• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARAHAN KEBIJAKAN dan RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ARAHAN KEBIJAKAN dan RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-1 nfr astr uktur per mukiman memi liki fungsi str ategis dalam pembangunan nasional kar ena tur ut ber per an ser ta dalam mendor ong per tumbuhan ekonomi , mengur angi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestar ian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Ci pta Kar ya ber per an penting dalam i mplementasi amanat kebijakan pembangunan nasi onal . Ar ah kebijakan ter sebut di antar anya adalah :

3.1. ARAHAN PEM BANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA dan ARAHAN PENATAAN RUANG 3.1.1. Ar ahan Pembangunan Bi dang Cipta Kar ya

A. RPJM N 2015-2019 (Per pr es No.2 Tahun 2015)

Rencana Pembangunan Jangka M enengah Nasional (RPJM N) 2015- 2019 adalah tahapan ketiga dar i Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005- 2025 yang tel ah di tetapkan mel alui Undang- undang Nomor 17 Tahun 2007. Dengan berpayung kepada UUD 1945 dan UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJP tadi, RPJM N 2015- 2019, disusun sebagai penjabar an dar i Visi , Mi si, dan Agenda (Naw aCita) Pr esiden/ W akil Pr esiden, Joko W idodo dan Muhammad Jusuf Kalla, dengan menggunakan Rancangan Teknokr atik yang tel ah disusun Bappenas dan ber pedoman pada RPJPN 2005- 2025. RPJM N 2015-2019 adalah pedoman untuk menjamin pencapaian visi dan misi Presiden, RPJMN sekali gus untuk menjaga konsistensi ar ah pembangunan nasional dengan tujuan di dalam Konstitusi Undang Undang Dasar 1945 dan RPJPN 2005–2025.

Untuk menunjukkan prior itas dalam jalan per ubahan menuju Indonesi a yang ber daulat secar a politik, mandir i dalam bi dang ekonomi, dan berkepr i badian dalam kebudayaan, dirumuskan sembi lan agenda pr iori tas. Kesembilan agenda pr ior itas itu di sebut NAW A CITA, yaitu:

1. M enghadir kan kembali negar a untuk melindungi segenap bangsa dan member ikan r asa aman kepada seluruh war ga negar a.

2. M embuat Pemer i ntah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemer i ntahan yang ber sih, efektif, demokratis, dan ter per caya.

3. M embangun Indonesia dar i pi nggir an dengan memper kuat daer ah- daer ah dan desa dalam kerangka negar a kesatuan.

I

ARAH AN KEBIJAKAN dan REN CAN A STRATEGIS

IN FRASTRUKTUR BIDAN G CIPTA KARYA

(2)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-2 4. M emper kuat kehadir an negar a dalam melakukan r efor masi sistem dan penegakan hukum yang

bebas korupsi, ber mar tabat, dan ter per caya.

5. M eni ngkatkan kualitas hidup manusia dan masyar akat Indonesia.

6. M eni ngkatkan pr oduktivitas r akyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit ber sama bangsa- bangsa Asia lai nnya.

7. M ewujudkan kemandir ian ekonomi dengan mengger akkan sektor - sektor str ategis ekonomi domestik.

8. M elakukan r evolusi kar akter bangsa.

9. M emper teguh kebhinekaan dan memper kuat r estor asi social Indonesia.

Agenda pembangunan nasional disusun sebagai penjabar an oper asional dar i Nawa Cita. Dal am li ma tahun mendatang (2015- 2019), ar ah kebijakan utama pembangunan wilayah nasi onal difokuskan pada upaya memper cepat pengur angan kesenjangan pembangunan antar wil ayah dengan mendorong tr ansfor masi dan aksel er asi pembangunan wilayah KTI, yai tu Sulawesi, Kalimantan, M aluku, Nusa Tenggar a dan Papua, dengan tetap menjaga momentum per tumbuhan di W ilayah Jawa- Bal i dan Sumater a.

Untuk menghindar i timbulnya kesenjangan bar u antar a wil ayah kor idor ekonomi dengan wi layah seki tar nya di seti ap pulau, maka pembangunan daer ah tertinggal, ter masuk desa ter tinggal , per lu ditingkatkan dengan melakukan pemberdayaan ekonomi lokal, penciptaan akses tr anspor tasi lokal ke wil ayah per tumbuhan, dan per cepatan pemenuhan i nfr astruktur dasar .

Infr astruktur merupakan salah satu pr ior itas pembangunan nasional untuk mendor ong per tumbuhan ekonomi dan sosi al yang ber keadilan dengan mendor ong partisipasi masyar akat Dal am r angka pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28H, pemer intah memfasil itasi pen yediaan perumahan bagi masyar akat ber pendapatan r endah ser ta memberi kan dukungan penyedi aan pr asar ana dan sar ana dasar per mukiman, seperti air minum, air li mbah, per sampahan dan dr ai nase.

Dokumen RPJM N juga menetapkan sasar an pembangunan infr astr uktur per mukiman pada per iode 2015- 2019, yaitu :

1. Ter capainya pengentasan per mukiman kumuh per kotaan menjadi 0 persen melalui penanganan kawasan per mukiman kumuh seluas 38.431 hektar dan peningkatan keswadayaan masyarakat di 7.683 kelurahan.

2. Ter capainya 100 persen pel ayanan air minum bagi sel uruh penduduk Indonesia yang dil akukan melalui tiga pendekatan yaitu optimal isasi dan pembangunan bar u (supply side), peningkatan efi siensi layanan ai r mi num (demand side), dan penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling envir onment).

3. Optimali sasi penyediaan layanan air minum di lakukan melalui :

(3)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-3 pengembangan jar ingan SPAM M BR di 1.400 kawasan. Sedangkan pembangunan bar u di lakukan mel al ui :

ii . pembangunan SPAM kawasan khusus yaitu SPAM kaw asan kumuh per kotaan untuk 661.600 sambungan rumah (SR), SPAM kawasan nelayan untuk 66.200 SR, dan SPAM r awan air untuk 1.705.920 SR;

iii . pembangunan SPAM ber basis masyar akat ntuk 9.665.920 SR;

iv. pembangunan SPAM per kotaan yaitu SPAM IKK untuk 9.991.200 SR dan SPAM Ibukota Pemekaran dan Per luasan Perkotaan untuk 4.268.800 SR;

v. pembangunan SPAM Regional untuk 1.320.000 SR di 31 kawasan.

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan pr insi p jaga air , hemat air dan simpan ai r secar a nasional . Pener apan prinsip tersebut dilakukan melalui

i . pel aksanaan Rencana Pengamanan Air M inum (RPAM ) pada komponen sumber , oper ator dan konsumen di seluruh kabupaten/ kota;

ii . opti mali sasi baur an air domestik di seluruh kabupaten/ kota;

iii . pener apan efisiensi konsumsi air minum pada tingkat rumah tangga sekitar 10 l iter / or ang/ har i seti ap tahunnya dan pada tingkat komer sial dan fasil itas umum sekitar 10 per sen setiap tahunnya.

