• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Mediasi Dalam Proses Penyelesaian Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga

BERKAITAN DENGAN DELIK ADUAN

A. Upaya Mediasi Dalam Proses Penyelesaian Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Tidak semua tindak pidana harus diselesaikan di meja pengadilan ada pengecualian dalam penyelesaian suatu tindak pidana tertentu misalnya KDRT dimana ruang lingkupnya adalah rumah tangga atau keluarga yag memerlukan perhatian khusus karena pelaku dan korban saling mengenal bahkan

mempunyai hubungan darah dengan pelaku.39

Memfungsikan hukum pidana sebagai mekanisme utama penyelesaian perkara menunjukkan adanya kesalahan pikir dan keterbatasan berpikir di kalangan oknum penegak hukum. Kesalahan pikir terletak pada pemfungsian

hukum pidana sebagai senjata utama (primum remidium) untuk menyelesaikan

segala kasus hukum yang masuk ke meja para penegak hukum. Padahal, fungsi hukum pidana adalah sebagai senjata pemungkas (ultimum remidium) ketika cara-cara lain untuk menyelesaikan masalah hukum yang terjadi gagal menyelesaikannya padahal dilihat dari permasalahannya. Sebelumnya perlu dikemukakan beberapa alasan bagi dilakukannya penyelesaian perkara pidana di luar pengadilan pidana sebagai berikut:

39

Soka Handinah Katjasungkan, Perempuan dan Kekerasan, Cetakan Pertama, Lutfansah Mediatama Jakarta, 2005, Hal 10.

1. Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk kategori delik aduan dan dicabut oleh korbannya.

2. Pelanggaran hukum pidana tersebut memiliki pidana denda sebagai ancaman pidana dan pelanggar telah membayar denda tersebut.

3. Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk tindak pidana di bidang hukum administrasi yang menempatkan sanksi pidana sebagai ultimum remedium .

4. Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk kategori ringan dan aparat penegak hukum menggunakan wewenangnya untuk melakukan diskresi . 5. Pelanggaran hukum pidana biasa yang dihentikan atau tidak diproses ke

pengadilan (deponir) oleh Jaksa Agung sesuai dengan wewenang hukum yang dimilikinya.

6. Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk kategori pelanggaran hukum pidana adat yang diselesaikan melalui lembaga adat. Sedangkan kelemahan dari penggunaan sistem ini adalah, dapatnya menjadi sumber penyalahgunaan wewenang dari para penegak hukum, khususnya apabila

diskresi dibelokkan menjadi ”komoditi.40

Khusus dalam perkara KDRT tidak harus diselesaikan dalam pengadilan, bisa dilakukan dengan cara kekeluargaan atau mediasi, apabila korban menghendaki dan asalkan tidak menimbulkan kematian atau luka

40

serius. Penyelesaian perkara KDRT ini berkaitan dengan delik aduan yang ada didalam tindak pidana KDRT.41

Mediasi adalah cara penyelesaian dengan melibatkan pihak ketiga, yaitu pihak ketiga yang dapat diterima (accertable), artinya para pihak yang berselisih mengizinkan pihak ketiga untuk membantu para pihak yang berselisih dan membantu para pihak untuk mencapai penyelesaian.42 Dalam hal ini aparat yang berwenang yaitu polisi karena menghindari keputusan sepihak yang dilakukan oleh salah satu pihak dan melindungi korban dari intervensi pelaku didalam mediasi tersebut karena semua keputusan ada ditangan korban menerima mediasi atau tidak. Penyelesaian dengan mengunakan cara mediasi penyelesaiaan perselisihan lebih banyak muncul dari keinginan dari inisiatif para pihak yang bertikai dan mediator dalam hal ini polisi hanya membantu kesepakatan-kesepakatan yang terjadi dalam mediasi dan menjadi fasilitator.

