ANALISIS PELAYANAN ADMINSITRASI PERTANAHAN
DALAM PENGURUSAN SURAT KEPEMILIKAN TANAH DI
KELURAHAN KOTAPINANG KECAMATAN KOTAPINANG
KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara
OLEH :
110903009
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA AMELIA WIJAYA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Pertama sekali dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT
karena atas limpahan rahmat, hidayah serta rezeki akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi dan melengkapi sebagai
persyaratan untuk menyelesaikan program sarjana (S-1) pada Departemen Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dengan judul “ Analisis
Pelayanan Administrasi Pertanahan dalam Pengurusan Surat Kepemilikan
Tanah di Kelurahan Kotapinang Kecamatan Kotapinang Kabupaten
Labuhanbatu Selatan”.
Hasil yang diperoleh dari penelitian dan penulisan Skripsi ini bukanlah
merupakan hal yang baru, namun diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu
sumbangan pemikiran bagi Kelurahan Kotapinang dan dapat menjadi bahan
pedoman dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dalam
skripsi ini, untuk itu berbagai saran dan kritik sangat diharapkan oleh penulis guna
perbaikan skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang berperan
dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan
segala hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama proses penyelesaian
1. Bapak Prof. Dr. Badarrudin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu
Administrasi Negara FISIP USU.
3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi
Negara FISIP USU.
4. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing saya yang telah banyak
meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing saya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Ibu Prof. Dr. Erika Revida, MS, selaku Dosen Wali yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan kepada penulis selama duduk dibangku
kuliah.
6. Seluruh Dosen di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik yang Telah memberikan bekal berupa ilmu pengetahuan,
arahan, dan bimbingan selama penulis menimba ilmu di Departemen Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
7. Seluruh Staf di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, khususnya Kak Mega dan Kak Dian yang telah mempermudah
menuntut ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
8. Kepada Bapak Ali Hasan Hasibuan, SE, MM, selaku Lurah Kotapinang yang
telah banyak membantu saya pada kelancaran proses izin penelitian dan telah
menjadi salah satu informan dalam penelitian saya.
9. Kepada Bapak Ngatino Selaku Staf bagian pertanahan di Kelurahan Kotapinang
yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan
penelitian dan menjadi salah satu informan penelitian.
10. Terimakasih kepada masyarakat yang telah membantu saya mengumpulkan
data penelitian dan menjadi informan dalam penelitian yang sya lakukan.
11. Terkhusus kepada kedua Orang tua saya, Bapak Yuslian dan Ibu Sri Mutiati
yang selama ini telah memberikan support dan doanya untuk Lia, terimakasih
untuk semua yang telah Bapak dan Mamak kasih buat Lia. Maafkan Lia untuk
semua kesalahan yang Lia lakukan yang membuat Bapak dan Mamak sedih.
Semoga ini dapat menjadi suatu kebanggaan untuk Bapak dan Mamak yang
paling Lia sayangi.
12. Untuk Mbak yang paling saya sayangi Ayu Wijaya, terimakasih karena sudah
membantu Lia dan menemani Lia mengerjakan Skripsi ini hingga selesai, yang
selalu tertawa dan menghibur Lia saat Lia sedih, yang jadi teman terbaik saat
Lia kesepian. Adik tersayang Teguh Riadi Wijaya, dan Abangku Tata Wijaya
13. Untuk Sahabat, Rekan, Partner, Kekasih, yaitu Breznev Tito yang selalu
membantuku mengerjakan apa yang tidak bisa aku kerjakan sendiri, yang selalu
menjadi tempat aku curhat dan berkeluh kesah setiap hari, terimakasih untuk
semua yang telah diberikan.
14. Untuk teman- teman stambuk 2011 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Yang menjadi teman-temanku sewaktu kuliah. Meskipun banyak konflik,
banyak kesedihan tapi juga banyak kebahagiaan yang akan aku rindukan dan
tidak akan pernah terulang kedua kalinya.
15. Untuk Orang- orang yang selalu ada dihatiku yang tidak bisa aku sebutkan
namanya. Terimakasih, karena mengingatmu aku bangkit dan karena
mengingatmu aku tak pernah menyerah.
Medan, April 2015
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang……… ……… 1
1.2. Fokus Masalah………….……… 6
1.3. Rumusan Masalah……...……… 6
1.4. Tujuan Penelitian……....……… 7
1.5. Manfaat Penelitian……….. 7
1.6. Kerangka Teori………..………. 8
1.6.1. Pelayanan………. 8
1.6.1.1. Pelayanan Publik……….…... 8
1.6.1.2. Bentuk- bentuk Pelayanan Publik……… 10
1.6.1.3. Standart Pelayanan Publik…….……… 12
1.6.1.4. Asas- asas Pelayanan Publik………. 14
1.6.1.5. Prinsip- prinsip Pelayanan Publik………. 15
1.6.1.6. Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Publik…. 17
1.6.1.7. Kualitas Pelayanan Publik……….. 18
1.6.2 . Administrasi………....……… 20
1.6.3. Surat Kepemilikan Tanah……….. 22
1.7. Defenisi Konsep……...……… 24
1.8. Sistematika Penulisan ………. 26
BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian ……… 28
2.2. Lokasi Penelitian ……… 29
2.3. Informan Penelitian….………. 29
2.4. Teknik Pengumpulan data……… 30
2.5. Teknik Analisis Data………... 31
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Keadaan Geografis………... 32
3.2. Keadaan Demografis……… 33
3.3. Gambaran Pemerintahan Kelurahan Kotapinang………. 34
3.3.1. Kelurahan Kotapinang……….. 36
BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1. Penyajian Data Hasil Wawancara………. 39
4.1.1. Hasil Wawancara Langsung dengan Lurah Kotapinang… 39
4.1.2. Hasil Wawancara Langsung dengan Staf Bagian Pertanahan di Kelurahan Kotapinang……….. 48
4.2. Penyajian Data dan Tabel Frekuensi………. 57
4.2.2. Penyajian Data Mengenai Pelayanan Administrasi Pertanahan
dalam Pengurusan Surat Kepemilikan Tanah di Kelurahan Kotapinang, Kecamatan Kotapinang, Labuhanbatu
Selatan………. 62
BAB V ANALISIS DATA
A. Komponen Standar Pelayanan yang Terkait dengan Proses
Penyampaian Pelayanan (Service
Delivery)……….. 80
B. Komponen Standar Pelayanan yang Terkait dengan Proses
Pengelolaan Internal Organisasi
(Manufacturing)………..………. 85
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan……….... 91
6.2. Saran……….. 94
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Analisis Pelayanan Administrasi Pertanahan dalam Pengurusan Surat Kepemilikan Tanah di Kelurahan Kotapinang Kecamatan Kotapinang
Labuhanbatu Selatan
Nama : Amelia Wijaya
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Arlina SH, M.Hum
Pelayanan publik adalah hal yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat, salah satu bentuk pelayanan publik di Indonesia adalah pelayanan di bidang administrasi. Pelayanan administrasi juga terdiri dari berbagai sub bidang yang sangat banyak, salah satunya adalah pelayanan administrasi di bidang pertanahan.
Indonesia merupakan sebuah Negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, dalam perkembangan kehidupan manusia, tanah adalah bagian penting dari kehidupan yang memiliki berbagai nilai yang sering kali menjadi sumber pertikaian dan permasalahan dalam kehidupan masyarakat.
Kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah Kabupaten/ kota yang diberi kewenangan strategis yang dilimpahkan oleh Bupati. Kecamatan juga dapat membagi kewenangan kepada kelurahan untuk lebih mendekatkan pelayanan administrasi pertanahan pada tingkat terkecil yaitu desa/ kelurahan dan mengawasi jalannya tugas administrasi tersebut. Kelurahan Kotapinang merupakan salah satu Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang menjalankan tugas pelayanan administrasi pertanahan dalam pembuatan surat kepemilikan tanah.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa masih sangat banyak ditemukan kekurangan dalam pelaksanaan tugas administrasi pertanahan di Kelurahan Kotapinang, evaluasi dan pengawasan perlu terus dilakukan guna memperbaiki kualitas pelayanan bagi kenyamanan masyarakat.
ABSTRAK
Analisis Pelayanan Administrasi Pertanahan dalam Pengurusan Surat Kepemilikan Tanah di Kelurahan Kotapinang Kecamatan Kotapinang
Labuhanbatu Selatan
Nama : Amelia Wijaya
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Arlina SH, M.Hum
Pelayanan publik adalah hal yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat, salah satu bentuk pelayanan publik di Indonesia adalah pelayanan di bidang administrasi. Pelayanan administrasi juga terdiri dari berbagai sub bidang yang sangat banyak, salah satunya adalah pelayanan administrasi di bidang pertanahan.
Indonesia merupakan sebuah Negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, dalam perkembangan kehidupan manusia, tanah adalah bagian penting dari kehidupan yang memiliki berbagai nilai yang sering kali menjadi sumber pertikaian dan permasalahan dalam kehidupan masyarakat.
Kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah Kabupaten/ kota yang diberi kewenangan strategis yang dilimpahkan oleh Bupati. Kecamatan juga dapat membagi kewenangan kepada kelurahan untuk lebih mendekatkan pelayanan administrasi pertanahan pada tingkat terkecil yaitu desa/ kelurahan dan mengawasi jalannya tugas administrasi tersebut. Kelurahan Kotapinang merupakan salah satu Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang menjalankan tugas pelayanan administrasi pertanahan dalam pembuatan surat kepemilikan tanah.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa masih sangat banyak ditemukan kekurangan dalam pelaksanaan tugas administrasi pertanahan di Kelurahan Kotapinang, evaluasi dan pengawasan perlu terus dilakukan guna memperbaiki kualitas pelayanan bagi kenyamanan masyarakat.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas
daerah-daerah
daerah kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan
undang-undang.
Pemerintahan daerah bukan merupakan suatu hal yang baru bagi bangsa
Indonesia, namun sudah ada sejak Negara Indonesia terbentuk. Ditandai
dengan dibentuknya Undang- Undang No. 1 Tahun 1945 Tentang Kedudukan
Komite Nasional Daerah. Banyaknya kekurangan yang dirasakan pada
Undang- Undang tentang Pemerintahan Daerah diawal periodenya
menyebabkan perubahan dan penyempurnaan terus menerus dan menjadi cikal
bakal dari penerbitan Undang- undang No. 22 Tahun 1999 Tentang
Pemerintahan Daerah yang dimaksudkan untuk menciptakan sebuah pola baru
pemerintahan otonomi yang nyata.
Undang-Undang No. 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah adalah
pelopor yang mengawali azas otonomi daerah untuk pelaksanaan
Pemerintahan Daerah. Tetapi kerena masih mengandung beberapa kelemahan
2
DPR RI menyetujui penetapan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang No. 22 tahun 1999
Tentang Pemerintahan Daerah dan untuk melaksanakan pembagian kekuasaan
pemerintahan Pusat, Provinsi, dan Kabupaten dalam otonomi daerah pada
tanggal 9 Juli 2007 dikeluarkan Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2007
Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota.
Kekuasaan dan kewenangan yang diberikan tidak hanya untuk mengatur
urusan rumah tangganya sendiri namun termasuk pelayanan kepada
masyarakat di daerahnya. Konsep dasar mengenai pelayanan sebenarnya telah
banyak dijelaskan oleh para ahli antara lain menurut Supriyanto dan
Sugiyanti (2003: 68) adalah upaya untuk membantu menyiapkan,
menyediakan/mengurus keperluan orang lain. Selain itu, dalam buku yang
sama, Moenir (2003 : 68) juga mengemukakan pendapatnya mengenai
’pelayanan’ yaitu proses dalam berbuat baik. Pendapat lain dikemukakan oleh
Boediono (2003 : 60) tentang pengertian ’pelayanan’ yaitu proses bantuan
kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan
dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan.
Undang- undang No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik
menjelaskan bahwa pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan
perundang- undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang,
3
Sedangkan ’pelayanan publik’ menurut Mahmudi (2005 : 229) adalah segala
kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggaraan
pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan
pelaksanaan ketentuan perundang-undangan.
Pelayanan publik adalah hal yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan
masyarakat, salah satu bentuk pelayanan publik di Indonesia adalah pelayanan
di bidang administrasi. Pelayanan administrasi juga terdiri dari berbagai sub
bidang yang sangat banyak, salah satunya adalah pelayanan administrasi di
bidang pertanahan. Indonesia merupakan sebuah Negara yang memiliki
wilayah yang sangat luas, dalam perkembangan kehidupan manusia, tanah
adalah bagian penting dari kehidupan yang memiliki berbagai nilai yang sering
kali menjadi sumber pertikaian dan permasalahan dalam kehidupan
masyarakat. Dalam konteks pertanahan, menurut Budi Harsono (1999:18)
memberi batasan tentang pengertian tanah berdasarkan apa yang dimaksud
dalam Pasal 4 UUPA, bahwa :
Dalam hukum tanah, kata tanah dipakai dalam arti yuridis sebagai suatu pengertian yang telah diberi batasan resmi oleh UUPA sebagaimana dalam Pasal 4 bahwa hak menguasai dari negara ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut tanah.
Dengan demikian tanah dalam pengertian yuridis dapat diartikan sebagai
permukaan bumi. Menurut pendapat Jhon Salindeho (1993:23)
mengemukakan bahwa :
4
Pengertian yang dikemukakan oleh para ahli menunjukkan bahwasannya
tanah memiliki nilai yang sangat tinggi, tidak hanya dari segi ekonomi namun
juga memiliki nilai filosofis, sosial, politik, dan kultural yang memicu berbagai
persoalan dan konflik. Sudah seharusnya masyarakat mengelola dengan baik
dan membuat pembuktian sertifikat atau surat hak atas tanah untuk
menghindari berbagai macam persoalan.
Pada dasarnya istilah “sertifikat” itu sendiri berasal dari bahasa Inggris
(certificate) yang berarti ijazah atau Surat Keterangan yang dibuat oleh Pejabat
tertentu. Istilah “Sertifikat Tanah” dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai
surat keterangan tanda bukti pemegang hak atas tanah dan berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat.
Pengertian Sertifikat Tanah dapat dilihat dasarnya yaitu dalam
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Pasal 19 ayat 1, menyebutkan bahwa: Untuk
menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah
diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan di bidang pertanahan juga
dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, undang-undang
12 tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 14 ayat (1) huruf (K) yang
mengatakan bahwa pelayanan pertanahan merupakan urusan wajib yang
menjadi kewenangan pemerintah daerah merupakan urusan yang berskala
5
Kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah Kabupaten/ kota yang
diberi kewenangan strategis yang dilimpahkan oleh Bupati. Kecamatan juga
dapat membagi kewenangan kepada kelurahan untuk lebih mendekatkan
pelayanan administrasi pertanahan pada tingkat terkecil yaitu desa/ kelurahan
dan mengawasi jalannya tugas administrasi tersebut. Dalam pelaksanaan tugas
Kelurahan, Kecamatan juga berperan sebagai pelaksana tugas yang belum
mampu dilaksanakan oleh kelurahan.
Sesuai dengan salah satu tugas kelurahan yakni melaksanakan fungsi
pelayanan di tingkat kelurahan, maka salah satuh bentuk pelayanan yang di
lakukan adalah pelayanan dibidang administrasi pertanahan. Kelurahan juga
berkoordinasi dengan kecamatan dan kemudian dalam pengurusan sertifikat
tanah, kecamatan yang mengetahui dan menjadi penghubung kepada Badan
pertanahan Nasional (BPN).
