• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Peningkatan kualitas pipa distribusi air minum X b. Pengembangan sistem penggunaan tangki septik

yang ada ditiap-tiap rumah dengan lebih meningkatkan kuantitas dan kualitasnya

56

c. Peningkatan kualitas prasarana pejalan kaki

diseluruh trotoar X X

Sumber : Analisa Konsultan, 2013

3.2.2. Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM)

3.2.2.1 Pengembangan Kelembagaan Pelayanan Air Minum

Kondisi Faktual Kota Baubau saat ini sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk (2012) Kota Baubau seluruhnya 142.576 jiwa, dan 98.564 jiwa bertempat tinggal di daerah perkotaan (69,13%), dengan tingkat pertumbuhan 1,6% per-tahun;

2. Kondisi topografi antara elevasi sumber air baku dengan daerah pelayanan mempunyai beda tinggi minimal 100 m-dpl, sebagian besar memungkinkan dialirkan secara gravitasi;

3. Sebagian besar wilayah Kota Baubau sulit mendapatkan air tanah dangkal; 4. Kapasitas air baku potensial (hasil survey September 2014)

5. Gap antara supply & demand air minum di daerah perkotaan semakin besar; 6. Hasil survey Konsultan (September 2014) terdapat beberapa sumber air baku

potensial (sekitar 1.00 l/dt), berupa air permukaan pada umumnya mengandung zat kapur cukup tinggi, yaitu:

a. S. Bungi 200 l/dt (dimanfaatkan PDAM Kabupaten Buton 20 l/dt dg sistem gravitasi - pompa);

b. S. Baubau 70 l/dt (terpakai IPA Paket PDAM Baubau 5 l/dt, dg sistem gravitasi - pompa)

c. MA Kasombu 50 l/dt (terpakai PDAM Baubau 20 l/dt, dg sistem gravitasi); d. MA Wamembe 30 l/dt (terpakai PDAM Baubau ke puma 5 l/dt, dg sistem

gravitasi - pompa);

e. MA Tirta Rimba 3 l/dt (pelayanan PDAM Baubau ke pelabuhan, dgn sistem gravitasi)

f. MA Ntowu-1 20 l/dt - gravitasi; g. MA Ntowu-2 20 l/dt - gravitasi;

57

h. MA Ntolibu 70 l/dt - gravitasi;

i. MA Karaha 100 l/dt (pompa – gravitasi) j. Kali Besar Kasombu 250 l/dt - gravitasi; k. S. Samparona 200 l/dt - gravitasi;

7. PDAM Kabupaten Buton dengan kondisi: memanfaatkan S. Bungi 20 l/dt, sejauh 12 km, tanpa pengolahan, pengaliran gravitasi – pompa, melayani 9.634 SL dengan kontinuitas 1 bulan 2 kali, dan kualitas air kurang memenuhi syarat.

8. PDAM Kota Baubau, melayani 3.633 SR di wilayah perkotaan dilayani dari: a. MA Kasombu 20 l/dt, tanpa pengolahan, sejauh 7 km gravitasi, kontinuitas

2 hari sekali, dan kualitas air pada musim hujan keruh;

b. IPA Paket 50 l/dt, Pompa air baku Head 180 m, pengaliran ke daerah pelayanan (3 km) secara gravitasi, kontinuitas pengaliran 24 jam.

9. Sedangkan pelayanan terhadap 902 SR di wilayah pedesaan: Puma, IKK Bungi, Sorawolio, Kel. Waruruma, Kel. Lakologou, dan Kel. Palabusa dilayani dengan sistem IKK dan KERR.

Dampak dan Manfaat

1. Mempertimbangkan kondisi SPAM dan pelayanan air minum Kota Baubau saat ini, walaupun menurut jumlah pelanggan sudah mencapai tingkat pelayanan 53% dari populasi penduduk Kota Baubau, namun kebutuhan pengembangan SPAM secara komprehensip sudah sangat mendesak, karena:

a. Kapasitas air baku ideal saat ini adalah 160 l/dt – hal ini jauh di atas eksisting (45 l/dt)

b. Kualitas dan kontinuitas pelayanannya jauh di bawah harapan masyarakat c. Kapasitas air baku yang tersedia cukup besar dan sangat mungkin dialirkan

secara gravitasi, sehingga memungkinkan PDAM menjalankan operasional perusahaan secara Full Cost Recovery.

