• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Umum

4) Gaya belajar Converger

4.1 Karakteristik Umum

Sebagian besar mahasiswa STIS tingkat I tahun akademik 2011/2012 berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 61 persen. Mereka berasal dari berbagai propinsi di Indonesia. Sembilan puluh empat persen dari mereka di Jakarta dengan status kontrak/kost, sedangkan sisanya yaitu yang tinggal dengan orang tua atau familinya hanya 6 persen saja. Walaupun sudah mendapat tunjangan ikatan dinas, tetapi masih banyak mahasiswa (83 persen) yang mendapatkan uang saku bulanan dari orang tuanya.

Prestasi Hasil Belajar Mahasiswa

Hasil belajar adalah suatu pola perbuatan, tindakan, nilai, sikap, apresiasi dan ketrampilan yang didapatkan oleh para peserta didik melalui suatu proses belajar, yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan juga psikomotorik. Hasil belajar mahasiswa STIS tingkat I tahun akademik 2011/2012 pada semester gasal dan semester genap dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.

34 Gambar 4.1. Hasil Belajar Mahasiswa STIS Tingkat I

Tahun Akademik 2011/2012

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memperoleh indeks prestasi semester gasal maupun genap pada rentang 2,76 – 3,50 dengan proporsi lebih dari 50 persen. Meskipun hal ini masih dapat dianggap sebagai hasil yang baik, namun jika dilihat lebih rinci lagi, ternyata 45,21 persen dari mereka mengalami penurunan indeks prestasi dari semester gasal ke semester genap (Gambar 4.2). Keadaan ini dapat disebabkan oleh banyaknya mahasiswa yang merasa kesulitan di matakuliah inti pada semester gasal (yaitu Pengantar matematika) yang merupakan prasrayat pada matkuliah inti di semester genap (Pengantar Teori Peluang).

35 Gambar 4.2. Perbandingan IP Semeter Gasal (1) dan Semseter Genap (2)

Gambar berikut (4.3) menjelaskan bahwa mahasiswa yang berasal dari jalur reguler memiliki kecenderungan lebih besar untuk memiliki indeks prestasi yang lebih baik. Mahasiswa STIS yang berasal dari jalur nonreguler tidak ada yang memiliki indeks prestasi lebih dari 3,50.

Gambar 4.3. Proporsi Mahasiswa menurut Jalur Masuk dan Kategori Indeks Prestasi

36 Mata Kuliah yang Dianggap Paling Sulit dan Alasan Dianggap Sulit

Kesulitan belajar (Learning Difficulty) adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan, diperoleh informasi bahwa matakuliah tingkat I yang dianggap paling sulit oleh sebagian besar mahasiswa adalah Pengantar Matematika (44,3%) dan Pengantar Teori Peluang (24,2%). Matakuliah Pengantar Matematika diperoleh mereka pada semester gasal dan Pengantar Teori Peluang diperoleh di semester genap. Secara lengkap, matakuliah tingkat I yang dianggap sulit oleh mahasiswa dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut.

Gambar 4.4. Proporsi Mahasiswa tentang Matakuliah yang Dianggap Sulit

Temuan tersebut sejalan dengan penelitian dari Irjayanti (2012). Matakuliah Pengantar Matematika merupakan matakuliah prasyarat bagi

37 matakuliah Pengantar Teori Peluang, dan matakuliah Pengantar Teori Peluang merupakan prasyarat juga bagi matakuliah Statistika Matematika, yang merupakan matakuliah inti pada semester berikutnya. Hal ini patut dicermati mengingat kesulitan pada matakuliah tersebut akan berdampak pada hasil belajar matakuliah berikutnya yang terkait.

Berdasarkan alasan mereka menganggap matakuliah tertentu sulit, diketahui sebanyak 48,40 persen mahasiswa mengganggap mata kuliah tersebut sulit karena materi yang sulit dipahami. Alasan lainnya adalah walaupun dosen menguasai materi, tetapi mereka kurang mampu menyampaikan atau menjelaskan materi yang dinyatakan oleh mahasiswa sebanyak 35,62 persen. Sedangkan sisanya sebesar 15,98 persen karena ada kesenjangan yang terlalu jauh antara materi yang diperoleh sewaktu SLTA dengan mata kuliah tersebut. Selengkapnya, alasan mahasiswa merasa kesulitan pada matakuliah tertentu dapat dilihat pada Gambar 4.5.

