• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3.1. Perbedaan karet alam dengan karet sintetis

Ada dua jenis karet,yaitu karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet ini memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi. Kelemahan karet alam bisa diperbaiki oleh karet sintetis dan sebaliknya, sehingga kedua jenis karet tersebut tetap dibutuhkan. (Setiawan.D.H,2008)

Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah :

a. Memiliki daya elastik atau daya lenting yang sempurna

b. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah c. Mempunyai daya aus yang tinggi

d. Tidak mudah panas (low heat build up) , dan

e. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistance).

Walaupun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil. Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah tertentu maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami kesulitan. hal seperti ini sulit diharapkan dari karet alam. Walaupun memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut kimia maupun bisnisnya, akan tetapi menurut beberapa ahli,

karet alam mempunyai pangsa pasar yang baik. Beberapa industry tertentu tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industry ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam. (Tim penulis PS , 2009)

2.3.2. Jenis-jenis karet alam

Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan ada juga yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi . Jenis-jenis karet alam adalah :

a. Bahan olah karet

Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet Hevea brasiliensis yang meliputi :

1. lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet.cairan getah ini belum mengalami penggumpalan entah itu dengan tambahan atau tanpa bahan pemantap(zat antikoagulan).

2. sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi belum jadi.

3. slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan dengan asam semut.

4. lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung.

b. Karet konvensional

Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional. Jenis ini pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe. jenis-jenis karet alam yang tergolong konvensional adalah sebagai berikut:

1. Ribbed smoked sheet adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan dengan baik.

2. White crepe dan pale crepe adalah jenis crepe yang berwarna putih atau muda dan ada yang tebal dan tipis.

3. Estate brown crepe adalah jenis crepe yang berwarna coklat dan banyak dihasilkan oleh perkebunan - perkebunan besar atau estate.

4. Compo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap pohon , potongan-potongan sisa dari RSS atau slab basah.

5. Thin brown crepe remills adalah crepe coklat yang tipis karena digiling ulang. 6. Thick blanket crepe ambers adalah crepe blanket yang tebal dan berwarna coklat,

biasanya dibuat dari slab basah.

7. Flat bark crepe adalah karet tanah,yaitu jenis crepe yang dihasilkan dari screp karet alam yang dihasilkan scrap karet alam yang belum diolah, termasuk screp tanah yang berwarna hitam.

8. Pure smoke blanket crepe adalah crepe yang diperoleh dari penggilingan karet asap yang khusus berasal dari RSS.

9. Off crepe adalah crepe yang tidak tergolong bentuk beku atau standar. Biasanya tidak dibuat melalui proses pembekuan langsung dari bahan lateks yang masih segar, melainkan dari contoh-contoh sisa penentuan kadar karet kering, bekas air cucian yang banyak mengandung lateks serta bahan-bahan lain yang jelek

c. Lateks pekat

Lateks pekat yaitu jenis karet yang berbetuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual dipasaran ada yang dibuat melalui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses pemusingan atau centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.

d. Karet bongkah atau block rubber

Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan.

e. Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber

Karet spesifikasi teknis adalah karet yang dibuat secara khusus, sehingga mutu teknisnya terjamin yang penetapannya didasarkan pada sifat-sifat teknis. Penilaian mutu yang hanya berdasarkan aspek visual, seperti berlaku pada karet sheep, crepe dan lateks pekat tidak berlaku untuk karet jenis ini. Karet spesifikasi teknis ini dikemas dalam bongkah-bongkah kecil dengan berat dan ukuran seragam.

f. Karet siap olah atau tyre rubber

Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang lainnya yang menggunakan karet sebagai bahan baku.

g. Karet reklim atau reclaimed rubber

Karet reklim adalah karet yang diolah kembali dan barang-barang karet bekas, terutama ban-ban mobil bekas dan bekas ban-ban berjalan. karenanya boleh dibilang

karet reklim adalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah divulkanisir. Produk yang dihasilkan lebih kukuh dan tahan lama dipakai, Lebih tahan terhadap bensin atau minyak pelumas. Tetapi karet reklim kurang kenyal dan kurang tahan gesekan sesuai dengan sifatnya sebagai karet bekas pakai. (Zuhra,C.F.2006)

2.3.3. Jenis-jenis karet sintetis

Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi. Biasanya karena sintetis dibuat akan memiliki sifat tersendiri yang khas. Ada jenis yang tahan terhadap panas atau suhu tinggi,minyak, pengaruh udara bahkan ada yang kedap gas.

