• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAWASAN BUDIDAYA PROVINSI Rencana Kawasan Budidaya

C. Strategi Pengembangan Kawasan Strategis

3. Melakukan deliniasi kawasan-kawasan tersebut yang penduduknya memiliki kemudahan yang sedikit atau tidak memiliki kemudahan sama sekali terhadap

3.2.4.2 KAWASAN BUDIDAYA PROVINSI Rencana Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya yang dimaksud merupakan arahan peruntukan yang terdiri dari :

a) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi. b) Kawasan Peruntukan Pertanian. c) Kawasan Peruntukan Perkebunan. d) Kawasan Peruntukan Perikanan e) Kawasan Peruntukan Pertambangan f) Kawasan Peruntukan Industri g) Kawasan Peruntukan Pariwisata h) Kawasan Peruntukan Permukiman.

Selain kawasan peruntukan tersebut di atas, di Wilayah Provinsi Banten juga terdapat Kawasan Budidaya yang Memiliki Nilai Strategis Nasional yaitu Kawasan Bojonegara – Merak – Serang dengan sektor unggulan industri, pariwisata, pertanian, perikanan, dan pertambangan. Selain itu diarahkan pula pengembangan Laut Krakatau dan sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan, pertambangan, dan pariwisata. Adapun rencana pengembangan kawasan budidaya di wilayah Provinsi Banten tahun 2030 seluas kurang lebih 604.277 Ha atau 69,85% dari luas Wilayah Provinsi Banten, meliputi :

A. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

a) Pengelolaan terhadap kawasan hutan produksi dilakukan untuk memanfaatkan ruang beserta sumber daya hutan, baik dengan cara tebang pilih maupun tebang habis dan tanaman untuk menghasilkan hasil hutan bagi kepentingan negara, masyarakat, industri, dan ekspor dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati.

b) Kriteria Penetapan

• kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai (score) 124 atau kurang, di luar hutan suaka alam dan hutan pelestarian alam.

• kawasan secara ruang apabila digunakan untuk budidaya, hutan alam dan hutan tanaman dapat memberikan manfaat:

 mendorong perkembangan sektor atau kegiatan ekonomi di sekitarnya;

 meningkatkan fungsi lindung;

 meningkatkan upaya pelestarian sumber daya hutan;

 meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di daerah setempat;  meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;

 meningkatkan kesempatan kerja terutama untuk masyarakat daerah setempat;

 meningkatkan ekspor;

 mendorong perkembangan usaha dan peran serta masyarakat terutama di daerah setempat.

c) Arahan pengelolaan kawasan peruntukan hutan produksi :

• Kawasan hutan produksi yang mempunyai tingkat kerapatan tegakan rendah harus dilakukan percepatan reboisasi, serta percepatan pembangunan hutan rakyat.

• Mengarahkan pada kawasan perkotaan untuk mewujudkan hutan kota di dalam atau di tepi kota.

• Kawasan peruntukan hutan produksi diarahkan di Kabupaten Serang, Kabupaten

Lebak, dan Kabupaten Pandeglang Kawasan peruntukan hutan produksi diarahkan pengembangannya seluas kurang lebih 58.091 Ha (6,71%) dari luas Provinsi Banten.

B. Kawasan Peruntukan Pertanian

a) Pengelolaan lahan baku sawah dilakukan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk lahan basah dalam menghasilkan produksi pangan, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan

b) Kriteria Penetapan

• kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk sawah

• kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan sawah secara ruang dapat memberikan manfaat:

 peningkatan produksi pangan dan mendayagunakan investasi yang telah ada;

 meningkatkan perkembangan sektor dan kegiatan ekonomi sekitarnya;

 meningkatkan fungsi lindung;

 upaya pelestarian sumber daya alam untuk pertanian pangan;  meningkatkan pendapatan masyarakat;

 meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;  meningkatkan kesempatan kerja;

 meningkatkan ekspor;

 mendorong perkembangan masyarakat.

c) Arahan pengelolaan kawasan peruntukan pertanian :

• pengembangan sawah irigasi teknis dilakukan dengan memprioritaskan perubahan dari sawah tadah hujan menjadi sawah irigasi sejalan dengan perluasan jaringan irigasi dan pengembangan waduk/embung.

• perubahan kawasan pertanian harus tetap memperhatikan luas kawasan yang dipertahankan sehingga perlu adanya ketentuan tentang pengganti lahan pertanian.