5. Penciptaan l ingkungan yang mendukung dilakukan melalu i

i. penyusunan dokumen per encanaan air minum sebagai r ujukan pembangunan air mi num di seluruh kabupaten/ kota yang mencakup Rencana Induk Sistem Penyedi aan Air M inum (RISPAM ), rencana strategis penyediaan air minum daer ah (Jakstr ada) dan r encana tahunan penyediaan air minum;

ii. peningkatan pendataan air minum sebagai rujukan perencanaan dan penganggar an air minum di seluruh kabupaten/ kota;

iii. fasilitasi pengembangan per atur an di daerah yang menjami n penyediaan l ayanan air minum di seluruh kabupaten/ kota.

6. M eni ngkatnya akses penduduk terhadap sanitasi l ayak (air limbah domestik, sampah dan dr ainase l ingkungan) menjadi 100 per sen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu

i. untuk sar ana prasar ana pengelolaan air limbah domestik dengan pembangunan dan peningkatan infr astruktur air li mbah sistem ter pusat skal a kota, kaw asan, dan komunal di 438 kota/ kab (mel ayani 34 juta jiwa), ser ta peningkatan kualitas pengel olaan air li mbah sistem setempat melalui peningkatan kualitas pengelolaan lumpur tinja per kotaan dan pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di 409 kota/ kab;

ii. untuk sar ana pr asar ana pengelolaan per sampahan dengan pembangunan TPA sanitar y landfill

di 341 kota/ kab, penyedi aan fasi litas 3R komunal di 334 kota/ kab, fasil itas 3R ter pusat di 112 kota/ kab;

iii. untuk sar ana pr asar ana dr ainase per mukiman dalam pengur angan genangan seluas 22.500 Ha di kawasan per mukiman ter masuk 4.500 Ha di kawasan kumuh;

(4)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-4 7. M eni ngkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung ter masuk keser asiannya ter hadap

lingkungan melalui

i. pembinaan dan pengawasan khususnya bangunan milik Pemer intah di seluruh kabupaten/ kota;

ii. penyusunan Nor ma, Standar, Pedoman dan Kr iter ia (NSPK) untuk seluruh bangunan gedung dan pener apan penyelenggar aan bangunan hijau di seluruh kabupaten/ kota; dan

iii. menciptakan building codes yang dapat menjadi rujukan bagi penyelenggar aan dan penataan bangunan di selur uh kabupaten/ kota.

Dokumen RPJM N 2015- 2019 juga memuat sasar an pembangunan per kotaan sebagai ber ikut:

1. Pembangunan 5 kawasan metr opolitan baru di luar Pulau Jawa- Bali sebagai Pusat Kegiatan

Nasional (PKN) yang diar ahkan menjadi pusat investasi dan pengger ak per tumbuhan ekonomi

bagi wi layah sekitarnya guna memper cepat pemer ataan pembangunan di luar Pulau Jawa;

2. Peningkatan per an dan fungsi sekaligus per baikan manajemen pembangunan di 7 kawasan

per kotaan metr opol itan yang sudah ada untuk diar ahkan sebagai Pusat Kegi atan Nasional (PKN)

ber skala global guna meningkatkan daya saing dan kontr ibusi ekonomi;

3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali khususnya di KTI

yang diar ahkan sebagai pengendali (buffer ) ar us ur banisasi ke Pulau Jawa yang di ar ahkan sebagai pusat per tumbuhan ekonomi bagi wil ayah sekitar nya ser ta menjadi per cotohan (best

practices) per wujudan kota ber kelanjutan;

4. Pembangunan 10 kota bar u publik yang mandir i dan ter padu di sekitar kota atau kawasan

per kotaan metr opolitan yang di per untukkan bagi masyar akat ber penghasi lan menengah ke

baw ah ser ta diar ahkan sebagai pengendali (buffer ) ur banisasi di kota atau kawasan per kotaan metr opolitan;

5. Perwujudan 39 pusat per tumbuhan bar u per kotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal

(PKL) atau Pusat Kegiatan W il ayah (PKW ).

B. Renstra Ditjen Cipta Karya 201 5- 201 9 (SE No.50/ SE/ Dc/ 2016)

Visi Di r ektor at Jender al Cipta Kar ya Kementer ian Peker jaan Umum dan Per umahan Rakyat dalam

mewujudkan per mukiman layak huni dan ber kelanjutan. Di tjen Cipta Kar ya ber tekad beker ja tidak

sekedar busi ness as usual, tidak bisa hanya bekerja ber basi s output tanpa penyempur naan per angkat dan melakukan ter obosan. Per lu dilakukan per baikan baik dar i segi fungsi , teknis,

kualitas/ mutu, administr asi , dan kelembagaan dalam penyel enggar aan pembangunan

i nfr astruktur per mukiman. Dalam penyel enggar aan pembangunan infr astruktur bidang Cipta

Kar ya dikenal dengan “ ger akan 100- 0- 100” , yang penekanannya pada cakupan layanan air

mi num layak 100%, penanganan permuki man kumuh 0% dan cakupan layanan sanitasi layak

100%.

(5)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-5 Gambar 3.1 Sasaran Gerakan Nasional 100- 0- 100

Untuk mewujudkan sasar an str ategis ter sebut, maka sasar an pr ogr am Ditjen Ci pta Kar ya adalah

sebagai ber ikut:

a. M eningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyar akat, dengan

indikator per sentase peningkatan cakupan pelayanan akses air minum;

b. M eningkatnya kontr i busi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan per mukiman yang

layak, dengan indikator per sentase penur unan luasan per mukiman kumuh per kotaan;

c. M eningkatnya kontr ibusi ter hadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyar akat, dengan indikator

per sentase peningkatan cakupan pelayanan akses sanitasi.

INDIKAT OR KINE RJA SAT UAN TARGE T

2015 2016 2017 2018 2019 TOT AL

1 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat

Persentase peningkatan cakupan

pelayanan akses air minum % 73,7 78,8 84,8 92,1 100 100

2 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak

Persentase penurunan luasan

permukiman kumuh perkotaan % 8 6 4 2 0 0

3 Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat

Persentase peningkatan cakupan

pelayanan akses sanitasi % 64 72 85 92 100 100

Dalam pelaksanaan pembangunan infr astr uktur keci ptakar yaan, Ditjen Cipta Kar ya menggunakan

tiga str ategi pendekatan yai tu membangun sistem, memfasil itasi Pemer intah Dareah Pr ovinsi, Kota

dan Kabupaten, ser ta member dayakan masyar akat mel al ui progr am- pr ogr am pemberdayaan

(6)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-6 infr astruktur dengan mempr i or itaskan sistem infastr uktur Pr ovi nsi/ Kabupaten/ Kota. Dalam hal

fasilitasi Pemer intah Daer ah, bentuk dukungan yang diber ikan adal ah fasilitasi kepada Pemer intah

Daer ah dal am penguatan kelembagaan, keuangan, ter masuk pembinaan teknis terhadap tugas

dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pember dayaan masyar akat, bentuk dukungan yang diber ikan

adalah pembangunan infr astruktur keciptakar yaan melal ui pr ogr am- pr ogr am pember dayaan

masyar akat.

Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pendekatan Strategi Pelaksanaan

Membangun Sistem

1. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Skala Regional (TPA Regional atau SPAM Regional)

2. Pembangunan Infrastruktur Permukiman pada kawasan strategis (kawasan perbatasan, KSN, PKN, WPS) atau kawasan khusus (kawasan kumuh perkotaan, kawasan nelayan, kawasan rawan air/ perbatasan/pulau terluar)

3. Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai alat sinergisasi seluruh sektor dalam menata kawasan

Fasilitasi Pemda

1. Pendampingan penyusunan NSPK daerah antara lain Perda Bangunan Gedung, SK Kumuh, dsb.

2. Penyusunan Rencana Penanganan K awasan/Induk Sektoral seperti Strategi Sanitasi K ota (SSK), Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), dan Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

3. Pembangunan Indrastruktur Permukiman Skala kawsan seperti fasilitasi PDAM, fasilitasi kota hijau dan kota pusaka, penanganan kumuh perkotaan, serta penataan bangunan dan lingkungan.

Pemberdayaan Masyarakat

1. Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakt melalui kegiatan Pamsimas, Snaimas, dan P2K P.

2. Bantuan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat

3.1.2. ARAHAN PENATAAN RUANG

Ar ahan penataan r uang yang ditindaklanjuti ke dalam RPIJM kabupaten/ kota adalah sebagai ber ikut:

3.1.2.1. Ar ahan RTRW N

Ar ahan RTRW N sesuai amanant PP No.26 tahun 2008 tentang PKN, PKW , PKSN dan KSN diur aikan sebagai ber ikut :

Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan W ilayah (PKW )

Sesuai dengan ar ahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang W ilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan per kotaan yang ber fungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional , atau beber apa pr ovinsi.

Kegiatan yang dimaksud adal ah kegiatan ekspor t- impor t atau pintu ger bang menuju kawasan inter nasional; kegiatan industri dan jasa serta simpul tr anspor tasi .

(7)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-7 beber apa kabupaten, seper ti kegiatan ekspor - impor , pusat kegiatan industr i dan jasa, simpul tr anspor tasi .

Adapun Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan W ilayah (PKW ) di wilayah Provinsi NTT ber dasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW N disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.2.Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

PROVINSI PKN PKW

Nusa Tenggara Timur Kupang

Soe, Kefamenanu, Ende, Maumere, Waingapu,

Ruteng, Labuan Bajo

Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Sesuai dengan ar ahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang W ilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan per kotaan yang ditetapkan untuk mendor ong pengembangan kawasan per batasan negar a. W il ayah Pr opi nsi NTT ber batasan dar at dan l aut dengan negar a Ti mor Leste dan negar a Austr ali a. Karen a itu maka pr ovinsi NTT masuk dal am PKSN.

Adapun Pusat Kegiatan Str ategis Nasional (PKSN) di wilayah Pr ovinsi NTT, ter saji pada tabel beri kut i ni :

Tabel 3.3. Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Provinsi NTT

NO PUSAT KEGIATAN STRATEGIS

NASIONAL STATUS PROVINSI

1 Atambua (Ibukota Kab. Belu)

Pengembangan / Peningkatan Fungsi

(Tahap I)

Nusa Tenggara Timur

2 Kalabahi (Ibukota Kab. Alor)

Pengembangan

Baru (Tahap I) Nusa Tenggara Timur

3 Kefamenanu

(Ibukota Kab. Timor Tengah Utara)

Pengembangan

Baru (Tahap I) Nusa Tenggara Timur

Kawasan Strategis Nasional (KSN)

(8)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-8 a. per tahanan dan keamanan

b. per tumbuhan ekonomi c. sosial dan budaya

d. pendayagunaan sumber daya alam dan/ atau teknologi tinggi e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

Adapun Kawasan Str ategis Nasional (KSN) di wil ayah Pr ovinsi NTT, ter saji pada tabel ber ikut ini :

Tabel 3.4. Penetapan Kaw asan Strategis Nasional (KSN) di Provinsi NTT

NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL SUDUT

KEPENTINGAN KOTA / KABUPATEN

STATUS HUKUM

37 Kawasan Taman Nasional Komodo Lingkungan Hidup Kab. Manggarai Barat

KawasanPengembangan Ekonomi Terpadu

Mbay Ekonomi Kab. Ngada

40 KawasanPerbatasan Darat RI dengan negara Timor Leste

Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar (Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, dan

3.1.2.2 . RENCANA TATA RUANG PERBATASAN NEGARA DI PROVINSI NTT

Rencana Tata Ru an g Kaw asan Per batasan Negar a Di Pr ovi nsi Nusa Tenggar a Timu r diatur dalam Per atur an Pr esiden No 17 9 Tah un 201 4.

Rencana Tata Ruang Kaw asan Per batasan Negar a ber per an sebagai al at oper asi onali sasi Rencana Tata Ruang W i l ayah Nasi onal dan sebagai al at k oor di nasi pel aksanaan pembangunan di Kaw asan Per batasan Negar a.

(9)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-9 b. 11 (sebel as) kecamatan yang mel i puti Kecamatan Kak ul uk M esak, Kecamatan

Tasif eto Ti mur , Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Atambu a Bar at, Kecamatan Atambua Sel atan, Kecamatan Lasi ol at,Kecamatan Rai hat, Kecamatan Lamaknen , Kecamatan Lamak nen Sel atan, Kecamatan Tasi f eto Bar at, dan Kecamatan Nanaet Duabesi di Kabupaten Bel u;

c. 5 (li ma) kecamatan yang meli puti Kecamatan Kobal i ma Ti mur , Kecamatan Kobali ma, Kecamatan M al ak a Tengah, Kecamatan M al aka Bar at, dan Kecamatan W ew i k u di Kabupaten M al aka;

d. 10 (sepul uh) k ecamatan yang meli puti Kecamatan Biboki Anl eu, Kecamatan Biboki M oenl eu, Kecamatan Insana Utar a, Kecamatan Nai benu, Kecamatan Bik omi Ut ar a, Kecamatan Bikomi Tengah, Kecamatan Bik omi Nil ul at, Kecamatan Kota Kef amenanu, Kecamatan M i omaf f o Bar at, dan Kecamatan M uti s di Kabupaten Ti mor Tengah Utar a;

e. 6 (enam) kecamatan yang meli puti Kecamatan Boki ng, Kecamatan Nunkol o, Kecamatan Kot'oli n, Kecamat an Kol bano, Kecamatan Kual in, dan Kecamatan Amanuban Sel atan di Kabupaten Ti mor Tengah Sel atan;

