1
BAB 3
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR
BIDANG CIPTA KARYA
3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang
3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan, pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.
Rencana pembangunan infrastruktur permukiman disusun dengan yang mengacu pada rencana tata ruang maupun rencana pembangunan, baik skala nasional maupun skala provinsi dan kabupaten/kota. Dengan memperhatikan kondisi eksisting, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya juga mengacu pada amanat pembangunan nasional dan amanat internasional seperti Agenda Habitat, Amanat RIO +20, amanat Milenium Development Goals, dan amanat pembangunan internasional lain. Pembangunan bidang Cipta Karya juga memperhatikan Isu-isu Strategis yang mempengaruhi pembangunan pada suatu wilayah seperti lokasi rawan bencana alam, dampak terjadinya perubahan iklim, faktor daya beli masyarakat akibat kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk khususnya pada kawasan perkotaan, serta green economy. Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan melibatkan unsur masyarakat dan stakeholder dari dunia usaha (swasta) supaya tercipta Permukiman yang Layak Huni dan Berkelanjutan.
2
Gambar 3.1 memaparkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional.
Gambar 3.1
Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
A. Rencana dan Program B. Pelaksanaan Pembangunan Amanat Penataan Ruang/Spasial: - UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang - RTRW Nasional/KSN - RTR Pulau - RTRW Provinsi/ Kota/Kab.
Amanat Pembangunan Bidang PU / CK:
- UU No. 1/2011 ttg Perumahan & Kws. Permukiman - UU No. 20/2011 tentang Rumah Susun - UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung - UU No. 18/2008 ttg Pengelolaan Persampahan - UU No.7/2004 tetang SDA
- PP No. 16/2005 tentang Pengembangan SPAM - PP 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah RT dan
Sampah Sejenis
- PP36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU BG - Standar Pelayanan Minimal Bidang PU dan PR - RPI2JM Bidang Cipta Karya
Amanat Pembangunan Nasional: - RPJPN 2005-2025 - RPJMN 2015-2019* - UU/PP (UU 32/2004, PP 38/2007, dll.) - MP3EI - MP3KI - KEK - Direktif Presiden Amanat Internasional: - Agenda Habitat I + II - RIO + 20 - MDGs & SDGs Isu-isu Strategis - Bencana Alam - Perubahan Iklim - Kemiskinan - Reformasi Birokrasi - Pengarusutamaan Gender - Green Economy Permasalahan dan Potensi Daerah Kondisi Eksisting Pembangunan Bidang Cipta Karya Peran Stakeholder Daerah (Prov/Kota/Kab) Dunia Usaha Masyarakat Permukiman yang Layak Huni & Berkelanjutan
2
Sumber: Direktorat Bina Program, 2015
Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan
gender, serta green economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan
potensi pada masing- masing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.
Penyusunan Program bidang Cipta Karya merupakan rangkaian aktivitas penyiapan usulan kegiatan ke-Cipta Karya-an di tingkat kabupaten/kota sampai
3
dengan provinsi yang selaras dengan pencapaian sasaran kinerja DJCK dan penanganan isu-isu strategis bidang Cipta Karya bersumber pada dokumen RPIJM.
Gambar 3.2
Rencana Aksi Pencapaian Target 2015-2019 Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Bidang Cipta Karya
Sumber: Direktorat Bina Program, 2015
3.1.1.1 Rencana Program Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu:
4
a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan
dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumberdaya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.
b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan
maka pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata
dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial.
d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap
tahapan RPJMN, yaitu:
RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan
melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.
5
RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh
masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dana kuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.
RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.
3.1.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019
Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah:
“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN
BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG”
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
6
Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA.
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk pertumbuhan dan pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik).
Dengan tercapainya pendapatan perkapita Indonesia USD 3.500 pada tahun 2013 yang menempatkan Indonesia pada lapis bawah negara-negara berpenghasilan menengah, maka RPJMN Tahun 2015 – 2019 menetapkan Tujuan Pembangunan Nasional adalah “MENCAPAI KEMAKMURAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT SETARA DENGAN NEGARA MAJU (HIGH INCOME)”. Maka arah kebijakan umum
7
pembangunan nasional 2015-2019 mengenai infrastruktur adalah Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta.
Agar Indonesia mampu menjadi negara berpendapatan tinggi, tentu memerlukan pertumbuhan yang lebih tinggi dari pertumbuhan global. Namun ketimpangan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menggambarkan masih besarnya kemiskinan dan kerentanan. Hal ini dicerminkan oleh angka kemiskinan yang turun melambat dan angka penyerapan tenaga kerja yang belum dapat mengurangi pekerja rentan secara berarti. Selain itu, ketimpangan atau kesenjangan pembangunan antar-wilayah di Indonesia masih merupakan tantangan yang harus diselesai dalam pembangunan ke depan. Selama 30 tahun (1982-2012) kontribusi PDRB Kawasan Barat Indonesia (KBI), yang mencakup wilayah Sumatera, Jawa, dan Bali sangat dominan, yaitu sekitar 80% dari PDB, sedangkan peran Kawasan Timur Indonesia (KTI) baru sekitar 20 %. Sebagai negara kepulauan dengan luas wilayah laut yang sangat besar, potensi kemaritiman Indonesia belum benar-benar dimanfaatkan dengan baik, percepatan pembangunan kelautan harus segera dilakukan untuk mencapai pemerataan pembangunan di kawasan timur Indonesia.
Guna mewujudkan mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar maka salah satu strategi pembangunan perkotaan tahun 2015-2019 adalah Percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota aman, nyaman, dan layak huni, yaitu dengan cara:
1. Menyediakan sarana dan prasarana dasar perkotaan sesuai dengan tipologi, fungsi dan peran kotanya;
8
2. Menyediakan dan meningkatkan sarana ekonomi, khususnya sektor
perdagangan dan jasa termasuk perbaikan pasar rakyat, koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM);
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sosial budaya;
4. Menyediakan sarana permukiman beserta sarana parasananya yang layak dan
terjangkau;
5. Mengembangkan sistem transportasi publik yang terintegrasi dan multimoda
sesuai dengan tipologi kota dan kondisi;
6. Meningkatkan keamanan kota melalui pencegahan,penyediaan fasilitas dan
sistem penanganan kriminalitas dan konflik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
RPJMN 2015-2019 juga menetapkan sasaran pembangunan
infrastruktur/prasarana dasar yang meliputi air minum, sanitasi dan perumahan pada periode 2015-2019, yaitu:
a) Terfasilitasinya penyediaan hunian layak untuk 18,6 juta rumah tangga berpenghasilan rendah yakni pembangunan baru untuk 9 juta rumah tangga melalui bantuan stimulan perumahan swadaya untuk 5,5 juta rumah tangga dan pembangunan rusunawa untuk 514.976 rumah tangga, serta peningkatan kualitas hunian sebanyak 9,6 juta rumah tangga dalam pencapaian pengentasan kumuh 0 persen.
b) Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk
Indonesia melalui (1) pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di 3.099 kawasan MBR, 2.144 Ibukota Kecamatan, 16.983 desa, 7.557 kawasan khusus, dan 28 regional; (2) Pembangunan Penampung Air Hujan (PAH) sebanyak 381.740 unit; (3) Fasilitasi optimasi bauran sumber daya air domestik di 27 kota metropolitan dan kota besar; (4) Fasilitasi 38 PDAM sehat di kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil; (5) Fasilitasi business to business di 315 PDAM; (6) Fasilitasi restrukturisasi utang 394 PDAM; (6) Peningkatan jumlah PDAM Sehat menjadi 253
9
PDAM, penurunan jumlah PDAM kurang sehat menjadi 80 PDAM, dan penurunan jumlah PDAM sakit menjadi 14 PDAM.
c) Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah
domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu (i) untuk sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan penambahan infrastruktur air limbah sistem terpusat di 430 kota/kab (melayani 33,9 juta jiwa), penambahan pengolahan air limbah komunal di 227 kota/kab (melayani 2,99 juta jiwa), serta peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan melalui pembangunan IPLT di 409 kota/kab; (ii) untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan TPA sanitary landfill di 341 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R terpusat di 112 kota/kab; (iii) untuk sarana prasarana drainase permukiman dalam pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman; serta (iv) kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507 kota/kab seluruh Indonesia.
d) Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan
perkotaan melalui fasilitasi peningkatan kualitas bangunan gedung dan fasilitasnya di 9 kabupaten/kota, fasilitasi peningkatan kualitas sarana dan prasarana di 1.600 lingkungan permukiman, serta peningkatan keswadayaan masyarakat di 55.365 kelurahan.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai, melalui:
a. Menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,
b. Memastikan ketersediaan air baku air minum,
c. Meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman,
d. Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum,
penanganan air limbah, dan pengelolaan persampahan,
10
f. Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,
g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS),
h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan
infrastruktur,
i. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,
j. Mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.