Berdasarkan tujuan pemanfaatannya ada dua macam karet sintetis yang dikenal ,yaitu :

a. Karet sintetis untuk kegunaan umum

Karet sintetis dapat digunakan untuk berbagai keperluan , bahkan banyak fungsi karet alam yang dapat digantikannya .Jenis-jenis karet sintetis untuk kegunaan umum diantaranya sebagai berikut :

1. SBR (styrene butadiene rubber)

Jenis SBR merupakan karet sintetis yang paling banyak diproduksi dan digunakan. Jenis ini memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas yang ditimbulkan juga rendah.

2. BR (butadiene rubber)

Dibanding dengan SBR,karet jenis BR lebih lemah. Daya lekat lebih rendah, dan pengolahannya juga tergolong sulit. Karet jenis ini jarang digunakan

tersendiri. Untuk membuat suatu barang biasanya BR dicampur dengan karet alam atau SBR.

3. IR(isoprene rubber)atau polyisoprene rubber

Jenis karet ini mirip sekali dengan karet alam, walaupun tidak secara keseluruhan. Jenis IR memiliki kelebihan lain dibanding karet alam yaitu lebih murni dalam bahan dan viskositasnya lebih mantap.

b. Karet sintetis untuk kegunaan khusus

Jenis karet sintetis ini tidak terlalu banyak digunakan dibanding karet sintetis yang pertama. Jenis ini digunakan untuk keperluan khusus karena memiliki sifat khusus yang tidak dipunyai karet sintetis jenis pertama. Beberapa jenis karet intetis untuk kegunaan khusus yang banyak dibutuhkan diantaranya :

1. IIR(isobutene isoprene rubber)

IIR sering disebut butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan rangkap sehingga membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon.IIR juga terkenal karena kedap gas.

2. NBR(nytrile butadiene rubber) atau acrilonytrile butadiene rubber

NBR adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling banyak dibutuhkan. Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak.

3. CR(chloroprene rubber)

CR memiliki ketahanan terhadap minyak tetapi dibandingkan dengan NBR ketahannannya masih kalah. CR juga juga memiliki daya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon di udara, bahan juga terhadap panas atau nyala api.

4. EPR(ethylene propylene rubber)

EPR sering juga disebut EPDM karena tidak hanya menggunakan monomer etilen dan propilen pada proses polimerisasinya melainkan juga monomer ketiga atau EPDM. (Tim penulis PS , 2009)

2.4. Penyadapan

Penyadapan tanaman karet dilakukan dengan menerapkan sistem yang telah disepakati secara Internasional. Penyadapan pada batang utama(atau cabang untuk tanaman menjelang ditumbang)bertujuan untuk pemutusan atau pelukaan pembuluh lateks dikulit pohon. Pembuluh lateks yang putus atau luka kelak akan pulih kembali sehingga bila dilakukan penyadapan untuk kedua kalinya luka tersebut telah pulih dan lateks akan mengalir lagi dengan baik. (Siregar,T.H.1995)

2.4.1. Penentuan matang sadap

Sebelum dilakukan penyadapan harus diketahui kesiapan atau kematangan pohon karet yang akan disadap. Cara menentukan kesiapan atau kematangannya adalah dengan melihat umur dan mengukur lilit batangnya. Kebun karet yang memiliki tingkat pertumbuhan normal siap disadap pada umur lima tahun dengan masa produksi selama 25-35 tahun.

2.4.2. Peralatan sadap

Peralatan sadap menentukan keberhasilan penyadapan, semakin baik alat yang digunakan, semakin baik hasilnya. Berbagai peralatan sadap yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Mal sadap atau patron b. Pisau sadap

c. Talang lateks atau spout d. Mangkuk atau cawan e. Cincin mangkuk

f. Tali cincin g. Meteran h. Pisau mal

i. Quadric atau sigmat

(Tim penulis PS , 2009)

2.4.3. Pengumpulan gumpalan karet mutu rendah

Selain hasil yang berupa lateks, dari kebun produksi diperoleh pula beberapa bahan bekuan yang dapat dikumpulkan untuk diolah lebih lanjut. Bahan bekuan tersebut dapat berupa :

1. Skrep (scrap)

Skrep adalah bekuan lateks pada irisan atau alur sadapan. Skrep berbentuk pita panjang yang dapat diambil dari alur sadap sesaat sebelum penyadapan dilakukan. Skrep ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan brown crepe.

2. Lump tanah

Lump tanah atau karet tanah adalah lateks yang membeku pada tanah disekitar pangkal batang dibawah irisan sadapan. Lump tanah diperoleh terutama pada penyadapan yang mangkoknya tiap hari diangkat dari batang. Penggumpalan lump tanah dilakukan dua kali dalam seminggu, dan lebih baik bila dilaksanakan pada tiap kali menyadap untuk menjada jangan sampai diperoleh hasil karet yang berasal dari bahan baku lump yang mutunya sangat rendah.