Kelurahan Kotapinang merupakan salah satu Kelurahan yang terdapat di
Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang menjalankan
tugas pelayanan administrasi pertanahan dalam pembuatan surat kepemilikan
tanah, namun dalam pelaksanaan tugasnya masih banyak terdapat
permasalahan terutama masalah ketidakpuasan dari masyarakat. Menurut
pegamatan awal peneliti permasalahan tersebut meliputi kinerja aparatur
dalam melayani masyarakat. Tidak adanya kejelasan waktu, lambatnya proses
administrasi serta biaya administrasi yang kurang jelas dalam pembuatan surat
kepemilikan tanah. ini juga menyebakan ketidaknyamanan bagi masyarakat.
6
dan dimiliki oleh pemegang hak atas tanah untuk menghindari permasalahan
dan sengketa dari pihak lain yang ingin menggelapkan hak atas tanah.
Bertitik tolak dari uraian di atas maka merupakan hal yang menarik untuk
di angkat menjadi suatu bahan penelitian dengan judul “ Analisis Pelayanan
Administrasi Pertanahan dalam Pengurusan Surat Kepemilikan Tanah di
Kelurahan Kotapinang Kecamatan Kotapinang Labuhanbatu Selatan”.
1.2Fokus Masalah
Penelitian ini mempunyai fokus masalah yang menjadi batasan peneliti
dalam melakukan penelitian. Peneliti hanya memfokuskan penelitian
mengenai bagaimana pelayanan administrasi pertanahan dalam pengurusan
surat kepemilikan tanah di Kelurahan Kotapinang Kecamatan Kotapinang
Labuhanbatu Selatan.
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana pelayanan administrasi pertanahan
dalam pengurusan surat kepemilikan tanah di Kelurahan Kotapinang
7 1.4Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab perumusan masalah yang
telah dikemukakan sebelumnya yakni:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelayanan administrasi pertanahan
dalam pengurusan surat kepemilikan tanah di Kelurahan Kotapinang
Kecamatan Kotapinang Labuhanbatu Selatan.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelayanan pengurusan
surat kepemilikan tanah di Kelurahan Kotapinang Kecamatan
Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
1.5Manfaat Penelitian
1. Secara Ilmiah
Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir
secara ilmiah, sistematis dan metodologis serta bermanfaat untuk
mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah berdasarkan kajian
teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara Praktis
Sebagai bahan masukan atau bahan pertimbangan dalam pelaksanaan
sistem administrasi pertanahan, peningkatan mutu pelayanan dan
perbaikan kualitas pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintah
8 3. Secara Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi baik secara langsung
ataupun tidak langsung bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
pendidikan khususnya bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi
Negara FISIP USU.
1.6Kerangka Teori
Untuk melakukan penelitian dibutuhkan kerangka penelitian, yaitu
pedoman dasar berfikir untuk memudahkan peneliti melakukan penelitiannya.
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun
kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana
peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih. Nawawi. (1990: 400).
1.6.1 Pelayanan
1.6.1.1. Pelayanan Publik
Menurut UU Nomor 25 Tahun 2009, bab I, pasal 1, ayat (1), pengertian
pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/ atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Dalam konteks pelayanan publik, dikemukakan bahwa pelayanan umum
9
mempersingkat waktu pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan
terhadap publik ( publik=umum).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pedoman Evaluasi Kinerja
Penyelenggara Pelayanan Publik, Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
Menurut Moenir (2006:26-27) mengemukakan bahwa pelayanan publik
adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha
untuk memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.
Menurut Pamudji (1994:21-22) jasa pelayanan pemerintah yaitu berbagai
kegiatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dan
jasa-jasa. Jenis pelayanan publik dalam arti jasa-jasa, yaitu seperti pelayanan
kesehatan, pelayanan keluarga, pelayanan pendidikan, pelayanan haji, pelayanan
pencarian keadilan, dan lain-lain.
Dengan demikian, pelayanan publik adalah segala kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga Negara dan
penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan
10 1.6.1.2 Bentuk – Bentuk Pelayanan Publik
Dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun
2003, pelayanan publik dibagi berdasarkan 3 kelompok, yaitu :
1. Kelompok Pelayanan Administratif, yaitu bentuk pelayanan yang menghasilkan
berbagai macam dokumen resmi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau publik.
2. Kelompok Pelayanan Barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk/jenis barang yang digunakan publik.
3. Kelompok Pelayanan Jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk/jenis jasa yang dibutuhkan publik.
Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh penyelenggara
pelayanan publik terdiri dari 3 macam ( Moenir, 2010:190) yaitu :
1. Layanan dengan lisan
Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas- petugas dibidang
masyarakat (HUMAS), bidang layanan informasi dan bidang lain yang
tugasnya memberikan penjelasan ataupun keterangan kepada siapapun
yang memerlukan. Agar layanan lisan berhasil, syarat yang perlu dipenuhi
adalah :
a. Memahami benar masalah yang termasuk dalam bidang
tugasnya.
b. Mampu memberikan penjelasan apa yang perlu dengan lancar,
singkat, tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka
yang ingin memperoleh kejelasan tentang sesuatu.
11
d. Meski dalam keadaan sepi tidak mengobrol dengan teman,
karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan melakaikan tugas.
e. Tidak melayani orang- orang yang ingin sekedar ngobrol
dengan cara yang sopan.
2. Layanan melalui tulisan
Layanan melalui tulisan merupakan bentuk pelayanan yang paling
menonjol dalam pelaksanaan tugas. Tidak hanya dari segi jumlah tetapi
juga dari segi peranannya. Layanan tulisan ini terdiri atas dua golongan,
pertama layanan berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis ditujukan
pada orang – orang yang berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam
berurusan dengan instalasi atau lembaga. Kedua, layanan berupa reaksi
tertulis atau permohonan, laporan, keluhan, pemberian/ penyerahan,
pemberitahuan, dan lain sebagainya.
3. Layanan berbentuk perbuatan
Pada umumnya layanan dalam bentuk perbuatan 70-80% dilakukan oleh
petugas – petugas tingkat menengah kebawah. Karena itu factor keahlian
dan keterampilan petugas tersebut sangat menentukan terhadap hasil
perbuatan atau pekerjaan.
Titik berat perbuatan ini adalah perbuatan itu sendiri yang ditunggu
oleh orang yang berkepentingan. Jadi tujuan utama yang berkepentingan
12
perbuatan, bukan sekedar penjelasan atau kesanggupan secara lisan, disini
faktor kecepatan dalam pelayanan menjadi dambaan setiap orang disertai
dengan kualitas hhasil yang memadai.
1.6.1.3 Standar Pelayanan Publik
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Pedoman Evaluasi Kinerja
Penyelenggara Pelayanan Publik dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 Tahun 2014, Standar Pelayanan
adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji
penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas,
cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.
Sebagai jaminan adanya kepastian bagi pemberi didalam pelaksanaan
tugas dan fungsinya dan bagi penerimaan pelayanan dalam proses pengajuan
permohonannya Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar
pelayanan, standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam
penyelenggaraan pelayanan publik sebagai pedoman yang wajib ditaati dan
dilaksanakan oleh penyelenggaraan pelayanan, dan menjadi pedoman bagi
penerimaan pelayanan dalam proses pengajuan permohonan, serta sebagai alat
kontrol masyarakat dan/penerima layanan atas kinerja penyelenggaraan pelayanan.