2. Solusi kelembagaan:

a. Alternatif-I: PDAM Kabupaten Buton tetap melayani pelanggan eksisting di Kota Baubau - tidak ada pihak yang diuntungkan.

58  Kondisi saat ini bahkan untuk jangka panjang baik PDAM kabupaten

Buton, PDAM Kota Baubau, dan terutama masyarakat Kota Baubau kondisi pelayanan air minumnya semakin buruk;

b. Alternatif-II: Pengelolaan Aset PDAM Kabupaten Buton diserahkan sepenuhnya kepada PDAM Kota Baubau dengan PRINSIP KERJASAMA - kedua PDAM tidak memperoleh manfaat yang berarti tetapi pelayanan secara bertahap dapat ditingkatkan.

 PDAM Kabupaten Buton, kompensasi pendapatan yang diterima sesuai jangka waktu kerjasama tidak cukup berarti sebagai investasi pengembangan SPAM di Kabupaten Buton;

 PDAM Kota Baubau tidak sepenuhnya mampu menjalankan prinsip Full Cost recovery, karena dalam kurun waktu kerjasama selain harus menanggung biaya investasi pengembangan jaringan, hasil melaksanakan bagi hasil pendapatan penjualan air.

c. Alternatif-III: Aset PDAM Kabupaten Buton diserahkan sepenuhnya kepada PDAM Kota Baubau dengan KOMPENSASI - PDAM Kabupaten Buton dan PDAM Kota Baubau sama-sama memperoleh keuntungan minimal, dan masyarakat lebih mendapat kepastian pelayanan yang adil)

 PDAM Kabupaten Buton, masih bisa diharapkan mendapat kompensasi yang cukup berarti sebagai investasi pengembangan SPAM di Kabupaten Buton;

3.2.2.2 Rencana Pengembangan SPAM Kota Baubau

Rencana Induk Pengembangan SPAM Kota Baubau disusun untuk periode desain 15 tahun, yaitu tahun 2015 – 2030. Perencanaan akan dibagi dalam 2 (dua) tahap perencanaan. Pentahapan serta target pelayanan adalah sebagai berikut:

1. Skenario Pengembangan Jangka Pendek (2016-2020)

Pada tahap ini rencana pembangunan difokuskan pada pembangunan sumber air, tempat pengolahan dan jaringan Perpipaan. Rencana Jangka Pendek

59

pembangunan sarana dan prasarana air minum untuk daerah rawan air di wilayah perkotaan pada Tahap Pertama terbagi dalam 2 (dua) paket kegiatan, yaitu:

a. Pengembangan SPAM Zona-II, Sistem Wolio (50 L/dt)

Sesuai dengan target MDG’s (80% pelayanan di wilayah perkotaan) maka cakupan pelayanan Sistem Wolio (Tahap-I) ini hanya akan mencukupi kebutuhan pelanggan pada tahun 2018 di lima (5) desa: Bataraguru, Tomba, Wale, Batulo, dan Wangkanapi sebanyak 4.317 SR, yang mewakili 80% populasi sebanyak 26.985 jiwa, dengan tingkat konsumsi 49,96 L/dt.

b. Pengembangan SPAM Zona-I, Sistem Murhum (50 L/dt)

Pelayanan air minum yang dapat dipenuhi dari pengembangan SPAM Sistem Murhum (Tahap-I) ini meliputi lima (5) desa: Wajo, Lamangga, Kaobula, Lanto, dan Nganganauma, dan kapasitas Sistem Murhum tersebut pada tahun 2016 dengan tingkat konsumsi 47,58 L/dt untuk memenuhi kebutuhan air minum pelanggan sebanyak 4.112 SR (80% - target MDG’s), yang mewakili populasi populasi penduduk sebanyak 25.695 jiwa.

 Intake dan Transmisi Kali Besar

Rencana intake untuk keperluan perencanaan jangka pendek akan memanfaatkan debit air dari Kali Besar (Q=300 l/dt) terletak pada posisi

geografis 05°.27’.008’ LS - 122°.39’.129” BT, elevasi 240 m-dpl.