• peruntukan kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi dan produktifitas tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan pertanian terpadu dan holtikultura dengan mengembangkan kawasan pertanian berteknologi tinggi.

• apabila di wilayah kota terdapat lahan pertanian pangan, lahan tersebut dapat ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan untuk dilindungi sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

• kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan diarahkan di Kabupaten Serang, Kota Serang, Kota Serang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten

Pandeglang, dan Kabupaten Lebak.

• kawasan peruntukan hortikultura diarahkan di Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Lebak.

• kawasan peruntukan peternakan diarahkan di Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Lebak.

• kawasan pertanian pangan berkelanjutan berada pada kawasan perdesaan yang diarahkan di Kabupaten Serang, Kota Serang, Kota Serang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Lebak.

Kawasan peruntukan budi daya tanaman pangan diarahkan pengembangannya seluas kurang lebih 216.577 Ha (25,03%) dari luas Provinsi Banten.

C. Kawasan Peruntukan Perkebunan

a) Pengelolaan kawasan peruntukan perkebunan dilakukan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan lahan kering dalam meningkatkan produksi tanaman lahan kering dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

b) Kriteria Penetapan

• kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan tanaman lahan kering.

• kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan tanaman lahan kering secara ruang dapat memberikan manfaat:

 meningkatkan produksi tanaman lahan kering dan pendayagunaan investasi yang adil;

 meningkatkan perkembangan sektor dan kegiatan ekonomi sekitarnya;

 meningkatkan fungsi lindung;

 upaya pelestarian sumber daya alam untuk pertanian pangan;  meningkatkan pendapatan masyarakat;

 meningkatkan kesempatan kerja;  meningkatkan ekspor;

 meningkatkan perkembangan masyarakat.

c) Arahan pengelolaan kawasan peruntukan perkebunan :

• pengembangan kawasan perkebunan hanya di kawasan yang dinyatakan memenuhi syarat, dan diluar area rawan banjir serta longsor.

• dalam penetapan komoditi tanaman tahunan selain mempertimbangkan kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air juga perlu mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan keindahan/estetika.

• peningkatan Peruntukan kawasan perkebunan dilakukan memalui peningkatan peran serta masyarakat yang tergabung dalam kawasan Kimbun masing-masing.

• perubahan fungsi lahan kawasan perkebunan dapat dilakukan melalui mekanisme penilaian biaya dan manfaat ditinjau dari aspek fisik, sosial, ekonomi, dan kemasyarakatan.

• kawasan peruntukan perkebunan diarahkan di Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Serang, Kota Serang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan.

Kawasan peruntukan perkebunan meliputi kawasan budidaya lahan kering diarahkan pengembangannya seluas kurang lebih 176.957 Ha (20,45%) dari luas Provinsi Banten.

D. Kawasan Peruntukan Perikanan

Arahan pengelolaan kawasan peruntukan perikanan antara lain :

• mempertahankan, merehabilitasi dan merevitalisasi tanaman bakau/mangrove.

• pengembangan minapolitan berupa budidaya perikanan tangkap dan budidaya perikanan laut.

• menjaga kelestarian sumber daya air terhadap pencemaran limbah industri maupun limbah lainnya.

• pengendalian melalui sarana kualitas air dan mempertahankan habitat alami ikan.

• peningkatan produksi dengan memperbaiki sarana dan prasarana perikanan.

• kawasan peruntukan perikanan diarahkan di Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, dan Kota Serang.

E. Kawasan Peruntukan Pertambangan

a) Kawasan peruntukan pertambangan memiliki fungsi antara lain menghasilkan barang hasil tambang yang meliputi minyak dan gas bumi; bahan galian pertambangan secara umum, dan bahan galian C;

b) Kriteria Penetapan

• Pemanfaatan ruang beserta sumber daya tambang dan galian di kawasan peruntukan pertambangan harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidahkaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;

• Setiap kegiatan pertambangan harus memberdayakan masyarakat di lingkungan yang dipengaruhinya guna kepentingan dan kesejahteraan masyarakat setempat;

• Kegiatan pertambangan ditujukan untuk menyediakan bahan baku bagi industri dalam negeri dan berbagai keperluan masyarakat, serta meningkatkan ekspor, meningkatkan penerimaan negara dan pendapatan daerah serta memperluas lapangan pekerjaan dan kesempatan usaha;

• Kegiatan pertambangan harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Amdal yang dilengkapi dengan RPL dan RKL;

hingga eksploitasi harus diupayakan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan perselisihan dan atau persengketaan dengan masyarakat setempat;

• Rencana kegiatan eksploitasi harus disetujui oleh dinas pertambangan setempat dan atau oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan pelaksanaannya dilaporkan secara berkala;

• Pada lokasi kawasan pertambangan fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi jaringan listrik, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan saluran air kotor.

c) Arahan pengelolaan kawasan peruntukan pertambangan :

• Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan.