f. 8 (del apan) k ecamatan yang meli puti Kecamatan Amf oang Ti mur , Kecamatan Semau, Kecamatan Semau Sel atan, Kecamatan Kupang Bar at, Kecamatan Nekamese, Kecamatan Amar asi Bar at, Kecamatan Amar asi Sel atan, dan Kecamatan Amar asi Ti mur di Kabupaten Kupang;

g. 10 (sepul uh) kecamatan yang meli puti Kecamatan LanduLek o, Kecamatan Rote Ti mur , Kecamatan Pantai Bar u, Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Rote Sel atan, Kecamatan Lobal ai n, Kecamatan Rote Bar at Laut, Kecamatan Rote Bar at Daya, Kecamatan Rote Bar at, dan Kecamatan Ndao Nuse di Kabupaten Rote Ndao;

h. 6 (enam) k ecamatan yang mel i puti kecamatan Sabu Ti mur , Kecamatan Sabu Tengah, Kecamatan Sabu Bar at, Kecamatan Li ae, Kecamatan Haw u M ehar a, dan Kecamatan Rai jua di Kabupaten Sabu Rai jua;

i. 8 (del apan) kecamatan yang meliputi Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan W ul a W eijel u, Kecamatan Ngadu Ngal a, Kecamat an Kar er a, Kecamatan Pinu Pahar , Kecamatan Tabundung, Kecamatan Katal a Hamuli ngu dan Kecamatan Lew a Ti dah u di Kabupaten Sumba Ti mur ;

j. 1 (satu) kecamatan yang meliputi Kecamatan Katikutana Sel atan di Kabupaten Sumba Tengah;

k. 3 (tiga) kecamatan yang meliputi Kecamatan W anuk ak a, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Laboya Bar at di Kabupaten Sumba Bar at;

1. 3 (tiga) kecamatan yang mel iputi Kecamatan Kodi Bangedo, Kecamatan Kodi Balagar , dan Kecamatan Kodi di Kabupaten Sumba Bar at Daya;

m. Laut Ter itor i al Indonesi a di Sel at Ombai, Laut Timor , dan Samuder a Hindi a; n. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesi a di Selat Ombai , Laut Timor , dan Samuder a

Hindia; dan

o Landas Kontinen Indonesi a di Laut Timor dan Samuder a Hindi a.

Penataan Ruang Kaw asan Per batasan Negar a ber tujuan untuk mewujudkan:

(10)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-10 b. kaw asan berf ungsi lindung di Kaw asan Per batasan Negar a yang l estar i ;

c. Kaw asan Budi Daya ekonomi per batasan yang mandiri dan ber daya saing.

Rencana Struktur Ruang Kaw asan Perbatasan Negara

Rencana str uktur r uang Kaw asan Per batasan Negar a di tetapk an dengan tujuan meningk atkan pel ayanan pusat kegi atan, kualitas dan jangkauan pel ayanan jar i ngan pr asar ana, serta f ungsi Kaw asan Per batasan Negar a sebagai ber anda depan Negar a Kesatuan Republik Indonesi a (NKRI).

Rencana str uktur r uang Kaw asan Per batasan Negar a ber fungsi sebagai penunjang dan pengger ak kegi atan per tahanan dan keamanan negar a untuk menjamin keutuhan kedaul atan dan keterti ban serta sosi al ekonomi M asyar akat yang secar a hi er ar ki memiliki hubungan f ungsi onal.

Rencana str uktur r uang Kaw asan Per batasan Negar a ter di ri at as: a. r encana si stem pusat per muki man perbatasan negar a; dan b. r encana si stem jar ingan pr asar ana.

Rencana si sti m pusat per r muki man per batasan negar a ber fungsi sebagai pusat pel ayanan ter di r i atas:

a. pusat pel ayanan utam a;

b. pusat pel ayanan penyangga;dan c. pusat pel ayanan pi ntu ger bang.

Pusat pel ayanan utam a PKSN d i tetapkan di a. PKSN Kal abahi di Kabupaten Al or ; b. PKSN Atambua di Kabupaten Bel u; dan

c. PKSN Kefamenanu di Kabupaten Ti mor Tengah Utar a.

Pusat pel ayanan penyangga mer upak an pusat kegi atan penyangga pi ntu ger bang dal am peni ngkatan pel ayanan per tahanan dan keamanan negar a, keter k ai tan antar a pusat pel ayanan utam a dan pusat pel ayan an pi ntu ger bang, ser ta kemandi r i an pangan M asyar akat di Kaw asan Per batasan Negar a.

Pusat pel ayanan penyangga di tetapkan di : a. Haekesak di Kabupaten Bel u; dan b. W emasa di Kabupaten M al aka.

Pusat pelayanan pi ntu ger bang sebagai mana dimaksud merupakan pusat kegiatan ter depan dalam peningkatan pel ayanan per tahanan dan keamanan negar a ser ta kegiatan lintas batas di Kaw asan Per batasan Negar a.

Pusat pel ayanan pintu ger bang ditetapkan di:

(11)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-11 b. M otaain di Kecamatan Tasifeto Timur pada Kabupaten Bel u;

c. Tur isk ain di Kecamatan Rai hat pada Kabupaten Belu;

d. M otamasin di Kecamatan Kobali ma Timur pada Kabupaten M al ak a; e. W ini diKecamatan Insana Utar a pada Kabupaten Ti mor Tengah Utar a; f. Napan di Kecamatan Bikomi Utar a pada Kabupaten Ti mor Tengah Utar a;

g. Haumeni Ana di Kecamatan Bikomi Nulil at pada Kabupaten Timor Tengah Utar a; dan h. Oepol i di Kecamatan Amfoang Timur pada Kabupaten Kupang.

Pusat pel ayanan pintu ger bang sebagai mana di maksud memi li ki fungsi sebagai :

Sistem J aringan Prasarana Permukiman

Si stem jar i ngan pr asar ana per muk i man dal am r angka meni ngk atk an kuali tas dan jangkauan pel ayanan per kotaan di kemban gkan secar a ter i ntegr asi dan di sesuai k an dengan kebutuhan untuk mendukung per tumbuhan ek onomi Kaw asan Per batasan Negar a. Si stem jar i ngan pr asar ana per muki man terdi r i atas:

a. Si stem Penyedi aan Ai r M i num (SPAM ); b. si stem jar i ngan dr ai nase;

c. si stem jar i ngan air i mbah; dan d. si stem pengel ol aan sampah. SPAM ter di r i atas:

a. SPAM j ar i ngan per pi paan; dan b. SPAM buk an jar i ngan per pi paan.

SPAM jar i ngan per pipaan ter dir i atas unit air bak u, unit pr oduk si , dan unit dengan kapasitas pr oduk si sesuai dengan kebutuhan dan perk embangan Kaw asan Per batasan Negar a.