2. Skenario Pengembangan Jangka Panjang (2021-2030)

Pada pengembangan jangka menengah adalah penyelesaian semua bangunan pengolahan, pemasangan perpipaan (Pipa Transmisi dan Distribusi). Sedangkan pada tahapan jangka panjang adalah merampungkan pelayananan sambungan pada pemakai/ pelanggan baru dan pemeliharaan.

a. SPAM Zona-I Sistem Wameo (Tahap-II) & Depo Pertamina

o Rencana pengembangan wilayah pelayanan SPAM Wameo Tahap-II ini

adalah: Tarafu, Wameo dan sekitarnya, untuk memberikan tambahan debit air minum sebesar 15 L/dt dengan cakupan pelayanan pelanggan sebanyak 3.080 SR.

60

o Pengembangan SPAM Wameo Tahap-II ini sekaligus dimaksudkan untuk

memenuhi permintaan pelayanan air minum ke Depo Pertamina sebesar 35 L/dt.

b. SPAM Zona-II Sistem Wolio (Tahap-II) & Pelabuhan Laut/Kawasan Komersial Rencana pengembangan wilayah pelayanan SPAM Wolio Tahap-II ini adalah untuk melayani:

o Wilayah Pelayanan Sistem Wolio: Bataraguru, Tomba, Wale, Batulo, dan

Wangkanapi 94,26 L/dt, untuk melayani 8.144 SR, atau identik dengan jumlah penduduk 40.720 jiwa

o Kebutuhan penyediaan dan pelayanan air minum di Kawasan Pelabuhan

dan Kawasan Komersial sebesar 20 L/dt

 Intake dan Transmisi Samparona

Berdasarkan kondisi dan situasi di lokasi rencana intake S. Samparona yang direncanakan untuk pengembangan SPAM Sistem Wameo Tahap-II dan SPAM Murhum Tahap-II maka dapat menggunakan disain perencanaan yang sama dengan intake Kali Besar, dan diperkirakan dimensinya 25% lebih besar dibandingkan intake Kali Besar. Kapasitas intake 110 lt/dt.

c. SPAM Zona-III Sistem Sorawolio (Tahap-I)

Rencana pengembangan SPAM di wilayah Zona-III Sistem Sorawolio (50 L/dt) terletak di Kecamatan Sorawolio sampai dengan tahun 2030 dengan mempertimbangkan SPAM eksisting sistem gravitasi dan pembangunan SPAM dalam kurun waktu 15 tahun, akan memanfaatkan kapasitas sumber air baku dari Kali Ntowu.

Pelayanan air minum yang dapat dipenuhi dari pengembangan SPAM Sistem Sorawolio (Tahap-I) ini meliputi lima (5) desa: Ngkari-Ngkari, Tampuna, Kampeonaho dan Nganganauma, dan kapasitas Sistem Murhum tersebut habis pada tahun 2030 dengan tingkat konsumsi 47,58 L/dt untuk memenuhi kebutuhan air minum pelanggan sebanyak 1.447 SR (80% - target MDG’s), yang mewakili populasi populasi penduduk sebanyak 7.385 jiwa.

61

3. Strategi Pengelolaan

Agar rencana tersebut dapat tecapai sesuai yang diharapkan, maka perlu strategi yang tepat baik terhadap pembangunan maupun dalam pengelolaan.

1. Meningkatkan penyediaan air baku dengan mengoptimalkan sumber air yang berbasis wilayah/ sungai dengan pengelolaan yang optimal serta melakukan perlindungan sumber air baku terhadap pencemaran lingkungan.

2. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan, dengan mengutamakan pelayanan pada masyarakat yng berpenghasilan rendah dan melakukan kegiatan pemeliharaan yang rutin sehingga dapat meminimalisasi terjadinya kehilangan/ kebocoran air.

3. Meningkatkan alokasi dana pembangunan SPAM dan tidak hanya APBD Kota Baubau melainkan harus dapat melalui alternatif baik APBD Provinsi maupun APBN serta sumber-sumber dana lainnya.

