• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 3

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR

BIDANG CIPTA KARYA

3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan

berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya

disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat

perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan

permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami

arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan

pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

Rencana pembangunan infrastruktur permukiman disusun dengan yang

mengacu pada rencana tata ruang maupun rencana pembangunan, baik skala nasional

maupun skala provinsi dan kabupaten/kota. Dengan memperhatikan kondisi

eksisting, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya juga

mengacu pada amanat pembangunan nasional dan amanat internasional seperti

Agenda Habitat, Amanat RIO +20, amanat Milenium Development Goals, dan

amanat pembangunan internasional lain. Pembangunan bidang Cipta Karya juga

memperhatikan Isu-isu Strategis yang mempengaruhi pembangunan pada suatu

wilayah seperti lokasi rawan bencana alam, dampak terjadinya perubahan iklim,

faktor daya beli masyarakat akibat kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan

penduduk khususnya pada kawasan perkotaan, serta green economy. Pelaksanaan

pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab bersama antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan melibatkan unsur masyarakat dan

stakeholder dari dunia usaha (swasta) supaya tercipta Permukiman yang Layak

(2)

2

Gambar 3.1 memaparkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur

Bidang Cipta Karya, yang membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta

Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial, amanat

pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang

Pekerjaan Umum, serta amanat internasional.

Gambar 3.1

Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

A. Rencana dan Program

Amanat Pembangunan Bidang PU / CK:

- UU No. 1/2011 ttg Perumahan & Kws. Permukiman - UU No. 20/2011 tentang Rumah Susun

- UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung - UU No. 18/2008 ttg Pengelolaan Persampahan - UU No.7/2004 tetang SDA

- PP No. 16/2005 tentang Pengembangan SPAM - PP 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah RT dan

Sampah Sejenis

- PP36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU BG - Standar Pelayanan Minimal Bidang PU dan PR - RPI2JM Bidang Cipta Karya

Amanat Pembangunan

Sumber: Direktorat Bina Program, 2015

Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya

dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim,

kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan

gender, serta green economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan

potensi pada masing- masing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada

penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.

Penyusunan Program bidang Cipta Karya merupakan rangkaian aktivitas

(3)

3

dengan provinsi yang selaras dengan pencapaian sasaran kinerja DJCK dan

penanganan isu-isu strategis bidang Cipta Karya bersumber pada dokumen RPIJM.

Gambar 3.2

Rencana Aksi Pencapaian Target 2015-2019 Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Bidang Cipta Karya

Sumber: Direktorat Bina Program, 2015

3.1.1.1 Rencana Program Jangka Panjang Nasional (RPJPN).

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007,

merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan

prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap

dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi

(4)

4

a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan

dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan

terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor

terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan

jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan

kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan

(demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor

sumberdaya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.

b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan

maka pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan

sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset

management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan

kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3)

penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan

profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam

pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata

dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi

dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat

untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah

akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana

dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan

prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang

bersifat komersial.

d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap

tahapan RPJMN, yaitu:

 RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan

melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih

meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam

(5)

5  RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh

masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan

perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dana kuntabel.

Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman

kumuh.

 RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang

dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud

kota tanpa permukiman kumuh.

3.1.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019

Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan

yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan

nasional untuk tahun 2015-2019 adalah:

“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN

BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG”

Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya

maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis

berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai

negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan

sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat,

dan berbasiskan kepentingan nasional.

(6)

6

Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang

berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam

kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan.

Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA.

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola

pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah

dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan

penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional

sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia

lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 2 Tahun

2015 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan

nasional untuk pertumbuhan dan pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan

untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan

pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih,

sanitasi, dan listrik).

Dengan tercapainya pendapatan perkapita Indonesia USD 3.500 pada tahun

2013 yang menempatkan Indonesia pada lapis bawah negara-negara berpenghasilan

menengah, maka RPJMN Tahun 2015 – 2019 menetapkan Tujuan Pembangunan

(7)

7

pembangunan nasional 2015-2019 mengenai infrastruktur adalah Mempercepat

pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.Pembangunan

infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai

keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar

(perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan

energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem

transportasi massal perkotaan, yang kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan

dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta.

Agar Indonesia mampu menjadi negara berpendapatan tinggi, tentu

memerlukan pertumbuhan yang lebih tinggi dari pertumbuhan global. Namun

ketimpangan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menggambarkan masih

besarnya kemiskinan dan kerentanan. Hal ini dicerminkan oleh angka kemiskinan

yang turun melambat dan angka penyerapan tenaga kerja yang belum dapat

mengurangi pekerja rentan secara berarti. Selain itu, ketimpangan atau kesenjangan

pembangunan antar-wilayah di Indonesia masih merupakan tantangan yang harus

diselesai dalam pembangunan ke depan. Selama 30 tahun (1982-2012) kontribusi

PDRB Kawasan Barat Indonesia (KBI), yang mencakup wilayah Sumatera, Jawa, dan

Bali sangat dominan, yaitu sekitar 80% dari PDB, sedangkan peran Kawasan Timur

Indonesia (KTI) baru sekitar 20 %. Sebagai negara kepulauan dengan luas wilayah laut

yang sangat besar, potensi kemaritiman Indonesia belum benar-benar dimanfaatkan

dengan baik, percepatan pembangunan kelautan harus segera dilakukan untuk

mencapai pemerataan pembangunan di kawasan timur Indonesia.

Guna mewujudkan mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat

penyediaan infrastruktur dasar maka salah satu strategi pembangunan perkotaan

tahun 2015-2019 adalah Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP)

untuk mewujudkan kota aman, nyaman, dan layak huni, yaitu dengan cara:

1. Menyediakan sarana dan prasarana dasar perkotaan sesuai dengan tipologi,

(8)

8 2. Menyediakan dan meningkatkan sarana ekonomi, khususnya sektor

perdagangan dan jasa termasuk perbaikan pasar rakyat, koperasi dan Usaha

Mikro Kecil Menengah (UMKM);

3. Meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sosial budaya;

4. Menyediakan sarana permukiman beserta sarana parasananya yang layak dan

terjangkau;

5. Mengembangkan sistem transportasi publik yang terintegrasi dan multimoda

sesuai dengan tipologi kota dan kondisi;

6. Meningkatkan keamanan kota melalui pencegahan,penyediaan fasilitas dan

sistem penanganan kriminalitas dan konflik berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK).

RPJMN 2015-2019 juga menetapkan sasaran pembangunan

infrastruktur/prasarana dasar yang meliputi air minum, sanitasi dan perumahan pada

periode 2015-2019, yaitu:

a) Terfasilitasinya penyediaan hunian layak untuk 18,6 juta rumah tangga

berpenghasilan rendah yakni pembangunan baru untuk 9 juta rumah

tangga melalui bantuan stimulan perumahan swadaya untuk 5,5 juta

rumah tangga dan pembangunan rusunawa untuk 514.976 rumah tangga,

serta peningkatan kualitas hunian sebanyak 9,6 juta rumah tangga dalam

pencapaian pengentasan kumuh 0 persen.

b) Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk

Indonesia melalui (1) pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

di 3.099 kawasan MBR, 2.144 Ibukota Kecamatan, 16.983 desa, 7.557

kawasan khusus, dan 28 regional; (2) Pembangunan Penampung Air Hujan

(PAH) sebanyak 381.740 unit; (3) Fasilitasi optimasi bauran sumber daya

air domestik di 27 kota metropolitan dan kota besar; (4) Fasilitasi 38

PDAM sehat di kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil;

(5) Fasilitasi business to business di 315 PDAM; (6) Fasilitasi restrukturisasi

(9)

9

PDAM, penurunan jumlah PDAM kurang sehat menjadi 80 PDAM, dan

penurunan jumlah PDAM sakit menjadi 14 PDAM.

c) Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah

domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada

tingkat kebutuhan dasar yaitu (i) untuk sarana prasarana pengelolaan air

limbah domestik dengan penambahan infrastruktur air limbah sistem

terpusat di 430 kota/kab (melayani 33,9 juta jiwa), penambahan

pengolahan air limbah komunal di 227 kota/kab (melayani 2,99 juta jiwa),

serta peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan melalui

pembangunan IPLT di 409 kota/kab; (ii) untuk sarana prasarana

pengelolaan persampahan dengan pembangunan TPA sanitary landfill di

341 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R

terpusat di 112 kota/kab; (iii) untuk sarana prasarana drainase permukiman

dalam pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman;

serta (iv) kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta

advokasi di 507 kota/kab seluruh Indonesia.

d) Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan

perkotaan melalui fasilitasi peningkatan kualitas bangunan gedung dan

fasilitasnya di 9 kabupaten/kota, fasilitasi peningkatan kualitas sarana dan

prasarana di 1.600 lingkungan permukiman, serta peningkatan

keswadayaan masyarakat di 55.365 kelurahan.

Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan

untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi

yang memadai, melalui:

a. Menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,

b. Memastikan ketersediaan air baku air minum,

c. Meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana

permukiman,

d. Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum,

penanganan air limbah, dan pengelolaan persampahan,

(10)

10

f. Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,

g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS),

h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan

infrastruktur,

i. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,

j. Mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.

3.1.2. Arahan Penataan Ruang

3.1.2.1. Strategi / Skenario Pengembangan Wilayah Kota Baubau Berdasarkan Rencana Tata Ruang Nasional

Sesuai dengan Pasal 20 ayat I salah satu muatan RTRWN adalah tujuan

nasional pemanfaatan ruang. Memperhatikan tata ruang yang ada dan tata ruang

akhir PJP II yang diinginkan, tujuan nasional pemanfaatan ruang untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan ditetapkan sebagai berikut :

1. Mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup melalui :

a. peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, keaneka-ragaman

hayati,tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa;

b. pemeliharaan keanekaragaman hayati ekosistem dan keunikan alam serta

kearifan tradisional;

c. penetapan pokok-pokok kriteria penentuan kawasan berfungsi lindung

serta kebijakan pengelolaannya.

2. Mencapai pemanfaatan sumber daya yang optimal melalui :

a. pemanfaatan sumber daya alam yang seoptimal mungkin dengan tetap

memperhatikan kelestarian lingkungan;

b. pengaturan lokasi pemanfaatan lahan yang menghasilkan sinergi

keterkaitan sektor dalam wilayah nasional dan menghindari konflik

pemanfaatan ruangdan sumber daya.

c. penetapan pokok-pokok kriteria penentuan kawasan budi daya serta

(11)

11

3. Meningkatkan keseimbangan perkembangan antar kawasan melalui

pemanfaatanruang kawasan secara serasi selaras dan seimbang serta

berkelanjutan dalam rangkameningkatkan pertumbuhan ekonomi,

mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal dan meningkatkan daya

dukung lingkungan.

4. Meningkatkan kemampuan memelihara pertahanan keamanan negara yang

dinamis dan memperkuat integrasi nasional. Untuk mewujudkan tujuan

pemanfaatan tersebut ditempuh strategi pengembangan danpemanfaatan

kawasan berfungsi lindung dan budi daya beserta keterkaitannya

denganpengembangan permukiman, prasarana pendukung dan dengan

pertahanan keamananstrategi pengembangan kawasan tertentu.

Dalam tatanan ruang nasional, Kota Baubau diarahkan sebagai PKW pusat

pertambangan aspal.

3.1.2.2 Strategi / Skenario Pengembangan Wilayah Kota Baubau Berdasarkan

Rencana Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara

Tujuan penataan ruang daerah adalah untuk mewujudkan tatanan ruang

daerah yang berbasis pada sektor pertanian dalam arti luas, pertambangan serta

kelautan dan perikanan terkait pariwisata guna mendukung peningkatan taraf hidup

masyarakat dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi yang merata di

seluruh wilayah provinsi serta menjaga kelestarian dan daya dukung lingkungan hidup

dalam rangka mencapai pembangunan yang berkelanjutan.

Kebijakan penataan ruang daerah terdiri atas :

a. Menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan secara proporsional melalui

berbagai pertimbangan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan di

sektor unggulan pertanian, pertambangan serta kelautan dan perikanan;

b. Peningkatan aksesibilitas dan pengembangan pusat-pusat kegiatan sektor

terhadap pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal melalui

pengembangan struktur ruang secara terpadu;

c. Menetapkan pola ruang secara proporsional untuk mendukung pemanfaatan

(12)

12

d. Menetapkan kawasan strategis dalam rangka pengembangan sektor unggulan

dan pengembangan sosial ekonomi secara terintegrasi dengan wilayah sekitar;

dan

e. Pengembangan sumberdaya manusia yang mampu mengelola sektor unggulan

secara profesional dan berkelanjutan.

Strategi dalam mewujudkan pengembangan sektor pertanian dalam arti luas

terdiri atas:

a. menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan untuk pengembangan

pertanian tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura serta

pengembangan lahan peternakan secara proporsional;

b. mengembangkan sarana dan prasarana guna mendukung aksesibilitas dan

pusat-pusat pertumbuhan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan

hortikultura serta pengembangan lahan peternakan terhadap pusat-pusat

kegiatan nasional, wilayah dan lokal;

c. mengintegrasikan kawasan unggulan pertanian tanaman pangan, perkebunan

dan hortikultura serta pengembangan lahan peternakan dengan wilayah

sekitar dan kawasan unggulan lain; dan

d. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang mampu mengelola sektor

pertanian tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura serta peternakan

secara profesional dan berkelanjutan melalui penyelenggaraan pendidikan

dan pelatihan.

Strategi dalam mewujudkan pengembangan sektor kelautan dan perikanan

terdiri atas:

Menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan secara proporsional melalui berbagai pertimbangan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan di sektor kelautan dan perikanan;

a. Meningkatkan aksesibilitas dan pengembangan pusat-pusat kegiatan sektor

kelautan dan perikanan terhadap pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan

(13)

13

b. Menetapkan pusat kawasan pengembangan sektor perikanan dan kelautan

berupa kawasan pengembangan budidaya perairan dan kawasan perikanan

tangkap secara terintegrasi dengan usaha-usaha ekonomi wilayah sekitar;

c. Melindungi dan mengelola sumberdaya kelautan untuk kebutuhan

perlindungan plasma nutfah, terumbu karang dan sumberdaya hayati untuk

kelangsungan produksi dan pengembangan ekowisata; dan

d. Mengembangkan fasilitas pelayanan pendidikan dan latihan secara profesional

dan berkelanjutan.

Strategi dalam mewujudkan pengembangan sektor pertambangan terdiri atas

:

a. menata dan menetapkan kawasan pertambangan;

b. mengembangkan pusat industri pertambangan nasional sebagai suatu kawasan

pertambangan dan pengolahan bahan tambang secara terpadu;

c. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung guna menunjang

aksesibilitas pusat kawasan industri pertambangan dengan usaha ekonomi

pada wilayah sekitar;

d. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung untuk menunjang

aksesibilitas perdagangan antar pulau dan ekspor;

e. mengintegrasikan usaha-usaha untuk mendukung pengembangan pusat

industri pertambangan nasional dengan usaha-usaha ekonomi masyarakat

sekitar;

f. mengembangkan sistem pengelolaan lingkungan secara preventif maupun

kuratif sebelum dan sesudah eksploitasi bahan tambang dan limbah pabrik

pengolahan;

g. pengembangan sumberdaya manusia secara komprehensif untuk mengelola

industri pertambangan nasional secara menyeluruh dengan melaksanakan

pelatihan teknis dan membangun sekolah kejuruan dan pendidikan keahlian

(14)

14

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, Kota

Baubau diarahkan sebagai PKNp (Pusat Kegiatan Nasional Promosi) yaitu pusat

kegiatan yang dipromosikan dapat ditetapkan sebagai PKN dan merupakan salah satu

Kawasan Strategi Provinsi yaitu Kawasan Pusat Perdagangan.

3.1.2.3 Strategi / Skenario Pengembangan Wilayah Kota Baubau Berdasarkan

Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW).

Arah dan strategi pengembangan Kota Baubau dalam kurun waktu 10-20

tahun mendatang dibagi menjadi 1 PKNp, 1 PKW, 2 Pusat Kota yaitu Kecamatan

Wolio dan Kecamatan Betoambari, 7 sub Pusat Kota dan 8 Pusat Lingkungan.