3.1.2. Arahan Penataan Ruang
3.1.2.1. Strategi / Skenario Pengembangan Wilayah Kota Baubau Berdasarkan
Rencana Tata Ruang Nasional
Sesuai dengan Pasal 20 ayat I salah satu muatan RTRWN adalah tujuan nasional pemanfaatan ruang. Memperhatikan tata ruang yang ada dan tata ruang akhir PJP II yang diinginkan, tujuan nasional pemanfaatan ruang untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan ditetapkan sebagai berikut :
1. Mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup melalui :
a. peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, keaneka-ragaman hayati,tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa;
b. pemeliharaan keanekaragaman hayati ekosistem dan keunikan alam serta
kearifan tradisional;
c. penetapan pokok-pokok kriteria penentuan kawasan berfungsi lindung
serta kebijakan pengelolaannya.
2. Mencapai pemanfaatan sumber daya yang optimal melalui :
a. pemanfaatan sumber daya alam yang seoptimal mungkin dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan;
b. pengaturan lokasi pemanfaatan lahan yang menghasilkan sinergi
keterkaitan sektor dalam wilayah nasional dan menghindari konflik pemanfaatan ruangdan sumber daya.
c. penetapan pokok-pokok kriteria penentuan kawasan budi daya serta
11
3. Meningkatkan keseimbangan perkembangan antar kawasan melalui
pemanfaatanruang kawasan secara serasi selaras dan seimbang serta
berkelanjutan dalam rangkameningkatkan pertumbuhan ekonomi,
mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal dan meningkatkan daya dukung lingkungan.
4. Meningkatkan kemampuan memelihara pertahanan keamanan negara yang
dinamis dan memperkuat integrasi nasional. Untuk mewujudkan tujuan pemanfaatan tersebut ditempuh strategi pengembangan danpemanfaatan kawasan berfungsi lindung dan budi daya beserta keterkaitannya denganpengembangan permukiman, prasarana pendukung dan dengan pertahanan keamananstrategi pengembangan kawasan tertentu.
Dalam tatanan ruang nasional, Kota Baubau diarahkan sebagai PKW pusat pertambangan aspal.
3.1.2.2 Strategi / Skenario Pengembangan Wilayah Kota Baubau Berdasarkan
Rencana Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara
Tujuan penataan ruang daerah adalah untuk mewujudkan tatanan ruang daerah yang berbasis pada sektor pertanian dalam arti luas, pertambangan serta kelautan dan perikanan terkait pariwisata guna mendukung peningkatan taraf hidup masyarakat dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi yang merata di seluruh wilayah provinsi serta menjaga kelestarian dan daya dukung lingkungan hidup dalam rangka mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
Kebijakan penataan ruang daerah terdiri atas :
a. Menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan secara proporsional melalui berbagai pertimbangan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan di sektor unggulan pertanian, pertambangan serta kelautan dan perikanan;
b. Peningkatan aksesibilitas dan pengembangan pusat-pusat kegiatan sektor
terhadap pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal melalui pengembangan struktur ruang secara terpadu;
c. Menetapkan pola ruang secara proporsional untuk mendukung pemanfaatan
12
d. Menetapkan kawasan strategis dalam rangka pengembangan sektor unggulan
dan pengembangan sosial ekonomi secara terintegrasi dengan wilayah sekitar; dan
e. Pengembangan sumberdaya manusia yang mampu mengelola sektor unggulan
secara profesional dan berkelanjutan.
Strategi dalam mewujudkan pengembangan sektor pertanian dalam arti luas terdiri atas:
a. menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan untuk pengembangan
pertanian tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura serta pengembangan lahan peternakan secara proporsional;
b. mengembangkan sarana dan prasarana guna mendukung aksesibilitas dan
pusat-pusat pertumbuhan pertanian tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura serta pengembangan lahan peternakan terhadap pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal;
c. mengintegrasikan kawasan unggulan pertanian tanaman pangan, perkebunan
dan hortikultura serta pengembangan lahan peternakan dengan wilayah sekitar dan kawasan unggulan lain; dan
d. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang mampu mengelola sektor
pertanian tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura serta peternakan secara profesional dan berkelanjutan melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
Strategi dalam mewujudkan pengembangan sektor kelautan dan perikanan terdiri atas:
Menata dan mengalokasikan sumberdaya lahan secara proporsional melalui berbagai pertimbangan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan di sektor kelautan dan perikanan;
a. Meningkatkan aksesibilitas dan pengembangan pusat-pusat kegiatan sektor kelautan dan perikanan terhadap pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah dan lokal melalui pengembangan struktur ruang secara terpadu;
13
b. Menetapkan pusat kawasan pengembangan sektor perikanan dan kelautan
berupa kawasan pengembangan budidaya perairan dan kawasan perikanan tangkap secara terintegrasi dengan usaha-usaha ekonomi wilayah sekitar;
c. Melindungi dan mengelola sumberdaya kelautan untuk kebutuhan
perlindungan plasma nutfah, terumbu karang dan sumberdaya hayati untuk kelangsungan produksi dan pengembangan ekowisata; dan
d. Mengembangkan fasilitas pelayanan pendidikan dan latihan secara profesional
dan berkelanjutan.
Strategi dalam mewujudkan pengembangan sektor pertambangan terdiri atas :
a. menata dan menetapkan kawasan pertambangan;
b. mengembangkan pusat industri pertambangan nasional sebagai suatu kawasan
pertambangan dan pengolahan bahan tambang secara terpadu;
c. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung guna menunjang
aksesibilitas pusat kawasan industri pertambangan dengan usaha ekonomi pada wilayah sekitar;
d. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung untuk menunjang
aksesibilitas perdagangan antar pulau dan ekspor;
e. mengintegrasikan usaha-usaha untuk mendukung pengembangan pusat
industri pertambangan nasional dengan usaha-usaha ekonomi masyarakat sekitar;
f. mengembangkan sistem pengelolaan lingkungan secara preventif maupun
kuratif sebelum dan sesudah eksploitasi bahan tambang dan limbah pabrik pengolahan;
g. pengembangan sumberdaya manusia secara komprehensif untuk mengelola
industri pertambangan nasional secara menyeluruh dengan melaksanakan pelatihan teknis dan membangun sekolah kejuruan dan pendidikan keahlian (sarjana dan pascasarjana).
14
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara, Kota Baubau diarahkan sebagai PKNp (Pusat Kegiatan Nasional Promosi) yaitu pusat kegiatan yang dipromosikan dapat ditetapkan sebagai PKN dan merupakan salah satu Kawasan Strategi Provinsi yaitu Kawasan Pusat Perdagangan.
3.1.2.3 Strategi / Skenario Pengembangan Wilayah Kota Baubau Berdasarkan
Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW).
Arah dan strategi pengembangan Kota Baubau dalam kurun waktu 10-20 tahun mendatang dibagi menjadi 1 PKNp, 1 PKW, 2 Pusat Kota yaitu Kecamatan Wolio dan Kecamatan Betoambari, 7 sub Pusat Kota dan 8 Pusat Lingkungan. Pertimbangan utama dalam penetapan struktur ruang wilayah di Kota Baubau adalah pengembangan struktur ruang yang lebih efisien melalui pembangunan prasarana transportasi ke arah sentra-sentra produksi sebagai penghasil sumberdaya primer.
