• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAWASAN PERUNTUKAN LAINNYA a Kawasan Peruntukan Hutan Produks

44

Kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi terbatas di mana eksploitasinya dilakukan dengan sistem tebang pilih dan tanam. Ditinjau dari kegiatan eksploitasi yang dapat dilakukan, kawasan peruntukan hutan produksi di Kota Baubau terdiri dari :

a) Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 5.005 Ha. yang terdapat di Kecamatan Sorawolio dan Bungi

b) Hutan Produksi Biasa (HPB) seluas 1.901 Ha. yang terdapat di Kecamatan Wolio, Betoambari, Kokalukuna, Sorawolio dan Bungi

b. Kawasan pertanian

Arahan pemanfaatan ruang bagi budi daya pertanian sampai 2034 adalah tetap mempertahankan luasan sawah produktif.

Rencana arahan pengembangan kawasan pertanian di Kota Baubau adalah sebagai berikut :

1) Kawasan pertanian tanaman pangan yang diarahkan pada Kelurahan Ngkaringkari dan Liabuku di Kecamatan Bungi, Kelurahan Liabuku Kecamatan Lea-lea dan Kelurahan Kaisabu Baru di Kecamatan Sorawolio. 2) Kawasan holtikutura yang diarahkan di Kelurahan Ngkaringkari Kecamatan

Bungi serta Kelurahan Kaisabu Baru di Kecamatan Sorawolio

3) Kawasan perkebunan yang diarahkan Kelurahan Kalialia dan Palabusa di Kecamatan Lea-lea juga Kelurahan Kampeonaho, Tampuna, Ngkaringkari, Liabuku dan Waliabuku di Kecamatan Bungi serta keseluruhan wilayah di Kecamatan Sorawolio juga Kelurahan Labalawa dan Baadia di Kecamatan Murhum

4) Kawasan peternakan diarahkan pada di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio dan Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi

c. Kawasan pelayanan umum

Kawasan pelayanan umum di Kota Baubau terbagi atas : 1) Kawasan pendidikan

 Kawasan pendidikan dasar tersebar pada pusat lingkungan di setiap kecamatan

45  Kawasan pendidikan menengah diarahkan pada sub pusat kota di setiap

kecamatan dan

 Kawasan pendidikan tinggi diarahkan di Kecamatan Sorawolio dan Betoambari

2)Kawasan pelayanan kesehatan

 Tempat praktek dokter dan apotek diarahkan tersebar merata di seluruh wilayah kota terutama dalam kawasan perumahan

 Puskesmas dan balai pengobatan diarahkan di setiap pusat lingkungan.

 Kawasan pelayanan kesehatan skala kota/regional berupa Rumah Sakit Umum di kelurahan Baadia Kecamatan Murhum diarahkan terintegrasi dengan fasilitas kesehatan lainnya.

3) Kawasan peribadatan

Rencana pengembangan pelayanan umum peribadatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan diarahkan sesuai dengan hierarki fungsi kawasan serta ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Kawasan pergudangan

Untuk menunjang kegiatan industri yang akan dikembangkan, perlu dilengkapi pula areal pergudangan yang diarahkan di Kecamatan Kokalukuna dan Bungi yang berbatasan dengan guna lahan industri dan perkantoran

e. Kawasan pertahanan dan keamanan

Kawasan pertahanan dan keamanan Negara di Kota Baubau terdiri atas : 1) Komando Distrik Militer (KODIM) di Kelurahan Batulo Kecamatan Wolio 2) Komando Rayon Militer (KORAMIL) di Kecamatan Wolio dan Bungi

3) Komando Strategis Angkatan Darat di Kelurahan Palabusa Kecamatan Lea- Lea

4) Kepolisian Resort (POLRES) Kota Baubau di Kelurahan Batulo Kecamatan Wolio

5) Kepolisian Sektor (POLSEK) terdiri atas :

 Polsek Wolio di Kelurahan Lamangga Kecamatan Murhum

46  Polsek Waruruma di Kelurahan Waruruma Kecamatan Kokalukuna 6) Kepolisian satuan lalu lintas kota baubau di Kelurahan Batulo Kecamatan