3. Lump mangkok(cup lump)

Lump mangkok adalah lateks yang membeku pada mangkok. Lump mangkok diperoleh pada penyadapan yang mangkoknya dibiarkan tetap berada pada pohon(tidak diangkat). Pengumpulan lump mangkok dilakukan setelah selesai menyadap hari itu juga, sambil menunggu saat pengumpulan lateks. Lump mangkok yang diperoleh dengan cara ini adalah lump yang”bersih”, yang bila diolah menjadi krep dapat menjadi krep mutu I, atau bila diolah menjadi karet remah dapat menjadi SIR 10. (Setyamidjaja,D.1993)

2.5. Prakoagulasi

Prakoagulasi adalah pembekuan pendahuluan yang menghasilkan lumps atau gumpalan-gumpalan sebelum lateks sampai dipabrik atau tempat pengolahan. Jika hal ini terjadi akan menimbulkan kerugian yang cukup besar karena hasil sadapan yang mengalami prakoagulasi hanya bisa diolah menjadi karet bukan jenis baku dan kualitasnya rendah.

Penyebab terjadinya prakoagulasi adalah kemantapan bagian kolodial didalam lateks berkurang, kemudian menggumpal menjadi satu dalam bentuk komponen yang lebih besar. Komponen yang lebih besar ini akhirnya akan membeku.

Pada dasarnya lateks adalah suspensi koloidal dari air dan bahan-bahan kimia yang terdapat didalamnya. Bagian-bagian tersebut tidak larut sempurna, tetapi terpencar secara merata didalam air. Partikel koloidal ini sangat kecil, sehingga bisa menembus saringan. Sistem koloidal lateks sebenarnya bisa dipertahakan sampai 24 jam atau lebih karena bagian–bagian karet yang dikelilingi oleh lapisan sejenis protein

tipis yang memiliki kestabilan tersendiri. Jika kestabilan berkurang, terjadilah prakoagulasi.

2.5.1. Faktor penyebab Prakoagulasi

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya prakoagulasi adalah sebagai berikut :

a. Jenis karet

Setiap jenis atau klon karet memiliki kestabilan atau kemantapan koloidal yang berbeda-beda. Ada klon karet yang memiliki koloidal rendah dan tidak sedikit pula klon dengan kestabilan koloidal mantap.

b. Enzim

Enzim adalah katalis alami untuk mempercepat terjadinya reaksi walaupun hanya terdapat dalam jumlah kecil. Enzim bekerja dengan mengubah susunan protein yang melapisi bahan karet, sehingga kemantapannya berkurang dan terjadi prakoagulasi. Aktivitas enzim dimulai saat lateks keluar dari batang karet.

c. Mikroorganisme

Mikroorganisme atau jasad renik terdapat diman-mana, termasuk dilingkungan perkebunan karet. Saat keluar dari pohon karet, lateks dipastikan steril dari mikroorganisme. Namun, beberapa saat kemudian lateks terkontaminasi mikroorganisme sangat besar. Mikroorganisme didalam lateks akan melakukan aktivitas, sehingga terjadi reaksi dengan senyawa-senyawa yang terdapat didalam lateks, seperti asam dan sejenisnya. Semakin banyak mikroorganisme didalam lateks,

semakin banyak pula senyawa asam yang dihasilkan yang mendorong semakin cepat terjadinya prakoagulasi.

d. Cuaca dan Musim

Cuaca dan musim berpengaruh terhadap proses prakoagulasi. Pada musim hujan , kemungkinan terjadinya prakoagulasi sangat besar, sehingga pada saat seperti itu jarang dilakukan penyadapan, selain juga secara teknis mengalami kesulitan, Sinar matahari yang terik juga dapat mempercepat terjadinya prakoagulasi.

e. Kondisi tanaman

Kondisi tanaman disini adalah berkaitan dengan umur dan kesehatan tanaman.Pohon karet yang terlalu muda atau menjelang tua dan sakit-sakitan cenderung menghasilkan lateks yang mudah mengalami prakoagulasi.

f. Air sadah

Air sadah adalah air yang mengalami reaksi kimia, umumnya bereaksi asam. Lateks yang tercampur air sadah mudah sekali mengalami prakoagulasi. Karena itu air yang digunakan untuk pengolahan lateks harus dianalisa secara kimia supaya derajat keasamaannya tidak terlalu tinggi.

g. Pengangkutan

Pengangkutan disini berkaitan dengan guncangan yang terjadi dan lamanya lateks sampai ketempat pengolahan. Pengangkutan melalui jalan yang jelek dan mobil pengangkutnya terguncang-guncang dan lateks terkocok-kocok akan merusak kstabilan koloidalnya, sehingga mudah menggumpal. Jarak jauh yang menyebabkan

lateks tiba ditempat pengolahan terlalu lama dan terkena sinar matahari sepanjang perjalanan juga akan mempercepat terjadinya prakoagulasi.

h. Kotoran

Kotoran atau bahan lain yang mengandung kapur dan asam akan mempercepat terjadinya prakoagulasi. Demikian pula air kotor yang dipakai untuk pengolahan akan mempercepat prakoagulasi.