SPAM jar i ngan per pi paan t er r di r i atas:

a. unit air baku yang ber sumber dar i bangunan pengol ahan air mi num (BPAM ) di mata air , sungai, danau, dan embung;

b. unit pr oduk si air mi num meli puti Instal asi Pengol ahan Ai r mi num (IPA) ditetapkan untuk mel ayani PKSN Kal abahi, PKSN Kef amenanu, PKSN Atambua, W emasa, Haekesak, M ar itai ng, M otaai n, Tur i skai n, M otamasi n, W ini, Napan, Hau meni Ana, dan Oepoli; dan

c. Unit di stri busi ai r mi num ditet apk an untuk mel ayani PKSN Kal abahi , PKSN Kef amenanu, PKSN Atambua, W emasa, Haek esak, M ar itai ng, M otaai n, Tur i skain, M otamasi n, W i ni , Napan, Haumeni Ana, dan Oepoli .

(12)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-12 yang ditetapkan sesuai dengan k etentuan per atur an per undang- undangan. SPAM uk an jar i ngangan perpipaan yang mel ayani k aw asan yang tidak/ bel um ter jangkau SPAM ter masuk PPKT ber penghuni dan pos pengamanan per batasan di :

a. Kecamatan Al or Ti mur , Kecamatan Alor Ti mur Laut, Kecamatan Pur eman,Kecamatan Lembur , Kecamatan A l or Tengah Utar a, Kecamatan Alor Sel atan, Kecamatan M atar u, Kecamatan Kabol a, Kecamatan Alor Bar at Laut, Kecamatan Alar Bar at Daya, Kecamatan Pul au Pur a, Kecamatan Pantar , Kecamatan Pantar Ti mur , Kecamatan Pantar Tengah, Kecamatan Pantar Bar at, dan Kecamatan Pantar Bar at Laut pada Kabupaten Al or ;

b. Kecamatan Kakul uk M esak, Kecamatan Tasi f eto Ti mur , Kecamatan Atambua Bar at, Kecamatan Atambua Sel atan, Kecamatan Lasi ol at, Kecamatan Rai hat, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Sel atan, Kecamatan Tasif eto Bar at, dan Kecamat an Nanaet Duabesi pada Kabupaten Bel u;

c. Kecamatan Kobali ma Ti mur , Kecamatan Kobali ma, Kecamatan M al aka Tengah, Kecamatan M al aka Bar at, dan Kecamatan W ew ik u pada Kabupaten M al aka;

d. Kecamatan Biboki Anl eu, Kecamatan Bi boki M oenl eu, Kecamatan Insana Utar a, Kecamatan Nai benu, Kecamat an Bik omi Utar a, Kecamatan Bik omi Tengah, Kecamatan Bi komi Nil ul at, Kecamatan M i omaff o Bar at, dan Kecamatan M uti s pada Kabupaten Ti mor Tengah Utar a;

e. Kecamatan Boki ng, Kecamatan Nunkol o, Kecamatan Kot 'oli n, Kecamatan Kol bano, Kecamatan Kual i n, dan Kecamatan Amanuban Sel atan pada Kabupaten Ti mor Tengah Sel atan;

f. Kecamatan Amf oang Ti mur , Kecamatan Semau, Kecamatan Semau Sel atan, Kecamatan Kupang Bar at, Kecamatan Nek amese, Kecamatan Amar asi Bar at , Kecamatan Amar asi Sel atan, dan Kecamatan Amar asi Ti mur pada Kabupaten Kupang;

g. Kecamatan Lan du Leko, Kecamatan Rote Ti mur , Kecamatan Pantai Bar u, Kecamat an Rote Tengah, Kecamatan Rote Sel atan, Kecam atan Lobal ai n, Kecamat an Rote Bar at Laut, Kecamatan Rote Bar at Daya ter masuk Pul au Ndana, Kecamatan Rote Bar at, dan Kecamatan Ndao Nuse pada Kabupaten Rote Ndao;

h. Kecamatan Sabu Ti mur , Kecamatan Sabu Tengah, Kecamatan Sabu Bar at, Kecamatan Li ae, Kecamatan Haw u M ehar a, dan Kecamatan Raijua pada Kabupaten Sabu Rai jua; i. Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan W ul a W ei jel u, Kecamatan Ngadu Ngal a,

Kecamatan Kar er a, Kecamatan Pinu Pahar , Kecamatan Tabundung, Kecamatan Katal a Hamuli ngu, dan Kecamatan Lew a Tidahu pada Kabupaten Sumba Ti mur ; j. Kecamatan Kati k utana Sel atan pada Kabupaten Sumba Tengah;

k. Kecamatan W anukaka, Kecamatan Lamboya, dan Kecamatan Laboya Bar at pada Kabupaten Sumba Bar at; dan

l. Kecamatan Kodi Bangedo, Kecamatan Kodi Bal agar , dan kecamatan Kodi pada Kabupaten Sumba Bar at Daya.

(13)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-13 ber penghuni yang tidak ter dapat sumber ai r baku atau mer upakan l okasi dengan sumber air baku sul it dapat di upayakan mel al ui r ekayasa pengol ahan air baku. Pengel ol aan SPAM di l ak sanakan sesuai dengan ketentuan per atur an per undang- undangan.

Si stem j ar i ngan dr ai nase ditetapkan dal am r angka mengur angi genangan ai r dan mendukung pengendal i an banji r,ter utama di kaw asan per untukan per muki man. Si stem jar i ngan dr ai nase sebagai mana di mak sud ber ada di PKSN Kal abahi , PKSN Kef amenanu, PKSN Atambua, W emasa, Haekesak, M ar itai ng, M otaai n, Tur i skai n, M otamasi n, W i ni , Napan, Haumeni Ana, dan Oepol i.

Si stem jar i ngan dr ai nase dil aksanakan secar a ter padu dengan si stem pengendal i an banji r . Si stem jar i ngan air li mbah ter di r i atas: a. si stem pembuangan ai r li mbah setempat; b. si stem pembuangan ai r li mbah ter pusat.

Si stem pembuangan air li mbah setempat di l akukan secar a i ndi vidual mel al ui pengol ahan dan per nbuangan air li mbah setempat ser ta dik embangkan pada kaw asan yang bel um m e m i l i k i sistem pebuangan air li mbah ter pusat.

Si stem pembuangan l i mbah ter pusat dil ak ukan secar a k ol ekt if r nel al ui jar i ngan pengumpul an ai r l i mbah, pengol ahan, ser ta per nbuangan air li mbah secar a ter pusat. Si stem pembuangan ai r li mbah ter pusat sebagai man a di mak sud mencakup Instal asi Pengol ahan Air Li mbah (IPAL) beser ta jar i ngan air limbah.

Si stem pembuangan air li mbah ter pusat di l aksanak an dengan memper hati kan aspek tekni s, l i ngk ungan, dan sosi al - budaya M asyar ak at seter npat, ser ta di l engkapi dengan zona penyangga.