Wolio; dan

7) Polisi Pengamanan Perairan (POLAIR) di Kelurahan Wameo Kecamatan Batupoaro

3.1.2.6 Esensi WPS

Pembangunan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan pembangunan

yang memadukan antara pengembangan wilayah dengan “market driven”, mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta memfokuskan pengembangan infrastruktur pada suatu wilayah strategis dalam rangka mendukung percepatan pertumbuhan kawasan strategis dan mengurangi disparitas antar kawasan di dalam WPS.

Untuk itu diperlukan Keterpaduan Perencanaan antara Infrastruktur dengan pengembangan kawasan strategis dalam WPS, seperti perkotaan, industri, dan maritim/ pelabuhan industri dan Sinkronisasi Program antar infrastruktur yang mendukung pertumbuhan kawasan-kawasan di dalam WPS (Fungsi, Lokasi, Waktu, Besaran, dan Dana).Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis PUPR dilakukan Pendekatan Wilayah yang dituangkan dalam 35 Wilayah Pengembangan Strategis. Faktor yang mempengaruhi dari wilayah ialah:

47

Kementerian PUPR melalui Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) telah membagi wilayah-wilayah strategis kedalam 35 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). Kabupaten Wakatobi sendiri termasuk dalam WPS Pertumbuhan Baru Mamuju – Mamasa – Toraja – Kendari – Baubau - Buton – Wakatobi.

Gambar 3.7.

WPS Pertumbuhan Baru Mamuju – Mamasa – Toraja – Kendari – Baubau – Buton – Wakatobi

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa Kota Baubau sendiri termasuk dalam WPS Pertumbuhan Baru Mamuju – Mamasa – Toraja – Kendari –Baubau - Buton – Wakatobi.

3.2. Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Bagian ini berisikan rangkuman dari rencana masing-masing sektor di lingkup Cipta Karya, baik untuk sektor pengembangan kawasan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, air minum, dan sanitasi

48

3.2.1. Rencana Kawasan Permukiman (RKP)

1. Visi dan Misi Pengembangan Kawasan Permukiman

Berdasarkan dokumen SPPIP Kota Baubau bahwa Visi pengembangan permukiman dan infrastruktur Kota Baubau adalah:

“Terwujudnya perumahan layak huni dan terjangkau bagi penduduk Kota Bau Bau dalam lingkungan permukiman yang asri, aman, sehat, terjangkau

dan berkelanjutan dengan dukungan kelembagaan untuk membentuk masyarakat yang inovatif, mandiri dan sejahtera”

Sedangkan misi yang ditetapkan untuk mencapai visi tersebut adalah: a. Meningkatkan peran aktif masyarakat;

b. Menyediakan bantuan perumahan untuk penduduk musiman dan pindahan; c. Penyelenggaraan Menata lingkungan perkotaan secara terpadu;

d. Meningkatkan kemampuan kelembagaan Mendukung pengembangan kebijakan nasional;

e. Menyediakan perumahan khusus / RUSUNAWA untuk pekerja / Mahasiswa; f. Makin terarah dan meratanya pemenuhan kebutuhan sarana perumahan dan

permukiman masyarakat berpenghasilan rendah;

g. Makin efisien dan efektifnya pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan;

h. Meningkatnya peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman ;

i. Makin meningkatnya kesempatan usaha dan lapangan kerja Dalam bidang industri penunjang pembangunan perumahan dan permukiman yang layak, sehat dan aman dengan ketersedian segala fasilitas Lingkungan permukiman;

2. Tujuan dan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur

Tujuan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Kota Bau Bau yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Meningkatan aksesbilitas permukiman pada kawasan pengembangan serta dapat mengurangi tekanan urbanisasi ke pusat Kota

49

2. Mendorong pembangunan hunian dan pemberian insentif (pajak, tarif utilitas, infrastruktur) dengan dukungan transportasi umum

