• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya Dakwah Komunitas Film Maker Muslim dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.4 Analisis Data

4.4.1 Karya Dakwah Komunitas Film Maker Muslim dalam

Dalam memilih masalah yang akan diangkat menjadi ide cerita untuk karya dakwah, komunitas Film Maker Muslim harus mempertimbangkan pandangan beberapa pihak (stakeholder) terutama khalayaknya untuk meminimalisir konflik opini yang muncul akibat miss understanding terhadap isi cerita yang dibuat. Pada tahap analisis masalah ini, ada dua cara yang dapat digunakan oleh perencana komunikasi menemukan masalah yang tepat untuk kegiatan komunikasi yang akan dilakukan, yaitu dengan cara observasi atau

115 Lampiran 5. Hlm. 183.

pengamatan dan berkonsutasi dengan ahli.117 Pada karya dakwah Komunitas Film Maker Muslim, kerap melakukan observasi atau pengamatan terhadap kejadian-kejadian yang terdapat di sekitar atau kehidupan mereka. Observasi tersebut salah satunya dilakukan pada karya dakwah Komunitas Film Maker Muslim yang berjudul “Istri Paruh Waktu” yang melihat efek dari fenomena emansipasi wanita yang telah bertentangan dengan kaidah-kaidah dalam rumah tangga Islami. Salah satu syarat seorang perencana komunikasi dalam melakukan observasi atau pengamatan harus dengan pandangan yang jernih dan bersifat netral dengan tidak menyinggung pihak lain118.

Pengambilan fenomena yang sedang hangat berkembang di masyarakat untuk diangkat menjadi tema karya dakwah bisa dilihat pada karya dakwah komunitas Film Maker Muslim yang telah dibuat dalam batas waktu sepanjang satu bulan, tepatnya pada bulan Februari - Maret 2017 yang mengangkat fenomena mengenai perbedaan-perbedaan dalam pemahaman keagamaan menurut madzhab tertentu hingga judgement saling mengkafirkan yang selalu diperdebatkan dan membuat perpecahan antar ikatan persaudaraan dan bersosial ditengah masyarakat. Fenomena tersebut diangkat dalam film pendek yang berjudul “Cinta dalam Ukhuwah 1”, “Cinta dalam Ukhuwah 2”, “Cinta dalam Ukhuwah 3” dan “Debat Sosmed” yang diproduksi dalam kurun waktu 1 (satu) bulan.

117 Bab II. Hlm. 30. 118 Bab II. Hlm. 31

Selain dengan cara observasi atau pengamatan, cara lainnya dalam menganalisis masalah adalah dengan cara berkonsultasi dengan orang yang ahli119. Penulis melihat cara ini telah diterapkan oleh komunitas Film Maker Muslim dalam menganalisis masalah yang akan diangkat menjadi karya dakwahnya, yaitu dengan berkonsultasi kepada beberapa Ustadz yang telah mereka percaya untuk dijadikan guru atau penasehat dalam setiap membuat karya dakwah. Dalam praktiknya, penulis menilai bahwa Ustadz yang dipilih menjadi guru atau penasehat untuk berkonsultasi telah sesuai dan tepat dengan apa yang dibutuhkan oleh Film Maker Muslim, dimana dalam keterbatasan tim produksi Film Maker Muslim dalam ilmu agama yang dimiliki, Ustadz tersebut dapat lebih mengetahui masalah apa yang sedang terjadi pada masyarakat dan mengetahui alternatif-alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah yang ada. Dengan dilakukannya cara ini, penulis dapat mengaikannya dengan salah satu prinsip perencanaan komunikasi bahwa perencanaan komunikasi membutuhkan konsultasi sebagai bentuk cerminan dari aspirasi bersama yang bersumber dari opini yang dapat membantu.120

Selain dengan dua cara dalam menganalisis masalah yang telah dijelaskan, ada satu cara analisis masalah yang penulis temui pada pembuatan karya dakwah komunitas Film Maker Muslim, yaitu mengidentifikasi masalah secara intrapersonal, dimana komunitas Film Maker Muslim mengangkat masalah-masalah yang akan dijadikan karya dakwah tidak menuntut kemungkinan

119Loc.cit.