Si st em per nbuangan air li mbah ter pusat ditetapkan di PKSN Kal abahi , PKSN Kef amen anu, PKSN Atar nbu a, W emasa, Haek esak, M ar itai ng, M otaai n, Tur i skai n, M otar nasi n, W i ni , Napan, Haur neni Ana, dan Oepoli . Si stem per nbuangan air l i mbah ter pusat di atur sesuai dengan k etentuan per atur an per undang- undangan.

Si stem pengel ol aan sampah ter di r i atas: a. Tempat Penampungan Sementar a (TPS);

b. Tempat Pengol ahan Sampah dengan pr insip r educe, r euse, r ecycl e (TPS 3R); c. Tempat Pengol ahan Sampah Ter padu (TPST);dan

d. Tempat Pemr osesan Akhi r (TPA).

Lokasi TPS, TPS 3R, dan TPST di tetapkan dengan per atur an daer ah tentang r encana tata r uang wi layah.

Lokasi TPA d i Kaw asanPer batasan Negar a ditetapkan di:

a. Kecamatan Tasi f eto Bar at dan Kecamatan Kakul uk M esak diKabupaten Belu; b. Kecamatan M al ak a Tengah pada Kabupaten M alaka;

c. Kecamatan Lobal ain pada Kabupaten Rote Ndao; dan d. Kecamatan Sabu Tengah pada Kabupaten Sabu Raijua.

(14)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-14 3.1.2.3 . RENCANA TATA RUANG W ILAYAH (RTRW ) PROVINSI

Rencana Tata Ruang W ilayah (RTRW ) Pr ovinsi NTT ditetapkan melalui Per atur an Daer ah No. 1 Tahun 2011. Adapun ar ahan RTRW Pr opin si meli puti pengemban gan pol a r uang, str uktur r uang dan Str at egi oper asi on alisasi pol a r uang dan str u ktu r r uang yang di ur ai kan sebagai ber i kut :

3.1.2.3 .1 . Arahan pengembangan pola ruang mencakup: pengembangan kawasan lindung dan budidaya, yang didalamnya termuat pola ruang terkait bidang CK.

A. Kawasan Lindung

Kawasan Lindung di tetapkan ber dasar kan kebijakan dan str ategi pola r uang wil ayah Pr ovinsi NTT. Rencana kawasan Lindung Pr ovinsi NTT adalah mini mal 29,03% dar i total luas wil ayah Pr ovinsi NTT adal ah sekitar 1,348,760.25 Ha dimana luas lahan total adalah 3,297,598.85 Ha. Luas per air an Pr ovinsi NTT adalah sekitar 19.148.400 Ha. Luasan ini mencakup pemanfaatan Li ndung di wilayah Laut Pr ovinsi NTT.

Kawasan l indung ter dir i atas : a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang member ikan per lindungan kawasan bawahannya; c. kawasan per lindungan setempat;

d. kawasan suaka alam, pelestari an alam, dan cagar budaya; e. kawasan r aw an bencana;

f. kawasan l indung geologi ; dan g. kawasan l indung lainnya.

i) Kawasan Yang M ember ikan Per lindungan Ter hadap Kawasan Bawahannya

Kawasan yang member ikan per lindungan ter hadap kawasan baw ahannya ter dir i dar i kawasan r esapan air dan kawasan ber gambut. Kawasan per lindungan bawahannya yang ter dapat di NTT adalah kawasan r esapan air yang meli puti :

a. Kawasan Resapan Air Fatukoa Naioni di Kota Kupang; b. Kawasan Resapan Air Baumata di Kabupaten Kupang;

c. Kawasan Resapan M utis di Kabupaten Timor Tengah Selatan; dan d. Kawasan Resapan Air W olomer a di Kabupaten M anggar ai Ti mur .

Ar ahan pemanfaatan r uang di Kawasan ter sebut di Provinsi NTT adalah :

a. keter sediaan vegetasi hijau sebagai per lindungan kawasan ((Gr een Bel t) dan memper tahankan ekosi stem kawasan sehi ngga ekosistem ter sebut tetap lestar i dan ber kel anjutan.

(15)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-15 c. pener apan pr insi p ” zero delta Q poli cy” ter hadap setiap kegiatan budidaya ter bangun

yang diajukan izinnya.

d. pengawasan dan pengendalian pada kawasan r esapan air di lakukan dengan car a pemeri ntah member ikan wewenang dan tanggungjawab ter hadap pengawasan dan pengendalian kawasan konser vasi dan r esapan air pada pemer intahan daer ah kabupaten, pada wil ayah terkait.

ii ) Kawasan Per lindungan Setempat

Kawasan Per lindungan setempat meliputi: sempadan pantai , sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air , ser ta kawasan lindung spi ritual dan kear ifan l okal. Adapun Kawasan Per l indungan setempat yang ter dapat di Pr opinsi NTT, mel iputi kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar atau waduk dan kawasan sempadan jur ang.

a. Kawasan sempadan pantai;

Kawasan sempadan pantai yang ter dapat di NTT memili ki l uas total kur ang lebih 56.274 Ha, meliputi :

1. Kawasan sempadan pantai yang ber jarak 100 meter dar i ti tik pasang ter tinggi ke ar ah dar at yaitu di sepanjang pantai Pr ovinsi Nusa Tenggar a Timur ;

2. Kawasan sempadan pantai r awan gelombang pasang dan tsunami yang ber jar ak lebih dar i 100 meter disesuaikan dengan kar akter pantai, ter dapat di M aumer e di Kabupaten Sikka, Daer ah Atapupu/ pantai utar a Bel u, pantai selatan Pulau Sumba, pantai utar a Ende, pantai utar a Flor es Timur , pantai selatan Lembata, dan pantai selatan Pulau Ti mor .

b. Kawasan sempadan sungai ;

Kawasan sempadan sungai yang ter dapat di NTT memili ki luas total kur ang lebih 181.837 Ha, meli puti :

1. Kawasan sempadan sungai di kawasan non per mukiman ber jar ak sekur kur angnya 100 m dar i kiri dan kanan untuk ali r an sungai utama dan sekur ang-kur angnya 50 meter dar i kir i dan kanan untuk anak sungai.

2. Kawasan sempadan sungai di kawasan per muki man ber jar ak sekur ang-kur angnya 10 meter .

c. Kawasan sekitar danau atau waduk

Kawasan sekitar danau atau waduk memil iki luas total kur ang lebih 28.944 Ha, ber jar ak 50- 100 meter dar i titik pasang tertinggi ke ar ah dar at.

