BAB III METODE PENELITIAN
A. Karakteristik Responden Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap 101 responden penelitian yang terdiri
dari 2 kelompok, yaitu 41 responden pria dan 60 responden wanita. Responden
dalam penelitian ini merupakan penyandang diabetes melitus tipe 2 yang telah
memenuhi kriteria penelitian baik inklusi maupun eksklusi.
Sebelum dilakukan uji hipotesis (statistik analitis) perlu dilakukan
pengujian statistik deskriptif yang merupakan dasar bagi statistik analitis.
Pengujian statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik data yang
dimiliki. Pengujian statistik deskriptif dalam penelitian ini adalah uji normalitas
dalam pengujian normalitas data dengan besar sampel (n>50). Apabila besar
sampel (n<50) maka digunakan uji normalitas Shapiro-Wilk (Dahlan,2011).
Dengan demikian, pada responden pria digunakan uji Shapiro-Wilk, sedangkan
pada responden wanita menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Suatu data
dikatakan normal jika nilai signifikansi (p)>0,05. Profil karakteristik
masing-masing kelompok responden (pria dan wanita) dalam penelitian ini meliputi usia,
abdominal skinfold thickness, dan kadar trigliserida dalam darah, seperti yang
ditunjukkan pada tabel V :
Tabel V. Karakteristik Responden Penelitian
No Karakteristik Pria (n=41) p Wanita (n=60) p 1 Usia(tahun) 61,2 + 9,7* 0,536 60,2 + 8,2* 0,200 2 AST (mm) 24,00 (9,2–37,0)** 0,008 25,70 + 6,9* 0,200 3 Trigliserida (mg/dL) 132,2 + 38,5* 0,000 141,2 + 55,9* 0,000 Keterangan : * =Mean + SD ** = Median (minimum-maksimum) 1. Usia Responden Pria :
Responden kelompok pria dalam penelitian ini memiliki kisaran usia
41-78 tahun. Dari data WHO didapatkan bahwa setelah mencapai usia 30 tahun,
kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg%/tahun pada saat puasa dan akan naik
sebesar 5,6-13 mg%/tahun pada 2 jam setelah makan. Pada usia 75 tahun,
diperkirakan sekitar 20% lansia mengalami DM, dan kurang lebih setengahnya
tidak menyadari adanya penyakit ini. Oleh sebab itu, American Diabetes
Association(ADA) menganjurkan penapisan (skrinning) DM sebaiknya dilakukan
terhadap orang yang berusia 45 tahun ke atas dengan interval 3 tahun sekali.
hipertensi dan dislipidemia) (Kane, Ouslander, dan Abrass, 2009). Pengujian
normalitas pada responden pria digunakan ujiShapiro-wilk karena jumlah sampel
<50, yaitu n=41. Hasil penelitian ini diperoleh rata-rata responden berusia 61,2
tahun dengan standar deviasi + 9,753. Distribusi umur responden diketahui
memiliki distribusi normal yang digambarkan dengan nilai p>0.05 (p=0,536).
Penelitian yang dilakukan oleh Nakanishi, Nakamura, Suzuki, Matsuo,
dan Tatara (2000) pada subyek pria normal Jepang dengan usia 25-59 tahun
menunjukkan bahwa adanya korelasi antara umur denganlog triglyceride(mg/dL)
yang memberikan nilai p kurang dari 0,001. Pada penelitian ini digunakan log
triglyceride, karena dalam analisis statistik yang digunakan, apabila didapatkan
distribusi data yang tidak normal maka digunakan nilai log. Hasil penelitian
tersebut menggambarkan bahwa adanya korelasi positif bermakna antara usia dan
kadar trigliserida pada subyek normal. Dengan demikian, usia disini dapat juga
menjadi pertimbangan sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat kadar
trigliserida dalam darah.
Responden Wanita :
Responden kelompok wanita dalam penelitian ini memiliki rentang usia
44-77 tahun. Hasil penelitian diperoleh rata-rata usia responden yaitu 60,2 tahun
dengan standar deviasi + 8,2. Beberapa studi epidemiologi mengatakan bahwa
tingkat kerentanan terjangkitnya penyakit DM tipe 2 sejalan dengan bertambahnya
usia.
Pengujian normalitas data responden kelompok wanita digunakan
responden kelompok wanita menunjukkan bahwa wanita lebih beresiko terkena
DM tipe 2 dibandingkan pria. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang menyatakan bahwa kasus DM
maupun Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) lebih banyak ditemukan pada
wanita dibandingkan pada pria. Hasil uji normalitas didapatkan distribusi data
usia pada responden kelompok wanita adalah terdistribusi normal dengan nilai
p>0,05, yaitu p = 0,2.
Berdasarkan World Health Organization (2013), usia di atas 60 tahun
termasuk dalam usia lanjut usia dan kondisi fisiologis sudah berbeda dengan usia
pertengahan rentang 45-59 tahun. Rata-rata usia yang diperoleh pada pengamatan
karakteristik responden baik pria maupun wanita adalah dalam kisaran 60 tahun.
