• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN PROGRAM 4. Meningkatkan Pemeliharaan,

Rehabilitasi dan Pengembangan Daya Dukung dan Kualitas Jaringan Irigasi dan Sumber Daya Air

a. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya b. Program Pengembangan dan Pengelolaan dan

Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya

5. Meningkatnya Daya Dukung Infrastruktur Kawasan Strategis dan Perdesaan

a. Program Pengembangan Wilayah Strategis Cepat Tumbuh

b. Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan 6. Meningkatnya Daya Dukung

Perumahan dan Fasilitas Permukiman

a. Program Pengembangan Perumahan b. Program Pengelolaan Areal Pemakaman

Sumber : RPJMD Kota Serang 2008 – 2013

2.1.2 Tujuan dan Strategi Penataan Ruang Berdasarkan RTRW Kota Serang 2008 -

2028

A. Tujuan penataan ruang wilayah Kota Serang, yaitu:

1 Menciptakan Kota Serang sebagai kota pusat pelayanan Perdagangan dan Jasa, Pendidikan, dan Pariwisata Religi di Provinsi Banten dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dalam rangka mewujudkan lingkungan perkotaan yang aman dan nyaman.

2 Meningkatkan potensi-potensi investasi di Kota Serang dalam mendukung Serang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) terkait dengan keberadaan pengembangan Pelabuhan Bojonegara.

Adapun kebijakan untuk mencapai tujuan pada poin pertama adalah sebagai berikut: a. Pengembangan pusat perdagangan dan jasa regional

b. Pengembangan Pelabuhan Karangantu c. Pengembangan hutan/taman kota

d. Pengembangan fasilitas umum dan sosial

e. Penataan dan pengembangan wisata religi Banten Lama

f. Pengembangan kawasan wisata kuliner di Kecamatan Kasemen dan pusat kota g. Pengembangan konsep ekowisata terhadap potensi-potensi kawasan wisata alam h. Pengembangan kualitas dan kuantitas pendidikan

i. Pelestarian kawasan lindung sesuai dengan luasan dan delineasi kawasan yang telah ditetapkan

Adapun kebijakan untuk mencapai tujuan pada poin kedua adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan kawasan pusat-pusat kegiatan utama guna meningkatkan produktifitas dan daya saing kota.

b. Pengembangan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten. c. Pembangunan Pusat Pemerintahan Kota Serang.

d. Peningkatan dan Pengembangan Jaringan jalan Arteri Primer, Kolektor Primer dan Kolektor Sekunder.

e. Perbaikan dan pemeliharaan terminal-terminal transportasi Kota Serang. f. Pengembangan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana perkotaan. g. Pengembangan kawasan permukiman pada masing-masing pusat pertumbuhan h. Pengembangan perumahan dengan sarana dan prasarana yang dapat mendukung

kebutuhan masyarakat.

dalam kebijakan tata ruang secara umum, bahwa peran Kota Serang dalam wilayah yang lebih luas, adalah:

 Menurut RTRWN Kota Serang dijadikan sebagai PKN sekunder.

 Dalam RTRW Provinsi Banten menyatakan bahwa Kota Serang sebagai pusat kegiatan utama dengan fungsi pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan jasa, dll.  Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi

Banten, Kota Serang sebagai Ibukota Provinsi Banten.

 Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan Perda Kabupaten Serang No. 9 Tahun 1990 tentang Kawasan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Banten Lama sebagai Taman Wisata Budaya, menyatakan bahwa Banten Lama sebagai Kawasan Cagar Budaya.

 Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan Perda Kabupaten Serang No. 9 Tahun 1990 tentang Kawasan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Banten Lama sebagai Taman Wisata Budaya, bahwa Kawasan

 Sebagai lintasan (poros jalan) utama dan pengembangan sektor perhubungan darat dan laut yang menghubungkan Pulau Sumatera dan Jawa, juga sebagai jalur kereta api Merak – Jakarta serta sebagai poros utama jaringan tegangan tinggi (SUTET).  Universitas Tirtayasa dan IAIN sebagai Perguruan Tinggi Negeri yang melayani

skala regional.

B. Rencana Struktur dan Pola Ruang Kota Serang

Rencana struktur dan pola ruang yang tercantum dalam RTRW Kota Serang Tahun 2008 - 2028 disusun untuk mewujudkan efisiensi pemanfaatan ruang, keserasian pengembangan ruang, dan keefektifan sistem pelayanan.

Struktur ruang Kota Serang terdiri dari struktur pelayanan kegiatan, sistem pergerakan dan sistem jaringan utilitas.

Hirarki Pusat Pelayanan Kegiatan Wilayah Kota

Hirarki pusat pelayanan kegiatan wilayah Kota Serang dimaksudkan untuk menciptakan keteraturan ruang. Struktur pelayanan kegiatan Kota Serang (lihat gambar 2.1 Kebijakan Rencana Struktur Ruang Wilayah) direncanakan sebagai berikut:

(1) Pusat Pelayanan Kota, meliputi kawasan pusat Kota Serang yaitu Kecamatan Serang dan Cipocok Jaya dengan pusat di Kelurahan Serang dengan fungsi kegiatan primer pemerintahan, pendidikan, perdagangan, jasa, perumahan, pertanian lahan kering dan pariwisata buatan.

