• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA

4.2. Penyajian Data dan Tabel Frekuensi

4.2.1. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini peneliti mengambil responden dari masyarakat yang mengurus surat tanah di Kantor Kelurahan Kotapinang pada bulan Januari- Maret 2015 . berikut adalah klasifikasi responden yang dimaksud.

58

1. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia

Untuk sebaran responden yang mengurus surat tanah di Kelurahan Kotapinang dapat dilihatpada tabel berikut:

Tabel 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia

No. Usia ( Tahun) Jumlah (orang) Persentase(%)

1. 16-25 1 10.00

2. 26-35 3 30.00

3. 36-45 1 10.00

4. 46- Keatas 5 50.00

Jumlah 10 100.00

Sumber: Penelitian Lapangan Maret 2015

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 10 orang responden terdiri dari 1 orang berusia16-25 tahun(10%), 3 orang berusia 26-35 tahun (30%), 1 orang berusia 36-45 tahun (10%), dan 5 orang berusia 46 tahun- keatas ( 50%).

Dari tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dari segi usia, semua yang mengetahui dan mengurus surat sudah mencakup seluruh lapisan masyarakat yang berusia dewasa. Bisa dikatakan bahwa pengurusan surat kepemilikan tanah sudah pasti dilakukan oleh masyarakat yang memiliki tanah ataupun melakukan proses jual beli tanah.

59

2. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Untuk sebaran masyarakat responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Penelitian Lapangan Maret 2015

Berdasarkan data dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui terdapat 5 responden (50%) yang berjenis kelamin laki-laki dan 5 responden (50%) berjenis kelamin perempuan.

3. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Untuk Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dari tabel 4.3 berikut ini:

No. Jenis Kelamin Jumlah ( Orang) Persentase (%)

1. Laki- Laki 5 50.00

2. Perempuan 5 50.00

60

Tabel 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase(%)

1. SD - 0.00 2. SMP 1 10.00 3. SMA 7 70.00 4. Diploma - - 5. Sarjana (S1) 1 10.00 6. Magister (S2) 1 10.00 Jumlah 10 100.00

Sumber: Penelitian lapangan Maret 2015

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan responden terdiri dari 1 orang(10%) adalah tamatan SMP, 7 Orang(70%) adalah tamatan SMA, 1 orang (10%) adalah tamatan sarjana, 1 orang ( 10%) adalah tamatan magister (S2).

Dari tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa tidak ada responden yang merupakan tamatan SD, hal ini berarti bahwa masyarakat yang dijadikan responden umumnya memiliki pendidikan dasar wajib belajar. Hal ini tentu memberi pengaruh positif terhadap pemahaman dalam pengurusan surat tanah. Syarat- syarat dan penjelasan yang diberikan pegawai akan lebih mudah dimengerti jika dikaitkan dengan latar belakang pendidikan yang mereka miliki.

61

4. Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan

Untuk sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan dari dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah ( Orang) Persentase (%)

1. Petani 1 10.00

2. Industri - 0.00

3. PNS/TNI/POLRI 3 30.00

4. Lain- Lain 6 60.00

Jumlah 10 100.00

Sumber: Penelitian Lapangan Maret 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang bekerja sebagai petani berjumlah 1 orang,yang bekerja di bidang industri berjumlah 0 orang , PNS/TNI/POLRI berjumlah 3 orang. Jenis pekerjaan lain- lain dalam table diatas mencakup wiraswasta dan ibu rumah tangga. Jumlah responden yang termasuk pekerjaan lain- lain adalah 6 orang.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hampir seluruh masyarakat dari kalangan pekerjaan dan profesi apapun melakukan proses pembuatan surat tanah di kantor Kelurahan Kotapinang.

62

4.2.2. Penyajian Data Mengenai Pelayanan Administrasi Pertanahan dalam Pengurusan Surat Kepemilikan Tanah di Kelurahan Kotapinang Kecamatan Kotapinang Labuhanbatu Selatan.