bersalah dari masalah yang dialami oleh diri sendiri dari masing-masing anggota. Masalah yang diangkat tersebut tidak terlepas dari aktivitas keagamaan yang masih dirasa kurang baik sehingga membutuhkan sebuah solusi untuk memperbaikinya.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, penulis menilai bahwa Film Maker Muslim menggunakan tiga cara dalam menganalisis masalah untuk dijadikan karya dakwahnya, yaitu dengan cara observasi atau pengamatan, berkonsultasi dengan orang yang ahli, dan mengidentifikasi masalah secara intrapersonal dengan tidak lupa memperhatikan kaidah-kaidah dalam penyampaian pesan dakwah yang benar serta mengetahui metode dakwah yang tepat untuk digunakan. Pada tahap analisis masalah ini pula penulis memahami adanya penerapan salah satu fungsi perencanaan komunikasi yang dicantumkan dalam buku Perencanaan dan Strategi Komunikasi karya Cangara, yaitu mengidentifikasi dan menetapkan masalah, dimana dimaksudkan agar perencana komunikasi mengeahui masalah yang menjadi awal dari proses perencanaan komunikasi.121

Khalayak adalah salah satu faktor dari sebuah proses komunikasi yang mempunyai peranan sangat penting sebagai salah satu kunci terbangunnya proses komunikasi yang ingin dicapai.122 Dalam hal analisis khalayak, perencana komunikasi menentukan kategori khalayak yang ingin dituju berdasarkan klasifikasi-klasifikasi tertentu yang telah disepakati bersama. Dengan mengetahui

121 Bab II. Hlm. 20.

khalayak yang ingin dituju dalam berdakwah, maka akan menentukan cara penyampaian pesan yang digunakan dalam berdakwah.

Penulis melihat Komunitas Film Maker Muslim menentukan khalayak yang dituju untuk setiap karya dakwah yang dibuatnya dengan beberapa kategori yang telah ditetapkan. Riset terhadap khalayak sangat dibutuhkan agar pesan komunikasi yang disampaikan dapat tertuju pada target sasaran yang dituju, dimana riset tersebut harus dengan mengetahui profil audiens.123 Penulis melihat bawah riset terhadap profil audiens secara sosioekonomi, salah satunya segmentasi usia, khalayak karya-karya dakwah komunitas Film Maker Muslim dapat dikatakan bahwa prioritas segmentasi usia yang dituju saat ini adalah khalayak dengan usia muda atau produktif yang membutuhkan informasi keagamaan.dari rentang usia 16 tahun hingga usia dewasa akhir sekitar 50 tahun.

Data profil khalayak secara sosioekonomi ini diperlukan selain dalam menentukan media yang akan digunakan juga berkaitan dengan perumusan pesan yang akan disampaikan.124 Maka dari itu, penulis pun melihat pemilihan segmentasi usia audiens ini didasarkan pula pada pemilihan akses media yang digunakan dalam menyebarkan karya dakwah Film Maker Muslim, dimana media film pendek yang ringan cenderung disukai oleh khalayak muda dan akses media melalui berbagai lini masa pada media baru seperti Youtube, Instagram dan Facebook lebih dekat dengan kehidupan khalayak dengan usia produktif. Namun penulis juga melihat bahwa Film Maker Muslim tidak terlalu berfokus pada batas

123Loc.cit.

usia maupun gender tertentu secara khusus, namun jika lebih banyak yang nonton karya Film Maker Muslim, itu akan lebih baik karena akan banyak orang yang mendapatkan informasi keagamaan.

Selain dari profil audiens secara sosioekonomi, analisis khalayak juga berkaitan dengan profil audiens secara geografis atau lokasi audiens tinggal, yang berkaitan dengan penggunaan media yang sesuai dengan kemampuan akses khalayak di daerahnya.125 Penulis melihat bahwa lokasi khalayak yang dituju untuk karya-karya dakwah Film Maker Muslim terbatas pada khalayak yang tinggal di daerah dengan akses media baru yang mumpuni, seperti khalayak di perkotaan dan daerah-daerah yang telah tersentuh jaringan internet, sehingga dapat mengakses media baru. Selain itu, jumlah khalayak yang ingin dicapai juga penting, ini menentukan pertimbangan dalam memilih saluran atau media komunikasi yang akan dipilih nanti.126

