• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Dalam dokumen Pengasuhan Cucu Dan Kesejahteraan Lansia (Halaman 51-57)

Karakteristik responden merupakan hal-hal spesifik dari responden yang diteliti. Responden dalam penelitian ini adalah rumah tangga lansia yang mengasuh cucu dan rumah tangga lansia yang tidak mengasuh cucu. Karakteristik responden yang digali dalam penelitian ini terdiri dari usia, jenis kelamin, pekerjaan, jumlah anggota rumah tangga dewasa dan jumlah anggota rumah tangga anak dan remaja. Penggambaran mengenai karakteristik responden yang diteliti dapat dilihat pada pembahasan mengenai masing-masing aspek yang membentuk karakteristik responden penelitian berikut:

Usia Responden

Karakteristik usia responden pada penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori 60-63 tahun, 64-71 tahun, 71-90 tahun. Kategori tersebut didapatkan dari sebaran usia yang didapat melalui pertanyaan kuesioner kepada responden dan kemudian dilihat rata-rata atau Mean dan standar deviasinya. Berdasarkan data yang didapatkan dari lapang usia termuda responden adalah 60 tahun dan usia tertua adalah 90 tahun.

Tabel 7 Jumlah dan persentase sebaran usia responden di Desa Banjarsari tahun 2016

Usia Mengasuh cucu Tidak mengasuh

cucu Total n % n % N % 60-63 tahun 18 51,4 5 20 23 38,3 64-71 tahun 12 34,3 10 40 22 36,7 71-90 tahun 5 14,3 10 40 15 25,0 Total 35 100 25 100 60 100

Tabel 7 menunjukkan sebaran responden penelitian tidak terlampau berbeda dari segi usia. Persentase responden berusia kurang dari 64 tahun sebesar 51,4% dan berusia antara 64 sampai dengan 71 tahun sebesar 34,3% dan lansia yang berusia lebih dari 71 tahun sebesar 14,3%. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa lansia yang mengasuh cucu mayoritas sebanyak 51,4% berusia kurang dari 64 tahun atau menurut BPS merupakan lansia muda. Wawancara dan informasi di lapang menyebutkan bahwa lansia muda memiliki kondisi fisik yang lebih baik dibandingkan dengan lansia madya dan lansia tua, sehingga kegiatan pengasuhan cucu lebih banyak dilakukan oleh lansia muda. Terdapat 34,3% lansia berusia antara 64 sampai dengan 71 tahun dan 14,3% berusia lebih dari 71 tahun yang melakukan kegiatan pengasuhan. Tabel 7 juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar golongan usia lansia yang tidak melakukan kegiatan pengasuhan cucu.

Jenis Kelamin Responden

Responden pada penelitian ini adalah kepala rumah tangga lansia. Hasil survei di lapangan menunjukkan bahwa jenis kelamin responden dalam penelitian

ini menunjukkan terdapat 51,7% responden laki – laki dan 48,3% responden perempuan. Mayoritas jenis kelamin kepala keluarga rumah tangga lansia yang melakukan kegiatan pengasuh cucu adalah laki-laki yaitu sebesar 65,7% dan kepala keluarga perempuan sebanyak 34,3%. Hal tersebut menujukkan bahwa bagi rumah tangga lansia yang mengasuh cucu banyak dilakukan oleh pasangan suami istri lansia dibandingkan dengan lansia dengan status janda atau duda.

Tabel 8 Jumlah dan persentase jenis kelamin responden lansia di Desa Banjarsari tahun 2016

Jenis Kelamin Mengasuh

cucu Tidak mengasuh cucu Total n % n % N % Laki – laki 23 65,7 8 32 31 51,7 Perempuan 12 34,3 17 68 29 48,3 Total 35 100 25 100 60 100

Kegiatan pengasuhan lansia membutuhkan banyak energi baik untuk memenuhi kegiatan pengasuhan maupun untuk melakukan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pengasuhan cucu, sehingga dalam melakukan kegiatan pengasuhan lansia tidak dapat melakukan hal tersebut seorang diri. Lansia membutuhkan dukungan dan bantuan dari pasangan atau anggota rumah tangga dewasa lainnya. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pasangan lansia menjadi lansia yang paling banyak melakukan kegiatan pengasuhan cucu dibandingakan dengan lansia yang telah tidak memiliki pasangan. Keberadaan pasangan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan lansia mampu melakukan kegiatan pengasuhan karena adanya dukungan baik secara ekonomi, sosial, psikologis dan fisik dari pasangan.

