Karakteristik pokok dalam masa ini dan dengan jelas membedakannya dengan remaja awal adalah mengenai pola-pola sikap, pola perasaan, pola pikir dan pola perilaku nampak. Di antara karakteristik khas tersebut adalah:

1) Stabilitas mulai timbul dan meningkat. Para remaja tengah atau akhir ini yaitu siswa SMA kelas dua mulai menunjukkan ada dan meningkatnya kesetabilan dalam aspek-aspek pisik dan psikis. Pertumbuha n jasmani yang sempurna bentuknya, membedakannya dengan parohan awal masa remaja awal. Stabil dalam minat- minatnya, pemilihan sekolah, jabatan, pakaian, pergaulan dengan sesama ataupun lain jenis.

2) Citra-diri dan sikap pandang yang lebih realistis. Pada masa sebelumnya (remaja awal), remaja sangat sering memandang dirinya lebih tinggi ataupun lebih rendah dari keadaan yang sesungguhnya. Tetapi dalam masa remaja tenga h/akhir, keadaan yang semacam itu telah berkurang. Remaja telah mulai menilai dirinya sebagaimana adanya, menghargai miliknya, keluarganya, orang-orang lain seperti keadaan sesungguhnya.

3) Menghadapi masalahnya dengan lebih matang. Masalah yang dihadapi remaja pada masa ini relatip sama dengan masalah yang dihadapi dalam masa remaja awal. Perbedaannya terletak pada cara mereka menghadapi masalah. Kalau

dalam masa remaja awal mereka menghadapinya dengan bingung dan perilaku yang tidak efektip, maka pada masa remaja tengah/akhir ini mereka menghadapinya dengan lebih matang.

4) Perasaan menjadi lebih tenang. Dalam parohan akhir masa remaja akhir umumnya remaja lebih tenang dalam menghadapi masalah- masalahnya. Kalau pada masa remaja awal mereka sering memperlihatkan kemarahan-kemarahannya, sering sangat sedih dan kecewa, maka pada masa remaja tengah/akhir ha l yang demikian itu tidak lagi sering nampak.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga seringkali ingin mencoba-coba, mengkhayal, dan merasa gelisah, serta berani melakukan pertentangan jika dirinya merasa disepelekan atau “tidak dianggap”. Untuk itu, mereka sangat memerlukan keteladanan, konsistensi, serta komunikasi yang tulus dan empatik dari orang dewasa. Seringkali juga remaja melakukan perbuatan-perbuatan menurut normanya sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan di masyarakat yang dilakukan oleh orang dewasa/orang tuanya.

C. LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

Dokumen terkait