Standar Pelayanan Publik yang tercantum pada Peraturan Menteri
13
2014, terdiri dari dua komponen sebagaimana yang diatur didalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009, dalam peraturan ini dibedakan menjadi dua
bagian yaitu :
A. Komponen Standar Pelayanan yang terkait dengan proses penyampaian
pelayanan (service delivery) meliputi:
1) Persyaratan
2) Sistem, mekanisme,dan prosedur
3) Jangka waktu pelayanan
4) Biaya/tarif
5) Produk pelayanan
6) Penanganan pengaduan, saran dan masukan
B. Komponen Standar Pelayanan yang terkait dengan proses pengelolaan
pelayanandi internal organisasi(manufacturing) meliputi:
1) Dasar hukum
2) Sarana dan prasarana, dan/atau fasilitas
3) Kompetensi pelaksana
4) Pengawasan internal
5) Jumlah pelaksana
6) Jaminan pelayanan
14 8) Evaluasi kinerja pelaksana
1.6.1.4 Asas- Asas Pelayanan Publik
Asas pelayanan publik menurut KEPMEN PAN Nomor 63 tahun 2003
tentang pedoman pelayanan publik yaitu:
a. Transparan
Artinya bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak
yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah
dimengerti.
b. Akuntabilitas
Artinya dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Kondisional
Artinya sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima
pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan
efektifitas.
d. Partisipatif
Artinya medorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi , kebutuhan, dan
harapan masyarakat.
e. Kesamaan Hak
Artinya tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras,
15
f. keseimbangan antara hak dan kewajiban
Artinya pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak
dan kewajiban masing-masing pihak.
1.6.1.5 Prinsip- Prinsip Pelayanan Publik
Berdasarkan KEPMEN PAN No. 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik disebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan
publik harus memenuhi prinsip- prinsip sebagai berikut:
1. Kesederhanaan
Artinya prosedur pelayanan yang tidak berbelit- belit, mudah dipahami dan
mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan, mencakup kejelasan dalam hal:
a. Persyaratan teknis dan administrasi pelayanan publik
b. Unit kerja/ pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan / persoalan/
sengketa/ dalam pelaksanaan pelayanan publik.
c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
3. Kepastian waktu
Artinya pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan.
4. Akurasi
16 5. Keamanan
Artinya proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan
kepastian hukum.
6. Tanggung Jawab
Artinya pimpinan penyelenggara pelayanan publik/ pejabat yang ditunjuk
bertanggung jawab atas penyelenggara pelayanan dan penyelesaian
keluhan/ persoalan dalam pelayanan publik.
7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Artinya tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerjadan
pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi
telekomunikasi dan informatika ( telematika).
8. Kemudahan akses
Artinya tempat dan lokasi serta pelayanan yang memadai, mudah
dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telematika.
9. Kedisiplinan , Kespanan dan Keramahan
Artinya Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun,
ramah serta memberi pelayanan dengan iklas.
10.Kenyamanan
Artinya lingkungan pelayanan harus tertib, disediakan ruang tunggu yang
nyaman,bersih, rapi, lingkungan yang indah, sehat serta dilengkapi fasilitas
pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.
17
1.6.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Publik
Pelayanan yang baik yang diberikan oleh pegawai pemerintah sebagai
administrator publik dapat dilaksanakan dengan mengamati unsur dari pelayanan
itu sendiri dalam interaksi antara pemberi pelayanan dengan masyarakat penerima
pelayanan.
Menurut Moenir (2002:88) faktor-faktor yang mendukung pelayanan, sebagai
berikut :
1. Faktor kesadaran yaitu kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung
dalam kegiatan pelayanan. Kesadaran para pegawai pada tingkatan terhadap tugas
yang menjadi tanggung jawabnya dapat membawa dampak yang sangat positif
terhadap organisasinya.
2. Faktor aturan yaitu aturan dalam organisasi yang menjadi landasan kerja
pelayanan. Aturan ini mutlak kebenarannya agar organisasi dan pekerjaan dapat
berjalan teratur dan terarah, oleh karena itu harus dipahami oleh organisasi yang
berkepentingan/bersangkutan.
3. Faktor organisasi merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya
mekanisme kegiatan pelayanan dalam usaha pencapaian tujuan.
4. Faktor pendapatan yaitu pendapatan pegawai yang berfungsi sebagai
pendukung pelaksanaannya pelayanan. Pendapatan yang cukup akan memotivasi
pegawai dalam melaksanakan pekerjaan dengan baik.
5. Faktor keterampilan tugas yaitu kemampuan dan keterampilan petugas dalam
18
kemampuan manajerial, kemampuan teknis, dan kemampuan untuk membuat
konsep.
6. Faktor sarana yaitu sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas atau
pekerjaan layanan. Sarana ini meliputi peralatan, perlengkapan, alat bantu, dan
fasilitas lain yang melengkapi seperti fasilitas komunikasi.
1.6.1.7 Kualitas Pelayanan Publik
Melaksanakan pelayanan publik yang baik dan berkualitas merupakan
salah satu kewajiban dan tanggung jawab penyeleggara pelayanan publik.
Pengertian kualitas menurut Fandy Tjipto (1995:24) adalah : 1) kesesuaian dengan
persyaratan; (2) kecocokan untuk pemakaian; (3) perbaikan berkelanjutan; (4)
bebas dari kerusakan/cacat; (5) pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan
setiap saat; (6) melakukan segala sesuatu secara benar; (7) sesuatu yang bisa
membahagiakan pelanggan. Menurut Goetsch Davis(dalam saleh, 2010: 97)
kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Menurut
Ibrahim (2008:22), kualitas pelayanan publik merupakan suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan dimana
penilaian kualitas ditentukan pada saat terjadinya pemberian pelayanan publik
tersebut.
Parasuraman menjelaskan ( dalam Paimin Napitupulu, 2007:172) ada
19
a. Bukti langsun ( tangibels): yaitu kualitas pelayanan berupa sarana fisik
perkantoran, komputerisasi administrasi, ruang tunggu dan tempat
informasi.
b. Keandalan (Reability) : yaitu kemampuan dan keandalan menyediakan
pelayanan yang terpercaya
c. Daya Tanggap (Responsiveness) : yaitu kesanggupan membantu dan
menyediakan pelayanan secara cepat, tepat, serta tanggapterhadap
keinginan konsumen.
d. Jaminan (assurance) : yaitu kemampuan dan keramahan serta sopan santun
aparat dalam meyakinkan kepercayaan konsumen.
e. Empati (emphaty) : yaitu sikap tegas tetapi penuh perhatian dari aparat
terhadp konsumen.
Kualitas pelayanan merupakan kesesuaian antara apa yang diharapkan
dengan kenyataan. Kualitas sangat erat kaitannya dengan pelayanan yang
sistematis dan komprehensif yang dikenal sebagai konsep pelayanan Prima.
Variabel Pelayanan Prima ( Sinambela: 8) terdiri dari 8 yaitu sebagai berikut:
1. Pemerintah yang bertugas melayani
2. Masyarakat yang dilayani pemerintah
3. Kebijakan yang dijadikan landasan pelayanan publik
4. Peralatan atau sarana pelayanan yang canggi
5. Resources yang tersedia untuk diracik dalam bentuk kegiatan pelayanan
6. Kualitas pelayanan yang memuaskan masyarakat sesuai standart dan asas
20
7. Menajemen dan kepemimpinan serta organisasi pelayanan masyarakat
8. Perilaku pejabat yang terlibat dalam masyarakat apakah masing- masing
telah menjalankan fungsi mereka.
Variabel dapat diimplementasikan apabila actor pelayan publik berhasil
menjadikan kepuasan pelanggan sebagai tujuan utamanya.
1.6.2 Administrasi
1.6.2.1Prinsip Dasar Administrasi Pertanahan
Kata administrasi berasal dari bahasa latin administrare yang
berarti to manage (mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola).