Pertimbangan utama dalam penetapan struktur ruang wilayah di Kota Baubau adalah

pengembangan struktur ruang yang lebih efisien melalui pembangunan prasarana

transportasi ke arah sentra-sentra produksi sebagai penghasil sumberdaya primer.

3.1.2.4 Arahan Pengembangan Struktur Kota Baubau Konsep Pengembangan

Kawasan

Kota Baubau befungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional Promosi (PKNp),

dengan cakupan wilayah pelayanan meliputi wilayah Sulawesi Tenggara Kepulauan

dan beberapa daerah di Kawasan Timur Indonesia. Berdasarkan hasil revisi RTRW

Kota Baubau 2014-2034 Rencana struktur ruang wilayah Kota Baubau meliputi sistem

pusat-pusat pelayanan yang berhierarki dan sistem jaringan prasarana wilayah kota.

Sistem pusat-pusat pelayanan kota yang berhierarki meliputi pusat pelayanan kota,

sub pusat pelayanan kota, dan pusat lingkungan. Dengan mengembangkan pusat

pelayanan kota, maka struktur pusat pelayanan Kota Baubau akan bergeser dari satu

pusat (monosentrik) menjadi pusat jamak (polysentrik).

Adanya sejumlah pusat kegiatan kota ini dimaksudkan untuk lebih

mendorong perkembangan kota ke arah barat agar perkembangan kota antara bagian

utara, selatan dan barat dapat lebih merata. Pengembangan pusat kegiatan kota

tandingan ini juga merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan yang sangat

(15)

15

Sedangkan pengembangan subpusat-pusat kegiatan kota berfungsi sebagai

penyangga pusat pelayanan kota, dan meratakan pelayanan pada skala kecamatan.

Penyebaran subpusat pelayanan kota juga dimaksudkan untuk mendukung keserasian

perkembangan kegiatan pembangunan antar kecamatan.

Secara geografis pusat pelayanan kota akan terletak pada wilayah barat,

selatan dan timur kota. Pusat kegiatan kota baru ini diharapkan akan tetap bersinergi/

berkaitan dengan pusat kegiatan kota yang telah ada. Demikian juga subpusat

pelayanan kota diharapkan akan tetap bersinergi/berkaitan dengan subpusat

pelayanan kota dan primer yang telah ada. Secara bersama-sama, segenap pusat

kegiatan ini diharapkan dapat berperan menunjang eksistensi kota yang telah

ada/berkembang. Untuk itu dibutuhkan didukung oleh sistem transportasi yang andal

untuk mobilitas ulang-alik antara pusat-pusat pelayanan.

Rencana hirarki pusat pelayanan wilayah Kota Baubau dibagi menjadi 3

jenjang yaitu:

a. Pusat pelayanan kota (PPK) melayani seluruh wilayah kota dan/atau

regional;

b. Subpusat pelayanan kota (SPK) yang melayani subwilayah kota (SWK); dan

c. Pusat lingkungan (PL).

Untuk mendukung struktur ruang yang direncanakan, wilayah Kota Baubau

dibagi menjadi tujuh Subwilayah Kota (SWK) yang dilayani oleh tujuh Subpusat

Pelayanan Kota (SPK) dan dua Pusat Pelayanan Kota (PPK). Untuk lebih jelasnya

sistem pelayanan kota di Baubau dapat dilihat pada berikut:

Tabel 3.1.

Rencana Sistem Pelayanan Kota di Kota Baubau

No.

SISTEM

PELAYANAN

KOTA

(16)

16

No.

SISTEM

PELAYANAN

KOTA

LOKASI FUNGSI PELAYANAN

1. Pusat Kota Kecamatan

Betoambari

Pusat pemerintahan.

Kecamatan

Wolio

Pusat kegiatan perhubungan laut dan

pusat pelayanan perdagangan dan jasa,

2. Sub Pusat

pendidikan tinggi, bandar udara,

pariwisata, depot BBM dan perumahan

Kel.Waruruma

Kec.Kokalukuna

pusat pelayanan pemerintahan, industri

pariwisata, perikanan, industri

perumahan, pertanian tanaman pangan

dan kehutanan

Kel.Kaisabu

Baru

Kec.Sorawolio

pusat pelayanan pemerintahan,

pertanian, perkebunan, kehutanan dan

pertambangan

Kel. Lowu-lowu

dan Kolese

Kec.Lea-lea

pusat pelayanan perumahan, perikanan,

fasilitas olah raga dan prasarana

energi/kelistrikan

(17)

17

No.

SISTEM

PELAYANAN

KOTA

LOKASI FUNGSI PELAYANAN

Lingkungan Kecamatan

Wolio

Kel.Nganganau

mala

Kec. Batupoaro

pusat pelayanan perdagangan dan jasa

Kel. Lipu

pusat pelayanan pemerintahan dan

pariwisata

Kel.Waliabuku

Kec.Bungi

pusat pelayanan pemerintahan dan

pertanian

Kel. Karya Baru

Kec.Sorawolio

pusat pelayanan pertanian, perdagangan

dan jasa

Kel.Kalia-lia

Kec.Lea-lea

pusat pelayanan perdagangan dan jasa

Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau 2014-2034

3.1.2.5 Rencana Struktur Kota Baubau

Rencana pengembangan struktur ruang merupakan pengembangan fungsi

kegiatan pelayanan yang diwujudkan berdasarkan pengembangan fungsi kegiatan dan

sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan yang dialokasikan secara terstruktur ke seluruh

wilayah. Rencana pengembangan struktur ruang dan sistem kegiatan pelayanan,

ditujukan untuk membentuk satu kesatuan struktur ruang dan sistem kegiatan

pelayanan agar berfungsi optimal sebagai pusat-pusat pertumbuhan dan pusat

kegiatan pelayanan di wilayah darat dan wilayah laut.Pertimbangan utama dalam

penetapan struktur ruang wilayah di Kota Baubau adalah pengembangan struktur

(18)

sentra-18

sentra produksi sebagai penghasil sumberdaya primer.

Di samping itu struktur ruang yang dibentuk memiliki suatu hirarki pusat-pusat

kegiatan sesuai dengan kemampuan pelayanan suatu wilayah perkotaan dan jaringan

pendukungnya dengan tetap memperhatikan aspek keseimbangan pertumbuhan

wilayah dalam satuan ruang. Rencana struktur ruang wilayah kotamerupakan

kerangkasistem pusat-pusat kegiatan kegiatan kotayang berhierarki dan satu sama lain

dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota.

Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi:

1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat kegiatan wilayah kota yang

memberikan layanan bagi wilayah kota;

2. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan

fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan

kota; dan

3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima

tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun.

Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan:

1. Kebijakan dan strategi penataan ruangwilayah kota;

2. Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kota dalam rangka

mendukung kegiatan sosial ekonomi;

3. Daya dukung dan daya tampung wilayah kota; dan

4. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

Uraian selanjutnya ini akan menjelaskan arahan untuk rencana struktur ruang

wilayah Kota Baubau, sedangkan rencana struktur itu sendiri dapat dilihat pada

(19)

19

Gambar 3.3

Rencana Struktur Ruang Kota Baubau

(20)

20

3.1.2.6 Rencana Penggunaan Lahan

Secara garis besar penggunaan lahan di Kota Baubau dapat dibedakan atas

penggunaan lahan perkotaan (urban) dan penggunaan lahan non urban (rural). Jenis

penggunaan lahan yang dikategorikan urban, meliputi; perumahan, industri,

pergudangan, sosial dan jasa, perdagangan. Sedangkan untuk lahan non urban

meliputi sawah, tambak, kebun campuran, padang rumput, semak, dan hutan. Penggunaan

lahan perkotaan (urban) cenderungan berada di kota bawah di sekitar pantai, sedang

untuk kota atas kegiataan pertanian masih mendominasi penggunaan lahan pada daerah

tersebut.

Gambar 3.4

Peta Penggunaan Lahan Kota Baubau

Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau 2014-2034

Berdasarkan kondisi eksisting Kota Baubau pada Tahun 2012 secara umum

dapat dilihat pola penggunaan lahannya yang terdiri dari kawasan terbangun seluas

6.006,49 Ha atau 20,49% dari luas wilayah Kota Baubau dan kawasan non

terbangun berupa ruang terbuka seluas 21.562,22 Ha atau 73,57% dari luas wilayah

(21)

21

lalu lintas, baik dari permukiman menuju perdagangan dan jasa, perkantoran, fasilitas

kesehatan, pendidikan, dan kegiatannya lainnya, begitu juga sebaliknya dari kawasan

aktivitas kegiatan menuju ke kawasan permukiman.