(2) Sub Pusat Pelayanan, meliputi:

a. Kecamatan Kasemen dengan pusat di Desa Kasemen mempunyai fungsi primer sebagai pariwisata, pertanian lahan basah, perikanan, pergudangan dan industri serta perumahan;

b. Kecamatan Taktakan dengan pusat di Desa Taktakan mempunyai fungsi primer sebagai resapan air, agropolitan, agribisnis pertanian dan perumahan, pedagangan dan jasa, pergudangan dan militer;

c. Kecamatan Walantaka dengan pusat di Desa Walantaka mempunyai fungsi

primer perumahan skala besar, perdagangan dan jasa, industri, dan pertanian lahan kering;

d. Kecamatan Curug dengan pusat di Desa Sukajaya mempunyai fungsi primer sebagai pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan jasa, perumahan skala besar, agribisnis dan pariwisata buatan.

(3) Pusat Pelayanan Lingkungan, meliputi:

a. Wilayah Serang yaitu ; Serang, Cipare, Kota Baru, Lontar Baru, Kagungan dan Lopang,

b. Wilayah Cipocok Jaya meliputi ; Dalung, Tembong, Karundang, Cipocok dan Penancangan,

c. Wilayah Kasemen meliputi ; Kasunyatan, Margaluyu, Kasemen, Banten dan

Warung Jaud,

d. Wilayah Curug meliputi ; Cilaku, Sukajaya, Kemanisan dan Curug,

e. Wilayah Walantaka meliputi; Walantaka, Kepuren, Kalodran, Kiara dan Nyapah,

f. Wilayah Taktakan meliputi; Taman Baru, Drangong, Panggungjati, Kuranji dan

Sepang.

Rencana Pola Ruang Wilayah

Rencana pola ruang wilayah Kota Serang terdiri dari kawasan lindung (non budidaya) dan kawasan budidaya.

a. Arahan Pengelolaan Kawasan Lindung

Pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan konservasi;

 Penambahan luasan kawasan lindung;

 Pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya;

 Pengembangan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan lindung;  Percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk di dalam kriteria

kawasan lindung dengan melakukan penanaman pohon lindung yang dapat di gunakan sebagai perlindungan kawasan bawahannya yang dapat diambil hasil hutan non-kayu;

 Peruntukan kawasan lindung untuk sarana pendidikan penelitian dan pengembangan kecintaan terhadap alam;

 Percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai dengan fungsi lindung;

b. Rencana Kawasan Budidaya

 Arahan Pemanfaatan ruang kawasan budaya secara optimal, berdayaguna, serasi, seimbang, dan berkelanjutan;

 Arahan untuk menentukan prioritas Pemanfaatan ruang antar kegiatan budidaya yang berbeda;

 Arahan bagi perubahan jenis Pemanfaatan ruang dari jenis kegiatan budidaya tertentu ke jenisnya;

 Percepatan rehabilitasi hutan produksi yang telah mengalami penurunan kualitas tegakannya, perluasan hutan rakyat serta pembangunan hutan kota;

 Pengamanan hutan produksi dari gangguan illegal logging;

 Penggunaan tanah dikawasan budidaya tidak boleh diterlantarkan, harus dipelihara peruntukannya dan mencegah kerusakan;

 Perubahan/alih fungsi penggunaan tanah sawah yang tidak produktif dan bukan beririgasi teknis dapat dilakukan untuk kegiatan yang sesuai dengan rencana tata ruang sehingga meningkatkan fungsi wilayah dengan tidak meninggalkan kaidah ekologis, sedangkan sawah subur dan beririgasi teknis dipertahankan untuk menunjang swasembada pangan;

Secara umum kondisi pembangunan sanitasi diberbagai kota di Indonesia masih jauh dibawah rata-rata di negara lain. Salah satu penyebabnya adalah masih kurangnya pendidikan yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak dini serta tidak dilakukannya penerapan sanksi hukum (pidana) dari Perda yang ada secara efektif.

Pemerintah Kota Serang sudah memiliki komitmen yang sangat tinggi dalam pengelolaan sanitasi yang pro masyarakat miskin. Hal ini terwujudnyata dalam salah satu bentuk rintisan program koordinatif penyediaan sarana dan prasarana sanitasi yang diarahkan untuk meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap sarana dan prasarana sanitasi.

Saat ini Pemerintah Kota belum memiliki Perda dasar dan pendukung yang lengkap dan memadai untuk mengarahkan pola tindak seluruh pihak baik Pemerintah, masyarakat maupun swasta terhadap pola pengelolaan sanitasi yang benar di Kota Serang. Kurang memadainya Perda terkait sanitasi ini akan menyulitkan Pemerintah Kota dalam mendorong partisipasi positif seluruh pihak dalam pembangunan dan pengelolaan sanitasi.