Sehubungan dengan teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah teknik wawancara maka akan dipaparkan hasil wawancara tersebut dengan cara menginterpretasikan sesuai dengan analisa peneliti dan keterangan yang disampaikan oleh para responden yang telah diwawancarai dan mengikuti urutan variabel yang digunakan.

A. Komponen Standart Pelayanan yang Terkait dengan Proses Penyampaian Pelayanan ( Service Delivery), yang terdiri atas:

1. Persyaratan

Persyaratan yaitu meliputi apa saja hal yang dibutuhkan untuk mengurus surat tanah, dalam penelitian ini indikatornya adalah apakah sesuai antara persyaratan dengan jenis pelayanan yang ingin didapatkan.

Dari hasil wawancara diperoleh bahwa persyaratan yang dibutuhkan dan diminta disini merupakan persyaratan yang memang seharusnya dan persyaratan itu sesuai dengan apa pelayanan yang ingin didapatkan masyarakat.

Berikut pernyataan dari Ibu Elvy darma Yanti , Warga Kalapane

“syaratnya nggak banyak kok, seingat ibu cuma KTP, pihak I dan II, saksi sama langsung aja datang ke Kantor Kelurahan. Sesuai kok syaratnya kalo menurut ibu”.(Wawancara Jumat 6 Maret 2015 : 11.00 WIB)

63

Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Bapak Pandapotan Situmeang, Warga Jalan Bukit Kotapinang.

“ syarat –syaratnya nggak macam-macam, sesuai dengan apa yang mau diurus kok. Nggak ada syarat yang aneh-aneh”. (wawancara 17 Maret 2015: 17.00 WIB) Ibu Israwati warga Kampung Baru, Kotapinang mengatakan:

“Syaratnya sesuai kok, paling KTP, alas hak, saksi, kedua pihak, itu aja kok dek. Soalnya kakak waktu itu cuma ngurus jual beli aja”. (wawancara 18 Maret 2015: 16.10 WIB)

Seluruh responden dari mengatakan bahwa syarat dan pelayanan yang diinginkan sudah sesuai dan tidak ada persyaratan – persyaratan tertentu yang diberikan pihak kecamatan.

2. Sistem, Mekanisme dan Prosedur

Sistem adalah hubungan antara elemen-elemen yang ada di lingkungan kerja Kelurahan, meliputi hubungan antar staf, hubungan staf dengan perangkat kerjanya ataupun hubungan program –program komputer itu dengan penggunanya. Mekanisme adalah cara pegawai/ staf kelurahan menjalankan atau mengerjakan tugasnya, dan prosedur adalah serangkaian aksi yang harus dilakukan dengan cara yang selalu sama agar diperoleh hasil yang selalu sama pula.

Jadi dapat dikatakan sistem,mekanisme dan prosedur yang dimaksudkan disini adalah bagaimana cara para staf Kelurahan melakukan hubungan dengan perangkat kerja ataupun staf lainnya dalam melaksanakan tugas dengan serangkaian tata cara yang telah ditentukan/ ditetapkan.

64

Dalam penelitian ini, sistem, mekanisme, dan prosedur diukur dari indikator cara staf mengerjakan tugasnya, alat-alat yang mendukung penyelesaian pekerjaannya, dan tata cara mereka melayani masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa sistem , mekanisme dan prosedur yang dilakukan Kantor Kelurahan dalam melayani masyarakat masih menggunakan cara-cara sederhana dan manual, terbatasnya peralatan dan keterbatasan kemampuan penggunaan komputer juga menjadi suatu kendala, prosedur yang diikuti merupakan kebiasaan dan belum tertuang dalam bentuk SOP yang jelas, sehingga banyak hal yang belum jelas ketentuannya.