(16)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-16 TABEL 3.5. ARAHAN KAW ASAN PERLIND UNGAN SETEM PAT PROVINSI NTT

NO JENIS ARAHAN

1

Kawasan Sempadan Pantai

o PP No 29 tahun 1986 mengenai Kriteria Penetapan Kawasan Lindung adalah daerah sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat

o Pantai rawan gelombang pasang dan tsunami sempadan > 100m

o Penetapan sempadan pantai rawan bencana memperhatikan karakter pantai (topografi, tipe,bentuk pantai, dsb)

o Vegetasi hijau sebagai sabuk hijau (Green belt). Pelindung dari abrasi dan gelombang pasang/ tsunami

2 Kawasan Sempadan Sungai

o Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar sempadan sungai terdiri atas sungai di kawasan bukan permukiman sekurang - kurangnya 100 meter dan anak sungai sekurang - kurangnya 50 meter (Permen PU No. 63 Tahun 1993)

o Kawasan perlindungan setempat sekitar sempadan sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 10 meter

3 Sempadan Jurang

o Ketersedian sarana prasarana perlindungan sekitar kawasan berupa rambu-rambu, guide real, lampu penerangan

o Vegetasi hijau sebagai sabuk hijau (Green belt). Pelindung disempadan dan lereng jurang sebagai antisipasi resiko longsor yang mungkin dapat terjadi

4 Kawasan Sekitar Danau & Waduk

o Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar waduk/danau ditetapkan yang lebarnya antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat

o Ketersediaan vegetasi hijau sebagai pelindung kawasan Danau dan Waduk o Ketersediaan sarana prasarana pendukung kawasan

o Pengembangan kegiatan pariwisata dan/atau kegiatan budidaya lainnya di sekitar lokasi waduk /danau yang mempertimbangkan konservasi waduk/danau

5 Kawasan Sekitar Mata Air

o Kawasan perlindungan setempat (KPS) sekitar mata air, ditetapkan dengan radius 200 meter, dan direncanakan secara merata di seluruh wilayah

o Ketersediaan vegetasi hijau sebagai pelindung kawasan Mata Air 6 Kawasan Lindung

Spiritual

o Berdasarkan kebutuhan perlindungan terutama saat kegiatan berlangsung o Ketersediaan sarana prasarana pendukung kawasan

iii) Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan r awan bencana alam yang terdapat di pr opinsi NTT, meliputi kawasan r awan tanah longsor dan ger akan tanah dan kawasan r awan banji r .

a. Kawasan r aw an l ongsor

Kawasan r aw an longsor di tetapkan dengan kriteri a kawasan ber bentuk ler eng yang rawan ter hadap per pindahan mater i al pembentuk ler eng ber upa batuan, bahan rombakan, tanah, atau mater ial campur an. Kawasan r awan longsor dan ger akan tanah ter dapat di Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utar a, Kabupaten Belu, Kabupaten Alor , Kabupaten Lembata, Kabupaten Flor es Timur , Kabupaten Sikka, Kabupaten Ende, Kabupaten Ngada, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten M anggar ai Timur , Kabupaten M anggar ai, Kabupaten M anggar ai Bar at.

b. Kawasan r aw an banji r

(17)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-17 Adapun pembagian wilayah ber dasar kan jenis bencana di Pr ovinsi NTT adalah sebagai ber ikut:

TABEL 3.6. KAW ASAN RAW AN BENCANA ALAM PROVINSI NTT

Sumber: RTRWP 2010

Ber dasar kan identifi kasi ini adapun ar ahan pemanfaatan kawasan Rawan Bencana Alam di Pr ovinsi NTT adalah sebagai ber ikut:

NO JENIS KAWASAN

1 Kawasan Rawan Bencana Longsor

 Lereng Gunung Ile Mandiri-Larantuka  Kawasan Ikan Poti-Kab Kupang  Kawasan Buka Piting-Alor  Kawasan Perbatasan Ende dan Sikka 2 Kawasan Rawan Bencana Banjir  Rawan Banjir Kota Larantuka

 Rawan Banjir Kota Kupang

3 Kawasan Rawan Bencana Gempa &

Gerakan Tanah  Provinsi NTT

4

Kawasan Rawan Bencana

Gelombang Pasang & Tsunami  Rawan Tsunami Laut Flores Rawan Tsunami Pantai Selatan Provinsi NTT  Rawan Tsunami Laut Timor

5

Kawasan Rawan Bencana Gunung Berapi

(18)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-18 TABEL 3.7. ARAHAN KAW ASAN RAW AN BENCANA ALAM PROVINSI NTT

NO JENIS ARAHAN

1 Kawasan Rawan Bencana Longsor

o Pelibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana longsor

o Pemeliharaan vegetasi di bagian gunung yang memiliki tingkat ketinggian >2000 m dpl dan memiliki kelerengan >30%.

o Penanaman vegetasi seperti pepohonan untuk mengendalikan kecepatan aliran air dan erosi tanah pada sempadan sungai

o Prioritas kegiatan penanaman vegetasi yang berfungsi untuk perlindungan kawasan tanah longsor.

o Penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk o Penetapan lokasi evakuasi bencana pada zona aman

o Penyediaan system peringatan dini (early warning system) terkait jenis bencana

2 Kawasan Rawan Bencana Banjir

o Pembebasan kawasan terbangun pada kawasan rawan banjir sebagai kawasan hijau o Penyediaan kelengkapan/ sarana prasarana perlindungan bencana

o Pengaturan intensitas, bentuk bangunan yang terkait zona kerentanan o Penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan

o Penetapan lokasi evakuasi bencana pada zona aman

o Penetapan pemberdayaan / swadaya masyarakat dalam antisipasi banjir di lingkungan permukiman

o Penyediaan sstem peringatan dini (early warning system) terkait jenis bencana

3 Kawasan Rawan Bencana Gempa

o Mengembangkan kesiapsiagaan keselamatan dimana semua anggota masyarakat sadar akan bahaya yang dihadapi, mengetahui bagaimana melindungi diri

o Penerapan kurikulum pembelajaran terkait bencana gempa karena NTT adalah daerah resiko gempa paling tinggi di Indonesia.

o Pengaturan tata, masa bangunan yang aman dari gempa o Penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk o Penetapan lokasi evakuasi bencana pada zona aman

o Penyediaan kelengkapan/ sarana prasarana perlindungan bencana

o Penyediaan system peringatan dini (early warning system) terkait jenis bencana

4

Kawasan Rawan Gelombang Pasang & Tsunami

o Penerapan kurikulum pembelajaran terkait bencana gempa penyebab tsunami sejak dini karena NTT adalah daerah resiko gempa penyebab tsunami paling tinggi di Indonesia. o Mengembangkan kesiapsiagaan keselamatan dimana semua anggota masyarakat sadar

akan bahaya yag dihadapi, mengetahui bagaimana melindungi diri o Penetapan Zona kerentatanan kawasan rawan tsunami

o Intensitas pemanfaatan pada zona kerentanan tinggi sebagai sabuk hijau (green belt) berupa hutan pengendali tsuami (tsunami control forest) dengan memperhatikan jenis dan ketebalan pohon yang sesuai terkait topografi kawasan

o Penetapan ketebalan pohon/ hutan pengendali tsuami disesuaikan dengan topografi & karakter kawasan

o Penyediaan kelengkapan/ sarana prasarana perlindungan bencana

o Penetapan pengaturan tata masa bangunan yang terkait zona kerentanan tsunami o Penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan

o Penetapan lokasi evakuasi bencana pada zona aman

o Penyediaan sistem peringatan dini (early warning system) terkait jenis bencana

5

Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi

o Penetapan zona kerentanan letusan gunung berapi o Penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk o Penetapan lokasi evakuasi bencana pada zona aman

o Penyediaan kelengkapan/ sarana prasarana perlindungan bencana o Penyediaan system peringatan dini (early warning system) terkait jenis bencana