2.5.2. Pencegahan Prakoagulasi

a. Pencegahan secara Manual

− Menjaga kebersihan alat-alat untuk penyadapan, penampungan dan pengangkutan. − Tidak menggunakan air kotor, seperti air sungai atau air got, untuk mengencerkan

lateks dikebun.

− Penyadapan dilakukan sepagi mungkin sebelum matahari terbit agar lateks sampai ketempat pengolahan sebelum udara panas.

- Tidak menyadap pohon karet terlalu muda atau terlalu tua dan yang kondisinya tidak sehat. (Setiawan,D.H.2008)

b. Pencegahan menggunakan zat antikoagulan

Jika beberapa upaya pencegahan diatas sudah dilakukan, tetapi tetap terjadi prakoagulasi, penggunaan zat antikoagulan dapat dilakukan. Saat ini dipasaran tersedia beberapa zat antikoagulan. Zat antikoagulan yang akan dipakai harus dipakai harus disesuaikan dengan harga, kadar bahaya, dan efektivitasnya. Beberapa zat antikoagulan yang bisa digunakan sebagai berikut:

1. Soda atau Natrium Karbonat (Na2CO3)

Dibanding dengan zat antikoagulan yang lain, harga soda atau Natrium Karbonat memang lebih murah. Karena itu soda banyak digunakan di pabrik-pabrik yang sederhana. Akan tetapi zat ini tidak dianajurkan digunakan pada pabrik yang akan mengolah latex menjadi RSS (ribbed smoked sheets) karena sheet kering yang dihasilkan akan bergelembung–gelembung atau bubles. Pemakaian soda aman untuk karet yang akan diolah menjadi Crepe. Dosis soda yang digunakan adalah 5-10 ml lautan soda tanpa air Kristal (soda es) 10% setiap liter latex.

2. Amoniak (NH3)

Zat anti koagulan ini termasuk yang paling banyak digunakan karena : a. Desinfektan sehingga dapat membunuh bakteri

b. Bersifat basa sehingga dapat mempertahankan / menaikkan PH latex kebun c. Mengurangi konsentrasi logam

Latex yang akan diolah menjadi crepe hendaknya tidak diberi Amoniak secara berlebihan karena berpengaruh terhadap warna crepe yang jadi nantinya. Dosis Amoniak yang dipakai untuk mencegah terjadinya prakoagulasi adalah 5-10 liter Amoniak 2,5% untuk setiap liter latex.

3. Formaldehid

Pemakaian Formaldehid sebagai anti koagulan paling merepotkan dibandingkan zat lainnya, karena

a. Kurang baik apabila digunakan pada musim hujan

b. Apabila disimpan zat ini akan teroksidasi menjadi asam semut atau asam format (HCHO HCOOH) yang dapat menyebabkan pembekuan apabila dicampur dengan latex.

Oleh karena itu, Formaldehid yang akan digunakan terlebih dahulu harus diperiksa apakah larutan ini akan bereaksi asam atau tidak. Apabila bereaksi asam harus dinetralkan dengan zat yang bersifat basa seperti soda kaustik. Setelah Formaldehid bereaksi netral baru digunakan. Dosis yang dapat dipakai adalah 5-10 ml larutan dengan kadar 5% untuk setiap liter latex yang akan dicegah prokoagulasinya. 4. Natrium sulfit (Na2SO3)

Pemakaian zat ini sebagai zat anti koagulan paling merepotkan, karena: a. Bahan ini tidak tahan lama disimpan

b. Apabila ingin digunakan harus dibuat terlebih dahulu

c. Dalam jangka waktu sehari akan teroksidasi oleh udara menjadi natrium sulfat (Na2SO3 Na2SO4), bila sudah teroksidasi maka sifatnya sebagai antikoagulan menjadi lenyap.

Selain sebagai antikoagulan Natrium Sulfit juga bisa memperpanjang waktu pengeringan dan sebagai desinfektan. Dosis yang digunakan adalah 5-10 ml larutan berkadar 10% untuk setiap liter latex. (Tim penulis PS,2009)

Dokumen terkait