4. Memperkuat Kelembagaan dan memperdayaakan pengusahaan serta penyusunan peraturan dalam pengelolaan air minum.

5. Mengupayakan agar peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan air minum.

Gambar 3.8

Peta Sistem Jaringan Air Minum Kota Baubau

3.2.3. Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi a. Visi Misi Sanitasi

62

Visi dan Misi disusun dengan mengacu pada visi misi Kota Baubau yang tertuang dalam RPJPD Kota Baubau. Adapun visi dan misi sanitasi Kota Baubau dapat terlihat pada tabel berikut :

Tabel 3.7

Visi Misi Sanitasi Kota Baubau Visi Kota

Baubau Misi Kota Baubau

Visi Sanitasi Kota Baubau

Misi Sanitasi Kota Baubau

TERWUJUDN YA KOTA BAUBAU SEBAGAI PUSAT PERDAGANG AN DAN PELAYANAN JASA YANG NYAMAN, SEJAHTERA DAN BERBUDAYA PADA TAHUN 2023 1. Pengembanga n Sarana dan Prasarana 2. Peningkatan Perekonomian 3. Peningkatan Kualitas SDM 4. Peningkatan Pelayanan Publik 5. Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berkelanjutan 6. Pengembanga n kehidupan sosial budaya 7. Penegakkan supremasi hukum dan HAM “Mewujudkan suasana kota yang indah dan bersih, melalui peningkatan kualitas lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam yang optimal berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan pada tahun 2017”.

Misi Sub Sektor Air Limbah Domestik ;

1. Mendorong partisipasi aktif berbagai seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) di Kota Baubau dalam mempercepat

pembangunan sub sektor Air Limbah Domestik secara terpadu.

2. Peningkatan kesadaran seluruh stakeholder Pengelolaan Air Limbah Domestik melalui peran berbagai pihak dan media. 3. Pengembangan Peraturan

Perundangan Daerah (Perda dan Perwali)

tentang sistem pengelolaan air limbah.

4. Peningkatan akses layanan Air Limbah Domestik Kota Baubau melalui

63

pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana Air Limbah Domestik yang berkualitas.

5. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM Pengelola Air lImbah Domestik

Misi Sub Sektor Persampahan ; 1. Mendorong partisipasi aktif

berbagai seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) di Kota Baubau dalam mempercepatpembanguna n sub sektor Persampahan secara terpadu dan ramah lingkungan.

2. Peningkatan kesadaran seluruh stakeholder

Pengelolaan Persampahan melalui peran berbagai pihak dan media.

3. Pengembangan Peraturan Perundangan Daerah (Perda dan Perwali)

tentang sistem pengelolaan persampahan.

4. Peningkatan akses layanan Persampahan Kota Baubau melalui pembangunan

64

infrastruktur sarana dan prasarana persampahan yang berkualitas.

5. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM Pengelola Persmapahan

Misi Sub Sektor Drainase ; 1. Pengurangan luas area

genangan di Kota Baubau melalui pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur drainase yang berkualitas dan berkelanjutan.

2. Mendorong partisipasi aktif berbagai seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) di Kota Baubau dalam mempercepat

pembangunan sub sektor drainase secara terpadu dan ramah lingkungan. 3. Peningkatan kesadaran seluruh stakeholder di Kota Baubau dalam pengelolaan drainase melalui peran berbagai pihak dan media.

4. Pengembangan Peraturan Perundangan Daerah (Perda dan Perwali)

65

tentang sistem dan

pengelolaan drainase yang handal.

5. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM Pengelola Sistem Drainase

Misi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ;

1. Mendorong penyusunan Standart Operasional

Prosedur (SOP) dan PERDA PHBS

2. Meningkatkan

Kemandirian Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat melalui tatanan rumah tangga, sekolah, Pelayanan Kesehatan, Institusi

Pemeritah, dan Tempat- Tempat Umum.

3. Mendorong peran serta organisasi kemasyarakatan dalam sosialisasi PHBS 4. Meningkatkan Pemahaman

masyarakat Tentang PHBS melalui peran media 5. Meningkatkan ketersediaan

pendanaan dalam kegiatan kampanye PHBS

66

b. Tahapan Pengembangan Sanitasi

Tahapan pengembangan sanitasi bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan sistem dan zona sanitasi sub sektor air limbah, persampahan dan drainase yang paling tepat dan sesuai untuk suatu wilayah. Sistem sanitasi ditentukan berdasarkan pentahapan implementasi jangka pendek (1-2 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka panjang (10-15 tahun), zona sanitasi menjelaskan dimana sistem tersebut akan diterapakan dalam wilayah Kota Baubau.