Derivasinya antara lain menjadi administratio yang berarti besturing atau
pemerintahan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Ridwan
HR (2011: 25), administrasi diartikan sebagai; (1) usaha dan kegiatan yang
meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan
pembinaan organisasi; (2) usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan
penyelenggaran kebijaksanaan serta mencapai tujuan; (3) kegiatan yang
penyelenggaraan pemerintahan; (4) kegiatan kantor dan tata usaha.
Boedi Harsono ( 2002:18) Pertanahan berasal dari kata tanah.
Dalam hukum tanah, kata sebutan “tanah” dipakai dalam arti yuridis,
sebagai suatu pengertian yang telah diberi batasan sesuai oleh UUPA.
Dalam Pasal 4 ayat (1) dinyatakan, bahwa : Atas dasar hak menguasai dari
21
yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh
orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta
badan-badan hukum.
Dengan demikian, tanah dalam pengertian yuridis adalah
permukaan bumi, sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian
tertentu permukaan bumi, yang terbatas, berdimensi dua dengan ukuran
panjang dan lebar. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas, maka
pengertian administrasi pertanahan dapat dinyatakan sebagai kegiatan
ataupun usaha yang dilakukan yang berhubungan dengan pelaksanaan
kebijakan yang berkaitan dengan tanah dan hak atas tanah dengan tujuan
untuk menjamin kepastian hukum dan tertib administrasi pertanahan.
Faried Ali (1997: 65) Hukum agraria apabila dilihat dari isi aturan
hukum adalah hukum yang mengatur hal yang bertalian dengan tanah. Ini
berarti bukan saja menyangkut pengaturan tentang hubungan hukum antara
manusia dengan tanah saja tetapi juga mengatur penyelenggaraan
peruntukan, penggunaan, dan penyediaan serta pemeliharaan.
Setiap kegiatan badan atau pejabat negara dalam mengatur dan
menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, dan penyediaan, serta
pemeliharaan tanah tersebut merupakan kegiatan administrasi pertanahan
a. Peruntukan dan Penggunaan Tanah
b. Penyediaan Tanah
22 1.6.3 Surat Kepemilikan Tanah
Pada dasarnya istilah “sertifikat” itu sendiri berasal dari bahasa
Inggris (certificate) yang berarti ijazah atau Surat Keterangan yang dibuat
oleh Pejabat tertentu. Istilah “Sertifikat Tanah” dalam bahasa Indonesia
diartikan sebagai surat keterangan tanda bukti pemegang hak atas tanah
dan berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
Pengertian Sertifikat Tanah dapat dilihat dasarnya yaitu dalam
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Pasal 19 ayat 1, menyebutkan
bahwa: Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan
pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut
ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. Berikut ini
adalah pengaturan dari kegiatan administrasi dalam hal pendaftaran tanah.
Dalam M. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis (2011: 208).
1. Kegiatan pendaftaran tanah sebelum penerbitan sertifikat tanah berupa
penetapan hak atas tanah dalam rangka kegiatan administrasi pendaftaran
tanah tersebut dapat diperinci lagi sebagai berikut :
a. Konversi hak atas tanah.
b. Pengakuan dan penegasan hak atas tanah
c. Pemberian Hak Atas Tanah
d. Penolakan hak atas tanah
e. Redistribusi Tanah dan Konsolidasi tanah.
23
2. Kegiatan yang bersifat administratif setelah penerbitan sertifikat tanah
yang dilakukan karena terjadinya perubahan data yuridis (subjek hak, jenis
hak, dan jangka waktu hak atas tanahnya), terdiri dari :
a. Peralihan Hak Atas Tanah dan.
b. Pemindahan Hak Atas Tanah.
c. Perpanjangan Jangka Waktu Hak Atas Tanah.
d. Pembaharuan Hak Atas Tanah.
e. Perubahan Hak Atas Tanah.
f. Pembatalan hak atas tanah.
g. Pencabutan Hak atas tanah
h. Pembebanan Hak atas Tanah
i. Perubahan Data Karena Putusan dan Penetapan Pengadilan
j. Perubahan Data karena Perubahan Nama
k. Hapusnya Hak atas Tanah
l. Penggantian Sertipikat
3. Kegiatan yang bersifat administratif setelah penerbitan sertipikat tanah
yang dilakukan karena terjadinya perubahan data fisik atau obyek hak atas
tanahnya, terdiri dari :
a. Pemecahan Bidang Tanah
b. Pemisahan Bidang Tanah
24 1.7Defenisi Konsep
Menurut Singarimbun (1989: 34), konsep adalah abstraksi atau
definisi yang digunakan untuk menggambarkan kejadian secara
abstrak,kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial. Untuk itu peneliti menguraikan definisi konsep
sebagai berikut :
1. Pelayanan Publik merupakan kegiatan dan usaha yang
dilakukan oleh penyelenggara pemerintahan untuk melayani
kebutuhan masyarakat dalam hal barang, jasa dan pelayanan
administrasi yang terkait dengan kepentingan publik dan hak
masyarakat sebagai warga Negara. Pelayanan publik yang baik
dan berkualitas merupakan pelayanan yang diidamkan
masyarakat dan merupakan kewajiban bagi penyelenggara
pelayanan.
2. Administrasi Pertahanan adalah kegiatan dan usaha dilakukan
yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan yang
berkaitan dengan tanah dan hak atas tanah dengan tujuan untuk
menjamin kepastian hukum dan tertib administrasi pertanahan.
3. Surat Kepemilikan Tanah merupakan surat yang harus dimiliki
oleh orang yang memiliki hak atas tanah sebagai bukti adanya
25
4. Analisis Pelayanan Administrasi Pertanahan dalam Pengurusan
Surat Kepemilikan Tanah adalah analisis yang dilakukan
terhadap kualitas pelayanan administrasi dalam pembuatan
surat kepemilikan tanah yang diberikan oleh administrator
publik. Standart Pelayanan Publik yang digunakan peneliti
adalah Standar Pelayanan Publik yang tercantum pada
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur sipil Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 15 Tahun 2014 yang terdiri dari
dua komponen yaitu:
A. Komponen standar pelayanan yang terkait dengan proses
penyampaian pelayanan ( Service Delivery) meliputi:
1) Persyaratan
2) Sistem, mekanisme,dan prosedur
3) Jangka waktu pelayanan
4) Biaya/tarif
5) Produk pelayanan
6) Penanganan pengaduan, saran dan masukan
B. Komponen standar pelayanan yang terkait dengan proses
pengelolaan pelayanan di internal organisasi ( Manufacturing)
meliputi:
26
2. Sarana dan Prasarana , dan/ Fasilitas
3. Kompetensi pelaksana
4. Pengawasan internal
5. Jumlah pelaksana
6. Jaminan pelayanan
7. jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan
8. evaluasi kinerja pelaksana
1.8Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Fokus Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Kerangka Teori, Defenisi Konsep, dan Sistematika Penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Informan
Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum mengenai
karakteristik lokasi penelitian, sejarah singkat lokasi penelitian.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini menyajikan data yang diperoleh selama penelitian di
lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisis.
27
Bab ini berisi tentang kajian dan analisa data yang diperoleh dan
memberikan interpretasi terhadap masalah yang diteliti.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran, bagian kesimpulan berisi
jawaban atas masalah yang dikemukakan, kemudian pemecahan
28
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1
Bentuk PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Danim ( 2002: 41),
penelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian
terhadap masalah- masalah atau fenomena- fenomena yang ada pada saat
penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta- fakta dan
menjelaskan keadaan dari objek penelitian yang sesuai dengan kenyataan
sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberikan
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.
Alasan peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif adalah
peneliti bertujuan untuk menggambarkan apa yang terjadi dilapangan
untuk menunjukkan kebenaran dan fakta- fakta mengenai kualitas
pelayanan administrasi pertanahan pada pengurusan surat kepemilikan
29 2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Lurah Kotapinang, Jalan Istana
No.37 Kotapinang Kecamatan Kotapinang kabupaten Labuhanbatu
Selatan.