Terkait dengan itu, beriku pernyataan dari Ibu Sri Mutiati, Warga Jalan Bedagai Kotapinang:

“ Ibu lihat cara kerja mereka masih sederhana, kalau ada yang perlu dicatat, kemudian dicatat ke buku. Kalau ada data yang mau diambil dilihat dari buku sejenis buku besar. Kalau petugas pertanahannya itu ketiknya masih pakai mesin ketik”. ( wawancara 16 Maret 2015: 14.30 WIB)

Mengenai sistem, mekanisme dan prosedur Bapak Mhd. Syahputra warga Kalapane mengatakan:

“ Sistem mereka yang saya lihat masih sangat manual, serba catat mencatat saja”. ( wawancara 17 Maret 2015: 15.30 WIB)

Berikut pendapat Bapak Pandapotan, warga Jalan Bukit Kotapinang:

“sistem, mekanisme, dan prosedur ya kalo ditengok masi manual semua. Sistem kerjanya kalo lagi banyak yang ngantri ya dilayani sama-sama, nggak satu-satu. Kadang kalo pas giliran kita udah siap ditanya-tanya. Pas ngerjakan surat kita ya

65

orang lain yang lagi nunggu ditanya- tanya juga. Nanti udah selesai suratnya baru ngomong lagi sama kita. Karna pegawainya cuma satu ya begitulah”. (wawancara 17 Maret 2015: 17.00 WIB)

Beberapa responden lainnya mengungkapkan bahwa sistem, mekanisme dan prosedur yang ada di Kelurahan Kotapinang biasa-biasa saja dan tidak ada yang spesial.

3. Jangka Waktu Pelayanan

Jangka waktu pelayanan adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan masyarakat untuk mengurus surat tanah di kelurahan kotapinang. Dalam penelitian ini, jangka waktu dinilai dari konsistensi waktu penyelesaian, adakah ketetapan waktu yang sudah menjadi standar bagi penyelesaian surat tanah.

Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa jangka waktu yang dibutuhkan dalam mengurus sebuah surat selalu berubah - ubah dan mengikuti situasi. Tidak terdapat standart dan ketetapan yang mengaturnya, Hal ini akan mengurangi tingkat profesionalitas kerja Kelurahan.

Berikut pernyataan Ibu Wagini Warga Desa Rantau Benuang:

“ langsung siap, karena rumah ibu kan jauh rumahnya, ditungguin sampai siap”. (wawancara 5 Maret 2015: 12.00 WIB)

Tentang waktu penyelesaian berikut adalah pernyataan dari Ibu Sriyanti, Warga Lingkungan Kampung Malim:

66

“ Waktu itu 1 hari siap urusan kakak, iya sesuai sama janji Bapak itu”. (wawancara 6 Maret 2015 : 13.00).

Lain lagi dengan pernyataan sebelumnya, berikut pendapat Ibu Elvy Darma Yanti, Warga Kalapane:

“Sesuai perjanjian waktu itu 2 hari karena memang janjinya segitu. Harusnya sehari juga katanya bisa siap tapi karena ada KTP yang hilang, jadi mencari KTP yang hilang itu dulu. Melengkapi syaratnya jadi ditunda pengerjaannya”.(wawancara 6 Maret 2015 : 11.00 WIB)

Pendapat Ibu Sri Mutiati, Warga Begadai Kotapinang sebagai berikut:

“karena syaratnya sudah lengkap dan tinggal dibuatkan suratnya harusnya kalau ditunggu bisa selesai tapi karena kebetulan ibu lagi nggak bisa menunggu ya pas lagi sempat dijemput, sekitar 2 harinya”.(wawancara 16 Maret 2015. 14.30 WIB) Bapak Muhammad Syahputra warga kalapane mengatakan:

“waktu saya mengurus cuma 3 hari, karena memang dari awal saya tanyakan mereka bilang 3 hari. 3 hari kemudian saya jemput memang sudah selesai”. (wawancara 17 Maret 2015: 15.30 WIB)

Menanggapi pertanyaan serupa Bapak Pandapotan Situmeang warga jalan Bukit mengungkapkan:

“ siap suratnya itu kita tanya dulu, bisa siapnya kapan. Kalo disuruhnya kita 2 hari lagi datang yaudah kita jemputlah pas waktu dibilang udah siap. Atau nanti bisa kita telepon dulu sebelum datang supaya nggak sia-sia kesana menjemputnya. ( wawancara 17 Maret 2015 : 17.00 WIB)