 Sub Sektor Air Limbah

Zoning wilayah air limbah domestik Kota Baubau terbagi dalam lima zona, yakni :

1. Zona I Off Site Terpusat ( > 250 Jiwa/Ha ), perencanaan sistem off site jangka menengah sistem terpusat

Kelurahan yang masuk dalam Zona Ini adalah Kelurahan Wameo, Kelurahan Bataraguru, Kelurahan Tomba, Kelurahan Batulo. Wilayah ini memeiliki tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi

2. Zona II Onsite Komunal ; sistem onsite komunal ini dipersiapkan untuk perencanaan sistem terpusat jangka menengah

Kelurahan yang termasuk dalam zona ini adalah Kelurahan Katobengke, Kelurahan Wajo, Kelurahan Lamangga, Kelurahan Tangganadapa, Kelurahan Tarafu, Kelurahan Lanto, kelurahan Wale, Kelurahan Wangkanapi, Kelurahan Bukit Wolio Indah, Kelurahan Kadolomoko, Kelurahan Liwuto, Kelurahan Sukanayo, Kelurahan Kadolo. Wilayah-wilayah ini memiliki resiko kesehatan berdasarkan IRS studi EHRA dan kondisi tanahnya termasuk air tanah dangkal.

3. Zona III Onsite Individual ;sistem ini juga dipersiapkan untuk perencanaan sistem terpusat jangka panjang

Wilayah kelurahan yang termasuk dalam zona ini adalah Kelurahan melai, Kelurahan Sula, Kelurahan Waborobo, Kelurahan Lipu, Kelurahan Labalawa, Kelurahan Badia, Kelurahan Bone-Bone, Kelurahan Ngangana Umala, Kelurahan Kadolokatapi, Kelurahan Waruruma, Kelurahan Liwuto, Kelurahan Kaisabu,

67

Kelurahan Karyabaru, Kelurahan Bungi, Kelurahan Gondabaru, Kelurahan Liabuku, Kelurahan Ngkari-Ngkari, Kelurahan Kampeonaho, Kelurahan Waliabuku, Kelurahan Tampuna, Kelurahan Kolese, Kelurahan Lowu-Lowu, Kelurahan Kalia-Lia, Kelurahan Kantalai, Kelurahan Palabusa.

4. Zona IV Penanganan khusus Daerah yang terkena dampak ROB

Desa/Kelurahan yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (ROB) dapat menggunakan teknologi khusus misalnya teknologi Tripikon-S atau T- Pikon H, wilayah yang terkena dampang pasang surut air laut adalah Kelurahan Sulaa, Kelurahan Wajo, Kelurahan Wameo, Kelurahan Ngangana Umala, Kelurahan Bataraguru, Kelurahan Tomba, Kelurahan Wale, Kelurahan Kolose, Kelurahan Lowu-Lowu.

5. Zona V Daerah CBD (centrall business district)

Desa/Kelurahan yang merupakan area CBD maka diarea CBD pada derah tersebut sudah harus memiliki sistem pengelolaan air limbah terpusat. Desa/Kelurahan yang masuk dalam kategori ini adalah Kelurahan Lipu, Kelurahan Wajo, Kelurahan Lamangga, Kelurahan Tangganadapa, Kelurahan Bone-bone, Kelurahan Tarafu, Kelurahan Wameo, Kelurahan Kaobula, Kelurahan Lanto, Kelurahan Ngangana Umala, Kelurahan Bataraguru, Kelurahan Tomba, Kelurahan Wale, Kelurahan Batulo, Kelurahan Wangkanapi.

Tabel 3.8

Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kota Baubau

No Sistem

Cakupan layanan eksisting*

(%)

Target cakupan layanan* (%) Jangka pendek Jangka menengah Jangka Panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f)

A Buang Air Besar

68

(BABS)**

B Sistem On-site

(setempat)

1 Cubluk dan sejenisnya. 5% 10% 0% 0% 2 Individual (tangki

septik) 68% 40% 20% 20%

3 Tangki septik komunal 5% 4% 16% 17%

4 MCK 4% 4% 15% 10%

5 MCK+ 3% 5% 7% 12%

C

Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL)

Terpusat (Off Side)