Kawasan terbangun meliputi permukiman, perkantoran baik pemerintah

maupun swasta, pelayanan umum, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan,

rekreasi dan wisata, pelabuhan, peribadatan, dan kesehatan, sedangkan ruang terbuka

meliputi taman, hutan kota, kawasan lindung, kuburan, rawa-rawa, sungai dan

kawasan mangrove. Adapun lebih jelasnya pola penggunaan lahan ini secara rinci

dapat pada Tabel. 3.2.

Berdasarkan data eksisting penggunaan lahan di Kota Baubau sebagian besar

adalah berupa hutan dengan luas sebesar 11.930 Ha atau 40.70 % dari total luas kota.

Perumahan dan pemukiman menempati posisi kedua terluas dengan 5.904,62 Ha

atau 17,38 %.

Tabel 3.2

Penggunaan Lahan di Kota Baubau

NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS

(Ha) (%)

I KAWASAN TERBANGUN 6.006,492 20,49

1. Perumahan dan Permukiman 5.094,62 17,38

2. Kawasan Perdagangan dan Jasa 284,84 0,97

3. Perkantoran 349,61 1,19

4.

Fasilitas 101,12 0,34

 Kesehatan 7,39 0,03

 Pendidikan 80,50 0,27

 Peribadatan 13,23 0,05

5. Transportasi 159,16 0,54

 Terminal 4,38 0,01

 Jalan 154,78 0,53

(22)

22

II RUANG TERBUKA HIJAU 21.562,217 73,57

1. Hutan 11.930,00 40,70

2. Belukar 4.415,339 15,06

3. Sawah 958,887 3,27

4. Ladang 3.544,836 12,09

5. Kuburan 62,25 0,21

6.

Ruang Terbuka Hijau 566,34 1,93

 Taman kota 19,67 0,07

 Jalur hijau 15,01 0,05

 Lapangan olahraga 13,11 0,04

 Rawa 35.248 0,12

 Alang-alang 483,3 1,65

7. Sungai 71,065 0,24

8. Mangrove 13,502 0,05

9. Lain-lain 1.742,281 5,94

TOTAL 29.310,99 100

Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau 2014- 2034

Pada Rencana Pola Ruang Kota Baubau diatur arahan pemanfaatan ruang

Kota menurut jenis penggunaannya, yang dibagi dalam dua kelompok besar, yakni

Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya, indikasi program penguang selama periode

yang selaras dengan Tahun perencanaan RPJMD ini yakni periode 2010-2015 dan

2016-2020, sedangkan rencana spasial dari pola ruang tersebut ditunjukkan pada

(23)

23

Gambar 3.5

Peta Rencana Pola Ruang Kota Baubau

Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau, 2014-2034

1. KAWASAN PERUMAHAN

Tujuan pengembangan kawasan perumahan di Kota Baubau adalah menyediakan

tanah untuk pengembangan rumah tinggal dengan kepadatanbangunan dan

kepadatan penduduk yang bervariasi di seluruh Kota, mengakomodasi bermacam

tipe rumah tinggal dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua

lapisan masyarakat di Kota Baubau, serta merefleksikan pola-pola pengembangan

yang diinginkan masyarakat pada lingkungan-lingkungan hunian yang ada dan

untuk masa yang akan datang. Pengembangan kawasan perumahan direncanakan

tersebar di seluruh wilayah kota.

Dalam kaitannya dengan pendistribusian penduduk serta pengembangan karakter

ruang kota serta pertimbangan pertimbangan daya dukung dan daya tampung

ruang, maka kawasan perumahan di Kota Baubau diklasifikasikan menjadi 3

(24)

24

perumahan dengan tingkat kepadatan sedang dan kawasan perumahan dengan

tingkat kepadatan rendah.

a. Kawasan perumahan kepadatan tinggi.

Sebaran kawasan perumahan eksisting dengan kepadatan tinggi meliputi :

1) Kelurahan Bataraguru, Tomba, Wale, Batulo dan Wangkanapi di

Kecamatan Wolio;

2) Kelurahan Kadolomoko, Lakologou, Kadolo dan Waruruma di

Kecamatan Kokalukuna;

3) Kelurahan Wameo, Kaobula, Bone-Bone, Nganganaumala, Lanto dan

Tarafu di Kecamatan Batupoaro; dan

4) Kelurahan Wajo, Lamangga dan Tanganapada di Kecamatan Murhum.

Rencana pengembangan kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi di Kota

Baubau berupa pengembangan perumahan vertikal yakni rumah susun.

Pengembangan perumahan vertical yang eksisting saat ini adalah di Kelurahan

Kaobula dan Kelurahan Wameo di Kecamatan Batupoaro. Rencana rumah susun

pada masa mendatang di Kota Baubau diarahkan di Kelurahan Sulaa dan

Katobengke Kecamatan Betoambari dan Kelurahan Lakologou Kecamatan

Kokalukuna.

b. Kawasan perumahan kepadatan sedang

Sebaran kawasan perumahan eksisting dengan kepadatan sedang di Kota

Baubau meliputi :

1) Kelurahan Bukit Wolio Indah dan Kadolokatapi di Kecamatan Wolio;

2) Kelurahan Baadia dan Melai di Kecamatan Murhum;

3) Kelurahan Waborobo, Katobengke, Lipu, Sulaa dan Labalawa di

Kecamatan Betoambari; dan

4) Kelurahan Waruruma, Liwuto, Lakologou dan Sukanayo di Kecamatan

Kokalukuna.

Rencana pengembangan kawasan perumahan dengan kepadatan sedang di Kota

Baubau berupa rencana pengembangan kawasan transmigrasi yang diarahkan di

(25)

25 c. Kawasan Perumahan kepadatan rendah

Sebaran perumahan dengan kepadatan rendah meliputi :

1) Kelurahan Palabusa, Kantalai, Kalialia, Kolese dan Lowulowu di

Kecamatan Lea-lea;

2) Kelurahan Tampuna, Kampeonaho, Waliabuku, Liabuku dan

Ngakringkari di Kecamatan Bungi;

3) Kelurahan Kaisabu Baru, Karya Baru, Gonda Baru dan Bugi di

Kecamatan Sorawolio; dan

4) Kelurahan Sulaa di Kecamatan Betoambari.

Kebutuhan perumahan di Kota Baubau terus meningkat seiring dengan

perkembangan jumlah penduduk. Sejalan dengan penerapan konsep

pembangunan Baubau yang berbasis kota perdagangan dan jasa, maka untuk

memperoleh kualitas lingkungan kota yang baik dan nyaman, dilakukan penataan

guna lahan perumahan.

Rencana pengembangan kawasan perumahan di Kota Baubau diupayakan

menggunakan konsep neighborhood unit yang dilengkapi dengan fasilitas dan

prasarana pelayanan umum yang memadai, sehingga penduduk yang tinggal di

lingkungan perumahan tersebut sudah dapat terlayani kebutuhan pokoknya oleh

pusat pelayanannya.

Sebagai bahan pertimbangan dalam jangka menengah dan jangka panjang, sudah

harus diperkenalkan sistem hunian vertikal seperti rumah susun untuk golongan

masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah atau apartemen untuk

masyarakat menengah ke atas. Hal tersebut bermanfaat bagi optimalisasi

pemanfaatan lahan di kemudian hari, khususnya di kawasan padat seperti pusat

kota.

Rencana pengembangan kawasan untuk pertumbuhan kawasan permukiman dan

atau perumahan perkotaan termasuk real estate, dan perumahan pedesaan harus

sesuai dengan peruntukan kawasan dalam RTRW kota dan tidak pada kawasan

(26)

26

dari 25% (dua puluh lima persen). Untuk rencana perumahan baru di Kota

Baubau di arahkan di setiap kecamatan.