Usia 60 tahun merupakan usia lansia, dimana diketahui profil kemampuan
metabolisme pada lansia berbeda dengan pada usia produktif (cenderung
mengalami penurunan kemampuan metabolisme). Sedangkan pada penelitian ini,
data yang diambil adalah data keseluruhan dengan usia responden 40 tahun ke
atas tanpa terdapat batasan. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat
dipengaruhi oleh adanya penyandang DM dengan usia lanjut yang terlibat menjadi
responden. Faktor usia sangat berperan terlebih untuk dapat diperoleh data
pengamatan pada DM usia produktif. Oleh karena itu, sebaiknya usia responden
dapat dibuat dalam rentang tertentu agar didapatkan data yang lebih spesifik dan
2. Abdominal skinfold thickness
Pengukuran abdominal skinfold thickness dilakukan untuk mengetahui
tebal lemak subkutan. Semakin tinggi nilai AST, berarti semakin tebal lemak
subkutan. Sebaliknya, semakin rendah nilai AST, berarti semakin sedikit pula
akumulasi lemak subkutan. Lemak abdominal merupakan komponen penyusun
AST. Lemakabdominalterdiri dari lemak visceral, retroperitonealdansubkutan.
Jaringan adipose subkutan lebih berkontribusi pada kejadian obesitas.
Pembentukan jarigan adiposa diperantarai oleh aktivitas hormon androgen.
Kelebihan androgen akan berkontribusi pada obesitas (Polikandrioti,et.al., 2009).
Adipogenesis pada jaringan abdominal subkutan akan meningkatkan akumulasi
lipid dalam darah (Blouin,et.al, 2008). Lemaksubkutanmerupakan lapisan lemak
dalam jaringan yang terletak di bawah dermis dan di atas otot dan fasia. Lemak
subkutanterlebih pada bagianabdomenmenjadi tempat akumulasi trigliserida.
Tidak adanya ketentuan khusus terkait nilai normal (ukuran pemusatan atau
cut-off point) AST dikarenakan pengukuran AST yang subyektif dan
berbeda-beda pada tiap orang. Dalam menentukan nilai normal (ukuran pemusatan atau
cut-off point) pada AST, dilihat distribusi data yang didapatkan. Apabila data
terdistribusi normal, maka digunakan nilai mean, sedangkan apabila tidak
terdistribusi normal, maka digunakan nilai median (Dahlan, 2011).
Responden Pria :
Hasil penelitian ini didapatkan nilai median AST pria adalah 24,00 mm,
tidak normal (p<0,05) dengan p=0,008. Kisaran nilai AST pada responden pria
adalah sebesar 9,17–37,00 mm. Responden Wanita :
Pada kelompok responden wanita didapatkan nilai mean 25,70 mm dan
standar deviasinya adalah 6,9, sehingga kisaran nilai AST wanita pada penelitian
ini adalah 10,5-38,0 mm. Data AST menunjukkan distribusi yang normal (p>0,05)
dengan p=0,200.
Nilai AST pada wanita cenderung lebih besar dibandingkan pada pria.
Terdapat perbedaan pola penyebaran lemak badan antara pria dan wanita yang
mengacu pada tuntutan untuk menghasilkan keturunan dan fungsi hormon lain.
Wanita mempunyai lemak spesifik yang mulai timbul sejak masa pubertas dan
biasanya tersebar di daerah payudara, perut bagian bawah, paha, dan sekitar alat
genital (Sudibjo, 2012). Hampir 80% lemak tubuh terdapat di area subkutan, dan
wanita mempunyai presentase lemak subkutan lebih besar dibandingkan pria.
Lemak subkutan pada wanita terdapat di daerah payudara, bokong, dan paha.
Lemak visceral pada pria sebesar 10-20% dari total lemak tubuh, sedangkan
wanita hanya 5-8% (Blouinet.al, 2008).
3. Kadar trigliserida
Pada dasarnya kadar trigliserida berbeda-beda tergantung usia dan jenis
kelamin. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa kadar kolesterol pada pria dan
wanita meningkat mulai usia 20 tahun. Pada pria kadar kolesterol akan meningkat
sampai usia 50 tahun, sedangkan pada wanita sampai sebelum menopause (40-50
perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini berkaitan dengan adanya
hormon estrogen pada wanita dapat membantu menurunkan kadar kolesterol total
dan LDL melalui aktivitas reseptor LDL, sehingga terjadi peningkatan LDL dan
trigliserida, serta penurunan kadar kolesterol HDL (Hendromartomo, 2009).
Responden Pria :
Hasil pengujian normalitas data kadar trigliserida didapatkan nilai rata-rata
kadar trigliserida responden pria adalah 132,2 mg/dL dengan standar deviasi +
38,49. Kisaran kadar trigliserida pada responden pria adalah mulai dari 82 mg/dL
hingga 284 mg/dL. Nilai p didapatkan p=0,000, hal ini berarti bahwa data tidak
terdistribusi normal. Kisaran kadar trigliserida menggambarkan bahwa profil lipid
(trigliserida) responden bervariasi dengan mayoritas pada rentang normal
(<150mg/dL) hingga tinggi (200-499mg/dL).
Responden Wanita :
Pada uji normalitas data kadar trigliserida diketahui bahwa nilai rata-rata
kadar trigliserida pada kelompok responden wanita adalah 141,2 mg/dL dengan
standar deviasi +55,9. Kisaran kadar trigliserida pada responden wanita adalah
72-330 mg/dL. Nilai P yang diperoleh pada uji ini sebesar p=0,000 yang
menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal.
Apabila dibandingkan, rata-rata kadar trigliserida pada responden wanita
(141,2mg/dL) dalam penelitian ini cenderung lebih tinggi dibanding pada pria
(132,2mg/dL). Hasil ini sesuai dengan pernyataan bahwa pada usia setelah
menopause (>50 tahun), kadar trigliserida pada wanita cenderung lebih tinggi
berusia lebih dari 50 tahun (usia responden wanita <50 tahun = 4 dari 60
responden).
B. Perbandingan Kadar Trigliserida pada kelompokAbdominal Skinfold