1 Tangki Septik Komunal (<10 KK) 0% 5% 8% 10% 2 IPAL Komunal 0% 2% 10% 20% 3 IPAL Kawasan 0% 0% 12% 8% 4 IPAL Kota 0% 0% 2% 3% TOTAL 100% 75% 90% 100%

Sumber : Pokja Sanitasi 2016

 Sub Sektor Persampahan

Zona wilayah pengembangan persampahan Kota Baubau terbagi dalam tiga zona, yakni :

1. Zona I Penanganan Langsung Coverage 100 % atau wilayah tersebut merupakan area central business distrik (CBD)

Pengelolaan sampah yang dihasilkan dari kawasan CBD sudah harus sistem langsung dimana sampah-sampah yang dihasilkan dari titik timbulan pada area tersebut langsung dibawa oleh armada pengangkut sampah ke TPA. Wilayah kelurahan yang termasuk dalam zona ini adalah Kelurahan Lipu, Kelurahan Wajo, Kelurahan Lamangga, Kelurahan Tangganadapa, Kelurahan Bone-Bone, Kelurahan

69

Tarafu, Kelurahan Wameo, Kelurahan Kaobula, Kelurahan Lanto, Kelurahan Ngangana Umala, Kelurahan Bataraguru, Kelurahan Tomba, Kelurahan Wale, Kelurahan Batulo, Kelurahan Wangkanapi, Kelurahan Kadolomoko.

2. Zona II Penanganan langsung dan tidak langsung coverage > 70 %

Sampah yang dihasilkan dari titik timbulan (user interface) pada area-area padat penduduk /pusat-pusat permukiman, pengelolaan sampah sudah harus ditangani secara langsung akan tetapi pada wilayah permukiman yang belum padat penduduk sampah diolah dengan sistem tidak langsung artinya sampah yang ada dari titik timbulan akan melalui beberapa proses pemindahan mulai dari bak sampah diangkut oleh armada pengumpul untuk dipindahkan ke TPS, kontainer atau dibawa ke TPST /komposter, lalu diangkut oleh armada pengangkut sampah ke TPA untuk diproses lebih lanjut.

Wilayah kelurahan yang termasuk dalam zona ini adalah Kelurahan Katobengke, Kelurahan Melai, Kelurahan Wajo, Kelurahan Lamangga, Kelurahan Tangganadapa, Kelurahan Bukit Wolio Indah, Kelurahan Liwuto, Kelurahan Sukanayo, Kelurahan Kadolo.

3. Zona III Penanganan tidak langsung coverage < 70 %

Sampah yang dihasilkan dari titik timbulan (user interface) akan melalui beberapa proses pemindahan mulai dari bak sampah diangkut oleh armada pengumpul untuk dipindahkan ke TPS, kontainer atau dibawa ke TPST /komposter, lalu diangkut oleh armada pengangkut sampah ke TPA untuk diproses lebih lanjut. Wilayah kelurahan yang termasuk dalam zona ini adalah Kelurahan Sula, Kelurahan Waborobo, Kelurahan Lipu, Kelurahan Labalawa, Kelurahan Badia, Kelurahan Kadolokatapi, Kelurahan Waruruma, Kelurahan Lakologou, Kelurahan Kaisabu Baru, Kelurahan Karyabaru, Kelurahan Bungi, Kelurahan Gondabaru, Kelurahan Liabuku, Kelurahan Ngkari-ngkari, Kelurahan Kampeonaho, Kelurahan Waliabuku, Kelurahan Tampuna, Kelurahan Kolose, Kelurahan Lowu-lowu, Kelurahan Kalia-lia, Kelurahan Kantalai, Kelurahan Palabusa.

Tabel 3.9

70 No Sistem Cakupan layanan eksisting(1) (%) Cakupan layanan (%) Jangka pendek Jangka menengah Jangka panjang A Prosentase sampah yang

terangkut 66% 72% 85% 100% 1 Penanganan langsung (direct)(2) 0% 0% 10% 25% 2 Penanganan tidak langsung (indirect)(3) 66% 72% 75% 75% B

Dikelola mandiri oleh smasyarakat atau belum terlayani(5)

34% 28% 15% 0%

TOTAL 100% 100% 100% 100%

Sumber: Pokja Sanitasi; Dinas Kebersihan, Pertamanan,Pemakaman dn Pemadam Kebakaran. 2016