3. Menetapkan sistem penyediaan perumahan pro-poor

4. Memberikan dukungan pengembangan kapasitas kelembagaan

5. Memberikan dukungan pada penataan sistim pembiayaan pembangunan perumahan permukiman.

Dari kelima tujuan strategis diatas maka inti dari penetapan tujuan SPPIP Kota Baubau adalah :

1. Mewujudkan Kawasan Permukiman Yang Layak dan Bebas Kumuh Bagi Semua Golongan Masyarakat

2. Mewujudkan Pelayanan Infrastruktur Permukiman dan Perkotaan Yang Berkualitas

Dari rumusan isu dan tujuan SPPIP Kota Bau Bau dapat dirumuskan kebijakan SPPIP Kota Bau Bau sebagai berikut :

1. Peningkatan aksesbilitas permukiman penduduk pada kawasan pengembangan dengan tingkat layanan publik yang relatif sama di daerah sekitarnya sehingga dapat mengurangi tekanan urbanisasi ke pusat Kota 2. Perlu mendorong hunian vertikal di kota yang memiliki keterbatasan lahan

dan laju urbanisasi yang tinggi dengan pemberian insentif (pajak, tarif utilitas, infrastruktur) dan dukungan transportasi umum

3. Pengembangan sistem penyediaan perumahan yang propoor bertahap dan progresif.

4. Segmentasi pasar perumahan yang terbebas dari dikotomi kelompok kaya atau miskin

5. Perlu dukungan pengembangan kapasitas kelembagaan perumahan di daerah; 6. Konsistensi kebijakan pertanahan dan tata ruang untuk perumahan dan

permukiman, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah;

7. Pengembangan sistem pembiayaan perumahan nasional untuk mendukung upaya pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah.

50 8. Perlu melakukan sosialisasi tentang pemanfaatan tanah untuk pembangunan

perumahan dan permukiman

9. Perlu komunikasi dan koordinasi antar berbagai Stakeholders agar permasalahan dan kendala pertanahan yang timbul dapat diatasi secara komprehensif

10. Usulan Bank Tanah masih memerlukan kajian lebih mendalam karena kendala keterbatasan pendanaan dan penguasaan tanah

11. Peningkatan integritas dan kapasitas pemerintahan, dan partisipasi masyarakat.

12. Penguatan kerjasama dan koordinasi antar instansi/pihak

13. Penempatan Pemda sebagai leader yang memahami daerah, didukung fasilitasi pemerintah pusat dan provinsi

14. Pengembangan sistem perumahan yang berbasis identifikasi kawasan 15. Pengembangan pola kemitraan secara luas: KPS, KPM, KPSM

16. Pengembangan pola‐pola pembiayaan yang fleksibel.

17. Pengkajian kembali konsep dan praktek sukses perumahan dan permukiman. 18. Pengkoordinasian penyusunan kerangka data secara partisipatif,

19. Penyesuaian jadwal pendataan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, penyesuaian data pusat dan data daerah, serta penyesuaian data dasar dan data sektor perumahan permukiman.

20. Pemenuhan hak dasar perumahan. 21. Pemberdayaan masyarakat.

22. Penanganan kawasan kumuh secara terpadu menuju kota bebas kumuh (Cities Without Slums).

23. Perumahan dan permukiman untuk meningkatkan pendapatan 24. Permukiman yang berkelanjutan (sustainable settlements)

3. Penetapan Kawasan Permukiman Prioritas

Penentuan kawasan prioritas dalam penyusunan dokumen SPPIP menggunakan 3 metode analisis yaitu Analisa Kawasan Permukiman Kumuh, Analisa Dokumen Perencanaan, dan Analisa Indikator. Dari ketiga analisa itu kemudian

51

ditetapkan 3 rencana lokasi kawasan prioritas penanganan di Kota Baubau sebagai berikut :

1. Kecamatan Lea-lea 2. Kecamatan Betoambari 3. Kecamatan Kokalukuna

3.2.2. Arahan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)

Dari SPPIP yang telah disusun kemudian diturunkan ke dalam suatu rencana operasional berupa Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP). RPKPP merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RPKPP merupakan rencana terpadu bidang permukiman dan infrastruktur bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1 : 500 atau 1:1000. Arahan rencana pembangunan kawasan pemukiman prioritas utama untuk Kota Baubau sesuai dengan dokumen RPKPP yang dibuat tahun 2011 adalah Kecamatan Lea-lea dan dokumen RKPP yang dibuat tahun 2013 adalah Kecamatan Betoambari.