Permukiman dan atau perumahan yang telah ada di kawasan hutan lindung,

kawasan penyangga, RTH, kawasan resapan air dan kawasan sekitar mata air,

kawasan pantai berhutan bakau serta kawasan cagar budaya tidak boleh

melakukan pengembangan

Untuk itu, strategi, rencana dan lokasi pembangunan perumahan dan

permukiman Kota Baubau dirumuskan dengan merujuk kepada hasil dari Kegiatan

Penyusunan Naskah Akademis Rencana Pembangunan dan Pengembangan

Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D) Kota Baubau yang dapat dilihat

pada Tabel 3.3 berupa Rencana Pembangunan Perumahan di Kota Baubau.

Tabel 3.3

Lokasi Rencana Pembangunan Perumahan di Kota Baubau

No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi

1. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Baru

a. Rencana Perumahan Swadaya  Kecamatan Bungi,

 Kecamatan Sorawolio,

 Kecamatan Wolio,

 Kecamatan Betoambari dan

Kecamatan Kokalukuna.

b. Rencana Pembangunan Perumahan Baru

oleh Developer/Pemerintah

 Kecamatan Bungi,

 Kecamatan Sorawolio,

 Kecamatan Wolio,

 Kecamatan Betoambari dan

Kecamatan Kokalukuna.

c. Rencana Pembangunan Perumahan Vertikal  Kecamatan Batupoaro

di Kelurahan Wameo,

(27)

27

No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi

di Kelurahan Sulaa,

 Kecamatan Betoambari

di Kelurahan Katobengke,

2. Rencana Peningkatan Kualitas Lingkungan

a. Rencana Penanganan Lingkungan

Permukiman Padat dan Kumuh

 Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan

Tinggi

 Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan

(28)

28

No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi

Kecamatan

 Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan

Rendah

b. Rencana Penanganan Lingkungan  Kawasan Pesisir/Nelayan

(29)

29

No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi

Permukiman Nelayan/Pesisir Wolio)

 Kawasan Betoambari,

Kokalukuna, Bungi

 Kawasan Pulau Makassar

c. Rencana Penanganan Lingkungan

Permukiman di Bantaran Sungai

 Bantaran Sungai Baubau

 Bantaran Sungai Bungi

3 Rencana Kawasan Permukiman yang Perlu di Hapus (Negatif List)

a. Kawasan kemiringan diatas 40%  Kadolomoko,

 Kadolokatapi,

 Liabuku,

 Kalialia,

 Ngkari-Ngkari,

 Kampeonaho,

 sebagian kecil Karya Baru,

 Gonda Baru,dan

 Bugi.

b. Kawasan sempadan sungai,  Sungai Baubau,

 Sungai Wandoke,

 Sungai Bungi,

 Sungai Liabuku,

 Sungai Wonco,dan

 Sungai Malaoge.

c. Kawasan sempadan pantai  Kecamatan Betoambari,

 Kecamatan Batupoaro,

 Kecamatan Wolio,

(30)

30

No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi

 Kecamatan Lea-Lea.

No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi

1. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Baru

a. Rencana Perumahan Swadaya  Kecamatan Bungi,

 Kecamatan Sorawolio,

 Kecamatan Wolio,

 Kecamatan Betoambari dan

Kecamatan Kokalukuna.

b. Rencana Pembangunan Perumahan Baru

oleh Developer/Pemerintah

 Kecamatan Bungi,

 Kecamatan Sorawolio,

 Kecamatan Wolio,

 Kecamatan Betoambari dan

Kecamatan Kokalukuna.

c. Rencana Pembangunan Perumahan Vertikal  Kecamatan Batupoaro

di Kelurahan Wameo,

 Kecamatan Betoambari

di Kelurahan Sulaa,

 Kecamatan Betoambari

di Kelurahan Katobengke,

2. Rencana Peningkatan Kualitas Lingkungan

a. Rencana Penanganan Lingkungan

Permukiman Padat dan Kumuh

 Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan

Tinggi

Kecamatan

Wolio

 Bataraguru,

 Tomba,

 Wale.

Kecamatan

Batupoaro

 Wameo.

(31)

31

No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi

 Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan

Sedang

 Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan

(32)

32

No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi

Kecamatan

b. Rencana Penanganan Lingkungan

Permukiman Nelayan/Pesisir

 Kawasan Pesisir/Nelayan

Pusat Kota (Batupoaro dan

Wolio)

 Kawasan Betoambari,

Kokalukuna, Bungi

 Kawasan Pulau Makassar

c. Rencana Penanganan Lingkungan

Permukiman di Bantaran Sungai

 Bantaran Sungai Baubau

 Bantaran Sungai Bungi

3 Rencana Kawasan Permukiman yang Perlu di Hapus (Negatif List)

a. Kawasan kemiringan diatas 40%  Kadolomoko,

 Kadolokatapi,

 Liabuku,

 Kalialia,

 Ngkari-Ngkari,

 Kampeonaho,

(33)

33

No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi

 Gonda Baru,dan

 Bugi.

b. Kawasan sempadan sungai,  Sungai Baubau,

 Sungai Wandoke,

 Sungai Bungi,

 Sungai Liabuku,

 Sungai Wonco,dan

 Sungai Malaoge.

c. Kawasan sempadan pantai  Kecamatan Betoambari,

 Kecamatan Batupoaro,

 Kecamatan Wolio,

 Kecamatan Kokulukuna, dan

 Kecamatan Lea-Lea.

Sumber : RTRW KOTA BAUBAU Tahun 2014-2034

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, maka lingkungan perumahan yang

akan dikembangkan dilengkapi pula dengan kegiatan perdagangan dan jasa

dengan skala pelayanan lingkungan setempat. Penempatan lokasi kegiatan

perdagangan dan jasa lingkungan perumahan tersebut diarahkan ditempatkan di

pinggir jalan utama lingkungan. Dengan demikian diharapkan pemenuhan

kebutuhan penduduk akan fasilitas pelayanan dapat dipenuhi oleh masing-masing

unit perumahan.

2. KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA KOMERSIL

Kawasan perdagangan dan jasa komersil di Kota Baubau terdiri dari :

1) Kawasan pasar tradisional di Kota Baubau meliputi :

(34)

34  Pasar Wameo di Kelurahan Wameo Kecamatan Batupoaro

 Pasar Karya Nugraha di Kelurahan Bataraguru Kecamatan Wolio dan

 Pasar Sentral di Kelurahan Wale Kecamatan Wolio

b. Pasar mingguan skala sub-wilayah kota yang tersebar di beberapa lokasi

berupa :

 Kelurahan Karya Baru di Kecamatan Kecamatan Sorawolio

 Kelurahan Ngkaringkari di Kecamatan Bungi dan

 Kelurahan Lowu-Lowu, kelurahan Kalia-lia dan Kelurahan Palabusa di

Kecamatan Lea-Lea.

2) Kawasan pusat perbelanjaan dan toko modern saat ini tersebar di Kelurahan

Wale dan Kelurahan Tomba. Selain itu kawasan perdagangan dan jasa di

Kota Baubau ditandai dengan kompleks pertokoan dan Jalan Wolter

Monginsidi. Saat ini, keberadaan kawasan perdagangan dan jasa modern

skala regional kota yang sudah berkembang saat ini yaitu di Kecamatan

Wolio tetap dipertahankan keberadaannya. Sedangkan pada setiap

kecamatan juga akan dikembangkan kegiatan perdagangan modern dan

pasar tradisional dengan skala pelayanan kecamatan yang dikembangkan di

pusat-pusat kecamatan.

Untuk pengembangan kawasan pusat perbelanjaan dan toko modern di

Kota Baubau pada masa mendatang diarahkan di Kecamatan Betoambari

dan Wolio. Rencana pengembangan kawasan perdagangan dan jasa

komersil di Kota Baubau terdiri dari :

a. Rencana pengembangan pusat perbelanjaan dan toko modern di Kelurahan

Wale Kecamatan wolio dan Kelurahan Wameo Kecamatan Batupoaro

b. Pengembangan kompleks pertokoan di Kelurahan Lipu, Katobengke dan

Sulaa di Kecamatan Betoambari

c. Kompleks perbelanjaan modern di Kelurahan Batulo Kecamatan Wolio

Adapun jasa yang dimaksud dalam pembahasan ini meliputi jasa keuangan (bank,

asuransi, keuangan non bank, pasar modal), jasa pelayanan (komunikasi,

konsultan, kontraktor), jasa profesi (pengacara, dokter praktek, psikolog), jasa

(35)

35

(agen dan biro perjalanan serta penginapan). Kegiatan ini belum banyak

berkembang di Kota Baubau.

Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa yang bersifat formal di Kota

Baubau ini perlu juga mengakomodir keberadaan para pedagang informal

(pedagang kaki lima) yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman serta

barang kebutuhan lain yang tersebar diberbagai tempat. Ini dikarenakan

keberadaan pedagang kaki lima umumnya menimbulkan berbagai permasalahan

perkotaan, seperti kemacetan lalu lintas atau kesemerawutan. Untuk itu perlu

diupayakan penampungan para pedagang kaki lima tersebut dan dialokasikan

dalam satu lokasi, baik berupa Pujasera atau dengan menata kios-kios para

pedagang kaki lima agar lebih teratur dan dengan desain yang menarik yang

dialokasikan di satu lokasi yang tidak jauh dari pusat keramaian. Dengan demikian

rencana pengembangan kawasan pusat pedagang kaki lima / Pujasera yang

berlokasi di pusat keramaian ini dapat diintegrasikan dengan kegiatan

perdagangan dan jasa formal, baik yang ada di pusat pengembangan kegiatan

wisata, di pusat kegiatan industri, terminal, dan kegiatan perkotaan lainnya.

Adapun jenis komoditi yang diperdagangkan oleh para pedagang kaki lima atau

yang ada di Pujasera berupa perdagangan makanan, minuman dan kebutuhan

lainnya yang dikelola oleh masyarakat setempat. Dengan adanya pengalokasian

aktivitas kegiatan para pedagang kaki lima atau Pujasera ini diharapkan para

pedagang informal yang ada atau diperkirakan berkembang dapat terakomodir

dan tertarik untuk pindah ke tempat yang disediakan karena menempati lokasi

yang strategis, sehingga dapat memberi kesempatan berusaha di sektor informal

bagi penduduk setempat guna meningkatkan pendapatannya.Langkah-langkah

pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa, terutama kegiatan komersial yang

berfungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa Kota Baubau,

diantaranya :

a) Pelibatan swasta dalam pengembangan kegiatan perdagangan skala besar

guna merangsang tumbuhnya aktivitas kegiatan komersial di kawasan

tersebut

(36)

36

mempunyai ciri khas kawasan tersebut serta lebih berkarakter

c) Pengembangan landsekap yang berupa taman-taman dan dilengkapi

pedestrian yang memadai untuk memberi kenyamanan bagi para pejalan

kaki yang mengunjunginya serta menciptakan keasrian, keteduhan dan

kenyamanan.

d) Peningkatan aksessibilitas dari segalah arah menuju kawasan komer-sial

yang dikembangkan serta didukung oleh fasilitas perangkutan dan

pengaturan lalu lintas yang memadai

e) Peningkatan keamanan, kebersihan dan kenyamanan berbelanja

f) Penataan secara khusus kegiatan perdagangan dan jasa yang berada atau

yang akan dikembangkan di sepanjang jalan utama kota, terutama yang

menyangkut desain arsitektur yang memberi kesan artistik dan estetika

kota, serta entrance dari dan ke jalan utama diupayakan seminimal

mungkin untuk menghindari terjadinya kemacetan di kawasan tersebut.

Untuk melayani masyarakat yang bekerja atau berkunjung ke kawasan

perdagangan dan jasa tersebut serta untuk mendukung aktivitas kegiatan

perdagangan dan jasa yang dikembangkan, maka di setiap kawasan yang

dikembangkan perlu dilengkapi dengan fasilitas pelayanan umum dan jaringan

utilitas yang memadai. Dalam merangsang dan mempercepat pengembangan

kegiatan perdagangan dan jasa ini, maka lokasi kegiatan ini harus didukung pula

oleh sistem transportasi yang memadai dengan membuka aksessibilitas

seluas-luasnya, baik transportasi darat maupun laut serta didukung oleh sistem

perangkutan yang memadai, sehingga mudah dijangkau dan merangsang minat

investor untuk mengembangkannya. Sedangkan untuk menghindari terjadinya

kemacetan arus lalu lintas di sekitar lokasi pusat perdagangan dan jasa ini

diupayakan penyediaan shelter-shelter tempat pemberhentian bus kota dan

angkutan umum lainnya, penyediaan lahan parkir yang mencukupi serta

pelarangan penggunaan badan jalan sebagai tempat parkir kendaraan.

3. KAWASAN PERKANTORAN

(37)

37

a. Kawasan Perkantoran Pemerintah

1). Kawasan perkantoran pemerintahan; diarahkan berada pada Kecamatan

Wolio dan Kawasan Palagimata di Kelurahan Lipu Kecamatan Betoambari.

Prioritas penanganan kawasan pusat pemerintahan Kota Baubau

dititikberatkan pada pengembangan kawasan civic center yang merupakan

sentral kegiatan pemerintahan di pusat kota agar mempunyai karakter (ciri

khas) dengan nuansa Buton yang kental, sehingga dapat membentuk citra

kotanya dan dapat dijadikan sebagai landmark Kota Baubau.

Pengembangan kantor-kantor pemerintahan tersebut dilakukan dalam satu

kawasan yang menempati kapling cukup luas dengan KDB rendah, dengan

tetap memperhatikan rencana intensitas bangunan di kawasanPengembangan

kawasan pusat pemerintahan (Civic Center) di Kawasan Palagimata

dilengkapi dengan taman, promenade bagi para pejalan kaki, jogging track

atau bycicle track.

Sesuai dengan adanya gagasan bahwa Kota Baubau menjadi ibukota propinsi

yang baru maka direncanakan Kota Baubau di masa mendatang diharapkan

mengemban fungsi sebagai pusat pemerintahan Propinsi Buton Raya,

sehungga fasilitas pemerintahan di Kota Baubau tidak hanya fasilitas

pemerintahan Kota Baubau saja tetapi juga fasilitas pemerintahan Propinsi

Buton Raya. Rencana pengembangan kawasan pemerintahan ini adalah

mempertahankan perkantoran pemerintah berskala kota pada lokasi saat ini.

Sedangkan untuk pusat pemerintahan Propinsi Buton Raya direncanakan

berada di sisi selatan dari pusat pemerintahan kota (Palagimata)

2) Kawasan perkantoran pemerintahan tingkat kecamatan dan/atau kelurahan

yang bersifat pelayanan langsung kepada masyarakat; diarahkan pada setiap

kecamatan dan/atau kelurahan.

b. Kawasan Perkantoran Swasta.

Adapun perkantoran swasta di Kota Baubau menyatu diantara kawasan

perdagangan dan jasa di Kecamatan Wolio, Murhum dan Betoambari.

(38)

Bataraguru-38

Betoambari diarahkan pada perkantoran pemerintah dan swasta yang bisa

mendukung kegiatan pariwisata maupun perdagangan di Kota Baubau untuk

skala regional maupun nasional, sehingga diharapkan kegiatan pariwisata dan

perdagangan dapat lebih berkembang.

c. Rencana pengembangan kawasan perkantoran diarahkan di Kelurahan

Waruruma Kecamatan Kokalukuna dan kawasan Palatiga di Kelurahan Bukit

Wolio Indah Kecamatan Wolio.

4. KAWASAN INDUSTRI

Sektor industri belum merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian

kota. Kawasan industri di Kota Baubau meliputi:

a. Kawasan industri rumah tangga/kecil

1) Industri kecil yang tersebar di sebagian Kelurahan Lipu dan Kelurahan

Sulaa Kecamatan Betoambari serta sebagian kecil Kelurahan Baadia

kecamatan Murhum

2)Industri kerajinan kain tenun yang ada di Kelurahan Melai dan

Tanganapada Kecamatan Murhum, Tarafu dan Bone-Bone di Kecamatan

Batupoaro, serta Kelurahan Sukanayo dan Liwuto di Kecamatan

Kokalukuna

3)Kelompok kerajinan kuningan yang ada di kelurahan Lamangga

Kecamatan Murhum.

b. Kawasan industri menengah di Kota Baubau terdiri dari :

1)kawasan industri mutiara di Kelurahan Palabusa Kecamatan Lea-lea; dan

2)kawasan industri perikanan pada kawasan pantai di Kelurahan Sulaa

Kecamatan Betoambari.