3.1.2.4 Arahan Pengembangan Struktur Kota Baubau Konsep Pengembangan
Kawasan
Kota Baubau befungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional Promosi (PKNp), dengan cakupan wilayah pelayanan meliputi wilayah Sulawesi Tenggara Kepulauan dan beberapa daerah di Kawasan Timur Indonesia. Berdasarkan hasil revisi RTRW Kota Baubau 2014-2034 Rencana struktur ruang wilayah Kota Baubau meliputi sistem pusat-pusat pelayanan yang berhierarki dan sistem jaringan prasarana wilayah kota. Sistem pusat-pusat pelayanan kota yang berhierarki meliputi pusat pelayanan kota, sub pusat pelayanan kota, dan pusat lingkungan. Dengan mengembangkan pusat pelayanan kota, maka struktur pusat pelayanan Kota Baubau akan bergeser dari satu pusat (monosentrik) menjadi pusat jamak (polysentrik).
Adanya sejumlah pusat kegiatan kota ini dimaksudkan untuk lebih mendorong perkembangan kota ke arah barat agar perkembangan kota antara bagian utara, selatan dan barat dapat lebih merata. Pengembangan pusat kegiatan kota tandingan ini juga merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan yang sangat tinggi terhadap inti pusat kota di Kelurahan Wale Kecamatan Wolio.
15
Sedangkan pengembangan subpusat-pusat kegiatan kota berfungsi sebagai penyangga pusat pelayanan kota, dan meratakan pelayanan pada skala kecamatan. Penyebaran subpusat pelayanan kota juga dimaksudkan untuk mendukung keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antar kecamatan.
Secara geografis pusat pelayanan kota akan terletak pada wilayah barat, selatan dan timur kota. Pusat kegiatan kota baru ini diharapkan akan tetap bersinergi/ berkaitan dengan pusat kegiatan kota yang telah ada. Demikian juga subpusat pelayanan kota diharapkan akan tetap bersinergi/berkaitan dengan subpusat pelayanan kota dan primer yang telah ada. Secara bersama-sama, segenap pusat kegiatan ini diharapkan dapat berperan menunjang eksistensi kota yang telah ada/berkembang. Untuk itu dibutuhkan didukung oleh sistem transportasi yang andal untuk mobilitas ulang-alik antara pusat-pusat pelayanan.
Rencana hirarki pusat pelayanan wilayah Kota Baubau dibagi menjadi 3 jenjang yaitu:
a. Pusat pelayanan kota (PPK) melayani seluruh wilayah kota dan/atau
regional;
b. Subpusat pelayanan kota (SPK) yang melayani subwilayah kota (SWK); dan
c. Pusat lingkungan (PL).
Untuk mendukung struktur ruang yang direncanakan, wilayah Kota Baubau dibagi menjadi tujuh Subwilayah Kota (SWK) yang dilayani oleh tujuh Subpusat Pelayanan Kota (SPK) dan dua Pusat Pelayanan Kota (PPK). Untuk lebih jelasnya sistem pelayanan kota di Baubau dapat dilihat pada berikut:
Tabel 3.1.
Rencana Sistem Pelayanan Kota di Kota Baubau
No.
SISTEM PELAYANAN
KOTA
16
No.
SISTEM PELAYANAN
KOTA
LOKASI FUNGSI PELAYANAN
1. Pusat Kota Kecamatan
Betoambari
Pusat pemerintahan. Kecamatan
Wolio
Pusat kegiatan perhubungan laut dan pusat pelayanan perdagangan dan jasa,
2. Sub Pusat
Kota
Kel. Lamangga Kec. Murhum
pusat pelayanan pemerintahan Kel. Katobengke
Kec.Betoambari
pusat pelayanan pemerintahan, pendidikan tinggi, bandar udara,
pariwisata, depot BBM dan perumahan Kel.Waruruma
Kec.Kokalukuna
pusat pelayanan pemerintahan, industri pariwisata, perikanan, industri
pengolahan, perdagangan, pergudangan dan perumahan
Kel. Liabuku Kec.Bungi
pusat pelayanan pemerintahan,
perumahan, pertanian tanaman pangan dan kehutanan
Kel.Kaisabu Baru
Kec.Sorawolio
pusat pelayanan pemerintahan,
pertanian, perkebunan, kehutanan dan pertambangan
Kel. Lowu-lowu dan Kolese Kec.Lea-lea
pusat pelayanan perumahan, perikanan, fasilitas olah raga dan prasarana
energi/kelistrikan Kel.Wameo
Keca. Batupoaro
pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan dan jasa
17
No.
SISTEM PELAYANAN
KOTA
LOKASI FUNGSI PELAYANAN
Lingkungan Kecamatan Wolio
Kel.Nganganau mala
Kec. Batupoaro
pusat pelayanan perdagangan dan jasa
Kel. Lipu Kec.Betoambari
pusat pelayanan pemerintahan, pendidikan dan perumahan Kel.Liwuto
Kec.Kokalukuna
pusat pelayanan pemerintahan dan pariwisata
Kel.Waliabuku Kec.Bungi
pusat pelayanan pemerintahan dan pertanian
Kel. Karya Baru Kec.Sorawolio
pusat pelayanan pertanian, perdagangan dan jasa
Kel.Kalia-lia Kec.Lea-lea
pusat pelayanan perdagangan dan jasa Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau 2014-2034
3.1.2.5 Rencana Struktur Kota Baubau
Rencana pengembangan struktur ruang merupakan pengembangan fungsi kegiatan pelayanan yang diwujudkan berdasarkan pengembangan fungsi kegiatan dan sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan yang dialokasikan secara terstruktur ke seluruh wilayah. Rencana pengembangan struktur ruang dan sistem kegiatan pelayanan, ditujukan untuk membentuk satu kesatuan struktur ruang dan sistem kegiatan pelayanan agar berfungsi optimal sebagai pusat-pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan pelayanan di wilayah darat dan wilayah laut.Pertimbangan utama dalam penetapan struktur ruang wilayah di Kota Baubau adalah pengembangan struktur ruang yang lebih efisien melalui pembangunan prasarana transportasi ke arah
sentra-18
sentra produksi sebagai penghasil sumberdaya primer.
Di samping itu struktur ruang yang dibentuk memiliki suatu hirarki pusat-pusat kegiatan sesuai dengan kemampuan pelayanan suatu wilayah perkotaan dan jaringan pendukungnya dengan tetap memperhatikan aspek keseimbangan pertumbuhan wilayah dalam satuan ruang. Rencana struktur ruang wilayah kotamerupakan kerangkasistem pusat-pusat kegiatan kegiatan kotayang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota.
Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi:
1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat kegiatan wilayah kota yang memberikan layanan bagi wilayah kota;
2. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan kota; dan
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun.
Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan:
1. Kebijakan dan strategi penataan ruangwilayah kota;
2. Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kota dalam rangka
mendukung kegiatan sosial ekonomi;
3. Daya dukung dan daya tampung wilayah kota; dan
4. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
Uraian selanjutnya ini akan menjelaskan arahan untuk rencana struktur ruang wilayah Kota Baubau, sedangkan rencana struktur itu sendiri dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut.
19 Gambar 3.3
Rencana Struktur Ruang Kota Baubau
20
3.1.2.6 Rencana Penggunaan Lahan
Secara garis besar penggunaan lahan di Kota Baubau dapat dibedakan atas penggunaan lahan perkotaan (urban) dan penggunaan lahan non urban (rural). Jenis penggunaan lahan yang dikategorikan urban, meliputi; perumahan, industri, pergudangan, sosial dan jasa, perdagangan. Sedangkan untuk lahan non urban meliputi sawah, tambak, kebun campuran, padang rumput, semak, dan hutan. Penggunaan lahan perkotaan (urban) cenderungan berada di kota bawah di sekitar pantai, sedang untuk kota atas kegiataan pertanian masih mendominasi penggunaan lahan pada daerah tersebut.
Gambar 3.4
Peta Penggunaan Lahan Kota Baubau
Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau 2014-2034
Berdasarkan kondisi eksisting Kota Baubau pada Tahun 2012 secara umum dapat dilihat pola penggunaan lahannya yang terdiri dari kawasan terbangun seluas 6.006,49 Ha atau 20,49% dari luas wilayah Kota Baubau dan kawasan non terbangun berupa ruang terbuka seluas 21.562,22 Ha atau 73,57% dari luas wilayah Kota Baubau. Kawasan terbangun merupakan faktor yang menimbulkan bangkitan
21
lalu lintas, baik dari permukiman menuju perdagangan dan jasa, perkantoran, fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kegiatannya lainnya, begitu juga sebaliknya dari kawasan aktivitas kegiatan menuju ke kawasan permukiman.