• Pengelolaan kawasan bekas penambangan yang telah digunakan harus direhabilitasi dengan melakukan penimbunan tanah subur sehingga menjadi lahan yang dapat digunakan kembali sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan budidaya lainnya dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup.

• Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan lapisan tanah atas (top soil) untuk keperluan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas penambangan.

• Kawasan peruntukan pertambangan mineral meliputi bahan galian logam (emas) diarahkan di Kabupaten Lebak (Desa Cikotok, Desa Warung Banten, Desa Lebak Situ, Desa Sinargalih, Desa Cimancak, Desa Sukamulya, Desa Cidikit, Desa Citorek, Desa Cikate, Desa Kanekes, Desa Guradog, Desa Bojongmanik, Desa Caringin, Desa Gunung Kendang, dan Desa Bulakan), Kabupaten Pandeglang (Desa Padasuka, Desa Mangkualam, dan Desa Kramatjaya).

• Kawasan peruntukan pertambangan batubara diarahkan di Kabupaten Lebak (Desa Cihara/Cimandiri, Desa Darmasar, dan Desa Bojongmanik).

• Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi diarahkan di Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang (WKP Kaldera Danau Banten Possible 115 MW, Gunung Karang Possible 170 MW), Kabupaten Pandeglang (Gunung Pulosari Hipotetik 100 MW), Kabupaten Lebak (Pamancalan Speculative 225 MW, Gunung Endut Speculative 100 MW Possible 40 MW, dan Ciseeng Hipotetik 100 MW).

• Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi diarahkan di Blok Banten (3.999,00 Km2), Blok Rangkas (3.977,13 Km2), Blok Ujung Kulon (3.706,47 Km2), Selat Sunda I (8.159,40 Km2), Selat Sunda II (7.769,85 Km2), Selat Sunda III (6.035,64 Km2).

Untuk lebih jelasnya mengenai wilayah kerja pertambangan mineral dan wilayah kerja pertambangan minyak dan gas dapat dilihat pada Gambar 4.5.

F. Kawasan Peruntukan Industri

a) Pengelolaan kawasan budidaya peruntukan industri dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah ruang guna memenuhi kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan industri, dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

b) Kriteria Penetapan

• kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan industri, serta tidak mengganggu kelestarian lingkungan

• kawasan yang dalam Pola Dasar Pembangunan Provinsi Banten diarahkan bagi pengembangan kegiatan industri

• kawasan yang memiliki kelayakan fisik lokasi sebagai berikut:  lahan relatif datar (lereng <5 %),

 luas minimal 5 Ha,

 dukungan prasarana jalan regional/lokal dengan ROW 8 m,  dukungari prasarana air bersih,

 dukungan prasarana telekomunikasi,

 dukungan prasarana pembuangan/pengolahan limbah industri.  tidak menimbulkan gangguan terhadap permukiman penduduk

kawasan di sekitarnya yang apabila dikembangkan kegiatan industri dapat memberikan manfaat secara, antara lain:

 meningkatkan produksi hasil industri dan meningkatkan dan daya guna investasi yang ada di daerah sekitarnya;

 meningkatkan kegiatan sektor dan ekonomi di daerah sekitarnya;  tidak mengganggu kelestarian sumber daya alami; meningkatkan

pendapatan masyarakat;

 meningkatkan kontribusi pada pendapatan daerah dan nasional;  meningkatkan kesempatan kerja dan peluang berusaha;

 meningkatkan ekspor;

 meningkatkan kesejahteraan masyarakat. c) Arahan pengelolaan kawasan peruntukan industri :

 pengembangan kawasan industri dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekologis.

 pengembangan kawasan industri harus didukung oleh adanya jalur hijau sebagai penyangga antar fungsi kawasan.

 pengembangan zona industri yang terletak pada sepanjang jalan arteri atau kolektor harus dilengkapi dengan frontage road untuk kelancaran aksesibilitas.

 pengembangan kegiatan industri harus dalam satu kawasan industri dengan didukung oleh sarana dan prasarana industri.

 pengelolaan kegiatan industri dilakukan dengan mempertimbangkan keterkaitan proses produksi mulai dari industri dasar/hulu dan industri hilir serta industri antara, yang dibentuk berdasarkan pertimbangan efisiensi biaya produksi, biaya keseimbangan lingkungan dan biaya aktifitas sosial.

 setiap kegiatan industri harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan terhadap kemungkinan adanya bencana industri.

 segala bentuk kegiatan industri yang berpotensi memberikan dampak besar dan penting harus memiliki rencana aksi tanggap darurat terhadap berbagai potensi bencana dan atau kecelakaan industri.

 kawasan peruntukan industri meliputi :

• Industri besar, diarahkan pada : Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Serang.

