• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Tindak Pidana Illegal Fishing di dalam

BAB II KARAKTERISTIK TINDAK PIDANA ILLEGAL

D. Karakteristik Tindak Pidana Illegal Fishing di dalam

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan telah mengklasifikasi tindak pidana perikanan dibagi atas 2 jenis tindak pidana yaitu: tindak pidana kejahatan di bidang perikanan (Pasal 84, 85, 86, 88, 91, 92, 93 dan Pasal 94) dan tindak pidana pelanggaran di bidang perikanan (Pasal 87, 89,90,95,96,97,98,99, dan Pasal 100). Illegal fishing memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang digolongkan sebagai konvensional crime. Baik dari segi pelaku, tempat kejadian, maupun dampak yang ditimbulkannya. Berdasarkan rumusan Undang- undang No 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, tindak pidana illegal fishing secara keseluruhan adalah sebagai berikut :

1. Menangkap ikan atau memungut ikan yang berasal dari kawasan perikanan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang.

2. Mengelola dan atau membudidayakan ikan yang berasal dari kawasan perikanan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang.

3. Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil perikanan tanpa melengkapi surat keterangan sahnya pelayaran hasil perikanan berupa ikan

4. Membawa alat-alat dan atau bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam penangkapan dan atau pengelolaan perikanan di kawasan pengelolaan perikanan tanpa izin pejabat yang berwenang.

Selanjutnya berdasarkan pasal 84 ayat (1 sampai dengan 4) undang-undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, sanksi tindak pidana “illegal fishing” adalah sebagai berikut :

1. Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia melakukan penangkapan ikan dan atau pembudidayaan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan atau cara, dan atau bangunan yang dapat merugikan dan atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) dipidana dengan penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp 1. 200.000.000 (satu miliar dua ratus juta rupiah).

2. Narkoda atau pemimpin kapal perikanan, ahli penangkapan ikan, dan anak buah kapal yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan atau cara dan / atau bangunan yang dapat merugikan dan / atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 2 ) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 ( sepuluh ) tahun denda paling banyak Rp. 1.200.000.000,00 ( satu milliar dua ratus juta rupiah ).

3. Pemilik kapal perikanan, pemilik perusahaan perikanan, bertanggung jawab perusahaan perikanan, dan / atau operator kapal perikanan yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan Republik Indonesia melakukan usaha penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan / atau bangunan yang dapat merugikan dan atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan / atau lingkungannya sebagaimana dan atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 3 ) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 10 ( sepuluh ) tahun dan denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 ( dua milliar rupiah ).

4. Pemilik perusahaan, pembudidayaan ikan, kuasa pemilik perusahaan pembudidayaan ikan, dan / atau penanggung jawab perusahaan pembudidayaan ikan yang dengan sengaja melakukan usaha pembudidayaan ikan di wilayah pengelolaan Republik Indonesia menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan / atau cara, dan / atau bangunan yang dapat merugikan dan / atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan/ atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh ) tahun dan denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 ( dua milliar rupiah).

5. Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ), ayat ( 3 ), ayat ( 4 ) adalah merupakan kejahatan dan juga memenuhi unsur pelanggaran.

6. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat ( 1 ), ayat ( 3 ), dan ayat ( 4 ) apabila dilakukan oleh dan atau atas nama badan hukum atau badan usaha tuntutan pidananya dijatuhkan pada pengurusnya, baik sendirisendiri maupun bersama-sama dikenakan sanksi pidana dengan ancaman pidana masing- masing dari tuntutan pidana yang dijatuhkan.

7. Semua hasil perikanan dari hasil kejahatan dan pelanggaran dan atau alat-alat termasuk alat angkutnya yang dipergunakan untuk melakukan kejahatan atau pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini dirampas untuk negara.

Sanksi tindak pidana yang dimaksud dalam Pasal 84 ayat ( 1 ), ayat ( 2 ), ayat ( 3 ), dan ayat ( 4 ) Undang-undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan adalah sebagai berikut :

1) Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana perlindungan laut.

2) Setiap orang yang diberi izin usaha penangkapan, pengelolaan, serta pembudidayaan perikanan dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan biodiversity laut / lingkungan ekosistem laut.

3) Setiap orang dilarang :

a. Mengerjakan dan atau melakukan penangkapan ikan, pengelolaan, serta pembudidayaan di kawasan perairan Indonesia dengan tidak sah / melanggar Undang-Undang.

b. Melakukan penangkapan ikan, pengelolaan, serta pembudidayaan di kawasan perairan Indonesia sesuai dengan ketentuan batasan ZEE dengan menggunakan bahan-bahan kimia, bahan-bahan peledak dan juga alat yang dapat merusak ekosistem laut.

c. Melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi ikan di kawasan perairan Republik Indonesia, tanpa izin.

d. Membawa alat-alat dan juga bahan-bahan kimia yang lazin dan patut diduga akan digunakan untuk melakukan penangkapan, pengelolaan dan atau pembudidayaan perikanan tanpa izin dari pihak yang berwewenang. e. Membuang bahan-bahan kimia atau pun benda-benda yang berbahaya dan

dapat menyebabkan kerusakan ekosistem laut serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi laut ke dalam kawasan perairan.

Berdasarkan bentuk dan sanksi tindak pidana illegal fishing tersebut, maka dapat dirumuskan unsur pokok subyek dan obyeknya adalah : Setiap orang ; dengan sengaja (termuat pada Pasal 8 ayat ( 1 ), ayat ( 2 ), ayat (3), dan ayat(4 ) dan karena kelalaiannya ( termuat dalam Pasal 84 ayat ( 1 ), ayat ( 2 ), ayat ( 3 ) dan ayat ( 4 ) melanggar ketent uan ( melawan hukum ) ; sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat ( 1 ), ayat ( 2 ), ayat ( 3 ), dan ayat ( 4 ).

Tindak pidana illegal fishing juga merupakan pelanggaran atas Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat ( 3 ) dimana aturan kepidanaannya dirumuskan dalam Pasal 262 – 265 ayat ( 4 ) KUHP Tentang Kejahatan Pencurian, dengan hukuman terberatnya adalah hukuman mati atau pidana seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun. Berdasarkan akibat yang ditimbulkan, maka pelaku tindak pidana illegal fishing juga dapat dijerat Pasal 187 KUHP Tentang yang membahayakan keamanan umum bagi orang atau barang, dengan hukuman terberatnya pidana seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun. Jika karenanya timbul bahaya bagi nyawa orang lain dan mengakibatkan matinya orang lain.

BAB III

PERAN POLRI DALAM PENERAPAN SISTEM

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU TINDAK PIDANA ILLEGAL

FISHING SEBAGAI BAHAGIAN DARI SISTEM PERADILAN PIDANA

(CRIMINAL JUSTICE SYSTEM)

A. Peran Polri Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pokok di dalam Undang-Undang

Dokumen terkait