Kawasan terbangun meliputi permukiman, perkantoran baik pemerintah maupun swasta, pelayanan umum, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan wisata, pelabuhan, peribadatan, dan kesehatan, sedangkan ruang terbuka meliputi taman, hutan kota, kawasan lindung, kuburan, rawa-rawa, sungai dan kawasan mangrove. Adapun lebih jelasnya pola penggunaan lahan ini secara rinci dapat pada Tabel. 3.2.
Berdasarkan data eksisting penggunaan lahan di Kota Baubau sebagian besar adalah berupa hutan dengan luas sebesar 11.930 Ha atau 40.70 % dari total luas kota. Perumahan dan pemukiman menempati posisi kedua terluas dengan 5.904,62 Ha atau 17,38 %.
Tabel 3.2
Penggunaan Lahan di Kota Baubau
NO PENGGUNAAN LAHAN LUAS
(Ha) (%)
I KAWASAN TERBANGUN 6.006,492 20,49
1. Perumahan dan Permukiman 5.094,62 17,38
2. Kawasan Perdagangan dan Jasa 284,84 0,97
3. Perkantoran 349,61 1,19 4. Fasilitas 101,12 0,34 Kesehatan 7,39 0,03 Pendidikan 80,50 0,27 Peribadatan 13,23 0,05 5. Transportasi 159,16 0,54 Terminal 4,38 0,01 Jalan 154,78 0,53 6. Industri 17,142 0,06
22
II RUANG TERBUKA HIJAU 21.562,217 73,57
1. Hutan 11.930,00 40,70
2. Belukar 4.415,339 15,06
3. Sawah 958,887 3,27
4. Ladang 3.544,836 12,09
5. Kuburan 62,25 0,21
6. Ruang Terbuka Hijau 566,34 1,93
Taman kota 19,67 0,07 Jalur hijau 15,01 0,05 Lapangan olahraga 13,11 0,04 Rawa 35.248 0,12 Alang-alang 483,3 1,65 7. Sungai 71,065 0,24 8. Mangrove 13,502 0,05 9. Lain-lain 1.742,281 5,94 TOTAL 29.310,99 100
Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau 2014- 2034
Pada Rencana Pola Ruang Kota Baubau diatur arahan pemanfaatan ruang Kota menurut jenis penggunaannya, yang dibagi dalam dua kelompok besar, yakni Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya, indikasi program penguang selama periode yang selaras dengan Tahun perencanaan RPJMD ini yakni periode 2010-2015 dan 2016-2020, sedangkan rencana spasial dari pola ruang tersebut ditunjukkan pada gambar 3.4 berikut ini:
23 Gambar 3.5
Peta Rencana Pola Ruang Kota Baubau
Sumber : Revisi RTRW Kota Baubau, 2014-2034
1. KAWASAN PERUMAHAN
Tujuan pengembangan kawasan perumahan di Kota Baubau adalah menyediakan tanah untuk pengembangan rumah tinggal dengan kepadatanbangunan dan kepadatan penduduk yang bervariasi di seluruh Kota, mengakomodasi bermacam tipe rumah tinggal dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat di Kota Baubau, serta merefleksikan pola-pola pengembangan yang diinginkan masyarakat pada lingkungan-lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang. Pengembangan kawasan perumahan direncanakan tersebar di seluruh wilayah kota.
Dalam kaitannya dengan pendistribusian penduduk serta pengembangan karakter ruang kota serta pertimbangan pertimbangan daya dukung dan daya tampung ruang, maka kawasan perumahan di Kota Baubau diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kawasan
24
perumahan dengan tingkat kepadatan sedang dan kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan rendah.
a. Kawasan perumahan kepadatan tinggi.
Sebaran kawasan perumahan eksisting dengan kepadatan tinggi meliputi :
1) Kelurahan Bataraguru, Tomba, Wale, Batulo dan Wangkanapi di
Kecamatan Wolio;
2) Kelurahan Kadolomoko, Lakologou, Kadolo dan Waruruma di
Kecamatan Kokalukuna;
3) Kelurahan Wameo, Kaobula, Bone-Bone, Nganganaumala, Lanto dan
Tarafu di Kecamatan Batupoaro; dan
4) Kelurahan Wajo, Lamangga dan Tanganapada di Kecamatan Murhum.
Rencana pengembangan kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi di Kota Baubau berupa pengembangan perumahan vertikal yakni rumah susun. Pengembangan perumahan vertical yang eksisting saat ini adalah di Kelurahan Kaobula dan Kelurahan Wameo di Kecamatan Batupoaro. Rencana rumah susun pada masa mendatang di Kota Baubau diarahkan di Kelurahan Sulaa dan Katobengke Kecamatan Betoambari dan Kelurahan Lakologou Kecamatan Kokalukuna.
b. Kawasan perumahan kepadatan sedang
Sebaran kawasan perumahan eksisting dengan kepadatan sedang di Kota Baubau meliputi :
1) Kelurahan Bukit Wolio Indah dan Kadolokatapi di Kecamatan Wolio;
2) Kelurahan Baadia dan Melai di Kecamatan Murhum;
3) Kelurahan Waborobo, Katobengke, Lipu, Sulaa dan Labalawa di
Kecamatan Betoambari; dan
4) Kelurahan Waruruma, Liwuto, Lakologou dan Sukanayo di Kecamatan
Kokalukuna.
Rencana pengembangan kawasan perumahan dengan kepadatan sedang di Kota Baubau berupa rencana pengembangan kawasan transmigrasi yang diarahkan di Kelurahan Tampuna Kecamatan Bungi.
25
c. Kawasan Perumahan kepadatan rendah
Sebaran perumahan dengan kepadatan rendah meliputi :
1) Kelurahan Palabusa, Kantalai, Kalialia, Kolese dan Lowulowu di
Kecamatan Lea-lea;
2) Kelurahan Tampuna, Kampeonaho, Waliabuku, Liabuku dan
Ngakringkari di Kecamatan Bungi;
3) Kelurahan Kaisabu Baru, Karya Baru, Gonda Baru dan Bugi di
Kecamatan Sorawolio; dan
4) Kelurahan Sulaa di Kecamatan Betoambari.
Kebutuhan perumahan di Kota Baubau terus meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk. Sejalan dengan penerapan konsep pembangunan Baubau yang berbasis kota perdagangan dan jasa, maka untuk memperoleh kualitas lingkungan kota yang baik dan nyaman, dilakukan penataan guna lahan perumahan.
Rencana pengembangan kawasan perumahan di Kota Baubau diupayakan menggunakan konsep neighborhood unit yang dilengkapi dengan fasilitas dan prasarana pelayanan umum yang memadai, sehingga penduduk yang tinggal di lingkungan perumahan tersebut sudah dapat terlayani kebutuhan pokoknya oleh pusat pelayanannya.
Sebagai bahan pertimbangan dalam jangka menengah dan jangka panjang, sudah harus diperkenalkan sistem hunian vertikal seperti rumah susun untuk golongan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah atau apartemen untuk masyarakat menengah ke atas. Hal tersebut bermanfaat bagi optimalisasi pemanfaatan lahan di kemudian hari, khususnya di kawasan padat seperti pusat kota.
Rencana pengembangan kawasan untuk pertumbuhan kawasan permukiman dan atau perumahan perkotaan termasuk real estate, dan perumahan pedesaan harus sesuai dengan peruntukan kawasan dalam RTRW kota dan tidak pada kawasan yang rawan terhadap becana alam dan kawasan dengan kemiringan lereng lebih
26
dari 25% (dua puluh lima persen). Untuk rencana perumahan baru di Kota Baubau di arahkan di setiap kecamatan.