Selanjutnya Ibu Israwati Warga kampong baru mengatakan:

“ waktu itu kira-kira sehari udah siap nya, karena lagi nggak banyak yang mengurus, jadi bisa cepat”. (wawancara 18 Maret 2015: 16.10 WIB)

67

”sesuai kok dengan janji, kemarin janji 3 hari. Pas dijemput sudah siap suratnya.(wawancara 18 Maret 2015: 14.30 WIB)

4. Biaya / Tarif

Biaya/ tarif adalah besarnya uang yang harus dikeluarkan dalam proses pengurusan surat tanah. Dalam penelitian ini, yang menjadi ukuran adalah berapa biaya atau tarif yang dibebankan kepada masyarakat apakah sudah sesuai dengan ketentuan, apakah hal itu merupakan suatu peraturan yang sudah ditetapkan?

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa belum ada peraturan berapa besar tariff yang dibebankan, tapi seluruh masyarakat yang mengurus surat mengakui memberikan sejumlah uang yang disesuaikan dengan harga tanah. Sebenarnya biaya operasional Kelurahan seharusnya ditanggung oleh pemerintah daerah dan bantuan pemerintah lainnya, namun pihak kelurahan mengatakan hal ini dilatarbelakangi dari ketidak adaan dana operasional sejak 2013.

Terkait mengenai biaya atau tarif, berikut adalah pernyataan para responden:

Ibu Wagini, warga Dusun Rantau benuang:

”ratusan ribu juga, sesuai sama harga tanah. Kalau tanah makin mahal, bayarnya juga makin tinggi”. (wawancara 5 Maret 2015: 12.00 WIB)

Masalah biaya merupakan hal yang sensitif untuk dibahas dan menuai banyak pendapat seperti yang dikemukakan oleh Elvy Darma Yanti warga Kalapane:

“kalau biaya itu jumlahnya memang nggak disebutkan, tapi sesuai kebiasaan kalo jual beli tanah yang harganya 30 juta-an, bisalah kita kasi 300 ribu, tapi kalau harganya lebih mahal biasanya kasih sesuai tanah. Dikira-kira aja yang

68

perbandingannya pas. Kalau menurut Ibu, kalo nggak ada bayar-bayarnya lebih bagus lagi, soalnya pelayanan kan harusnya gratis kalau dikelurahan. Tapi kalau nggak dikasih nanti nggak siap suratnya jadi lama urusannya, jadi kasih sajalah”.(wawancara 6 Maret 2015: 11.00 WIB)

Berikut pendapat dari Bapak Pandapotan Situmeang, warga jalan Bukit:

“memang nggak ada patokan biaya tertulis yang dibuat mereka, cuma uang salam itu tergantung harga jual dari tanah itu. Biasanya tau itu kita tanya dari orang yang pernah juga ngungurus surat sebelumnya kira- kira ngasih berapa. Memang kalok ngurus selalu kek gitu, ya udah ngerti sama ngerti lah itu. Contohnya kalo kita jual tanah harga 30 juta, kita kasi lah uang surat 300 ribu. Kalo 80 jutaan bisalah kita kasi 500 ribu gitu.

Masalah kewajaran kalok memang bisa gratis ya lebih bagus lagi, tapi karena memang dari orang-orang lain yang ngurus pun udah gitu yam au bilang apa”.(wawancara17 maret 2015: 17.00 WIB)

5. Produk Pelayanan

Produk pelayanan adalah mengenai apa saja hasil keluaran yang dapat dihasilkan oleh bidang pertanahan di Kelurahan Kotapinang. Dalam penelitian ini, indikatornya adalah apakah masyarakat mengetahui urusan apa saja yang menjadi tugas dan tanggung jawab bagian pertanahan dan apakah tugas tersebut telah dilaksanakan dengan baik.

Menurut data hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat tidak tahu sama sekali. Namun pada pelaksanaan tugasnya tidak ditemukan kesalahan, dalam arti tugas tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hanya saja masyarakat tidak mengetahui apa saja pelayanan yang dapat diberikan, karena kurangnya sosialisasi.