Mengenai penggunaan media baru, penulis menilai bahwa karya-karya dakwah komunitas Film Maker Muslim dapat diakses oleh khalayak dengan jumlah yang banyak, mengingat data penggunaan media sosial yang telah disinggung pada point latar belakang masalah, dimana orang Indonesia banyak mengakses beberapa media sosial dan sangat dekat dengan aktivitas sehari-hari mereka saat ini. Analisis khalayak juga berkaitan dengan profil khalayak secara sosiokultural, dimana pesan yang dikomunikasikan harus menyesuaikan dengan kultur, nilai-nilai agama dan norma-norma yang ada ditengah masyarakat

125Loc.cit.

khalayak.127 Penulis memahami bahwa komunitas Film Maker Muslim dalam karya dakwahnya juga berusaha untuk membagi aspek sosiokultural khalayak terhadap isi pesan didalam karya dakwah yang dibuatnya dengan menyesuaikan nilai-nilai agama yang sesuai dengan syariat Islam sehingga tujuan utama dalam penyampaian pesan keagamaan dapat dijalankan.

Penggunaan bahasa yang disesuaikan pada profil audiens secara sosiokultural ini, juga penting untuk mempermudah komunikator dalam berinteraksi, mudah membangun kedekatan, sehingga pesan mudah ditangkap.128 Penggunaan bahasa pada karya dakwah komunitas Film Maker Muslim yang telah penulis lihat dan disertai dengan informasi dari informan, selalu menggunakan bahasa sehari-hari atau informal. Hal ini dilakukan agar karya-karya dakwah yang dibuat mempermudah komunitas Film Maker Muslim dalam menyampaikan pesan keagamaan. Kemudian dari segi kontennya agar memiliki kedekatan dengan kehidupan khalayak sehari-hari serta mempermudah penangkapan pesan keagamaan bagi khalayak yang menonton.

Pada analisis khalayak ini, penulis mengetahui bahwa komunitas Film Maker Muslim melakukan riset khalayak terhadap tiga profil audiens yang dilihat dari jumlah dan lokasi domisili khalayak, profil sosioekonomi khalayak secara segmentasi usia, dan profil sosiokultural khalayak berdasarkan nilai-nilai agama, norma sosial serta penggunaan bahasa yang telah menyesuaikan profil khalayaknya.

127 Bab II. Hlm. 34. 128Loc.cit.

Dalam menetapkan tujuan, seorang perencana komunikasi harus mengetahui pencapaian dan perubahan yang diinginkan.129 Penulis memahami bahwa Komunitas Film Maker Muslim memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai dari karya dakwah yang telah dibuatnya. Salah satu tujuannya adalah untuk menjadi agent of change dalam merubah opini publik yang beranggapan bahwa orang Islam tidak memiliki tanggung jawab terhadap agamanya, sehingga akan termotivasi untuk ikut menebarkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan beragama dan sosial. Seperti yang ditujukan dalam karya dakwah yang berjudul Cinta Dalam Ukhuwah, dimana dalam film tersebut berusaha mengangkat masalah keberagaman dalam praktek ibadah yang sempat menjadi perselisihan antar sahabat, namun diakhiri dengan solusi untuk saling menghargai perbedaan dalam beribadah. Dalam hal ini, penulis menilai bahwa jenis perencanaan komunikasi pada karya dakwah komunitas Film Maker Muslim merupakan bentuk penyelesaian konflik yang dimaksudkan untuk memberikan solusi kepada masyarakat luas dalam menangani masalah yang terjadi.130

Mengenai tujuan komunikasi, penulis menilai bahwa komunitas Film Maker Muslim memiliki tujuan untuk memberikan image muslim yang mampu turut berperan dalam meminimalisir konflik yang terjadi di masyarakat, serta menunjukan eksistensi muslim dalam menebarkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan beragama dan bersosial. Penetapan tujuan yang dimiliki komunitas Film Maker Muslim tersebut, bisa dikatakan bahwa komunitas Film Maker