1. RPKPP Kecamatan Lea-Lea

Tema pengembangan kawasan permukiman prioritas Kecamatan Lea-lea adalah :

”Pengembangan Kawasan Permukiman Lea-lea Berbasis Waterfront City”

Rencana aksi program-program penanganan dan pembangunan kawasan permukiman prioritas Kecamatan Lea-lea Kota Baubau selengkapnya dapat dilihat pada table 5.2 berikut:

Tabel 3.4

Rekapitulasi Rencana Aksi Penanganan Kawasan Seluruh Kelurahan di Kecamatan Lealea

52 a. Penataan pasar tradisional menjadi pasar semi modern

b. Penataan lapangan sepak bola dan pembangunan tribun c. Reklamasi pesisir pantai Lowu-Lowu lbr. 100 m

d. Pengerasan/pengaspalan jalan lingkungan e. Pembangunan drainase lingkungan

1 Kws 1 Kws 600 m2 1000 m2 800 m2 KELURAHAN KOLESE a. Pembangunan drainase/saluran

b. Pengerasan/pengaspalan jalan lingkungan c. Pembangunan talud

600 m2

2.675 m2

80 m2

KELURAHAN KALIA-LIA

a. Reklamasi pantai Kalia-Lia lebar 50 m

b. Pembangunan/pembukaan jalan lingkungan lebar 6 m c. Pengerasan/pengaspalan jalan lingkungan

d. Pembangunan drainase lingkungan

e. Penataan lapangan sepak bola dan pembangunan tribun

700 m2 1.800 m2 3.000 m2 300 m2 1 Kws KELURAHAN KANTALAI

a. Pembangunan / pembukaan jalan lingkungan b. Pengerasan / pengaspalan jalan lingkungan

3.300 m2

6.100 m2

KELURAHAN PALABUSA

a. Pengerasan / pengaspalan jalan lingkungan b. Pembangunan tembok penahan pantai / Talud c. Pengadaan / pemasangan pipanisasi diameter ... d. Pembangunan dan rehabilitasi drainase lingkungan e. Pembangunan jalan tangga rabat beton lebar 3 m f. Pembangunan deker jalan

2.750 m2 500 m2 ... 500 m2 40 m2 1 unit Sumber: RPKPP Kota Baubau, 2011

2. RPKPP Kecamatan Betoambari

Tema pengembangan kawasan permukiman prioritas Kecamatan Betoambari adalah :

”Pengembangan Kawasan Permukiman Betoambari dan Murhum Berbasis Kearifan

Lokal dan Sarana Prasarana Perkotaan Yang Responsif Terhadap Dinamika

Masyarakat”

Tabel 3.5

Rekapitulasi Rencana Aksi Penanganan Kawasan

53

Seluruh Kelurahan di Kecamatan Betoambari 1. KEL. LIPU

a. Peningkatan kualitas pipa distribusi air

minum X X

b. Peningkatan dan pemeliharaan sistem pengelolaan air bersih yang dilengkapi dengan reservoir

X X

c. Pembangunan sarana dan prasarana

pengelolaan air limbah X X

d. Pembangunan sarana dan prasarana tangki septik yang ada ditiap-tiap rumah dengan lebih meningkatkan kuantitas dan kualitasnya

X X

e. Peningkatan kualitas prasarana pejalan

kaki diseluruh trotoar X

f. Peningkatan kualitas jalan dari simpang empat Bonecom ke simpang empat KPUD

X X X

Dokumen terkait