Data di lapang menunjukkan bahwa adanya pembagian peran dalam melakukan kegiatan pengasuhan dalam rumah tangga lansia. Lansia perempuan akan memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan seperti makan dan kebutuhan dasar lainnya seperti sandang sedangkan bagia lansia laki-laki atau kakek banyak berperan dalam memberikan pendidikan, wejangan dan juga hiburan bagi cucu. Contoh kegiatan yang dilaksanakan oleh lansia wanita adalah menyiapkan makanan dan menyiapkan pakaian cucu. Kegiatan yang dilaksanakan oleh lansia laki-laki antara lain mengantar dan menjemput cucu sekolah, mengajarkan mengaji, mengajak ke kebun atau sawah.

Jenis Pekerjaan Responden

Data pada Tabel 9 menujukkan jenis pekerjaan paling banyak responden adalah pensiunan. Terdapat 35,0% responden yang memiliki pekerjaan sebagai pensiunan dan 26,70% sebagai lainnya. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan lainnya adalah ibu rumah tangga dan tidak bekerja. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa lansia yang melakukan kegiatan pengasuhan merupakan lansia dengan kondisi ekonomi yang baik dibandingkan dengan lansia yang tidak melakukan kegiatan pengasuhan.

Tabel 9 Jumlah dan persentase jenis pekerjaan responden di Desa Banjarsari tahun 2016

Mata Pencaharian

Mengasuh cucu Tidak mengasuh cucu Total

N % n % N % Pensiun 16 45,7 5 20 21 35,0 Petani 0 0,0 1 4 1 1,7 Buruh tani 2 5,7 3 15 5 8,3 Pegawai Swasta 3 8,6 1 4 4 6,7 Wirausaha 7 20,0 1 4 8 13,3 Buruh 2 5,7 2 8 4 6,7 Asisten Rumah Tangga 0 0,0 1 4 1 1,7 Lainnya 5 14,3 11 44 16 26,7 Total 35 100 25 100 60 100

Pendapatan yang didapatkan oleh responden dengan pekerjaan lainnya berasal dari kiriman atau remitan atau bantuan warga dan pemerintah. Tabel 9 menunjukkan jenis pekerjaan responden yang mengasuh cucu paling banyak adalah pensiunan, yaitu mencapai 45,7%. Pekerjaan lain yang paling banyak adalah wirausaha 20,0 %. Berdasarkan hasil penelitian, jenis pekerjaan lansia yang mengasuh tidak merata antar responden.

Jumlah Anggota Rumah Tangga

Anggota rumah tangga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal pada satu rumah tangga yang sama dengan kepala keluarga. Anggota rumah tangga meliputi istri, anak dan kerabat lainnya. Anggota rumah tangga anak dan remaja merupakan anggota rumah tangga yang berusia 5 sampai dengan 25 tahun yang bukan cucu yang diasuh oleh lansia yang tinggal bersama dengan kepala keluarga lansia. Anggota rumah tangga dewasa merupakan anggota rumah tangga yang berusia 26 sampai dengan 100 tahun yang tinggal bersama dengan kepala rumah tangga lansia.