69 Bapak Marzuki, warga simaninggir mengatakan:

“Nggak tau kalau banyak jenis-jenisnya. Yang Bapak tau cuma tentang surat tanah jual beli gini lah sama suat waris”. (wawancara 18 Maret 2015: 14.30 WIB)

Ibu Sriyanti warga Kampung Malim mengatakan:

“Macam- macamnya kakak nggak tau. Kakak yang tau baru inilah ada urusan kakak kesana. Sosialisasi kakak ga pernah tau.”(wawancara 6 Maret 2015: 13.00)

Hal serupa mengenai ketidaktahuan produk pelayanan juga diakui oleh Bapak Mhd. Syahputra warga kalapane:

“saya cuma menguru surat tanah karena waktu itu saya menjual tanah. Itu saja, lainnya saya kurang tau. Saya tidak pernah ikut sosialisasi”.(wawancara 17 Maret 2015: 15.30WIB)

6. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan.

Penanganan pengaduan, saran dan masukan dalam penelitian ini dilihat dan diukur dari pernahkah masyarakat memberi pengaduan, saran, dan masukan dan bagaimana Lurah menanggapi semua itu dan melalui apa masyarakat menyampaikannya.

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan sebagian besar masyarakat tidak pernah memberikan saran, pengaduan ataupun masukan. Dan juga belum tersedianya media penampung pengaduan,saran dan masukan.

70

“ belum pernah kasih saran, biasanya saya kesana kalau ada keperluan saja”. (Wawancara 17 Maret 2015: 15.30 WIB)

Sejalan dari pernyataan tersebut, berikut pernyataan dari Ibu Israwati, Warga Kampung Baru:

“Belum pernah dek, kurang tau kakak. Kalo kakak liat nggak ada disitu kotak saran atau apa. Mungkin langsung dibilang lah sama stafnya, tapi itupun kalo yang mau komplen berani ngomong”. (wawancara 18 Maret 2010: 16:10)

B. Komponen Standart Pelayanan yang Terkait dengan Proses Pengelolaan Pelayanan di Internal Organisasi ( Manufacturing), yang terdiri dari:

1. Dasar Hukum

Dasar hukum adalah peraturan ataupun ketetapan yang melandasi kegiatan di Kantor Kelurahan Kotapinang. Dasar hukum dapat dilihat dari adakah peraturan yang melandasi kegiatan pertanahan di Kantor kelurahan Kotapinang, apakah yang dilakukan sudah sesuai dengan peraturan dan apakah masyarakat mengetahui adanya peraturan ini. Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tugas mengenai urusan pertanahan sudah diatur dengan jelas didalam Perbup, kegiatan pertanahan yang dilakukan juga telah mengikuti peraturan, namun belum ada satupun masyarakat yang mengetahui tentang adanya peraturan yang melandasi kegiatan pertanahan di Kantor Kelurahan Kotapinang ini. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sriyanti Warga kampong Malim Kotapinang:

“ nggak tau kakak dasar hukumnya. Belum pernah ikut sosialisasi juga. Dan nggak tau juga kakak sosialisasinya”.(wawancara 6 Maret 2015:13.00 WIB)

71

Serupa dengan pernyataan sebelumnya, berikut pernyataan dari salah satu warga Kalapane Kotapinang yaitu Ibu Elvy Darma Yanti:

“ Ibu kurang tau lah dasar hukumnya. Sosialisasi nggak tau ada atau nggak tapi ibu belum pernah ikut”.(wawancara 6 Maret 2015:11.00 WIB)

2. Sarana, Prasarana, dan/ Fasilitas

Sarana adalah segala sesuatu (benda bergerak dan mesin-mesin) yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan, prasarana adalah segala sesuatu (benda-benda tidak bergerak seperti gedung) yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, sedangkan fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha. Intinya ketiganya bertujuan untuk memudahkan pencapaian tujuan. Dalam hal ini kriteria sarana, prasarana, dan fasilitas dikatakan memenuhi jika ketiga unsur ini telah dirasakan dampak positifnya bagi masyarakat dan memberikan kenyamanan serta kemudahan bagi masyarakat maupun para staf/ pegawai dalam melaksanakan kerja.

Dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa sarana yang sarana,prasarana dan fasilitas yang ada di Kantor kelurahan kotapinang belum maksimal. Banyak hal-hal yang masih kurang, dan permasalahan juga muncul ketika ada beberapa staf yang masih belum bisa menggunakan sarana yang telah disediakan. Seperti yang diungkapkan masyarakat berikut ini:

72

“Nggak ada yang khusus dek, cuma pada umumnya aja. Adalah bangku-bangku plastic disitu, kalau didepan itu ada juga TV, tapi risih nonton didepan orang kerja. Soalnya TV nya didepan pegawai-pegawai itu.”(wawancara 6 Maret 2015: 13.00 WIB).

Berikut ini pernyataan dari Bapak Pandapotan Situmeang warga Jalan Bukit: “Kalo menurutku, fasilitasnya masih kurang kali. Pas kita masuk ke kantor itu cuma celingak- celinguk aja kita nggak ada yang open, semua sibuklah sama kerja masing- masing. Palingan kita tanyak- tanyaklah baru dikasi tau itupun masam lah orang itu. Kalo lagi enak ya ada juga yang baik.

Cuma ada tempat duduk yang seadanya didepan meja kerja pegawai sama kursi plastik kalo nunggu di ruangan pertanahan(yang belakang), ada kamar mandi pas diantara ruang depan dan belakang dan itu di tengah-tengah kantor. Ada fasilitas minum kayak gelas dan dispenser itu ditaruh didepan meja pegawai pertanahan, jadi kesannya berserak kantornya”.(wawancara 17 Maret 2015: 17.00 WIB) Senada dengan pernyataan sebelumnya berikut ini pernyataan dari Ibu Sri Mutiati, Warga Bedagai:

“Kalau dari ibu sih sebenarnya fasilitas di kelurahan itu masih terlalu sederhana, cuma ada bangku plastik buat nungguin, itu aja. Komputer pun cuma beberapa dan stafnya juga sedikit”.(wawancara 16 Maret 2015: 14.30 WIB)

3. Kompetensi Pelaksana

Kompetensi pelaksana menggambarkan dasar pengetahuan dan standar kinerja yang dipersyaratkan agar berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan ataupun suatu jabatan. Kompetensi diukur berdasarkan kemampuan staf/pegawai melaksanakan tugasnya, apakah sudah terlaksana dengan baik/ belum.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kompetensi pelaksana tugas bagian pertanahan sudah terlaksana dengan baik. Berikut pernyataan Bapak Marzuki warga simaninggir.

73

“Kalau menurut Bapak, Bapak itu udah terlatih, soalnya memang dari dulu Bapak itu yang mengurusi urusan pertanahan”.(wawancara 18 Maret 2015:14.30 WIB) Dibawah ini adalah pernyataan dari Ibu Elvy Darma Yanti:

“Kalo menurut ibu, Bapak itu udah paling paham. Dia udah hapal luar kepala semua syarat-syaratnya itu”.(wawancara 6 Maret 2015:11.00 WIB)

Demikian juga diakui oleh Ibu Sri Mutiati, Warga Bedagai:

“Pelaksananya itu Pak Ngatino namanya, kalo menurut Ibu, bapak itu memang paham betul urusan tanah”. (wawancara 16 Maret 2015.14.30 WIB)

Hal senada juga dinyatakan oleh Bapak Mhd. Syahputra, warga Kalapane:

“Setau saya memang Bapak itu dari dulu staf bagian pertanahan, jadi saya rasa sudah pasti terlatih”.(wawancara 17 Maret 2015: 15.30 WIB)

4. Pengawasan Internal

Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan dari dalam lingkungan organisasi dalam hal ini dilakukan oleh Kepala Seksi ataupun Lurah yang bertujuan untuk mengawasi jalannya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Dalam hal ini indikatornya adalah adakah pengawasan internal dilakukan, bagaimana bentuknya dan penilaian masyarakat mengenai pengawasan internal.