Permukiman dan atau perumahan yang telah ada di kawasan hutan lindung, kawasan penyangga, RTH, kawasan resapan air dan kawasan sekitar mata air, kawasan pantai berhutan bakau serta kawasan cagar budaya tidak boleh melakukan pengembangan
Untuk itu, strategi, rencana dan lokasi pembangunan perumahan dan permukiman Kota Baubau dirumuskan dengan merujuk kepada hasil dari Kegiatan Penyusunan Naskah Akademis Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D) Kota Baubau yang dapat dilihat pada Tabel 3.3 berupa Rencana Pembangunan Perumahan di Kota Baubau.
Tabel 3.3
Lokasi Rencana Pembangunan Perumahan di Kota Baubau
No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi
1. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Baru
a. Rencana Perumahan Swadaya Kecamatan Bungi,
Kecamatan Sorawolio,
Kecamatan Wolio,
Kecamatan Betoambari dan
Kecamatan Kokalukuna. b. Rencana Pembangunan Perumahan Baru
oleh Developer/Pemerintah
Kecamatan Bungi,
Kecamatan Sorawolio,
Kecamatan Wolio,
Kecamatan Betoambari dan
Kecamatan Kokalukuna.
c. Rencana Pembangunan Perumahan Vertikal Kecamatan Batupoaro
di Kelurahan Wameo,
27
No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi
di Kelurahan Sulaa,
Kecamatan Betoambari
di Kelurahan Katobengke, 2. Rencana Peningkatan Kualitas Lingkungan
a. Rencana Penanganan Lingkungan Permukiman Padat dan Kumuh
Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan
Tinggi Kecamatan Wolio Bataraguru, Tomba, Wale. Kecamatan Batupoaro Wameo. Nanganaumala
Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan
Sedang Kecamatan Wolio Batulo, Kadolokatapi. Kecamatan Murhum Baadia, Melai Kecamatan Batupoaro Bone-Bone, Kaobula, Lanto. Kecamatan Betoambari Sulaa, Waborobo, Katobengke, Labalawa, Kecamatan Bungi Liabuku, Waliabuku, Ngkari-Ngkari,
28
No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi
Kecamatan Lea-Lea Kalia-lia, Kampeonaho, Palabusa. Kecamatan Sorawolio Kaisabu Baru, Gonda Baru, Karya Baru, Bungi. Kecamatan Kokalukuna Waruruma, Liwuto, Sukanaeyo.
Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan
Rendah Kecamatan Wolio Wangkanapi Bukit Wolio Indah Kecamatan Murhum Wajo Lamangga Kecamatan Batupoaro Tanganapada Tarafu Kecamatan Betoambari Lipu Kecamatan Lea-Lea Lowu-Lowu Kolese Kecamatan Kokalukuna Kadolomoko Kadolo Lakologou
b. Rencana Penanganan Lingkungan Kawasan Pesisir/Nelayan
29
No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi
Permukiman Nelayan/Pesisir Wolio)
Kawasan Betoambari,
Kokalukuna, Bungi
Kawasan Pulau Makassar
c. Rencana Penanganan Lingkungan Permukiman di Bantaran Sungai
Bantaran Sungai Baubau
Bantaran Sungai Bungi
3 Rencana Kawasan Permukiman yang Perlu di Hapus (Negatif List)
a. Kawasan kemiringan diatas 40% Kadolomoko,
Kadolokatapi,
Liabuku,
Kalialia,
Ngkari-Ngkari,
Kampeonaho,
sebagian kecil Karya Baru,
Gonda Baru,dan
Bugi.
b. Kawasan sempadan sungai, Sungai Baubau,
Sungai Wandoke,
Sungai Bungi,
Sungai Liabuku,
Sungai Wonco,dan
Sungai Malaoge.
c. Kawasan sempadan pantai Kecamatan Betoambari,
Kecamatan Batupoaro,
Kecamatan Wolio,
30
No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi
Kecamatan Lea-Lea.
No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi
1. Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Baru
a. Rencana Perumahan Swadaya Kecamatan Bungi,
Kecamatan Sorawolio,
Kecamatan Wolio,
Kecamatan Betoambari dan
Kecamatan Kokalukuna. b. Rencana Pembangunan Perumahan Baru
oleh Developer/Pemerintah
Kecamatan Bungi,
Kecamatan Sorawolio,
Kecamatan Wolio,
Kecamatan Betoambari dan
Kecamatan Kokalukuna.
c. Rencana Pembangunan Perumahan Vertikal Kecamatan Batupoaro
di Kelurahan Wameo,
Kecamatan Betoambari
di Kelurahan Sulaa,
Kecamatan Betoambari
di Kelurahan Katobengke, 2. Rencana Peningkatan Kualitas Lingkungan
a. Rencana Penanganan Lingkungan Permukiman Padat dan Kumuh
Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan
Tinggi Kecamatan Wolio Bataraguru, Tomba, Wale. Kecamatan Batupoaro Wameo. Nanganaumala
31
No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi
Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan
Sedang Kecamatan Wolio Batulo, Kadolokatapi. Kecamatan Murhum Baadia, Melai, Kecamatan Batupoaro Bone-Bone, Kaobula, Lanto. Kecamatan Betoambari Sulaa, Waborobo, Katobengke, Labalawa Kecamatan Bungi Liabuku, Waliabuku, Ngkari-Ngkari, Kecamatan Lea-Lea Kalia-lia, Kampeonaho, Palabusa. Kecamatan Sorawolio Kaisabu Baru, Gonda Baru, Karya Baru, Bungi. Kecamatan Kokalukuna Waruruma, Liwuto, Sukanaeyo.
Perumahan dengan Tingkat Kekumuhan
Rendah Kecamatan Wolio Wangkanapi Bukit Wolio Indah
32
No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi
Kecamatan Murhum Wajo Lamangga Kecamatan Batupoaro Tanganapada Tarafu Kecamatan Betoambari Lipu Kecamatan Lea-Lea Lowu-Lowu Kolese Kecamatan Kokalukuna Kadolomoko Kadolo Lakologou
b. Rencana Penanganan Lingkungan Permukiman Nelayan/Pesisir
Kawasan Pesisir/Nelayan
Pusat Kota (Batupoaro dan Wolio)
Kawasan Betoambari,
Kokalukuna, Bungi
Kawasan Pulau Makassar
c. Rencana Penanganan Lingkungan Permukiman di Bantaran Sungai
Bantaran Sungai Baubau
Bantaran Sungai Bungi
3 Rencana Kawasan Permukiman yang Perlu di Hapus (Negatif List)
a. Kawasan kemiringan diatas 40% Kadolomoko,
Kadolokatapi,
Liabuku,
Kalialia,
Ngkari-Ngkari,
Kampeonaho,
33
No. Rencana Pembangunan Perumahan Lokasi
Gonda Baru,dan
Bugi.
b. Kawasan sempadan sungai, Sungai Baubau,
Sungai Wandoke,
Sungai Bungi,
Sungai Liabuku,
Sungai Wonco,dan
Sungai Malaoge.
c. Kawasan sempadan pantai Kecamatan Betoambari,
Kecamatan Batupoaro,
Kecamatan Wolio,
Kecamatan Kokulukuna, dan
Kecamatan Lea-Lea.
Sumber : RTRW KOTA BAUBAU Tahun 2014-2034
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, maka lingkungan perumahan yang akan dikembangkan dilengkapi pula dengan kegiatan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan lingkungan setempat. Penempatan lokasi kegiatan perdagangan dan jasa lingkungan perumahan tersebut diarahkan ditempatkan di pinggir jalan utama lingkungan. Dengan demikian diharapkan pemenuhan kebutuhan penduduk akan fasilitas pelayanan dapat dipenuhi oleh masing-masing unit perumahan.
2. KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA KOMERSIL
Kawasan perdagangan dan jasa komersil di Kota Baubau terdiri dari : 1) Kawasan pasar tradisional di Kota Baubau meliputi :
34
Pasar Wameo di Kelurahan Wameo Kecamatan Batupoaro
Pasar Karya Nugraha di Kelurahan Bataraguru Kecamatan Wolio dan
Pasar Sentral di Kelurahan Wale Kecamatan Wolio
b. Pasar mingguan skala sub-wilayah kota yang tersebar di beberapa lokasi berupa :
Kelurahan Karya Baru di Kecamatan Kecamatan Sorawolio
Kelurahan Ngkaringkari di Kecamatan Bungi dan
Kelurahan Lowu-Lowu, kelurahan Kalia-lia dan Kelurahan Palabusa di Kecamatan Lea-Lea.
