• Tidak ada hasil yang ditemukan

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

5.2. Karakteristik Responden

Karakteristik petani responden diklasifikasikan berdasarkan usia, tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal (penyuluhan), status usahatani, pengalaman usahatani, modal, luas lahan, dan status kepemilikan lahan. Keragaan karakteristik tersebut diduga akan mempengaruhi keputusan petani dalam melaksanakan kegiatan usahatani.

Usia petani responden di lokasi penelitian berada di antara usia 24-67 tahun. Berdasarkan distribusi usia petani responden pada Tabel 7 terlihat bahwa sebagian besar petani responden yang melakukan usahatani paprika hidroponik adalah petani yang berusia kurang dari 45 tahun (64,40 persen). Sebanyak 35,60 persen lainnya berusia lebih dari sama dengan 45 tahun. Hal tersebut

menunjukkan bahwa mayoritas petani responden berada dalam usia produktif. Petani responden dengan usia produktif umumnya memiliki kemampuan fisik dan kinerja yang baik sehingga dapat bekerja lebih optimal.

Tabel 7. Sebaran Responden Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2012 Kelompok Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

< 25 1 1,69 25-34 11 18,64 35-44 26 44,07 45-54 18 30,51 55-64 2 3,39 > 64 1 1,69 Total 59 100,00

Usia merupakan salah satu karakteristik petani yang diduga mempengaruhi efisiensi teknis dalam usahatani paprika hidroponik. Pertambahan umur akan mempengaruhi kondisi fisik petani yang berakibat pada penurunan kinerja petani tersebut. Petani yang sudah termasuk dalam ketegori tua atau usia lanjut diduga memiliki tingkat efisiensi teknis yang lebih rendah karena berkaitan dengan kemampuan mengalokasikan input-input produksi. Sebaliknya petani yang berusia muda atau produktif diduga akan lebih efisien secara teknis.

Pendidikan formal merupakan salah satu karakteristik yang dapat mempengaruhi petani paprika dalam pengambilan keputusan, terutama yang berkaitan dengan penyerapan informasi dan penerapan teknologi paprika hidroponik yang diperkenalkan. Seluruh petani responden di lokasi penelitian sudah menjalankan pendidikan formal, dengan tingkat tertinggi S2 dan tingkat terendah yaitu Sekolah Dasar. Tabel 8 menunjukkan bahwa mayoritas petani responden merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 37,29 persen. Sementara petani responden lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) masing-masing sebesar 27,87 persen dan 22,95 persen.

Tabel 8. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Tahun 2012

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Lulusan SD 22 37,29 Lulusan SMP 17 28,81 Lulusan SMA 13 22,03 Diploma 2 3,40 S1 4 6,78 S2 1 1,69 Total 59 100,00

Selain pendidikan formal, pendidikan non-formal seperti penyuluhan juga sangat penting dan berpengaruh dalam mengembangkan pengetahuan petani paprika karena dengan dengan semakin berkembangnya zaman maka petani juga dituntut untuk mengikuti perkembangan ilmu pertanian dari waktu ke waktu serta dapat berinovasi. Penyuluhan yang pernah diperoleh para petani responden di antaranya mengenai Pengendalian Hama Terpadu (PHT), Good Agricultural Practices (GAP), praktek penerapan teknologi baru, dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari setengah petani responden atau sebesar 66,10 persen responden telah mengikuti penyuluhan yang diselenggarakan penyuluh setempat.

Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Keikutsertaan Penyuluhan Tahun 2012

Pernah Mengikuti

Penyuluhan Jumlah (orang) Persentase (%)

Ya 39 66,10

Tidak 20 33,90

Total 59 100,00

Tidak semua petani responden menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai mata pencaharian atau sumber penghasilan utama, tetapi ada juga sebagian kecil responden yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai penghasilan sampingan. Sebanyak 54 orang responden atau 91,53 persen responden mengandalkan penghasilan utama dari usahatani paprika hidroponik,

sedangkan responden yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan sampingan hanya berjumlah 5 orang atau 8,47 persen. Petani responden yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan sampingan, memiliki pekerjaan utama sebagai pegawai negeri ataupun wiraswasta.

Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkan Status Usahatani Tahun 2012 Status Usahatani Jumlah (orang) Persentase (%)

Pekerjaan Utama 54 91,53

Pekerjaan Sampingan 5 8,47

Total 59 100,00

Perbedaan status usahatani tersebut akan mempengaruhi keputusan manajerial dalam melakukan kegiatan usahatani paprika hidroponik sehingga akan mempengaruhi efisiensi teknis usahatani paprika hidroponik. Petani responden yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan utama akan memiliki curahan waktu yang lebih banyak untuk usahataninya, sedangkan petani responden yang menjadikan usahatani paprika hidroponik sebagai pekerjaan sampingan memiliki curahan waktu lebih sedikit untuk usahataninya sehingga lebih banyak mempekerjakan tenaga kerja dari luar.

Tabel 11. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Paprika Tahun 2012

Pengalaman Usahatani

Paprika (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

≤ 5 7 11,86

6 – 10 19 32,20

11 – 15 17 28,81

≥ 16 16 27,12

Total 59 100,00

Tabel 11 menunjukkan sebaran petani responden berdasarkan pengalaman usahatani paprika yang dijalankan. Paprika sendiri sudah lama dikembangkan di Desa Pasirlangu. Lamanya pengalaman usahatani paprika yang dijalankan oleh

10 tahun, sebanyak 28,81 persen memiliki pengalaman 11-15 tahun, dan sebanyak 27,12 persen yang memiliki pengalaman lebih dari 16 tahun. Seorang petani akan semakin banyak memperoleh pelajaran seiring dengan semakin lamanya pengalaman yang ia miliki. Pengalaman dan pelajaran yang dimiliki tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan agar dapat menghasilkan produksi yang lebih baik.

Modal yang digunakan petani responden dalam menjalankan usahatani paprika selain berasal dari modal sendiri dan pinjaman dari keluarga/saudara juga dapat berasal dari kredit bank. Kredit bank yang diambil petani biasaya berasal dari BRI dan BPR. Dari Tabel 12 terlihat bahwa petani responden yang memperoleh kredit dari bank jumlahnya lebih sedikit dibandingkan yang tidak memperoleh kredit bank, yaitu sebesar 18,64 persen. Akan tetapi, petani yang memperoleh kredit bank akan memiliki kemampuan menggali modal yang lebih banyak untuk membiayai faktor-faktor produksi dan mengembangkan usahataninya. Selain itu, petani yang memperoleh kredit bank juga memiliki tanggung jawab untuk dapat mengembalikan pinjaman beserta beban bunga sehingga dalam menjalankan usahataninya dituntut agar dapat berproduksi dengan lebih efisien.

Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Perolehan Kredit BankTahun 2012 Memperoleh Kredit Bank Jumlah (orang) Persentase (%)

Ya 11 18,64

Tidak 48 81,36

Total 59 100,00

Lahan usahatani sangat berkaitan erat dengan efisiensi penggunaan faktor produksi usahatani paprika yang dijalankan. Luas greenhouse paprikayang berada di Desa Pasirlangu berbeda-beda tergantung dari luas lahan yang dikuasai oleh petani. Sebagian besar petani responden memiliki lahan seluas 1.001-2.000 m2 yaitu sebanyak 32,20 persen. Sementara petani lainnya tersebar dengan luas lahan yang berbeda-beda. Terdapat 3 orang responden atau 5,08 persen yang memiliki lahan dengan luas lebih dari 1 hektar. Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan yang dikuasainya dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan Greenhouse Tahun 2012 Luas Lahan (m2) Jumlah (orang) Persentase (%)

≤ 1.000 15 25,42 1.001-2.000 19 32,20 2.001-3.000 7 11,86 3.001-4.000 2 3,40 4.001-5.000 6 10,20 5.001-10.000 7 11,86 ≥ 10.001 3 5,08 Total 59 100,00

Status kepemilikan lahan petani paprika yang menjadi responden berbeda- beda. Sebagian besar petani responden memiliki lahan sendiri yaitu sebanyak 49 orang atau 83,05 persen dari total responden yang ada. Di lokasi penelitian juga terdapat petani responden yang menggarap pada lahan bagi hasil. Petani yang memiliki status kepemilikan lahan bagi hasil yaitu sebanyak 10 orang atau sebesar 16,95 persen dari total responden. Status kepemilikan lahan dapat berpengaruh dalam pengambilan keputusan usahtani dimana petani yang berusahatani paprika hidroponik menggunakan lahan bagi hasil diduga akan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar.

Tabel 14. Sebaran Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Tahun 2012

Status Kepemilikan Lahan Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

Lahan milik 49 83,05

Lahan bagi hasil 10 16,95

Total 59 100,00