129 Bab II. Hlm. 35.

Muslim melalui karya dakwahnya yang menyampaikan nilai-nilai kebaikan berusaha untuk mengembalikan citra positif Islam dari kehidupan muslim yang baik dan bermoral guna menepis opini-opini buruk yang dinilai tidak mendasar. Salah satu syarat dalam perumusan masalah adalah penentuan khalayak yang ingin dituju dengan memerhatikan profil audiens, agar mempermudah pencapaian tujuan yang diinginkan.131

Pada tahap sebelumnya, penulis telah membahas profil audiens yang dituju oleh komunitas Film Maker Muslim terhadap karya-karya dakwahnya. Penulis melihat bahwa tujuan yang dimiliki komunitas Film Maker Muslim telah sesuai dengan profil khalayak yang dituju. Hal ini dikarenakan komunitas Film Maker Muslim ingin khalayak yang didominasi oleh anak muda yang membutuhkan informasi keagamaan yang dikemas secara ringan tersebut dapat dengan mudah memahami konten keagamaan dan menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam film pada kehidupan sehari-hari, baik saat beribadah maupun bersosialisasi. Hal ini penting, mengingat perencana komunikasi pun harus memiliki kemampuan dalam mempersuai khalayak agar sesuai dengan keinginan perencana komunikasi.132 Dalam hal dakwah pun, pesan keagamaan yang disampaikan oleh komunikator dakwah bisa berupa pesan yang bersifat emosional agar mampu meyakinkan (persuade) khalayaknya untuk menyampaikan kebenaran.133

131 Bab II. Hlm. 35. 132 Bab II. Hlm. 36.

Salah satu syarat dalam perumusan tujuan adalah menentukan besarnya perubahan yang diharapkan pada pihak khalayak.134 Namun, komunitas Film Maker Muslim memiliki kelemahan untuk mengukur kualitas dan respon yang pasti dari khalayaknya. Untuk saat ini, komunitas Film Maker Muslim hanya dapat mengukur secara secara kuantitatif respon yang ditimbulkan dari khalayak yang menonton karya dakwah mereka, melalui statistik youtube di setiap karya yang telah diposting, dan komentar penonton melalui media sosial. Kelemahannya adalah statistik tersebut dilihat secara terpisah. Padahal, sebenarnya dengan menggunakan suatu jenis pengukuran keberhasilan yang mumpuni, perencana komunikasi akan lebih mudah untuk melihat besaran dan indikator keberhasilan dari kegiatan komunikasi yang telah direncanakan.135

Penulis dapat memahami bahwa yang terpenting bagi mereka adalah output secara kualitas, dimana khalayak yang nonton diharapkan dapat mempraktekkan nilai-nilai kehidupan beragama dan bersosial seperti dalam karya-karya dakwah Film Maker Muslim. Untuk syarat perumusan tujuan komunikasi selanjutnya yaitu menentukan batas waktu (time frame) pencapaian tujuan yang harus dimiliki perencana komunikasi sebagai target batas waktu pencapaian tujuan agar dapat dicapai dengan sesegera mungkin.136 Selain dengan adanya tujuan-tujan yang ditetapkan oleh komunitas Film Maker Muslim, mereka pun memiliki target-target yang harus dicapai oleh tim Film Maker Muslim setiap periode tahunnya, seperti peningkatan jumlah subscribers, followers dan

134 Bab II. Hlm. 36. 135Ibid.

bertambahnya prestasi-prestasi yang ingin dicapai kedepannya. Salah satu syarat dalam perumusan tujuan adalah menentukan pengukuran yang digunakan. Komunitas Film Maker Muslim menggunakan statistik penonton di Youtube untuk melihat respon yang didapat. Pada tahap perumusan tujuan ini, penulis menilai bahwa karya dakwah komunitas Film Maker Muslim telah memiliki empat syarat dalam merumuskan tujuan pada karya dakwah yang buatnya.