38 Apabila dirinci menurut jalur masuk STIS, mahasiswa Nonreguler memiliki proporsi yang cukup besar bahwa alasan mereka keseulitan dalam matakuliah tertentu adalah adanya kesenjangan materi (33,90 persen).

Gambar 4.6. Alasan Mahasiswa Mengalami Kesulitan pada Matakuliah Tertentu menurut Jalur Masuk STIS

Kesulitan belajar

Jika dilihat dari tingkat kesulitan bejalarnya, mahasiswa STIS berada pada level yang rendah dalam hal kesulitan belajar yaitu sebesar 89 persen. Tetapi masih ada yang berada pada level kesulitan belajar lebih rendah yaitu sebesar 10 persen. Sisanya yang sebesar 1 persen kesulitan belajarnya sudah berada pada level yang sangat rendah.

Rata-rata lama belajar dalam seminggu

Dari hasil pengolahan, diperoleh bahwa sebagian besar mahasiswa mempunyai rata-rata lama belajar selama seminggu adalah di antara 3 jam sampai

39 kurang dari 6 jam yaitu sebanyak 47,95 persen. Kondisi ideal waktu belajar seminggu adalah 2 kali SKS yaitu 6 jam selama seminggu di mana hal ini baru dilakukan oleh mahasiswa STIS sebanyak 10,50 persen. Dan yang perlu mendapatkan perhatian adalah masih banyak mahasiswa STIS yang waktu belajarnya selama seminggu kurang dari 3 jam yaitu sebesar 41,55 persen.

Gambar 4.7. Waktu Belajar Mahasiswa (rata-rata perminggu)

Gaya belajar

Gaya belajar merupakan cara yang cenderung dipilih oleh seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Jika dilihat dari gaya belajarnya, mahasiswa STIS memang mahasiswa yang tepat untuk bidang eksakta. Hal ini bisa dilihat dari persentase mahasiswa yang kuat

40 bergaya belajar reflector, yaitu sebesar 47,49 persen. Secara lengkap proporsi mahasiswa menurut tingkatan gaya belajar yang dimilikinya sebagai berikut.

Tabel 4.1. Persentase Mahasiswa Menurut Tingkatan Gaya Belajar

Gaya belajar Level

Very strong Strong Moderate Low Very low

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Activist 30,14 23,74 37,90 8,22 0,00

Reflector 47,49 39,27 10,05 2,74 0,46

Theorist 22,37 29,68 33,79 12,33 1,83

Pragmatist 10,96 12,79 37,44 30,14 8,68

Dari tabel diatas dapat diperoleh persentase mahasiswa yang kuat/sangat kuat pada gaya belajar tertentu seperti berikut.

Gambar 4.8. Persentase Mahasiswa menurut Gaya Belajar yang Kuat/Sangat Kuat Dimilikinya

41 Menurut Honey dan Mumford (1992), orang yang memiliki kecenderungan pada gaya belajar reflektor memiliki ciri:

• lebih suka memperhatikan, berpikir dan melakukan refleksi diri terhadap apa yang ada di sekitarnya

• mempunyai kemampuan berpikir secara kritis dan kreatif, suka menafsirkan dan menilai suatu perkara dari berbagai sudut pandang/prinsip.

• senantiasa berhati-hati, berpikir secara teliti serta mendalam sebelum membuat kesimpulan

• mengumpulkan data-data, dari tangan pertama maupun dari orang lain, serta lebih suka memikirkan sesuatu hal dengan seksama sebelum sampai pada kesimpulan apapun. Pengumpulan keseluruhan data serta analisisnya adalah hal terpenting pada suatu peristiwa.

4.2 Variabel yang Berpengaruh terhadap Matakuliah yang Dianggap Sulit

Dokumen terkait