2) Kawasan pusat perbelanjaan dan toko modern saat ini tersebar di Kelurahan
Wale dan Kelurahan Tomba. Selain itu kawasan perdagangan dan jasa di Kota Baubau ditandai dengan kompleks pertokoan dan Jalan Wolter Monginsidi. Saat ini, keberadaan kawasan perdagangan dan jasa modern skala regional kota yang sudah berkembang saat ini yaitu di Kecamatan Wolio tetap dipertahankan keberadaannya. Sedangkan pada setiap kecamatan juga akan dikembangkan kegiatan perdagangan modern dan pasar tradisional dengan skala pelayanan kecamatan yang dikembangkan di pusat-pusat kecamatan.
Untuk pengembangan kawasan pusat perbelanjaan dan toko modern di Kota Baubau pada masa mendatang diarahkan di Kecamatan Betoambari dan Wolio. Rencana pengembangan kawasan perdagangan dan jasa komersil di Kota Baubau terdiri dari :
a. Rencana pengembangan pusat perbelanjaan dan toko modern di Kelurahan
Wale Kecamatan wolio dan Kelurahan Wameo Kecamatan Batupoaro
b. Pengembangan kompleks pertokoan di Kelurahan Lipu, Katobengke dan
Sulaa di Kecamatan Betoambari
c. Kompleks perbelanjaan modern di Kelurahan Batulo Kecamatan Wolio
Adapun jasa yang dimaksud dalam pembahasan ini meliputi jasa keuangan (bank, asuransi, keuangan non bank, pasar modal), jasa pelayanan (komunikasi, konsultan, kontraktor), jasa profesi (pengacara, dokter praktek, psikolog), jasa perdagangan (ekspor-impor dan perdagangan berjangka) dan jasa pariwisata
35
(agen dan biro perjalanan serta penginapan). Kegiatan ini belum banyak berkembang di Kota Baubau.
Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa yang bersifat formal di Kota Baubau ini perlu juga mengakomodir keberadaan para pedagang informal (pedagang kaki lima) yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman serta barang kebutuhan lain yang tersebar diberbagai tempat. Ini dikarenakan keberadaan pedagang kaki lima umumnya menimbulkan berbagai permasalahan perkotaan, seperti kemacetan lalu lintas atau kesemerawutan. Untuk itu perlu diupayakan penampungan para pedagang kaki lima tersebut dan dialokasikan dalam satu lokasi, baik berupa Pujasera atau dengan menata kios-kios para pedagang kaki lima agar lebih teratur dan dengan desain yang menarik yang dialokasikan di satu lokasi yang tidak jauh dari pusat keramaian. Dengan demikian rencana pengembangan kawasan pusat pedagang kaki lima / Pujasera yang berlokasi di pusat keramaian ini dapat diintegrasikan dengan kegiatan perdagangan dan jasa formal, baik yang ada di pusat pengembangan kegiatan wisata, di pusat kegiatan industri, terminal, dan kegiatan perkotaan lainnya. Adapun jenis komoditi yang diperdagangkan oleh para pedagang kaki lima atau yang ada di Pujasera berupa perdagangan makanan, minuman dan kebutuhan lainnya yang dikelola oleh masyarakat setempat. Dengan adanya pengalokasian aktivitas kegiatan para pedagang kaki lima atau Pujasera ini diharapkan para pedagang informal yang ada atau diperkirakan berkembang dapat terakomodir dan tertarik untuk pindah ke tempat yang disediakan karena menempati lokasi yang strategis, sehingga dapat memberi kesempatan berusaha di sektor informal bagi penduduk setempat guna meningkatkan pendapatannya.Langkah-langkah pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa, terutama kegiatan komersial yang berfungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa Kota Baubau, diantaranya :
a) Pelibatan swasta dalam pengembangan kegiatan perdagangan skala besar guna merangsang tumbuhnya aktivitas kegiatan komersial di kawasan tersebut
36
mempunyai ciri khas kawasan tersebut serta lebih berkarakter
c) Pengembangan landsekap yang berupa taman-taman dan dilengkapi
pedestrian yang memadai untuk memberi kenyamanan bagi para pejalan kaki yang mengunjunginya serta menciptakan keasrian, keteduhan dan kenyamanan.
d) Peningkatan aksessibilitas dari segalah arah menuju kawasan komer-sial yang dikembangkan serta didukung oleh fasilitas perangkutan dan pengaturan lalu lintas yang memadai
e) Peningkatan keamanan, kebersihan dan kenyamanan berbelanja
f) Penataan secara khusus kegiatan perdagangan dan jasa yang berada atau yang akan dikembangkan di sepanjang jalan utama kota, terutama yang menyangkut desain arsitektur yang memberi kesan artistik dan estetika kota, serta entrance dari dan ke jalan utama diupayakan seminimal mungkin untuk menghindari terjadinya kemacetan di kawasan tersebut. Untuk melayani masyarakat yang bekerja atau berkunjung ke kawasan perdagangan dan jasa tersebut serta untuk mendukung aktivitas kegiatan perdagangan dan jasa yang dikembangkan, maka di setiap kawasan yang dikembangkan perlu dilengkapi dengan fasilitas pelayanan umum dan jaringan utilitas yang memadai. Dalam merangsang dan mempercepat pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa ini, maka lokasi kegiatan ini harus didukung pula oleh sistem transportasi yang memadai dengan membuka aksessibilitas seluas-luasnya, baik transportasi darat maupun laut serta didukung oleh sistem perangkutan yang memadai, sehingga mudah dijangkau dan merangsang minat investor untuk mengembangkannya. Sedangkan untuk menghindari terjadinya kemacetan arus lalu lintas di sekitar lokasi pusat perdagangan dan jasa ini
diupayakan penyediaan shelter-shelter tempat pemberhentian bus kota dan
angkutan umum lainnya, penyediaan lahan parkir yang mencukupi serta pelarangan penggunaan badan jalan sebagai tempat parkir kendaraan.
3. KAWASAN PERKANTORAN
37
a. Kawasan Perkantoran Pemerintah
1). Kawasan perkantoran pemerintahan; diarahkan berada pada Kecamatan Wolio dan Kawasan Palagimata di Kelurahan Lipu Kecamatan Betoambari. Prioritas penanganan kawasan pusat pemerintahan Kota Baubau dititikberatkan pada pengembangan kawasan civic center yang merupakan sentral kegiatan pemerintahan di pusat kota agar mempunyai karakter (ciri khas) dengan nuansa Buton yang kental, sehingga dapat membentuk citra kotanya dan dapat dijadikan sebagai landmark Kota Baubau.
Pengembangan kantor-kantor pemerintahan tersebut dilakukan dalam satu kawasan yang menempati kapling cukup luas dengan KDB rendah, dengan tetap memperhatikan rencana intensitas bangunan di kawasanPengembangan kawasan pusat pemerintahan (Civic Center) di Kawasan Palagimata dilengkapi dengan taman, promenade bagi para pejalan kaki, jogging track atau bycicle track.
Sesuai dengan adanya gagasan bahwa Kota Baubau menjadi ibukota propinsi yang baru maka direncanakan Kota Baubau di masa mendatang diharapkan mengemban fungsi sebagai pusat pemerintahan Propinsi Buton Raya, sehungga fasilitas pemerintahan di Kota Baubau tidak hanya fasilitas pemerintahan Kota Baubau saja tetapi juga fasilitas pemerintahan Propinsi Buton Raya. Rencana pengembangan kawasan pemerintahan ini adalah mempertahankan perkantoran pemerintah berskala kota pada lokasi saat ini. Sedangkan untuk pusat pemerintahan Propinsi Buton Raya direncanakan berada di sisi selatan dari pusat pemerintahan kota (Palagimata)
2) Kawasan perkantoran pemerintahan tingkat kecamatan dan/atau kelurahan yang bersifat pelayanan langsung kepada masyarakat; diarahkan pada setiap kecamatan dan/atau kelurahan.
b. Kawasan Perkantoran Swasta.