Tabel 10 Jumlah dan persentase anggota rumah tangga anak dan remaja responden di Desa Banjarsari tahun 2016

ART anak dan remaja

(jiwa)

Mengasuh cucu Tidak mengasuh cucu Total

n % n % N %

0 23 65,7 23 92 46 76,7

1 9 25,7 1 4 10 16,7

2 3 8,6 1 4 4 6,7

Total 35 100 25 100 60 100

Tabel 10 menunjukkan jumlah anggota rumah tangga anak dan remaja yang tinggal bersama responden. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jika baik lansia yang mengasuh cucu dan lansia yang tidak mengasuh cucu mayoritas tidak memiliki anggota rumah tangga anak dan remaja selain cucu. Data yang didapatkan

di lapang menunjukkan jika anggota rumah tangga anak dan remaja merupakan anak terakhir, famili lain yang dititipkan untuk bersekolah dan menantu. Anggota rumah tangga anak dan remaja memiliki tugas dalam membantu pekerjaan rumah tangga lansia seperti ikut membersihkan rumah dan bagi anggota rumah tangga anak dan remaja yang berusia lebih dari 15 tahun juga memiliki tanggung jawab untuk memasak dan ikut membantu melakukan kegiatan pengasuhan cucu. Tabel 10 juga menunjukkan bahwa lansia yang melakukan pengasuhan cucu memiliki lebih banyak anggota rumah tangga anak dan dewasa dibandingkan dengan lansia yang tidak melakukan kegiatan pengasuhan cucu.

Tabel 11 Jumlah dan persentase anggota rumah tangga dewasa responden di Desa Banjarsari tahun 2016

ART dewasa

(jiwa)

Mengasuh cucu Tidak mengasuh cucu Total

n % n % N % 0 8 22,8 14 56 22 36,7 1 10 28,5 4 16 14 23,3 2 11 31,4 5 20 16 26,7 3 5 14,3 2 8 7 11,7 4 0 0,0 0 0 0 0,0 5 1 2,9 0 0 1 1,7 Total 35 100 25 100 60 100

Terdapat perbedaan data jumlah anggota rumah tangga dewasa pada rumah tangga lansia yang mengasuh cucu. Pada keluarga yang mengasuh cucu, terdapat 31,4% rumah tangga yang memiliki 2 anggota rumah tangga dewasa dan 28,6% rumah tangga yang memiliki 1 anggota rumah tangga dewasa. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kerabat yang membantu pekerjaan rumah tangga

lansia dan juga lansia cenderung membutuhkan bantuan dalam kegiatan – kegiatan

pengasuhan. Selain itu terdapat perbedaan data anggota rumah tangga anak dan remaja, pada data pengasuhan cucu seluruh rumah tangga memiliki anggota rumah tangga anak dan remaja. Sebanyak 51,4% rumah tangga memiliki 1 orang anggota rumah tangga anak dan remaja dan 42,8% rumah tangga memiliki 2 orang anggota rumah tangga anak dan remaja. Hanya 2,9% rumah tangga memiliki 3 orang anggota rumah tangga dan 2,9% rumah tangga memiliki 4 orang anggota rumah tangga.

Status Perkawinan Responden

Perkawinan merupakan pranata sosial dengan maksud membentuk keluarga. Status perkawinan merupakan posisi yang dimiliki seseorang atau individu dalam masyarakat berkaitan dengan hubungan pernikahan. Responden pada penelitian ini dibagi menjadi belum kawin, kawin, cerai hidup dan cerai mati. Perkawinan adalah suatu alat perlindungan yang penting bagi lansia untuk tidak tinggal panti, terutama untuk lansia laki-laki (Waerness 1989 dalam Wahyuni 2003). Wahyuni (2003) juga menyebutkan bahwa secara tradisional, salah atu peranan perempuan dalam perkawinan yaitu pengasuhan.

Tabel 12 Jumlah dan persentase status perkawinan responden di Desa Banjarsari tahun 2016

Status Perkawinan

Mengasuh cucu Tidak mengasuh cucu Total

n % n % N % Belum Kawin 0 0,0 1 4,0 1 1,7 Kawin 26 74,3 9 36,0 35 58,3 Cerai Hidup 0 0,0 1 4,0 1 1,7 Cerai Mati 9 25,7 14 56,0 23 38,3 Total 35 100 25 100 60 100

Tabel 12 menunjukkan bahwa 74,3% lansia yang mengasuh cucu memiliki status perkawinan kawin. Tingginya jumlah lansia kawin menunjukkan jika dalam kegiatan pengasuhan keberadaan pasangan merupakan hal penting bagi lansia. Keberadaan pasangan memiliki fungsi sebagai bentuk dukungan psikologis, sosial, ekonomi dan kesehatan bagi lansia khususnya bagi lansia yang mengasuh cucu. Keberadaan pasangan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kesejahteraan lansia. Berbeda dengan lansia yang tidak melakukan kegiatan pengasuhan, 56,0% lansia memiliki status perkawinan cerai mati. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa status perkawinan merupakan salah faktor penentu yang penting untuk menentukan kemampuan lansia dalam melaksanakan kegiatan pengasuhan cucu.