Pada tahap pemilihan media, karya dakwah komunitas Film Maker Muslim memilih film. Film sebagai media komunikasi merupakan sebuah kombinasi antara usaha penyampaian pesan melalui gambar yang bergerak, pemanfaatan teknologi kamera, warna dan suara. Unsur-unsur tersebut didukung oleh suatu cerita yang mengandung suatu pesan yang ingin disampaikan oleh sutradara kepada khalayak film.137 Komunitas Film Maker Muslim menentukan media yang digunakan untuk menyebarkan karya dakwahnya adalah Youtube, dimana mereka mempertimbangkan aspek popularitas sebuah media di kalangan pengguna internet. Hal ini tentu menyesuaikan dengan khalayak yang ingin dituju oleh Film Maker Muslim. Karena untuk berlangsungnya komunikasi, diperlukan saluran yang memungkinkan penyampaian pesannya kepada khalayak yang dituju.138

Seperti yang telah disebutkan pada bab tinjauan pustaka, dimana disebutkan bahwa media massa dapat mendukung kegiatan komunikasi massa139

137 Bab II. Hlm. 50.

138 Bab II. Hlm. 37. 139Loc.cit.

Sementara, aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh komunitas Film Maker Muslim merupakan bentuk kegiatan komunikasi massa, dimana bentuk penyebaran pesannya ditujukan kepada khalayak luas serta dengan penggunaan media yang bersifat massif seperti media baru. Pada tahap pemilihan media atau saluran ini, perencana komunikasi dapat menjalankan langkah-langkah dalam pemilihan media. Langkah pertama adalah mendaftar semua media yang ada, dimana dalam hal ini komunitas Film Maker Muslim harus membuat list beberapa media yang akan dijadikan media atau saluran dalam menyebarkan pesan dakwahnya.140

Dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan, penulis memahami bahwa komunitas Film Maker Muslim telah me-list beberapa saluran yang akan digunakan yang ternyata meliputi media sosial, seperti Youtube, Instagram, Facebook, dan Twitter. Dengan membuat list beberapa saluran tersebut, akan mempermudah komunitas Film Maker Muslim dalam menyeleksi media yang benar-benar akan digunakan. Langkah selanjutnya dalam memilih media adalah mengevaluasi setiap media yang dihubungkan dengan pendekatan komunikasi serta bentuk pesan yang disampaikan, seperti persuasif atau informatif.141

Penggunaan media massa lebih cocok untuk peyampaian pesan yang berisikan informasi dan edukasi kepada khalayak. Maka dari itu, penulis melihat komunitas Film Maker Muslim telah mengevaluasi media yang dipilih untuk menyesuaikan dengan bentuk pesan keagamaan pada karya-karya dakwahnya yang memang

140 Bab II. Hlm. 38.

cenderung bersifat informatif dan edukatif, sehingga penggunaan media massa seperti media sosial telah tepat untuk dipilih. Penulis juga menilai komunitas Film Maker Muslim memilih Youtube sebagai media utama yang merupakan platform video yang dinilai popular, mampu menyasar khalayak secara luas, serta untuk meminimalisir peluang diaksesnya oleh khalayak konten-konten negatif yang masih mendominasi platform video tersebut.

Penulis menilai pemilihan Youtube sebagai media utama dalam penyebaran film-film pendek milik komunitas Film Maker Muslim dikarenakan memiliki beberapa fitur yang mendukung dan mempermudah mereka dalam mengelola media tersebut, memantau perkembangan respon khalayak terhadap karya dakwah mereka, serta aksesnya yang cepat dan dilengkapi fitur-fitur pendukung lainnya dalam penyebaran media komunikasi yang berbasis digital seperti film pendek. Pada hal ini, penulis menilai komunitas Film Maker Muslim menerapkan langkah selanjutnya dalam tahap pemilihan media ini, yaitu menentukan ketersediaan media yang dipilih, dimana perencana komunikasi dapat menentukan media mana yang benar-benar memiliki kriteria dan fitur yang tepat untuk memenuhi tujuan komunikasi yang diinginkan dan memiliki karakteristik khalayak yang tepat sasaran.142

Penggunanaan beberapa media tidak dapat dipungkiri dapat menguras budget yang cukup besar untuk dikeluarkan, sehingga dalam memilih media yang digunakan akan memikirkan persoalan biayanya. Maka dari itu, perencana komunikasi dapat memilih media yang sesuai dengan kemampuan budgeting

yang dimiliki dengan memikirkan faktor cost-effective dari media yang digunakan agar seminimal mungkin biaya yang dikeluarkan.143 Pada langkah ini, penulis menilai bahwa pemilihan media sosial sebagai media penyebaran karya dakwah tidak terlepas dari faktor rendahnya biaya yang dikeluarkan, dimana dalam mengakses media sosial saat ini lebih murah dan efisien dari segi penggunaan waktunya, sehingga penulis pun menilai tidak terjadi pemborosan pada penggunaan media tersebut. Namun dalam hal ini, perencana komunikasi tetap harus memerhatikan dukungan yang didapat dari fasilitas atau fitur media yang digunakan agar sesuai dengan kebutuhan aktivitas komunikasi yang dijalankan.144

