• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERKAITAN DENGAN DELIK ADUAN

5. Kasus KDRT Antara Suami-Isteri Serta Penanganannya Oleh Kepolisian

Resor Surabaya Selatan

a. Fakta hukum

Berdasarkan kasus KDRT yang didapat dari Unit V Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Surabaya Selatan yang terjadi antara Subagyo berumur 45 tahun dan istrinya nyonya Poniyem berumur 40 tahun di wilayah Surabaya Selatan. Subagyo yang beralamat di jalan Dukuh Pakis no 69, Subagyo melaporkan dirinya, sebagai korban KDRT, ke aparat Kepolisian. di wilayah Polres Surabaya Selatan .Urutannya sebagai berikut berawal dari perselisihan kecil antara subagyo dan poniyem mengenai masalah uang kontrakan yang belum dibayar karena sudah jatuh tempo, awalnya subagyo bekerja sebagi tukang ojek didaerah terminal bungurasih dan semenjak terserang setruk ringan subagyo tidak lagi bekerja sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dia hanya bisa berjualan toko kecil di depan kontrakan mereka dan istrinya bekerja sebagi tukang cuci, berawal dari poniyem yang pulang dari bekerja sekitar jam 12.00 wib poniyem bertanya kepada suaminya mengenai uang sewa kontrakan sudah ada apa belum dan suaminya menjawab dibayar pakai daun saja mendapat jawaban yang tidak enak poniyem naik pitam dan mengayunkan tongkat pramuka yang ada disebelahnya kekepala suaminya dan setelah itu menyeret korban ke pelataran rumah seraya menendang bagian kepalanya setelah kejadian itu poniyem kabur kerumah saudaranya di daerah ketintang, melihat kejadian tersebut

tetengga korban langsung memberi pertolongan kepada korban dan korban diantarkan menuju Polres surabaya selatan untuk melaporkan kejadian tersebut.

b. Analisa Hukum

Tindak pidana yang dilakukan poniyem adalah tindak pidana KDRT karena ruang lingkupnya keluarga. Setelah adanya laporan yang masuk dan diproses, kemudian polisi segera melakukan penyelidikan dan penyidikan mengingat kasus ini adalah KDRT polisi sangat hati-hati dalam penanganannya karena ruang lingkupnya keluarga memerlukan penanganan khusus tetapi bagaimanapun juga polisi harus tetap bertindak tegas dengan segera melakukan visum kepada Subagyo di Laboratorium Polda Jatim agar bekas luka tidak hilang dan lebih mudah untuk diidentifikasi, setelah hasil visum keluar Subagyo mengalami kekerasan fisik ringan, yang menyebabkan luka memar akibat pukulan benda tumpul yaitu tongkat pramuka sebagai alat untuk memukul korban yang dilakukan oleh istrinya. Setelah mengetauhui hasil visum polisi segera menjemput pelaku dirumah saudaranya atas informasi korban karena hanya pengaiayaan ringan dan ancaman hukumanya dibawah 5 tahun maka pelaku tidak ditahan.

Hal ini apabila ditinjau menurut ketentuan Pasal 5 UU PKDRT Jo Pasal 6 UU PKDRT yakni :

Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara:

a. Kekerasan fisik. b. Kekerasan psikis. c. Kekerasan seksual.

d. Penelantaran dalam rumah tangga.

Luka yang dialami oleh korban merupakan kekerasan fisik sesuai dengan ketentuan Pasal 6 UU PKDRT diatas yakni: ”kekerasan fisik, adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat.”

Polisi kemudian melakukan proses gelar perkara kepada kedua pihak dan untuk proses mediasi apabila proses mediasi dilakukan dan diterima maka kasus ini selesai karena korban mencabut laporannya, apabila kasus tersebut tidak dicabut maka proses dilanjutkan seperti biasa

Kemudian polisi membuat BAP, dan setelah BAP dibuat kemudian polisi memberikan SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan) yang ditujukan kepada keluarga korban. Dalam kasus bapak subagyo dalam proses penyidikan tersangka tidak dilakukan penahanan terhadap pelaku yaitu Nyonya Poniyem hal ini karena tersangka dianggap tidak membahayakan jiwa korban. Dan ketentuan pidana yang dikenakan untuk tersangka dalam hal ini Nyonya Poniyem adalah Pasal 44 ayat 4 Undang-undang PKDRT, yang dirumuskan sebagai berikut :

“Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000, 00

(lima juta rupiah).”

telah diatur dalam UU PKDRT Pasal 51 , yang dirumuskan sebagai berikut :

“tindak pidana kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 ayat (4) merupakan delik aduan.”

Selanjutnya didalam proses penyidikan kemudian Subagyo melakuakn mediasi dan memutuskan mencabut laporannya karena ingin memaafkan suaminya untuk menyelamatkan hubungan rumah tangga mereka dari perceraian, setelah laporan dicabut kasus tersebut tidak diteruskan dan dinyatakan selesai oleh pihak Kepolisian karena kasus ini termasuk delik aduan.

Proses pencabutan delik aduan yang dilakukan oleh korban: 1. Polisi menjadi fasilitator dalam proses mediasi.

2. Apabila mediasi diterima maka kedua belah pihak dipertemukan untuk membuat surat perjanjian yang isinya melakukan perdamaian dan mencabut laporan yang telah dibuat.

3. Setelah surat pernyataan dibuat maka surat tersebut akan diajukan kepada kapolres untuk mendapat pertimbangan dan persetujuan.

4. Setelah surat keluar maka secara sah laporan tersebut telah dicabut

5. Korban berjanji tidak akan mempermasalahkan perkara diatas dikemudian hari dan pelaku berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tersebut dikemudian hari.36

c. Pertimbangan Hukum

Secara kepastian hukum memang poniyem melakukan suatu tindak pidana yang melangar pasal 44 ayat 4 yang ancaman hukumannya di bawah 5 tahun dan kasus ini termasuk delik aduan dimana laporannya bisa dicabut kembali apabila ada kesepakatan mediasi antara dua pihak yang bertikai dan akhirnya korban mencabut laporannya itu merupakan hak korban mungkin karena pertimbangan tertentu mengapa korban mencabut laporannya, karea korban mempuyai anak yang harus dinafkahi dan mereka lebih mementingkan kehidupan mereka selanjutnya daripada meneruskan kasusnya korban juga berjanji lebih bisa menerima keaadaan suaminya dan lebih bersabar dalam meghadapi suatu cobaan, ini merupakan suatu dinamika keaadaan masyarakat kelas bawah karena sangat retan sekali terhadap permasalahan rumah tangga yang berakhir dengan konflik rumah tangga yang disertai dengan kekerasan karena emosi sesaat, dikemudian hari polisi harus lebih bijak dalam memberikan penanganan tindak pidana KDRT agar tidak dipersulit dalam penyelesaian kasus KDRT yang berkaitan dengan delik aduan.

Dokumen terkait