Sistem penegakkan aturan yang terkait dengan pengelolaan sanitasi dan pengembangan prilaku hidup bersih sehat yang berjalan selama ini masih kurang optimal. Kondisi ini kurang mendukung semangat dan upaya yang sedang dijalankan untuk meningkatkan kinerja pembangunan sanitasi dan prilaku hidup bersih di Kota Serang.

Kondisi kebijakan daerah, di Kota Serang berupa peraturan daerah (perda)/per bup/perwali dan penegakan hukum terkait dengan sub sector sanitasi sampah, drainase, sementara air limbah Belum ada peraturan daerah yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah kota Serang, Saat ini masih berupa rancangan peraturan daerah, Peraturan Daerah masih mengacu ke Kabupaten Induk (Kabupaten Serang) untuk lebih lengkapnya dapat terlihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Peraturan Daerah yang terkait dengan Sanitasi di Kota Serang

No Sub sector

Sanitasi

Peraturan/Kebijakan Daerah Tentang Sanitasi

Perda (No/tahun/tentang) Perbup/perwali

(No/tahun/tentang) 1 Air Limbah - Belum ada Peraturan Daerah

(Proses Raperda), masih mengacu pada Perda Kab Induk (Kab. Serang)

-

2 Sampah - Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Retribusi Kebersihan

- Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

Ketertiban,Kebersihan, Keindahan

-

3 Drainase - Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 14 Tahun 2009 tentang Garis Sempadan Sungai

-

Sumber : SKPD Kota Serang

3

3..11..11 AAiirrLLiimmbbaahh

Lima isu strategis telah diidentifikasi dalam subsektor air limbah. Ke lima isu strategis tersebut adalah :

 Tidak adanya pejabat pengawas lingkungan hidup sehingga upaya penerapan sanksi terhadap pengolahan dan pembuangan limbah yang tidak layak masih sangat lemah;  Adanya keterbatasan lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan prasarana yang

menghambat upaya pembangunan dalam bidang pengelolaan air limbah;

 Keterbatasan lahan menjadi salah satu isu utama dalam pembangunan infrastruktur pengelolaan limbah di Kota Serang yang layak. Sistem pengelolaan secara komunal perlu untuk didorong sebagai salah satu solusi teknis untuk dapat menanggulangi permasalahan ini;

 Belum maksimalnya ketersediaan IPAL Komunal di Kota Serang;  Saat ini, Kota Serang belum memiliki IPLT di Kota Serang.

3

3..11..22 PPeerrssaammppaahhaann

Isu strategis dalam subsektor persampahan terutama terkait dengan penggunaan TPSA Cilowong Kota Serang dengan sistem controlled Landfill. Secara lebih rinci, tiga isu strategis berhasil diidentifikasi, yaitu :

 Perlu ditetapkan TPSA Sanitary Landfilll dari open dumping, Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 mengenai pengelolaan persampahan telah mensyaratkan bahwa TPSA Open Dumping harus ditutup pada tahun 2013. Terkait dengan hal itu maka Kota Serang perlu untuk segera meningkatkan sistem TPA dari Semi controlled landfill menjadi Sanitary Landfill.

 Masih belum optimalnya kegiatan 3R baik yang berskala kota maupun berbasis rumah tangga dan kegiatan usaha/jasa sehingga belum dapat mengurangi secara berarti volume sampah yang perlu dibuang ke TPA.

 Berdasarkan paradigma pengelolaan persampahan baru maka diharapkan sampah yang perlu diangkut ke TPA adalah seminimal mungkin. Untuk mencapai hal tersebut, kegiatan 3R (Reduce, Reuse And Recylce) digalakkan.

3

3..11..33 DDrraaiinnaasseeLLiinnggkkuunnggaann

Secara umum, terdapat dua isu strategis di subsektor drainase lingkungan, yaitu :

 Sudah tersedianya data mengenai jaringan dan kondisi drainase di Kota Serang sehingga perencanaan menyeluruh (masterplanning) sudah dapat dilakukan pada kegiatan penanganan banjir dan genangan bersifat parsial dan belum terintegrasi dari hulu ke hilir;

 Karakteristik tanah di Kota Serang yang memiliki kapasitas infiltrasi yang cukup tinggi mendukung upaya pengelolaan drainase secara partisipatif oleh masyarakat melalui penerapan sistem drainase ramah lingkungan.

Karakteristik tanah yang memiliki kapasitas infiltrasi cukup tinggi mendukung sistem drainase setempat yang bertujuan untuk mengurangi volume limpasan air hujan yang perlu disalurkan ke jaringan drainase konvensional. Salah satunya adalah pemanfaatan secara lebih luas sumur-sumur resapan maupun lubang biopori. Karena sifatnya yang setempat, maka peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung

Dokumen terkait