• Industri menengah, diarahkan pada : Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Serang.

• Industri kecil, diarahkan pada : Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Serang, dan Kota Serang.

G. Kawasan Peruntukan Pariwisata

a) Pengelolaan kawasan pariwisata dilakukan untuk memanfaatkan potensi keindahan alam dan budaya guna mendorong perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

b) Kriteria Penetapan

• kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan pariwisata, serta tidak mengganggu kelestarian lingkungan

• kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan pariwisata secara ruang dapat memberikan manfaat:

 -meningkatkan devisa dari sektor pariwisata dan meningkatkan investasi di daerah;

 -mendorong kegiatan lain yang ada di sekitarnya;  tidak mengganggu fungsi lindung;

 meningkatkan pendapatan masyarakat;

 meningkatkan kontribusi pada pendapatan daerah dan nasional;  meningkatkan kesempatan kerja;

 melestarikan budaya lokal;

 meningkatkan perkembangan masyarakat. c) Arahan pengelolaan kawasan peruntukan pariwisata :

• tetap melestarikan alam sekitar untuk menjaga keindahan obyek wisata.

• tidak melakukan pengerusakan terhadap obyek wisata alam seperti menebang pohon.

• melestarikan perairan pantai, dengan memperkaya tanaman mangrove untuk mengembangkan ekosistem bawah laut termasuk terumbu karang dan biota laut yang dapat di jadikan obyek wisata taman laut.

• tetap melestarikan tradisi petik laut/larung sesaji sebagai daya tarik wisata.

• menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah.

• meningkatkan pencarian/penelusuran terhadap benda bersejarah untuk menambah koleksi budaya.

• pada obyek yang tidak memiliki akses yang cukup, perlu ditingkatkan pembangunan dan pengendalian pembangunan sarana dan prasarana transportasi ke obyek-obyek wisata alam, budaya dan minat khusus.

• merencanakan kawasan wisata sebagai bagian dari urban/regional desain untuk keserasian lingkungan.

• meningkatkan daya tarik wisata melalui penetapan jalur wisata, kalender wisata, informasi dan promosi wisata.

• menjaga keserasian lingkungan alam dan buatan sehingga kualitas visual kawasan wisata tidak terganggu.

• meningkatkan peranserta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata, dan daya jual/saing.

Barat (Anyer, Labuan/ Carita, Tanjung Lesung dan Sumur), Kawasan Banten Lama, Pelabuhan Karangantu, Kawasan Wisata Pantai Selatan (sepanjang pantai selatan dari pantai Muara Binuangeun-Panggarangan-Bayah), Permukiman Baduy (Leuwidamar, Cimarga), T.N. Ujung Kulon (Cigeulis, Cimanggu, Sumur, P. Panaitan, P. Handeuleum, P. Peucang, Taman Jaya, Pantai Ciputih dan Gunung Honje).

H. Kawasan Peruntukan Permukiman

a) Pengeloaan kawasan permukiman dilakukan untuk menyediakan tempat bermukim yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

b) Kriteria Penetapan

• kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kawasan permukiman yang aman dari bahaya bencana alam, sehat dan mempunvai akses untuk kesempatan berusaha.

• kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan pemukiman secara ruang dapat memberikan manfaat:

 ketersediaan areal pemukiman dan mendayagunakan prasarana dan sarana investasi yang ada di daerah sekitarnya;

 mendorong kegiatan lain yang ada di sekitarnya;  tidak mengganggu fungsi lindung;

 tidak mengganggu upaya kelestarian sumber daya alam;  meningkatkan pendapatan masyarakat;

 meningkatkan kontribusi pada pendapatan daerah dan nasional;  meningkatkan kesempatan kerja;

 mendorong perkembangan masyarakat. c) Arahan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman :

mempunyai akses untuk kesempatan berusaha dan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan ketersediaan permukiman, mendayagunakan fasilitas dan utilitas disekitarnya serta meningkatkan sarana dan prasarana perkembangan kegiatan sektor ekonomi yang ada.