Komunitas Film Maker Muslim menggunakan kombinasi beberapa media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram yang juga digunakan dalam menyebarkan karya dakwah mereka. Penulis dapat memahami bahwa selain mengetahui konsumsi media yang mainstream digunakan oleh khalayak, penting juga bagi Film Maker Muslim untuk menganalisis keunggulan dan kelemahan media yang digunakan. Dalam kombinasi media yang telah ditentukan tersebut, komunitas Film Maker Muslim mengisi media tersebut dengan konten-konten yang berkaitan dengan konten yang telah di upload di channel Youtube Film Maker Muslim. Dengan adanya kombinasi beberapa media yang digunakan dapat memberikan beberapa alternatif bagi khalayak untuk memilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya dalam mengakses media tersebut.145 Penulis melihat bahwa kombinasi media sosial tersebut digunakan untuk melakukan

143Loc.cit.

144Loc.cit.

promosi atas karya-karya dakwah yang akan atau telah diposting pada channel Youtube mereka. Dapat dilihat bahwa pada Facebook, Instagram, dan Twitter berisikan trailer-trailer, official poster film pendek terbaru, hingga postingan-postingan promosi karya dakwah yang berusaha mempersuasi khalayak agar mengakses media utama mereka, yaitu Youtube dan pada akhirnya tertarik untuk menonton karya-karya dakwah mereka.

Sehingga pada tahap pemilihan media atau saluran ini, penulis menilai bahwa pada pembuatan karya dakwahnya, komunitas Film Maker Muslim melakukan kelima langkah dalam memilih media atua saluran yang digunakan seperti membuat list media yang ada, mengevaluasi kekurangan dan kelebihan media, menentukan ketersediaan akses media yang mudah dan memiliki fitur-fitur yang mendukung, memilih media dengan cost-effective yang rendah sehingga tidak boros, hingga menggunakan kombinasi beberapa media agar memperluas komunikasi dengan khalayaknya sebagai alternatif media yang dapat diakses sesuai dengan kemampuan khalayaknya.

Pada tahap pengembangan pesan, perencana komunikasi melakukannya menurut sejumlah prinsip, antara lain kesederhanaan dan keterarahan, kemudahan untuk dimengerti, ketepatan penyasaran, dan penggunaan konten dan isi pesan yang memikat.146 Penulis melihat bahwa komunitas Film Maker Muslim dalam mengembangkan isi pesannya menjalankan prinsip dalam pengembangan pesan, yaitu penggunaan konten dan isi pesan yang memikat dengancara pemilihan

kata atau topik yang dirasa akan menjadi point of interest bagi khalayak.147 Menurut penulis, penerapan prinsip tersebut diterapkan pada sebagaian besar karya dakwah komunitas Film Maker Muslim, dimana selain benar-benar menyesuaikan khalayak yang dituju, penyisipan unsur komedi dan tema percintaan pada kebanyakan karya mereka dirasa sesuai untuk diadopsi kedalam karya dakwahnya yang ditujukan untuk khalayak dengan segmentasi usia muda agar menjadi point of interest yang sesuai. Dengan begitu, pesan yang disampaikan akan mampu menarik perhatian khalayak dan mudah dipahami dengan sederhana. Salah satu prinsip dalam pengembangan pesan adalah ketepatan sasaran, karena hal ini akan menentukan kesesuaian gagasan pesan yang disampaikan dengan kebutuhan khalayak yang dituju.148

Penggunaan bahasa verbal yang mudah untuk dimengerti dengan menggunakan bahasa sehari-hari ini mencerminkan salah satu prinsip dalam pengembangan pesan, yaitu prinsip pesan bersifat mudah dimengerti yang dimaksudkan agar dengan penggunanaan bahasa yang sederhana namun bermakna, khalayak akan lebih mudah dalam mencerna maksud dari pesan yang

Dokumen terkait