Proses mediasi biasa digunakan dalam perkara perdata yang ada karena merupakan salah satu cara menyelesaikan perkara yang lebih cepat,43 tetapi dalam prakteknya mediasi juga digunakan untuk menyelesaikan perkara pidana terutama pekara KDRT terutama yang berkaitan dengan delik aduan karena ruang lingkupnya antara suami istri, tetapi ini dikembalikan kepada korban apakah mau menerima mediasi atau tidak apabila korban menerima mediasi maka akan dilanjutkan dengan proses pencabutan laporan oleh korban.

41

Wawancara dengan Kanit V PPA Inspektur Satu Ibu . Kurnia, Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resort Surabaya Selatan, Jalan Dukuh Kupang XVI/26-28 Surabaya

42

Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Adat, Hukum Syariah, dan Hukum Nasional, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009, h. 39.

43

Proses mediasi bisa menjadi salah satu upaya hukum yang dapat dilakukan dalam peradilan pidana untuk penyelesaian kasus KDRT. Mediasi dianggap lebih sesuai dengan UU PKDRT yang bersifat preventif dan represif dalam menyelesaikan kasus KDRT. Penyelesaian melalui peradilan pidana yang diterapkan selama ini dianggap terlalu kaku dan justru menimbulkan berbagai masalah baru. Penyelesaian proses peradilan selama ini dirasakan belum memberikan rasa adil bagi tujuan berumah tangga yang harmonis karena selalu berakhir dengan pidana penjara yang akhirnya merontokkan sendi harmonisasi serta keseimbangan hak korban, nafkah bagi anak-anak terpidana serta kelangsungan hidup berumah tangga seterusnya karena memikirkan dampaknya apabila tindak pidana tersebut berlanjut, mungkin pilihan ini sangat sulit bagi korban KDRT karena menyangkut keharmonisan dan keutuhan keluarga mereka pada umumnya dikemudian hari karena bagaimanapun juga korban harus memikirkan kehidupan mereka selanjutnya apalagi kalau pelaku adalah tulang punggung keluarga tumpuaan bagi keluarganya dan terlebih lagi korban tidak bekerja dan menggantungkan nasibnya pada pelaku ini pilihan sulit bagi korban.

Kepastian hukum seorang pelaku KDRT secara jelas telah melanggar hukum akan tetapi pelaku mempunyai hubungan keluarga dan banyak kasus KDRT yang tidak sampai disidang, karena kasus ini merupakan delik aduan. Sehingga si korban bisa saja mencabut lagi laporan saat masih di kepolisian44

44

op,cit, Wawancara dengan Kanit V PPA Inspektur Satu Ibu kurnia Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Surabaya Selatan

Kepolisian Resort Surabaya Selatan dalam menangani proses penyelesaian perkara KDRT antara suami-istri khususnya yang berhubungan dengan delik aduan, sebelum masuk kedalam proses penyelidikan dan penyidikan oleh pihak kepolisian memangil kedua belah pihak yang bertikai untuk dimintai keterangan tentang kronologi awal, berdasarkan keterangan kedua pihak polisi akan melanjutkan proses penyelidikan dan penyidikan, peran polisi sangat penting untuk memberikan dukungan kepada korban pada saat proses penyidikan berlangsung, biasanya korban merasa tertekan terhadap apa yang telah terjadi. Apabila dalam proses penyidikan berlangsung korban dan pelaku melakukan mediasi maka polisi akan memfasilitasi sebagai mediator dan mengawasi jalannya mediasi agar korban tidak dirugikan dikemudian hari dan setelah mediasi dibuat dilanjutkan dengan pencabutan laporan, mediasi terjadi apabila ada kesepakatan antara pihak korban dan pelaku yaitu :

1. Terjadinya kesepakatan damai antara kedua belah pihak.

2. Pelaku berjanji tidak akan melakukan perbuatan serupa dikemudian hari.

3. Korban bersedia mencabut laporan yang dibuat.45

Proses mediasi dibuat dihadapan polisi sebagai mediator agar polisi bisa melihat jalannya proses mediasi agar berjalan lanca dan menghidarkan dari kecurangan-kecurangan yang terjadi atau kesepakatan sepihak yang

45 ibid

dilakukan oleh pelku terhadap korban karena mediasi dibuat untuk melindungi hak-hak korban.

Dokumen terkait