2.3 Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi
hasil dari penelitiannya. Oleh karena itu tidak dikenal adanya populasi dan
sampel. Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi
objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek
penelitian ( Bungin, 2007: 76).
Informan penelitian ada 2 macam yaitu:
1. Informan kunci yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai
informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.
2. Informan utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial
yang diteliti.
Berdasarkan uraian tersebut, maka informan penelitian yang digunakan
dalam penelitian terdiri atas :
1. Informan kunci adalah Lurah Kotapinang, dan Staf seksi Pemerintahan
30
2. Informan utama adalah masyarakat yang mengurus surat tanah di Kantor
Kelurahan Kotapinang sebanyak 8 orang.
Peneliti menentukan informan menggunakan teknik purposive sampling
yaitu pengambilan sumberdata secara sengaja dengan pertimbangan
tertentu.
2.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui
data primer dan data sekunder.
1. Data Primer adalah data yang diperoleh oleh peneliti langsung dari objek
yang diteliti. Data primer diperoleh melalui :
a. wawancara mendalam
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan
untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang di wawancarai dengan atau tanpa
pedoman wawancara.
b. Observasi atau pengamatan
Observasi atau pengamatan adalah teknik pengumpulan data
dengan mengamati secara langsung objek penelitian dengan
31
melengkapi data- data yang diperlukan sebagai acuan yang
berkenaan dengan topik penelitian.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari dokumen,
publikasi, yang telah ada sebelumnya. Data sekunder diperoleh melalui:
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah pengumpulan data yang diperoleh
dengan menggunakan berbagai literature seperti dokumen
resmi, buku, majalah, penelitian terdahulu dan berbagai bahan
yang berhubungan dengan objek penelitian.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui
pengkajian dan penelaahan terhadap catatan tertulis ataupun
dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisa data
kualitatif. Teknik analisa kualitatif adalah teknik analisa yang didasarkan
atas kemampuan nalar peneliti dalam menginterpretasikan fakta, data dan
informasi kemudian data tersebut dianalisis sehingga diharapkan muncul
32 BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1 Keadaan Geografis
Kotapinang adalah satu- satunya kelurahan dari 10 desa/kelurahan yang
ada di kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan, sedangkan 9
lainnya berbentuk Desa. Kelurahan Kotapinang memiliki 13 lingkungan dengan
total jumlah penduduk sebesar 20.536 jiwa. Kelurahan kotapinang memiliki
bermacam macam etnis yang didominasi oleh etnis Mandailing. Kelurahan
kotapinang merupakan kelurahan/ desa dengan klasifikasi swasembada. Jarak
Kotapinang adalah 345 km dari kota Meda
Kecamatan Kotapinang terdapat peninggalan bersejarah yait
Adapun batas- batas dari Kelurahan Kotapinang yang memiliki luas sekitar 40,80
Km2 adalah sebagai berikut:
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sisumut
- Sebelah Barat berbatasan dengan Perkebunan Nagodang
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pasir Tuntung
33 3.2 Keadaan Demografis
Penduduk merupakan unsur penting bagi suatu kelurahan yang meliputi
Jumlah, Pertambahan, Kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk
desa setempat (Bintarto, 1983:13). Jumlah penduduk di Kelurahan Kotapinang
sampai dengan tahun 2014 berjumlah 20.356 jiwa dengan kerapatan penduduk
sebesar 490. Adapun jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada
Tabel 3.1, sebagai berikut:
Jumlah penduduk Menurut jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
Kelurahan Kotapinang 10.322 10.034
Total 20.356
Sumber data: BPS Kabupaten Labuhanbatu
Penduduk Kelurahan Kotapinang terdiri dari berbagai macam pemeluk agama
dapat dilihat dari tabel 3.2 sebagai berikut:
Islam Kristen
Protestan
Kristen
Katolik
Budha Hindu
85.00% 9.60% 5.40% 0.30% 0.00%
34
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan
Kotapinang beragama Islam yaitu sebesar 85.00%, disusul Kristen Protestan
9.60%, katolik 5.40% dan Budha 0.30%.
Mata pencaharian dari penduduk Kelurahan Kotapinang adalah dibidang
pertanian dengan komposisi 83,56%, dibidang Industri 1,28%, PNS/TNI/POLRI
1,42%, dan lain-lain sebesar 15,65%. Seperti Tabel 3.4 berikut:
Jenis Pekerjaan
No. Petani Industri PNS/ TNI/POLRI Lain- lain
1. 83.56% 1.28% 1.42% 15.65%
Sumber: BPS Kabupaten Labuhanbatu
3.3 Gambaran Pemerintahan Kelurahan Kotapinang
Visi dan Misi Kelurahan Kotapinang:
a. Visi:
Visi yang dimiliki oleh Kelurahan Kotapinang merupakan Visi yang
sejalan dengan Visi Kabupaten Labuhanbatu Selatan yaitu:
“ Bersama membangun tanah kelahiran”
b. Misi:
Misi kelurahan Kotapinang adalah untuk berpartisipasi dan turut
mendukung misi Kabupaten Labuhanbatu Selatan yaitu:
35
- Pengawasan proses pelaksanaan pembangunan daerah
Memacu pertumbuhan ekonomi
Mendorong pemerataan partisipasi dan pembangunan daerah
Pemantapan stabilitas daerah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang
Kelurahan, Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah
Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kecamatan. Kelurahan dipimpin oleh
Lurah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/
Walikota melalui Camat. Lurah mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan. Lurah juga melakanakan urusan pemerintahan yang
dilimpahkan oleh Bupati/ Walikota yang disesuaikan dengan kebutuhan
Kelurahan dengan memperhatikan prinsip efisiensi dan peningkatan
akuntabilitas, dimana pelimpahan urusan pemerintahan disertai dengan
sarana, prasarana pembiayaan dan personil. Sumber pembiayaan di
Kelurahan berasal dari APBD Kabupaten/Kota, Bantuan Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, pemerintah Kabupaten/Kota dan bantuan pihak
ketiga, bantuan juga boleh berasal dari sumber lain yang sah dan tidak
36 3.3.1 Kelurahan Kotapinang
Uraian tugas Kelurahan Kotapinang adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan penyelenggaraan pelayanan pemerintahan Kelurahan
2. Menyelenggarakan pelayanan umum
3. Penyiapan data dan informasi Kelurahan
4. Penyelenggaraan urusan ketatausahaan
5. Pembinaan pembangunan meliputi perekonomian, produksi dan
distribusi serta kesejahteraan sosial
6. Melaksanakan tugas- tugas lain yang diberikan atasan
Adapun pelaksana tugas di Kelurahan Kotapinang terdiri dari:
1. Lurah
2. Sekretaris Kelurahan
3. Kelompok Jabatan Fungsional
4. Kepala Seksi Pemerintahan dan Pembangunan beserta 1 orang Staf
Bagian Urusan Keagrariaan (Pertanahan).
5. Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum
6. Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial
7. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
Bagan Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan Kotapinang Kabupaten
37
Bagan 3.1
Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan Kotapinang
Lurah
Ali Hasan Hasibuan, SE, MM
Sekretaris Kelurahan
Erliana Sri Malinda. S.Tp Kelompok Jabatan Fungsional
Seksi
Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan
M. Raja Inal Siregar, SE Seksi Kesejahteraan
Sosial
Mhd. Ali Ibrahim, S.Stp Seksi Ketentraman dan
Ketertiban Umum
Edwar Caniago, ST Seksi Pemerintahan dan
Pembangunan
Dewi Hazriani, SE
Staf
38
BAB IV
PENYAJIAN DATA
Setelah diadakan penelitian dan pengumpulan data di lapangan melalui
wawancara, dan pengamatan langsung maka peneliti memperoleh berbagai data
dari informan dan responden yang berkaitan dengan pelayanan administrasi
pertanahan dalam pengurusan surat kepemilikan tanah di Kelurahan Kotapinang
Labuhanbatu Selatan. Hasil wawancara yang diperoleh dari informan turut
disajikan, selain itu juga disajikan data dalam bentuk tabel frekuensi dan
persentaseyang kemudian akan diinterpretasikan.