• pengembangan permukiman perdesaan dilakukan dengan menyediakan fasilitas dan infrastruktur secara berhirarki sesuai dengan fungsinya sebagai: pusat pelayanan antar desa, pusat pelayanan setiap desa, dan pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman

• menjaga kelestarian permukiman perdesan khususnya kawasan pertanian.

• pengembangan permukiman perkotaan dilakukan dengan tetap menjaga fungsi dan hirarki kawasan perkotaan serta tetap memperhatikan proporsi kawasan terbangun terhadap ruang terbuka baik berupa ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.

• membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau

• pembentukan perkotaan metropolitan, dihubungkan dengan sistem transportasi yang memadai diantaranya mass rapid transit.

• pengembangan KEK untuk kegiatan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

• perkembangan perkotaan menengah dilakukan dengan membentuk pelayanan wilayah yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah sekitarnya.

• permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan skala kabupaten dan perkotaan kecamatan yang ada di kabupaten.

• permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan permukiman baru sebagai akibat perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra ekonomi, sekitar kawasan industri, dilakukan dengan tetap memegang kaidah lingkungan hidup dan bersesuaian dengan RTRW masing-masing kabupaten/kota.

• kawasan peruntukan permukiman diarahkan tersebar di setiap kabupaten/kota di Provinsi Banten

3.2.5 RENCANA KAWASAN STRATEGIS PROVINSI BANTEN

Sebelum penetapan kawasan strategis, Provinsi Banten telah memiliki Kawasan Andalan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRWN, bahwa Provinsi Banten diarahkan untuk Kawasan Andalan yaitu Kawasan Bojonegara – Merak –

Cilegon dengan sektor unggulan industri, pariwisata, pertanian, perikanan, dan pertambangan. Selain itu diarahkan pula kawasan andalan Laut Krakatau dan sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan, pertambangan, dan pariwisata. Dalam upaya mendukung perkembangan Kawasan Andalan tersebut, perlu adanya penetapan kawasan strategis yang merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap :

a. tata ruang di wilayah sekitarnya;

b. kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan dibidang lainnya; dan/atau c. peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kawasan Strategis merupakan kawasan yang mempunyai karakter khusus dan perlu ditangani secara tersendiri, dan kawasan tersebut diarahkan untuk :

a. Pengelolaan kawasan yang berpotensi mendorong perkembangan kawasan sekitar dan/atau berpengaruh terhadap perkembangan wilayah Provinsi Banten secara umum.

b. Pengelolaan kawasan perbatasan dalam satu kesatuan arahan dan kebijakan yang saling bersinergi.

c. Mendorong perkembangan/revitalisasi potensi wilayah yang belum berkembang. d. Penempatan pengelolaan kawasan diprioritaskan dalam kebijakan utama

pembangunan daerah.

e. Mendorong tercapainya tujuan dan sasaran pengelolaan kawasan. f. Peningkatan kontrol terhadap kawasan yang diprioritaskan.

g. Mendorong terbentuknya badan pengelolan kawasan yang diprioritaskan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang menetapkan bahwa kawasan yang termasuk dalam kawasan strategis adalah Kawasan

strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, antara lain, adalah kawasan perbatasan negara, termasuk pulau kecil terdepan/kawasan pesisir, dan kawasan latihan militer.

b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, antara lain, adalah kawasan metropolitan, kawasan ekonomi khusus, kawasan pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta kawasan perdagangan dan Pelabuhan bebas. c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, antara lain, adalah

kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia.

d. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, antara lain, adalah kawasan pertambangan minyak dan gas bumi termasuk pertambangan minyak dan gas bumi lepas pantai, serta kawasan yang menjadi lokasi instalasi tenaga nuklir.

e. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, antara lain, adalah kawasan pelindungan dan pelestarian lingkungan hidup, termasuk kawasan yang diakui sebagai warisan dunia seperti Taman Nasional Ujung Kulon.

1. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan

Yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan antara lain adalah kawasan perbatasan negara, termasuk pulau kecil terdepan, dan kawasan latihan militer (menurut Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang).

Dalam penentuan kawasan strategis pertahanan dan keamanan dilakukan dengan strategi penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan, mengembangkan kegiatan budi daya untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan, mengembangkan kawasan lindung sebagai zona penyangga.

Dokumen terkait