• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Spiritual

1.4 Karakteristik Spiritual

Karakteristik dan kesehatan spiritual mengandung arti yang sama. Menurut Burhardt (1993 dalam Kozier et.al., 2004) menjelaskan bahwa karakteristik spiritual mencakup empat dimensi yaitu:

1.4.1 Hubungan dengan diri sendiri

Kekuatan dalam diri atau kepercayaan diri sendiri yang meliputi pengenalan tentang diri sendiri (misalnya menjawab pertanyaan siapa saya, apa yang dapat saya lakukan) dan sikap pada diri sendiri, percaya pada kehidupan dan masa depan, ketentraman, dan harmonis dengan diri sendiri. Elemen spiritualitas pertama adalah menemukan makna dan tujuan hidup. (Hasselkus dalam Young, 2007) mengungkapkan dari mana makna hidup berasal? Mereka bersal dari lingkup personal dan sosial. Untuk sementara orang, makna hidup, berasal terlebih dari nilai dan sejarah yang dihayati pribadi dan unik, untuk orang lain makna hidup berakar dari komunitas dan lingkup budaya empatnya hidup. Dari sudut pandang tenang waktu hidup, sumber makna hidup dirasakan

sebagai lintasan atau garis perkembangan hidup yang membentang dalam hidup kita.

Menurut Burkhardt (2002) memberkan pengertian makna hidup sebagai suatu ”misteri yang selalu menyingkapkan diri”. Kebutuhan akan tujuan dan makna hidup merupakan ciri universal dan barangkali menjadi hakikat hidup itu sendiri. Apabila seseorang tidak mampu menemukan tujuan dan makna hidupnya, seluruh aspek hidupnya akan rusak dan mengakibatkan penderitaan karena kesepian dan kehampaan. Kemudian mengalami distress spiritual, dan akhirnya fisik. Orang yang memelihara hidup spiritual secara sehat akan mampu menyelami hidup yang kaya makna dan bertujuan jelas dalam menjalani kehidupannya didunia daripada sesamanya yang tidak. Beberapa orang menemukan makna setelah mengalami perjalanan yang merugikan dan mampu mengolah pengalaman itu agar tetap sehat dan menjadi daya penyembuh. Makna hidup juga merupakan hasil oleh spiritual yang secara sefektif, terukur dan dapat diperoleh kreatif melalui puisi atau lukisan, ideologi yang berlawanan atau relasi dengan sesama. Hubungan dengan diri sendiri merupakan fundamental dalam eksplorasi atau penyelidikan spiritual.

1.4.2 Hubungan dengan orang lain

Hubungan dengan orang lain dimanifestasikan dengan berbagi waktu, pengetahuan, dan sumber daya dengan orang lain dan

membalas perbuatan baik orang lain. Hubungan ini juga dimanifestasikan dengan sikap peduli pada anak-anak, orang tua, dan orang yang sakit, menguatkan kembali makna kehidupan dan kematian dengan cara mengunjungi makam/kuburan. Hubungan dengan sesama dideskripsikan sebagai dimensi horizontal yang beririsan dengan hubungan vertikal dengan Tuhan.

Dyer (2001) mengakui adanya saling keterhubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya dalam menjalani kehidupan. “Pada taraf kesadaran spiritual kita tahu bahwa kita terhubung dengan setiap manusia.” Relasi yang mencinta, penuh derita, mendukung dan sukar dengan keluarga, teman dan sesama. Memperhatikan orang lain dan diperhatikan oleh orang lain. Mengakui hubungan dengan sesama manusia sebagai sumber pertumbuhan dan perubahan. Spiritualitas juga melibatkan hubungan dengan seseorang atau sesuatu yang mengatasi diri sendiri. Orang atau sesuatu itu dapat menopang dan menghibur, membimbing dalam pengambilan keputusan, memaafkan kelemahan kita, dan merayakan perjalanan hidup kita. (Spaniol, 2002).

1.4.3 Hubungan dengan alam

Harmonisasi dengan alam, meliputi pengenalan tentang tumbuhan, tanaman, pepohonan, kehidupan alam, dan cuaca. Harmonisasi dengan alam seperti berkebun, berjalan, berada diluar dan

memelihara alam. Seluruh rangkaian hidup ada dalam jejaring saling keterhubungan, apa yang terjadi pada bumi mempengaruhi tiap manusia dan tiap perilaku manusia mempengaruhi bumi, maka amatlah penting untuk menyadari dan menghormati jejaring kesalingterhubungan hidup ini. Spiritualitas member sumbangsih besar dalam penyadaran dan penghormatan ini. (Spaniol 2002). Keserasian untuk menjaga harmonisasi alam dan lingkungan adalah hal penting.

1.4.4 Hubungan dengan Tuhan

Elemen spiritualitas lain yang hakiki adalah konsep tentang kepercayaan dan sistem kepercayaan. Dossey et. al (2000) menjelaskan kepercayaan sebagai, “ sikap sekunder”. Faktor kognitif yang melibatkan kepercayaan kurang berkorelasi dengan fakta dibandingkan perasaan. Faktor itu mengungkapkan kepercayaan diri atau iman akan validitas seseorang, benda atau gagasan. Iman dapat menjadi bagian penting dari kepercayaan seseorang dan keputusan yang dibuatnya dalam hidup. Iman dapat digambarkan sebagai kepercayaan akan Tuhan, yang member makna dan tujuan hidup. Iman yang bertumbuh selalu merupakan proses aktif dan berlangsung terus-menerus serta unik bagi masing-masing orang, karena tertanam dimasa lampau, sekarang dan harapan akan masa depan.

Bagi sebagian orang, kepercayaan spiritual secara eksklusif dikaitkan dengan agama, sehingga kepercayaan itu tidak pernah berkaitan dengan orang lain. Bukti menunujukan bahwa minat pada spiritualitas tidak terbatas pada mereka yang pergi kegeraja atau menjadi anggota kelompok agama saja (Shea, 2000). Jika Tuhan didefenisikan sebagai kontruk yang menunjukkan nilai utama dalam hidup seseorang, dan membentuk kepercayaan, nilai dan pilihan yang dianut orang itu, maka baik sistem kepercayaan religius dan non-religius harus dipandang sangat penting dalam eksplorasi tentang spiritualitas.

Hubungan dengan tuhan dapat juga dilihat dari religiusnya seseorang, seperti melakukan kegiatan doa atau meditasi, membaca kitab atau buku keagamaan, berpartisipasi dalam kelompok keagamaan. Hawari (2009) menjelaskan bahwa dalam agama Islam terdapat dimensi kesehatan jiwa pada rukun iman yaitu iman kepada Allah besar pengaruhnya bagi kesehatan jiwa manusia dimana orang yang beriman itu selalu ingat kepada Allah (dzikrullah/zikir) sehingga perasaan tenang/aman/terlindung selalu menyertainya. Pikiran, perasaan dan perilakunya baik dengan tidak melanggar hukum, norma, moral dan etika kehidupan serta tidak merugikan orang lain karena ia tahu benar dan yakin apa yang dilakukannya itu semua dicatat oleh malaikat. Mampu mengendalikan diri (self control) yang merupakan salah satu ajaran

nabi Muhammad, Yakni bahwa sesungguhnya Al-Qur’an merupakan “text book” kesehatan jiwa terlengkap dan sempurna di dunia, bagi mereka yang mengerti/menghayati/mengamalkannya akan memperoleh manfaat serta kesejahteraan lahir dan bathin serta selamat di dunia maupun di akhirat kelak.

Dokumen terkait