Penyajian data mengenai hasil wawancara dengan informan adalah untuk
menjawab secara langsung pertanyaan-pertanyaan mengenai permasalahan
sebenarnya kepada informan. Adapun penyajian tabel frekuensi berisikan tentang
karakteristik responden, data variabel penelitian. Penyajin data mengenai
karakteristik responden adalah untuk mengetahui spesfikasi ( cirri-ciri khusus)
yang dimiliki oleh reponden, yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, dan
pekerjaan.
Data yang diperoleh peneliti melalui data primer akan disajikan dalam
bentuk narasi atau deskriptif sesuai dengan kenyataan dilapangan dan dengan
pihak terkait yang terlibat langsung dalam Pelayanan administrasi pertanahan
39 4.1. Penyajian Data Hasil Wawancara
Dalam bab ini diuraikan hasil wawancara yang disajikan dalam bentuk
wawancara tertulis. Adapun hasil wawancara tertulis ini merupakan salinan
atas wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan kunci dan informan
utama pada penelitian tentang pelayanan administrasi pertanahan dalam
pengurusan surat kepemilikan atas tanah di Kelurahan Kotapinang
Labuhanbatu Selatan.
Pertanyaan yang diajukan kepada informan adalah pertanyaan yang berasal
dari pedoman wawancara yang penulis susun berdasarkan indikator penelitian
yang telah disusun sebagai instrumen dalam penelitian ini.
4.1.1. Hasil Wawancara Langsung dengan Lurah Kotapinang Labuhanbatu
Selatan ( Bapak Ali Hasan Hasibuan, SE, MM)
A. Pertanyaan mengenai Komponen Standart Pelayanan yang Terkait
dengan Proses Penyampaian Pelayanan ( Service Delivery):
1. Persyaratan
- Apa saja persyaratan yang dibutuhkan masyarakat untuk memperoleh
pelayanan pembuatan surat tanah di Kantor Kelurahan Kotapinang ?
“Syarat – syarat untuk membuat surat tanah itu yang terutama KTP, alas Hak, untuk kegiatan lengkap dan urutannya langsung kamu tanyakan saja dengan Pak Ngatino supaya lebih berurutan, karena Pak Ngatino yang mengurusi bagian Surat Tanah. Itu saja”.
Berdasarkan kutipan diatas dapat dilihat bahwa syarat- syarat membuat
40
dan untuk prosesnya sudah ditentukan Staf pelaksananya yaitu Bapak
Ngatino selaku staf yang menjalankan tugas pertanahan.
2. Sistem, Mekanisme, dan Prosedur
- Bagaimana sistem, mekanisme dan prosedur yang ada di Kelurahan
Kotapinang dalam memberikan pelayanan pembuatan surat
kepemilikan tanah ?
“Sistem, mekanisme dan prosedur di Kantor Kelurahan Kotapinang ini, semuanya masih serba manual, pengarsipan dilakukan hanya pada buku, komputer tidak menyimpan arsip. Hanya ada format surat, dan kop- kop surat yang nantinya mempermudah dalam membuat surat. Jadi stafnya hanya perlu mengisi data seperti nama, pekerjaan, alamat, dan lain- lain yang diperlukan tanpa mengetik ulang keseluruhan. Untuk mempercepat kerja saja. Kedepannya kalau memang memungkinkan, akan diusahakan system komputerisasi yang lebih memadai. Saya akan mengusahakan yang terbaik untuk kemajuan Kelurahan kedepanya.
Prosedur pelaksanaannya hanya berpedoman pada pengetahuan berdasarkan pelatihan dan pengalaman staf pertanahannya, belum ada SOP yang dibentuk Kelurahan dalam pelaksanaan urusan pertanahan.”
Berdasarkan kutipan ditas dapat dilihat bahwa sistem yang dilakukan
dalam pengerjaan dan pengarsipan dilakukan dengan cara yang masih
sederhana yaitu dengan catat mencatat saja, penggunaan teknologi
dalam praktiknya masih belum maksimal. Kelurahan juga belum
memiliki SOP yang seharusnya menjadi patokan yang menentukan
41 3. Jangka Waktu Pelayanan
- Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan surat
kepemilikan tanah di Kelurahan Kotapinang?
“Jika syarat- syarat sudah lengkap biasanya staff langsung meminta saya untuk menandatangani surat yang sudah selesai dikerjakan, tetapi lain hal kalau saya sedang tidak ditempat misalnya karena kegiatan lain dan rapat. Biasanya menunggu, dan lamanya itu tergantung kesepakatan dengan masyarakatnya dan biasanya system kekeluargaan saja, masyarakat juga bisa menelepon staf untuk menanyakan suratnya apakah sudah selesai atau belum. Prosesnya cepat asalkan syaratnya semua lengkap dan saya sedang ditempat”.
Berdasarkan kutipan diatas dapat dilihat bahwa belum ada konsistensi
waktu dalam pengerjaan surat kepemilikan tanah ini, semua hal
dikondisikan sesuai keadaan pada saat itu.
4. Biaya/ Tarif
- Adakah biaya administrasi dalam pembuatan surat tanah di Kelurahan
Kotapinang?
- Jika ada biaya administrasi. Berapa besar / berapa jumlah biaya yang
dibebankan kepada masyarakat yang akan membuat surat tanah?
- Jika tidak ada biaya administrasi, maka siapa yang mendanai kegiatan
administrasi pertanahan khususnya pembuatan surat kepemilikan tanah
di Kelurahan Kotapinang Labusel?
42
Dari kutipan diatas kita dapat melihat bahwa belum ada ketetapan/
peraturan yang diputuskan mengenai biaya yang harus dibebankan
kepada masyarakat dalam proses pembuatan surat tanah.
5. Produk Pelayanan
- Apa saja produk pelayanan yang dapat diberikan/ dihasilan Kantor
Kelurahan Kotapinang dalam hal administrasi pertanahan?
“Produk pelayanan pertanahan yang diberikan hanya surat tanah dari jual beli dan juga surat tanah karena waris”.
Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa bagian urusan pertanahan di
Kelurahan Kotapinang hanya mengurusi Surat tanah Jual- Beli dan
Surat tanah Waris.
6. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan
- Bagaimana mengenai penanganan pengaduan, saran dan masukan dari
masyarakat?
- Melalui apakah masyarakat menyampaikannya?
43
Seperti motto yang baru kami bentuk yaitu “ Melayani dengan Sepenuh Hati” jadi kita nggak mau tanggung- tanggung”.
Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa banyak pengaduan dari
masyarakat yang belum tersalurkan, namun kedepannya Lurah akan
melakukan perbaikan terhadap sistem penanganan pengaduan
masyarakat yang kini sedang dalam proses.
B. Pertanyaan Mengenai Komponen Standart Pelayanan yang Terkait
dengan Proses Pengelolaan di Internal Organisasi ( Manufacturing):
1. Dasar Hukum
- Apa dasar hukum yang menjadi landasan bagi kantor Kelurahan
Kotapinang dalam memberikan pelayanan administrasi pertanahan ?