Ikhtisar

Berdasarkan data yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa lansia yang melakukan kegiatan pengasuhan cucu adalah lansia dengan kategori 60-63 tahun, memiliki matapencaharian sebagai pensiunan, tidak memiliki anggota rumah tangga anak dan remaja lain selain cucu, memiliki anggota rumah tangga dewasa lain yang membantu kegiatan pengasuhan dan berstatus kawin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lansia yang melakukan kegiatan pengasuhan merupakan lansia mampu baik secara ekonomi maupun dalam aspek-aspek lainnya.

Karakteristik usia responden pada penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu 60 sampai dengan 63 tahun, 64 sampai dengan 71 tahun, 71 sampai dengan 90 tahun. Berdasarkan data yang didapatkan dari lapang usia termuda responden adalah 60 tahun dan usia tertua adalah 90 tahun. Persentase responden berusia 60 sampai dengan 63 tahun sebesar 38,3% dan berusia antara 64 sampai dengan 71 tahun sebesar 36,7%. Lansia yang mengasuh cucu mayoritas sebanyak

51,4% berusia 60 sampai dengan 63 tahun. Terdapat 51,7% responden laki – laki

dan 48,3% responden perempuan. Data menunjukkan bahwa di Desa Banjarsari banyak terdapat kepala keluarga perempuan terutama dalam rumah tangga lansia. Kondisi tersebut berbeda dengan jenis kelamin responden kepala keluarga yang melakukan kegiatan pengasuhan cucu. Rumah tangga lansia yang melakukan kegiatan pengasuh cucu mayoritas jenis kelamin kepala keluaraga adalah laki-laki yaitu sebesar 65,7% dan kepala keluarga perempuan sebanyak 34,3%. Hal tersebut menujukkan bahwa bagi rumah tangga lansia yang mengasuh cucu banyak dilakukan oleh pasangan suami istri lansia.

Jenis pekerjaan paling banyak responden adalah pensiunan. Terdapat 35,0% responden yang memiliki pekerjaan sebagai pensiunan dan 26,70% sebagai lainnya.

Pekerjaan – pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan lainnya adalah ibu rumah

tangga dan tidak bekerja. Pendapatan yang didapatkan oleh responden dengan pekerjaan lainnya berasal dari kiriman atau remitan atau bantuan warga dan pemerintah.

Jenis pekerjaan responden yang mengasuh cucu paling banyak adalah pensiunan, yaitu mencapai 45,7%. Pekerjaan lain yang paling banyak adalah wirausaha 20,0 %. Terdapat 36,7% rumah tangga lansia baik yang melakukan kegiatan pengasuhan dan tidak melakukan kegiatan pengasuhan dengan anggota rumah dewasa 0 atau tidak terdapat anggota rumah tangga dewasa. Terdapat 38,3% rumah tangga responden yang tidak memiliki anggota rumah tangga anak dan remaja. Perbedaan terjadi pada data jumlah anggota rumah tangga dewasa pada rumah tangga lansia yang mengasuh cucu. Keluarga yang mengasuh cucu, terdapat 31,4% rumah tangga yang memiliki 2 anggota rumah tangga dewasa dan 28,6% rumah tangga yang memiliki 1 anggota rumah tangga dewasa. Status perkawinan lansia yang mengasuh cucu mayoritas kawin dengan persentase 74,3%.

KONDISI PENGASUHAN CUCU DAN KESEJAHTERAAN

Dalam dokumen Pengasuhan Cucu Dan Kesejahteraan Lansia (Halaman 51-57)

Dokumen terkait