Sesuai dengan hasil wawancara dengan informan utama dan informan kunci, dapat disimpulkan bahwa belum ada pengawasan internal yang dilakukan, hanya ada rapat koordinasi yang dilakukan dengan camat sebulan sekali. Perihal itu, Lurah juga mengatakan bahwa akan diadakan perbaikan kedepannya. Masyarakat juga belum mengetahui ada atau tidaknya bentuk pengawasan yang dilakukan, tetapi masyarakat menyambut positif hal tersebut.

74

Berikut pernyataan dari Lurah Kotapinang, Bapak Ali Hasan Hasibuan SE, MM

“Bentuk pengawasan internal kedepannya pasti akan dilakukan, agar pelayanan yang diberikan tidak asal-asalan. Akan dilakukan Bimbingan teknis, pemberian sanksi dan reward bagi pegawai. Sanksinya itu berupa teguran dan jika sudah melampaui batas maka pegawai akan diminta meminta maaf kepada masyarakat yang kecewa dan akan diberikan surat peringatan. Kemudian kedepannya yang melayani masyarakat dengan baik akan diberikan reward atau penghargaan berupa sertifikat ataupun piagam untuk menghargainya”. (wawancara 10 maret 2015: 12.30 WIB)

Menanggapi persoalan pengawasan internal, berikut pernyataan dari Informan utama, yaitu Bapak Ngatino selaku staf urusan pertanahan:

“Pengawasan internal ada dilakukan sebulan sekali, bentuknya itu rapat koordinasi semua bidang ke Camat”. (wawancara 5 Maret 2015: 09.00 WIB) Berikut pernyataan soal pengawasan internal oleh Wagini warga Rantau Benuang:

“Perlu lah, supaya yang melayani itu nggak bersifat suka hati dalam melayani. Supaya makin nyaman berurusan kesini”. (wawancara 5 Maret 2015: 12.00 WIB) Serupa dengan pernyataan warga sebelumnya, berikut pernyataan dari Elvy Darma Yanti:

“Menurut Ibu perlu lah, supaya kedepannya pelayanan semakin bagus. Kadang pegawai ataupun stafnya kan suka sembarangan kalau ngomong ataupun kadang kalau nggak diawasi suka main hp, cerita-cerita, sampe kadang terlalu sor sama kerjaan masing-masing sampai kalau ada ang datang nggak diperdulikan”.(wawancara 6 MAret 2015: 11.00 WIB)

Kemudian dengan pernyataan yang serupa, berikut menurut Bapak Mhd. Syahputra:

“Menurut saya perlu, karena pengawasan baik untuk mengetahui bagaimana kerja pegawai, jadi bisa diperbaiki kedepannya”.(wawancara 17 Maret 2015: 15.30 WIB)

75 5. Jumlah Pelaksana

Jumlah pelaksana adalah banyaknya orang yang menjalankan tugas pelayanan pertanahan di Kantor Kelurahan Kotapinang. Dalam penelitian ini, jumlah pelaksana dilihat dari cukupkah jumlah pelaksana yang dibutuhkan untuk melayani masyarakat dengan baik di bidang pertanahan.

Menurut hasil wawancara jumlah pelaksana yang ada masih kurang, karena hanya ada 1 orang staf pelaksana yang mengurusi seluruh tugas pertanahan. Berikut hasil wawancara dengan Bapak Mhd. Syahputra:

“Menurut saya masih kurang, masih ada hanya 1 orang. Kalau bisa ditambah mungkin akan lebih cepat kerjanya. (wawancara 17 Maret 2015: 15.30)

Serupa dengan pernyataan sebelumnya berikut ini adalah pernyataan dari masyarakat lainnya.

Pandapotan situmeang, Warga Jalan Bukit:

“Sebenarnya belum, kalo bisa ditambah lah biar nggak kewalahan Pak Ngatino itu kalo lagi banyak yang urus surat. Karna dia cuma sendiri disitu”.(wawancara 17 Maret 2015:17.00 WIB)

Dokumen terkait