Adapun perkantoran swasta di Kota Baubau menyatu diantara kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Wolio, Murhum dan Betoambari. Perkantorandi daerah Kecamatan Murhum sepanjang Jalan
Bataraguru-38
Betoambari diarahkan pada perkantoran pemerintah dan swasta yang bisa mendukung kegiatan pariwisata maupun perdagangan di Kota Baubau untuk skala regional maupun nasional, sehingga diharapkan kegiatan pariwisata dan perdagangan dapat lebih berkembang.
c. Rencana pengembangan kawasan perkantoran diarahkan di Kelurahan
Waruruma Kecamatan Kokalukuna dan kawasan Palatiga di Kelurahan Bukit Wolio Indah Kecamatan Wolio.
4. KAWASAN INDUSTRI
Sektor industri belum merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian kota. Kawasan industri di Kota Baubau meliputi:
a. Kawasan industri rumah tangga/kecil
1) Industri kecil yang tersebar di sebagian Kelurahan Lipu dan Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari serta sebagian kecil Kelurahan Baadia kecamatan Murhum
2)Industri kerajinan kain tenun yang ada di Kelurahan Melai dan
Tanganapada Kecamatan Murhum, Tarafu dan Bone-Bone di Kecamatan Batupoaro, serta Kelurahan Sukanayo dan Liwuto di Kecamatan Kokalukuna
3)Kelompok kerajinan kuningan yang ada di kelurahan Lamangga
Kecamatan Murhum.
b. Kawasan industri menengah di Kota Baubau terdiri dari :
1)kawasan industri mutiara di Kelurahan Palabusa Kecamatan Lea-lea; dan 2)kawasan industri perikanan pada kawasan pantai di Kelurahan Sulaa
Kecamatan Betoambari.
Pengembangan industri di Kota Baubau untuk kegiatan pengolahan hasil sektor kelautan yang berskala regional memiliki prospek yang bagus, mengingat adanya potensi sumberdaya yang cukup banyak.
c. Kawasan industri besar sebagaimana direncanakan di Kecamatan
39
Kokalukuna. Peletakan yang berbatasan ini dilakukan untuk memudahkan interaksi antara kedua jdenis guna lahan, demi kelancaran arus bahan baku dan produk industri ke luar Kota Baubau.
5. KAWASAN PARIWISATA
Pengembangan kawasan pariwisata Kota Baubau di masa mendatang diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kunjungan wisatawan ke Kota Baubau. Pengembangan pariwisata juga terkait dengan jumlah kunjungan wisatawan ke objek-objek wisata yang terdapat di wilayah ini. Untuk itu pengembangan kegiatan pariwisata di Kota Baubau diupayakan saling terintegrasi antara satu objek wisata dengan objek wisata yang lain.
Pada umumnya prasarana yang tersedia saat ini terbatas pada ketersediaan fasilitas umum untuk melayani pengunjung ke objek wisata setempat. Pengembangan sarana penunjang saat ini belum berkembang secara optimal. Hal ini terkait dengan terbatasnya jumlah pengunjung yang menetap atau menginap
dan minimnya objek wisata kawasan yang dapat menarik jumlah pengunjung
dalam jumlah besar. Pengembangan sarana diprioritaskan pada peningkatan sarana transportasi ke objek-objek wisata di Kota Baubau.Pengembangan kawasan
par iwisata di Kota Baubau terdiri atas :
a) Kawasan pariwisata nasional, yang ditetapkan sebagai kawasan
pengembangan pariwisata nasional (KPPN) di KPPN Baubau dan sekitarnya. b) Kawasan pariwisata budaya yang terdiri atas :
1. Wisata sejarah pada cagar budaya meliputi benda, bangunan, struktur, situs dan kawasan cagar budaya yang terdapat disetiap kecamatan.
2. Perkampungan tradisional dengan adat dan tradisi budaya masyarakat yang khas yang terdapat di : Kelurahan Sulaa, Waborobo, Labalawa, Lipu dan Katobengke Kecamatan Betoambari, Kelurahan Melai Kecamatan Murhum, Kelurahan Karyabaru, Kaisabu Baru, Gonda Baru dan Bugi di Kecamatan Sorawolio serta Kelurahan Liabuku di Kecamatan Bungi.
3. Kehidupan adat, tradisi masyarakat dan aktifitas budaya yang khas serta kesenian yang terdapat di setiap kecamatan.
40
1. Pantai Nirwana di Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari
2. Pantai Lakeba di Kelurahan Katobengke Kecamatan Betoambari
3. Pantai Kokalukuna di kelUrahan Waruruma Kecamatan Kokalukuna
4. Pantai Lakorapu di Kelurahan Liwuto Kecamatan Kokalukuna
5. Gua Lakasa di Kelurahan Lipu Kecamatan Betoambari
6. Gua Ntiti di Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari
7. Gua Kaisabu di Kelurahan Kaisabu Kecamatan Sorawolio
8. Gua di Kelurahan Karya baru Kecamatan Sorawolio
9. Gua moko di Kecamatan Betoambari
10. Gua lanto di Kelurahan Kadolomoko Kecamatan Kokalukuna
11. Batupoaro di Kelurahan Wameo Kecamatan Murhum
12. Pemandian bungi di Kelurahan Kampeonaho Kecamatan Bungi
13. Wisata alam pada hutan lindung Wakonti di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio
14. Air terjun Tirta Rimba di Kelurahan Waruruma Kecamatan Kokalukuna
15. Air Terjun La Samparona dan Wa Kantongara di Kelurahan Kaisabu Baru
Kecamatan Sorawolio
16. Air terjun Lagaguna di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan Sorawolio
17. Pemandangan alam pada saujana Bukit Palatiga di Kecamatan Wolio dan kawasan Palagimata di Kecamatan Betoambari dan
18. Kawasan wisata pada sungai Baubau di kecamatan Murhum, Wolio dan
Batupoaro.
d) Kawasan pariwisata buatan yang terdiri atas :
1. Sarana Rekreasi Pantai Kamali di Kelurahan Wale Kecamatan Wolio
2. Kawasan Kota Mara di Kelurahan Nganganaumala, Kaobula dan
Wameo di Kecamatan Batupoaro
3. Sarana Rekreasi Bukit Kolema di Kelurahan Waruruma Kecamatan
Kokalukuna
4. Wisata Rekreasi di Bumi Perkemahan Samparona Kelurahan Kaisabu
Baru Kecamatan Sorawolio
5. Sentra Industri Kerajinan di Kecamatan Murhum, Betoambari, Batu
41
6. Kampung Nelayan di Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari
7. Bukit Mardadi di Kelurahan Kolese Kecamatan Lea-lea
8. Bendung Wonco di Kelurahan Kampeonaho Kecamatan Bungi
9. Museum Kebudayaan Keraton Buton di Kelurahan Baadia Kecamatan
Murhum.
6. KAWASAN RTNH
Ruang Terbuka Non Hijau adalah ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan yang tidak masuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori.
Kawasan RTNH di Kota Baubau yang berfungsi menampung kegiatan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat kota terdiri atas :
a. Alun-alun kawasan pemerintahan terdapat di Kecamatan Betoambari dan
Wolio
b. Lapangan olahraga; rencana pembangunan stadion di Kelurahan Lowu-Lowu
kecamatan Lea-Lea.
7. RENCANA KAWASAN RUANG EVAKUASI BENCANA
Pada wilayah Kota Baubau, kawasan ruang evakuasi yang direncanakan untuk bencana berada di wilayah kecamatan Sorawolio dan Lea-lea. Wilayah ini dipilih sebagai tempat evakuasi dengan dasar pemikiran karena lokasi tersebut memiki tingkat keamanan terjamin dan mudah terjangkau oleh bantuan dari luar daerah.
8. KAWASAN PERUNTUKAN RUANG BAGI SEKTOR INFORMAL
Sektor informal memiliki peranan penting dalam memberikan sumbangan bagi pembangunan perkotaan, karena sektor informal mampu menyerap tenaga kerja (terutama masyarakat kelas bawah) yang cukup signifikan sehingga mengurangi problem pengangguran di perkotaan dan meningkatkan penghasilan kaum miskin di perkotaan. Selain itu, sektor informal memberikan kontribusi bagi pendapatan
42
pemerintahan kota. Namun, pertumbuhan sektor informal yang cukup pesat tanpa ada penanganan yang baik dapat mengakibatkan ketidak-teraturan tata kota. Sebagaimana kita ketahui, banyak pedagang kaki lima yang
menjalankanaktifitasnya di tempat-tempat yang seharusnya menjadi Public Space.