“Dasar hukum penyelenggaraan tugas pertanahan yaitu Perbup Labusel No- Tahun 2011 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi serta Uraian Tugas Jabatan Struktural Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dimana tugas pertanahan itu berada dibawah naungan seksi pemerintahan. Soal nomornya sampai sekarang kita belum dapat ini peraturan nomor berapa, karena waktu peraturan ini dikasih yang ada hanya ini saja. Nanti kedepannya akan saya tanyakan lagi kebagian ORTA di Kantor Bupati, sampai sekarang mereka belum beri kejelasan undang- undang ini nomor berapa”.
Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa dasar hukum dalam
penyelenggaraan tugas pertanahan sudah jelas diberikan oleh
44 2. Sarana, Prasarana dan/ Fasilitas
- Apa saja sarana, prasarana, dan fasilitas yang diberikan/ disediakan
dalam pelayanan administrasi pertanahan di Kelurahan Kotapinang?
“Sampai saat ini belum ada fasilitas tambahan khusus untuk mempermudah dan memberikan pelayanan yang nyaman bagi masyarakat, mungkin dilatarbelakangi karena tidak adanya dana bantuan untuk itu, namun kedepannya saya akan berusaha memperbaiki fasilitas disini. Seperti yang kamu lihat tadi saya sedang mengukur ruangan dan mendesain bentuk ruangan yang akan nyaman bagi masyarakat nanti kedepannya akan saya usulkan rencana pembangunan ini agar mendapatkan dana bantuan, baik dari pemerintah Kabupaten ataupun sumber lain. Nanti akan dibuat juga kotak saran dan akan dibuat fasilitas website, wi-fi(hot-spot) sekarang sudah jalan, juga masih banyak rencana lain yang sedang kami rancang”.
Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa Lurah mengakui adanya
keterbatasan fasilitas yang dilator belakangi oleh ketidaktersediaannya
dana untuk mengadakan berbagai fasilitas itu. Lurah juga berusaha
mencari dana bantuan untuk memperbaiki fasilitas Kelurahan.
3. Kompetensi Pelaksana
- Apakah Pegawai/ staf yang bertugas dalam pelayanan administrasi
pertanahan sudah memiliki keahlian yang baik dibidang tugasnya?
45
Dalam kutipan diatas dapat kita lihat bahwa pegawai/ staf yang
bertugas dalam pelayanan administrasi merupakan pegawai yang sudah
terlatih dan berpengalaman dibidangnya, hanya saja kekurangannya
terdapat pada ketidakmampuan untuk mengoperasikan komputer yang
seharusnya dapat membantu pekerjaannya.
4. Pengawasan Internal
- Adakah bentuk pengawasan internal yang dilakukan?
- Apa saja bentuk pengawasan internal yang dilakukan dalam kegiatan
pelayanan administrasi pertanahan di Kantor Kelurahan Kotapinang?
“Bentuk pengawasan internal kedepannya pasti akan dilakukan, agar pelayanan yang diberikan tidak asal-asalan. Sebelumnya hanya ada bimbingan teknis sebulan sekali ke camat. Kedepannya Akan dilakukan Bimbingan teknis, pemberian sanksi dan reward bagi pegawai. Sanksinya itu berupa teguran dan jika sudah melampaui batas maka pegawai akan diminta meminta maaf kepada masyarakat yang kecewa dan akan diberikan surat peringatan. Kemudian kedepannya yang melayani masyarakat dengan baik akan diberikan reward atau penghargaan berupa sertifikat ataupun piagam untuk menghargainya”.
Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa pengawasan yang dilakukan
sebelumnya hanya sebatas bimbingan teknis dengan camat, namun
akan segera dilakukan pengawasan untuk memperbaiki kualitas
pelayanan di kantor Kelurahan Kotapinang.
46
- Berapa banyak jumlah pelaksana, peawai/ staf yang menjalankan tugas
administrasi pertanahan di Kelurahan Kotapinang
“Sampai saat ini jumlah staf pelaksana tugas pertanahan itu masih 1 orang saja, dan semua seksi dikelurahan ini yang memiliki staf hanya seksi pemerintahan saja yang lainnya tidak ada stafnya. Kedepannya kalau memang ada kebutuhan dan memang ada peraturan yang mengharuskan untuk menambah staf ya kita laksanakan”.
Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa jumlah pelaksana tugas
pertanahan berjumlah 1 orang, dan kemungkinan penambahan staf
akan dilakukan jika ada peraturan yang menunjuk untuk itu.
6. Jaminan Pelayanan
- Adakah jaminan atas pelayanan administrasi pertanahan dalam
pembuatan surat kepemilikan tanah yang diberikan kepada
masyarakat?
- Jika ada, apa saja jaminan itu?
“Jaminannya itu, surat pasti selesai, namun jaminan tertulis tentang pelayanan tidak ada. Jika syarat lengkap dan saya sedang ditempat sudah pasti surat selesai dengan waktu singkat, kami berusaha melakukan semaksimal mungkin yang kami bisa”.
Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa belum ada jaminan yang pasti
mengenai pelayanan yang diberikan, pelayanan yang terbaik sesuai
kemampuan akan diberikan tapi tidak ada jaminan yang memastikan
47
7. Jaminan Keamanan dan Keselamatan Pelayanan
- Adakah jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat?
- Jika ada, apa saja jaminan keamanan dan keselamatannya?
“Surat yang dibuat disini pasti aman, kalaupun hilang dan rusak kami akan mengurusnya ulang. Jika keselamatan yang dimaksud adalah keselamatan atas sengketa atau permasalahan tanah itu sendiri, kami bisa membantu memediasi dan memberikan saran kepada masyarakat untuk menyelesaikan masalahnya. Jika sengketa itu timbul karena surat yang kami terbitkan, maka nanti akan dikaji ulang mana surat sebenarnya yang sah dan mencari pokok permasalahannya”.
Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa pihak Kelurahan memberikan
jaminan atas kesalahan yang mereka lakukan, namun jika kesalahan
berasal dari hal lain yang bukan disebabkan pihak Kelurahan, maka
mereka siap membantu memediasi dan menyelesaikan persoalannya
apabila diperlukan.
8. Evaluasi Kinerja Pelaksana
- Adakah kegiatan evaluasi kinerja yang dilakukan oleh Lurah
Kotapinang kepada pelaksana tugas administrasi pertanahan di Kantor
Kelurahan Kotapinang?
- Apa bentuk kegiatan evaluasi itu?
JAWAB:
48
Dalam kutipan diatas dapat dilihat bahwa pihak Kelurahan telah
melakukan kegiatan evaluasi yang dilakukan sekali sebulan yang
berkoordinasi dengan Camat Kotapinang.
4.1.2. Hasil Wawancara Langsung dengan Staf Bagian Pertanahan di
Kelurahan Kotapinang ( Bapak Ngatino)
A. Pertanyaan mengenai Komponen Standart Pelayanan yang Terkait
dengan Proses Penyampaian Pelayanan ( Service Delivery):
1. Persyaratan
- Apa saja persyaratan yang dibutuhkan masyarakat untuk memperoleh
pelayanan pembuatan surat tanah di Kantor Kelurahan Kotapinang ?
“Persyaratannya itu sebenarnya tergantung sama apa yang mau diurusnya, disini kan melayani dua saja, surat tanah karena jual beli sama surat tanah karena waris. Kalau surat ganti rugi tanah (penyerahan) itu syarat membuat suratnya:
1. Tanah harus diukur kembali dilapangan, dihadirkan juga jiran tetangga/ sepadan tanah dan kepala lingkungan.
2. Menunjukkan surat asli ( asal- usul) / alas hak surat tanah.
3. Membawa fotocopy KTP pembeli dan penjual beserta Fotocopy KTP Istri/Suami si Penjual, karena semua penjualan harus ada persetujuan suami- istri.
4. Surat ganti rugi harus dibuat di Kantor Kelurahan dan ditandatangani pihak I dan pihak II dan juga disetujui istri/suami pihak I dan disaksikan sepadan tanah ( jiran tetangga) dan kepala lingkungan.