Pengembangan industri di Kota Baubau untuk kegiatan pengolahan hasil

sektor kelautan yang berskala regional memiliki prospek yang bagus,

mengingat adanya potensi sumberdaya yang cukup banyak.

c. Kawasan industri besar sebagaimana direncanakan di Kecamatan

(39)

39

Kokalukuna. Peletakan yang berbatasan ini dilakukan untuk memudahkan

interaksi antara kedua jdenis guna lahan, demi kelancaran arus bahan baku

dan produk industri ke luar Kota Baubau.

5. KAWASAN PARIWISATA

Pengembangan kawasan pariwisata Kota Baubau di masa mendatang diarahkan

untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kunjungan wisatawan ke Kota Baubau.

Pengembangan pariwisata juga terkait dengan jumlah kunjungan wisatawan ke

objek-objek wisata yang terdapat di wilayah ini. Untuk itu pengembangan

kegiatan pariwisata di Kota Baubau diupayakan saling terintegrasi antara satu

objek wisata dengan objek wisata yang lain.

Pada umumnya prasarana yang tersedia saat ini terbatas pada ketersediaan

fasilitas umum untuk melayani pengunjung ke objek wisata setempat.

Pengembangan sarana penunjang saat ini belum berkembang secara optimal. Hal

ini terkait dengan terbatasnya jumlah pengunjung yang menetap atau menginap

dan minimnya objek wisata kawasan yang dapat menarik jumlah pengunjung

dalam jumlah besar. Pengembangan sarana diprioritaskan pada peningkatan

sarana transportasi ke objek-objek wisata di Kota Baubau.Pengembangan kawasan

par iwisata di Kota Baubau terdiri atas :

a) Kawasan pariwisata nasional, yang ditetapkan sebagai kawasan

pengembangan pariwisata nasional (KPPN) di KPPN Baubau dan sekitarnya.

b) Kawasan pariwisata budaya yang terdiri atas :

1. Wisata sejarah pada cagar budaya meliputi benda, bangunan, struktur,

situs dan kawasan cagar budaya yang terdapat disetiap kecamatan.

2. Perkampungan tradisional dengan adat dan tradisi budaya masyarakat

yang khas yang terdapat di : Kelurahan Sulaa, Waborobo, Labalawa, Lipu

dan Katobengke Kecamatan Betoambari, Kelurahan Melai Kecamatan

Murhum, Kelurahan Karyabaru, Kaisabu Baru, Gonda Baru dan Bugi di

Kecamatan Sorawolio serta Kelurahan Liabuku di Kecamatan Bungi.

3. Kehidupan adat, tradisi masyarakat dan aktifitas budaya yang khas serta

kesenian yang terdapat di setiap kecamatan.

(40)

40

1. Pantai Nirwana di Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari

2. Pantai Lakeba di Kelurahan Katobengke Kecamatan Betoambari

3. Pantai Kokalukuna di kelUrahan Waruruma Kecamatan Kokalukuna

4. Pantai Lakorapu di Kelurahan Liwuto Kecamatan Kokalukuna

5. Gua Lakasa di Kelurahan Lipu Kecamatan Betoambari

6. Gua Ntiti di Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari

7. Gua Kaisabu di Kelurahan Kaisabu Kecamatan Sorawolio

8. Gua di Kelurahan Karya baru Kecamatan Sorawolio

9. Gua moko di Kecamatan Betoambari

10. Gua lanto di Kelurahan Kadolomoko Kecamatan Kokalukuna

11. Batupoaro di Kelurahan Wameo Kecamatan Murhum

12. Pemandian bungi di Kelurahan Kampeonaho Kecamatan Bungi

13. Wisata alam pada hutan lindung Wakonti di Kelurahan Kaisabu Baru

Kecamatan Sorawolio

14. Air terjun Tirta Rimba di Kelurahan Waruruma Kecamatan Kokalukuna

15. Air Terjun La Samparona dan Wa Kantongara di Kelurahan Kaisabu Baru

Kecamatan Sorawolio

16. Air terjun Lagaguna di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio

17. Pemandangan alam pada saujana Bukit Palatiga di Kecamatan Wolio

dan kawasan Palagimata di Kecamatan Betoambari dan

18. Kawasan wisata pada sungai Baubau di kecamatan Murhum, Wolio dan

Batupoaro.

d) Kawasan pariwisata buatan yang terdiri atas :

1. Sarana Rekreasi Pantai Kamali di Kelurahan Wale Kecamatan Wolio

2. Kawasan Kota Mara di Kelurahan Nganganaumala, Kaobula dan

Wameo di Kecamatan Batupoaro

3. Sarana Rekreasi Bukit Kolema di Kelurahan Waruruma Kecamatan

Kokalukuna

4. Wisata Rekreasi di Bumi Perkemahan Samparona Kelurahan Kaisabu

Baru Kecamatan Sorawolio

5. Sentra Industri Kerajinan di Kecamatan Murhum, Betoambari, Batu

(41)

41

6. Kampung Nelayan di Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari

7. Bukit Mardadi di Kelurahan Kolese Kecamatan Lea-lea

8. Bendung Wonco di Kelurahan Kampeonaho Kecamatan Bungi

9. Museum Kebudayaan Keraton Buton di Kelurahan Baadia Kecamatan

Murhum.

6. KAWASAN RTNH

Ruang Terbuka Non Hijau adalah ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan

yang tidak masuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras atau yang

berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat

ditumbuhi tanaman atau berpori.

Kawasan RTNH di Kota Baubau yang berfungsi menampung kegiatan sosial,

budaya dan ekonomi masyarakat kota terdiri atas :

a. Alun-alun kawasan pemerintahan terdapat di Kecamatan Betoambari dan

Wolio

b. Lapangan olahraga; rencana pembangunan stadion di Kelurahan Lowu-Lowu

kecamatan Lea-Lea.

7. RENCANA KAWASAN RUANG EVAKUASI BENCANA

Pada wilayah Kota Baubau, kawasan ruang evakuasi yang direncanakan untuk

bencana berada di wilayah kecamatan Sorawolio dan Lea-lea. Wilayah ini dipilih

sebagai tempat evakuasi dengan dasar pemikiran karena lokasi tersebut memiki

tingkat keamanan terjamin dan mudah terjangkau oleh bantuan dari luar daerah.

8. KAWASAN PERUNTUKAN RUANG BAGI SEKTOR INFORMAL

Sektor informal memiliki peranan penting dalam memberikan sumbangan bagi

pembangunan perkotaan, karena sektor informal mampu menyerap tenaga kerja

(terutama masyarakat kelas bawah) yang cukup signifikan sehingga mengurangi

problem pengangguran di perkotaan dan meningkatkan penghasilan kaum miskin

(42)

42

pemerintahan kota. Namun, pertumbuhan sektor informal yang cukup pesat

tanpa ada penanganan yang baik dapat mengakibatkan ketidak-teraturan tata

kota. Sebagaimana kita ketahui, banyak pedagang kaki lima yang

menjalankanaktifitasnya di tempat-tempat yang seharusnya menjadi Public Space.

Public Space merupakan tempat umum dimana masyarakat bisa bersantai,

berkomunikasi, dan menikmati pemandangan kota. Tempat umum tersebut bisa

berupa taman, trotoar, halte bus, dan lain-lain.

Rencana pengembangan sektor informal berupa ruang untuk kegiatan pedagang

kaki lima (PKL) diarahkan pada lokasi :

a. Pantai Kamali dan Pasar Sentral di Kelurahan Wale Kecamatan Wolio.

b. Sekitar pelataran Bukit Wantiro dan Bukit Kolema di Kelurahan

Kadolomoko Kecamatan Wolio

c. Sekitar wisata Air Terjun Tirta Rimba di Kelurahan Waruruma Kecamatan

Kokalukuna

d. Kawasan PUJASERATA Maedhani di Kelurahan Lamangga Kecamatan

Murhum.

Rencana penataan sektor informal adalah sebagai berikut :

a. Membatasi pemanfaatan Ruang Terbuka Publik untuk sector informal

dengan pembatasan area dan pengaturan waktu berdagang

b. Mengoptimalkan fungsi pasar untuk mengakomodir kebutuhan ruang sektor

informal

c. Mengintegrasi kegiatan sektor informal dengan sektor formal

d. Melibatkan stakeholder dalam menjaga fasilitas public agar tidak digunakan

untuk kegiatan sektor informal.

9. KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

Secara spasial kawasan-kawasan pesisir Kota Baubau dapat dikembangkan menjadi

kawasan-kawasan yang potensial untuk menjadi pusat pengelolaan perikanan di

(43)

43

a. Kawasan pesisir berupa wilayah kota yang memiliki kawasan pantai terdapat di

:

1) Sebagian wilayah Kelurahan Bone-Bone, Tarafu, Wameo, Kaobula dan

Nganganaumala di Kecamatan Batupoaro;

2) Sebagian wilayah Kelurahan Sulaa dan Katobengke di Kecamatan

Betoambari;

3) Sebagian wilayah Kelurahan Wale dan Batulo di Kecamatan Wolio;

4) Sebagian wilayah Kelurahan Kadolo, Kadolomoko, Waruruma, Sukanayo,

Liwuto dan Lakologou di Kecamatan Kokalukuna; dan

5) Sebagian wilayah Kelurahan Lowu-lowu, Kolese, Kalialia dan Palabusa di

Kecamatan Lea-lea.

b. Pulau-pulau kecil di Kota Baubau terdiri dari 14 pulau-pulau kecil yang tak

berpenghuni dan 1 pula berpenghuni. Pulau-pulau kecil tak berpenghuni

tersebar di wilayah administratif kecamatan Bungi yakni berupa Pulau Batusori,

Pulau Batu Kapal, Pulau Fotu Lawele, Pulau Sawanga Ngkidino, Pulau Sawanga

Balano, Pulau Sau Ngkurisa I, Pulau Sau Ngkurisa II, Pulau Sau Ngkurisa III,

Pulau Batu Tiga I, Pulau Batu Tiga II, Pulau Batu Tiga III, Pulau Wantea, Pulau

Gu dan Pulau Kaunda-Unda. Adapun Pulau kecil berpenghuni yakni Pulau

Makassar termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Kokalukuna.

c. Kawasan Minapolitan perikanan budidaya di Kecamatan Kokalukuna,

Batupoaro dan Lea-lea.

d. Kawasan pengolahan perikanan merupakan kawasan sarana dan prasarana

perikanan tangkap berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) sekaligus berfungsi

sebagai Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang dilengkapi Gudang Pendingin Ikan

dan Pabrik Es Balok embangan sarana dan prasarana perikanan tangkap berupa

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) sekaligus berfungsi sebagai Tempat Pelelangan

Ikan (TPI) yang dilengkapi gudang pendingin ikan dan pabrik es balok

diarahkan di Kelurahan Wameo Kecamatan Batupoaro.

10. KAWASAN PERUNTUKAN LAINNYA

(44)

44

Kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi terbatas di mana

eksploitasinya dilakukan dengan sistem tebang pilih dan tanam. Ditinjau dari

kegiatan eksploitasi yang dapat dilakukan, kawasan peruntukan hutan produksi

di Kota Baubau terdiri dari :

a) Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 5.005 Ha. yang terdapat di

Kecamatan Sorawolio dan Bungi

b) Hutan Produksi Biasa (HPB) seluas 1.901 Ha. yang terdapat di Kecamatan

Wolio, Betoambari, Kokalukuna, Sorawolio dan Bungi

b. Kawasan pertanian

Arahan pemanfaatan ruang bagi budi daya pertanian sampai 2034 adalah tetap

mempertahankan luasan sawah produktif.

Rencana arahan pengembangan kawasan pertanian di Kota Baubau adalah

sebagai berikut :

1) Kawasan pertanian tanaman pangan yang diarahkan pada Kelurahan

Ngkaringkari dan Liabuku di Kecamatan Bungi, Kelurahan Liabuku

Kecamatan Lea-lea dan Kelurahan Kaisabu Baru di Kecamatan Sorawolio.

2) Kawasan holtikutura yang diarahkan di Kelurahan Ngkaringkari Kecamatan

Bungi serta Kelurahan Kaisabu Baru di Kecamatan Sorawolio

3) Kawasan perkebunan yang diarahkan Kelurahan Kalialia dan Palabusa di

Kecamatan Lea-lea juga Kelurahan Kampeonaho, Tampuna, Ngkaringkari,

Liabuku dan Waliabuku di Kecamatan Bungi serta keseluruhan wilayah di

Kecamatan Sorawolio juga Kelurahan Labalawa dan Baadia di Kecamatan

Murhum

4) Kawasan peternakan diarahkan pada di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan

Sorawolio dan Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi

c. Kawasan pelayanan umum

Kawasan pelayanan umum di Kota Baubau terbagi atas :

1) Kawasan pendidikan

 Kawasan pendidikan dasar tersebar pada pusat lingkungan di setiap

(45)

45  Kawasan pendidikan menengah diarahkan pada sub pusat kota di setiap

kecamatan dan

 Kawasan pendidikan tinggi diarahkan di Kecamatan Sorawolio dan

Betoambari

2)Kawasan pelayanan kesehatan

 Tempat praktek dokter dan apotek diarahkan tersebar merata di seluruh

wilayah kota terutama dalam kawasan perumahan

 Puskesmas dan balai pengobatan diarahkan di setiap pusat lingkungan.

 Kawasan pelayanan kesehatan skala kota/regional berupa Rumah Sakit

Umum di kelurahan Baadia Kecamatan Murhum diarahkan terintegrasi

dengan fasilitas kesehatan lainnya.

3) Kawasan peribadatan

Rencana pengembangan pelayanan umum peribadatan dilakukan sesuai

dengan kebutuhan masyarakat dan diarahkan sesuai dengan hierarki fungsi

kawasan serta ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Kawasan pergudangan

Untuk menunjang kegiatan industri yang akan dikembangkan, perlu dilengkapi

pula areal pergudangan yang diarahkan di Kecamatan Kokalukuna dan Bungi

yang berbatasan dengan guna lahan industri dan perkantoran

e. Kawasan pertahanan dan keamanan

Kawasan pertahanan dan keamanan Negara di Kota Baubau terdiri atas :

1) Komando Distrik Militer (KODIM) di Kelurahan Batulo Kecamatan Wolio

2) Komando Rayon Militer (KORAMIL) di Kecamatan Wolio dan Bungi

3) Komando Strategis Angkatan Darat di Kelurahan Palabusa Kecamatan

Lea-Lea

4) Kepolisian Resort (POLRES) Kota Baubau di Kelurahan Batulo Kecamatan

Wolio

5) Kepolisian Sektor (POLSEK) terdiri atas :

 Polsek Wolio di Kelurahan Lamangga Kecamatan Murhum

Gambar

Gambar 3.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Gambar 3.2 Rencana Aksi Pencapaian Target 2015-2019
Gambar 3.3 Rencana Struktur Ruang Kota Baubau
Gambar 3.4 Peta Penggunaan Lahan Kota Baubau
+7

Referensi

Dokumen terkait

SISTEM DTMF SEBAGAI PENGENDALI JARAK JAUH PADA RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS ALAT PENGHANCUR SAMPAH ORGANIK PENGHASIL PUPUK PADAT.. (2016 : xvii + 65halaman + 46gambar

Hubungan Sikap dan Norma Subyektif Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi dengan Intensi Menggunakan Alat Kontrasepsi Setelah Kelahiran Anak Pertama pada Wanita Usia Subur yang

4 Menurut Sanafiah Faisal yang dikutip oleh Spradly mengemukakan bahwa sampel sebagai sumber data atau sumber informasi sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi pendidikan terutama yang menyangkut

Jika informasi mengenai peraturan lainnya yang berlaku belum tersedia di bagian lain dalam lembaran data keselamatan bahan ini, maka hal ini akan dijelaskan dalam bagian ini.

Hasil pengukuran kecernaan bahan pada penelitian menunjukkan adanya peningkatan kecernaan BKS yang telah dihidrolisis dengan enzim cairan rumen domba sebagai bahan pakan ikan patin

Penyajian sama dengan PSAK 2004, kecuali tidak ada lagi: (1) asset keuangan; (2) property investasi yang diukur dengan nilai wajar; (3) asset bilogik yang

Madiun memberi ijin kepada Pemohon untuk mengucapkan ikrar talak terhadap Termohon oleh karena rumah tangga Pemohon dan Termohon sejak tahun 2006 telah tidak harmonis sering