Public Space merupakan tempat umum dimana masyarakat bisa bersantai, berkomunikasi, dan menikmati pemandangan kota. Tempat umum tersebut bisa berupa taman, trotoar, halte bus, dan lain-lain.
Rencana pengembangan sektor informal berupa ruang untuk kegiatan pedagang kaki lima (PKL) diarahkan pada lokasi :
a. Pantai Kamali dan Pasar Sentral di Kelurahan Wale Kecamatan Wolio.
b. Sekitar pelataran Bukit Wantiro dan Bukit Kolema di Kelurahan
Kadolomoko Kecamatan Wolio
c. Sekitar wisata Air Terjun Tirta Rimba di Kelurahan Waruruma Kecamatan Kokalukuna
d. Kawasan PUJASERATA Maedhani di Kelurahan Lamangga Kecamatan
Murhum.
Rencana penataan sektor informal adalah sebagai berikut :
a. Membatasi pemanfaatan Ruang Terbuka Publik untuk sector informal
dengan pembatasan area dan pengaturan waktu berdagang
b. Mengoptimalkan fungsi pasar untuk mengakomodir kebutuhan ruang sektor
informal
c. Mengintegrasi kegiatan sektor informal dengan sektor formal
d. Melibatkan stakeholder dalam menjaga fasilitas public agar tidak digunakan
untuk kegiatan sektor informal.
9. KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
Secara spasial kawasan-kawasan pesisir Kota Baubau dapat dikembangkan menjadi kawasan-kawasan yang potensial untuk menjadi pusat pengelolaan perikanan di Kota Baubau yang berbasis Minapolitan.
43
a. Kawasan pesisir berupa wilayah kota yang memiliki kawasan pantai terdapat di
:
1) Sebagian wilayah Kelurahan Bone-Bone, Tarafu, Wameo, Kaobula dan
Nganganaumala di Kecamatan Batupoaro;
2) Sebagian wilayah Kelurahan Sulaa dan Katobengke di Kecamatan
Betoambari;
3) Sebagian wilayah Kelurahan Wale dan Batulo di Kecamatan Wolio;
4) Sebagian wilayah Kelurahan Kadolo, Kadolomoko, Waruruma, Sukanayo,
Liwuto dan Lakologou di Kecamatan Kokalukuna; dan
5) Sebagian wilayah Kelurahan Lowu-lowu, Kolese, Kalialia dan Palabusa di Kecamatan Lea-lea.
b. Pulau-pulau kecil di Kota Baubau terdiri dari 14 pulau-pulau kecil yang tak berpenghuni dan 1 pula berpenghuni. Pulau-pulau kecil tak berpenghuni tersebar di wilayah administratif kecamatan Bungi yakni berupa Pulau Batusori, Pulau Batu Kapal, Pulau Fotu Lawele, Pulau Sawanga Ngkidino, Pulau Sawanga Balano, Pulau Sau Ngkurisa I, Pulau Sau Ngkurisa II, Pulau Sau Ngkurisa III, Pulau Batu Tiga I, Pulau Batu Tiga II, Pulau Batu Tiga III, Pulau Wantea, Pulau Gu dan Pulau Kaunda-Unda. Adapun Pulau kecil berpenghuni yakni Pulau Makassar termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Kokalukuna.
c. Kawasan Minapolitan perikanan budidaya di Kecamatan Kokalukuna,
Batupoaro dan Lea-lea.
d. Kawasan pengolahan perikanan merupakan kawasan sarana dan prasarana
perikanan tangkap berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) sekaligus berfungsi sebagai Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang dilengkapi Gudang Pendingin Ikan dan Pabrik Es Balok embangan sarana dan prasarana perikanan tangkap berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) sekaligus berfungsi sebagai Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang dilengkapi gudang pendingin ikan dan pabrik es balok diarahkan di Kelurahan Wameo Kecamatan Batupoaro.
10. KAWASAN PERUNTUKAN LAINNYA
44
Kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi terbatas di mana eksploitasinya dilakukan dengan sistem tebang pilih dan tanam. Ditinjau dari kegiatan eksploitasi yang dapat dilakukan, kawasan peruntukan hutan produksi di Kota Baubau terdiri dari :
a) Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 5.005 Ha. yang terdapat di
Kecamatan Sorawolio dan Bungi
b) Hutan Produksi Biasa (HPB) seluas 1.901 Ha. yang terdapat di Kecamatan
Wolio, Betoambari, Kokalukuna, Sorawolio dan Bungi
b. Kawasan pertanian
Arahan pemanfaatan ruang bagi budi daya pertanian sampai 2034 adalah tetap mempertahankan luasan sawah produktif.
Rencana arahan pengembangan kawasan pertanian di Kota Baubau adalah sebagai berikut :
1) Kawasan pertanian tanaman pangan yang diarahkan pada Kelurahan
Ngkaringkari dan Liabuku di Kecamatan Bungi, Kelurahan Liabuku Kecamatan Lea-lea dan Kelurahan Kaisabu Baru di Kecamatan Sorawolio.
2) Kawasan holtikutura yang diarahkan di Kelurahan Ngkaringkari Kecamatan
Bungi serta Kelurahan Kaisabu Baru di Kecamatan Sorawolio
3) Kawasan perkebunan yang diarahkan Kelurahan Kalialia dan Palabusa di
Kecamatan Lea-lea juga Kelurahan Kampeonaho, Tampuna, Ngkaringkari, Liabuku dan Waliabuku di Kecamatan Bungi serta keseluruhan wilayah di Kecamatan Sorawolio juga Kelurahan Labalawa dan Baadia di Kecamatan Murhum
4) Kawasan peternakan diarahkan pada di Kelurahan Kaisabu Baru Kecamatan
Sorawolio dan Kelurahan Liabuku Kecamatan Bungi
c. Kawasan pelayanan umum
Kawasan pelayanan umum di Kota Baubau terbagi atas :
1) Kawasan pendidikan
Kawasan pendidikan dasar tersebar pada pusat lingkungan di setiap kecamatan
45
Kawasan pendidikan menengah diarahkan pada sub pusat kota di setiap
kecamatan dan
Kawasan pendidikan tinggi diarahkan di Kecamatan Sorawolio dan
Betoambari
2)Kawasan pelayanan kesehatan
Tempat praktek dokter dan apotek diarahkan tersebar merata di seluruh
wilayah kota terutama dalam kawasan perumahan
Puskesmas dan balai pengobatan diarahkan di setiap pusat lingkungan.
Kawasan pelayanan kesehatan skala kota/regional berupa Rumah Sakit Umum di kelurahan Baadia Kecamatan Murhum diarahkan terintegrasi dengan fasilitas kesehatan lainnya.
3) Kawasan peribadatan
Rencana pengembangan pelayanan umum peribadatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan diarahkan sesuai dengan hierarki fungsi kawasan serta ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Kawasan pergudangan
Untuk menunjang kegiatan industri yang akan dikembangkan, perlu dilengkapi pula areal pergudangan yang diarahkan di Kecamatan Kokalukuna dan Bungi yang berbatasan dengan guna lahan industri dan perkantoran
e. Kawasan pertahanan dan keamanan
Kawasan pertahanan dan keamanan Negara di Kota Baubau terdiri atas :
1) Komando Distrik Militer (KODIM) di Kelurahan Batulo Kecamatan Wolio
2) Komando Rayon Militer (KORAMIL) di Kecamatan Wolio dan Bungi
3) Komando Strategis Angkatan Darat di Kelurahan Palabusa Kecamatan Lea-Lea
4) Kepolisian Resort (POLRES) Kota Baubau di Kelurahan Batulo Kecamatan Wolio
5) Kepolisian Sektor (POLSEK) terdiri atas :
Polsek Wolio di Kelurahan Lamangga Kecamatan Murhum