 Sub Sektor Drainase

Zoning wilayah pengembangan drainase Kota Baubau terbagi dalam lima zona, yakni:

1. Zona I coverage 100 % penanganan jangka pendek dan menengah dengan melakukan review master plan serta mengevaluasi drainase makro dan mikro Wilayah kelurahan yang termasuk dalam zona ini adalah Kelurahan Bone-bone, Kelurahan Tarafu, Kelurahan Kaobula, Kelurahan Lanto, Kelurahan Wameo, Kelurahan Ngangana Umala, Kelurahan Batara Guru, Kelurahan Tomba, Kelurahan Batulo, Kelurahan Wale, Kelurahan Kadolomoko. Pada daerah tersebut terdapat area genangan dan memiliki resiko kesehatan berdasarkan IRS EHRA. 2. Zona II coverage minimal 80 % penanganganan jangka menengah dengan

mengevaluasi drainase makro dan mikro

Wilayah kelurahan yang termasuk dalam zona ini adalah Katobengke, Kelurahan Melai, Kelurahan Wajo, Kelurahan Lamangga, Kelurahan Tangganapada, Kelurahan Wangkanapi, Kelurahan Bukit Wolio indah, Kelurahan Liwuto, Kelurahan Sukanayo, Kelurahan Kadolo. Pada daerah tersebut terdapat area genangan dan memiliki resiko kesehatan berdasarkan IRS EHRA.

71

3. Zona III coverage minimal 60% penanganan jangka panjang dengan mengecek drainase makro dan mikro

Wilayah kelurahan yang termasuk dalam zona ini adalah Kelurahan Sula, Kelurahan Waborobo, Kelurahan Lipu, Kelurahan Labalawa, Kelurahan Badia, Kelurahan Kadolokatapi, Kelurahan Waruruma, Kelurahan Lakologou, Kelurahan Kaisabubaru, Kelurahan Karyabaru, Kelurahan Bungi, Kelurahan Gondabaru, Kelurahan Liabuku, Kelurahan Ngkari-ngkari, Kelurahan Kampeonaho, Kelurahan Waliabuku, Kelurahan Tampuna, Kelurahan Kolese, Kelurahan Lowu-lowu, Kelurahan Kalia-lia, Kelurahan Kantalai, Kelurahan Palabusa.tidak terdapat genangan dan bukan area resiko kesehatan berdasarkan IRS EHRA

4. Zona VI, area Dipengaruhi dampak ROB

Untuk wilayah ini akan diterapkan sistem teknologi khusus

5. Zona V, zona Penanganan khusus wilayah Centrall Business Districk (CBD), coverage 100%

Tabel 3.10

Tahapan Pengembangan Drainase Kota Baubau

No Kecamatan

Luas genangan

eksisting (ha)

Pengurangan Luas genangan (ha) Jangka pendek Jangka menengah Jangka panjang 1 Betoambari 5.5 4.5 2.5 1 2 Murhum 2.75 2 1 0.5 3 Wolio 16.5 12.5 10 3 4 Batupoaro 5 4 2 1 5 Sorawolio 11.5 9.5 6 3 6 Kokalukuna 0 0 0 0 7 Bungi 0 0 0 0 8 Lea-Lea 0 0 0 0 Total 41.25 32.5 21.5 8.5

72

1. Tujuan, Sasaran dan Strategi Sanitasi a. Maksud

Maksud penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) adalah tersusunnya dokumen perencanaan strategis sanitasi Kota Baubau yang dapat dijadikan rujukan perencanaan pembangunan sanitasi Kota Baubau dalam jangka menengah (5 tahunan).

b. Tujuan Umum

Kerangka kerja Strategi Sanitasi Kota (SSK) ini disusun sebagai rencana pembangunan sektor sanitasi dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi Kota Baubau mulai Tahun 2016 hingga Tahun 2020.

c. Tujuan Khusus

 Kerangka kerja Strategi Sanitasi Kota (SSK) ini dapat memberikan gambaran tentang arah kebijakan pembangunan Sanitasi Kota Baubau selama 5 tahun yaitu Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2020.

 Dipergunakan sebagai dasar penyusunan strategi dan langkah-langkah pelaksanaan kebijakan, serta penyusunan program jangka menengah dan tahunan sektor sanitasi.

 Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi Kota Baubau.

Dokumen terkait