Sumber: RTRWP 2010

iv) Kawasan Lindung Geologi

Kawasan Lindung Geol ogi meliputi kawasan cagar al am geologi, kawasan r awan bencana alam geologi, kaw asan yang member ikan per lindungan ter hadap air tanah dan kawasan r awan ger akan tanah. Kawasan Lindung Geologi di Pr ovinsi NTT memi liki luasan sekitar 175,82 Ha.

a. Kawasan cagar alam geologi

(19)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-19 Kawasan M ata Ai r Panas Tulti Adagai di Kabupten Alor , Kawasan M ata Air Panas Soa M enger uda di Kabupaten Ngada dan Kawasan M ata Air Panas Her as di Kabupaten Fl or es Timur .

b. Kawasan r aw an bencana alam geologi meliputi

Kawasan r aw an gempa ter dapat di Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka, Kabupaten Fl or es Timur , Kabupaten M anggar ai Bar at, Kabupaten M anggar ai, Kabupaten M anggar ai Timur, dan Kabupaten Alor .

c. kawasan raw an gelombang pasang dan tsunami ter dapat

di M aumer e di Kabupaten Sikka, Daer ah Atapupu/ pantai utar a Bel u, pantai selatan Pulau Sumba, pantai utar a Ende, pantai utar a Fl or es Timur , pantai selatan Lembata, dan pantai selatan Pulau Timor , pantai selatan Pulau Sabu dan pantai sel atan Pulau Rote.

d. kawasan raw an gunung ber api, meli puti :

1. Kawasan Gunung Inelika, Gunung Il li Lewotolo, Gunung Illi Bol eng, Gunung Ler eboleng, Gunung Lewotobi Laki- laki dan Gunung Lewotobi Per empuan di Kabupaten Flor es Timur ,

2. Kawasan Gunung Anak Ranakah di Kabupaten M anggar ai ; 3. Kawasan Gunung Iya dan Gunung Kelimutu di Kabupaten Ende; 4. Kawasan Gunung Iner ie di Kabupaten Ngada;

5. Kawasan Gunung Ebulobo di Kabupaten Nagekeo;

6. Kawasan Gunung Rokatenda dan Gunung Egon di Kabupaten Sikka; 7. Kawasan Gunung Sir ung di Kabupaten Alor ; dan

8. Kawasan Gunung Batutar a dan Gunung Il e Ape di Kabupaten Lembata.

e. Kawasan per lindungan terhadap air tanah ter sebar di seluruh kabupaten/ kota di wi layah Pr ovinsi . Ter masuk dalam kaw asan per l indungan terhadap air tanah adalah kawasan sekitar mata ai r ter dapat di seluruh mata ai r yang ada di Pr ovinsi dengan radius 200 meter .

(20)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-20 Ber dasar kan identifikasi ini adapun ar ahan pemanfaatan kawasan Lindung Geol ogi di Pr ovi nsi NTT adalah sebagai ber ikut:

TABEL 3.8. ARAHAN KAW ASAN LIND UNG GEOLOGI PROVINSI NTT

NO JENIS ARAHAN

1 Kawasan Cagar Alam Geologi

o Arahan pemanfaatan kegiatan untuk penelitian, pendidikan, dan ekowisata

o Pemanfaatan sebagai ekowista dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan alam

o Perlindungan Cagar Alam kawasan

o Ketersediaan sarana prasarana penunjang perlindungan kawasan tersebut

2 Kawasan Rawan Bencana

Alam Geologi

o Penerapan kurikulum pembelajaran terkait bencana geologi sejak dini karena NTT adalah daerah resiko bencana.

o Mengembangkan kesiapsiagaan keselamatan dimana semua anggota masyarakat sadar akan bahaya yag dihadapi, mengetahui bagaimana melindungi diri

o Penetapan Zona kerentanan kawasan rawan bencana

o Penyediaan kelengkapan/ sarana prasarana perlindungan bencana o Penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan o Penetapan lokasi evakuasi bencana pada zona aman

o Penyediaan sistem peringatan dini (early warning system) terkait jenis bencana

3 Kawasan Perlindungan

terhadap Air Tanah

o Arahan penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun. o Arahan pemanfaatan penanaman pohon berfungsi lindung.

o Ketersediaan sarana prasarana penunjang perlindungan kawasan tersebut

Sumber: Hasil Analisis, 2010

B. Kawasan Budidaya

Rencana kaw asan Budidaya Pr ovinsi mencakup pemanfaatan di wilayah dar at dan l aut Pr ovinsi NTT.

Penetapan kawasan budi daya pr ovinsi dilakukan dengan memper hatikan kawasan budi daya yang memili ki nilai str ategi s nasional atau kawasan andalan. Kawasan andalan ter dir i atas kawasan andalan dar at dan kawasan andal an laut. Kawasan andalan di provinsi meliputi : a. Kawasan Kupang dan sekitar nya, yang memili ki sector unggulan per tanian, industri,

par iwisata, per ikanan laut dan per tambangan;

b. Kawasan M aumer e – Ende, yang memiliki sector unggulan pertanian, kehutanan, industr y, par iwisata, per ikanan dan per kebunan;

c. Kawasan Komodo dan sekitar nya, yang memili ki sector unggulan per tanian, i ndustr y, par iwisata, per ikanan dan per kebunan;

d. Kawasan Ruteng – Bajawa, yang memi liki sector unggulan per tanian, per tambangan, par iwisata, per ikanan dan per kebunan;

e. Kawasan Sumba, yang memil iki sector unggul an per tanian, par iwisata dan per kebunan; f. Kawasan Andalan Laut Flor es, yang memi liki sector unggulan par iwisata dan per i kanan; g. Kawasan Andal an Laut Sawu dan sekitar nya, yang memil iki sector unggul an par iwisata,

per ikanan dan per tambangan;

h. Kawasan Andalan Laut Sumba dan sekitar nya, yang memi liki sector unggulan par i wi sata dan per ikanan.

Kawasan budidaya ter dir i atas :

(21)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-21 c. kawasan per untukan per tanian;

d. kawasan per untukan per i kanan; e. kawasan per untukan per tambangan; f. kawasan per untukan industr i; g. kawasan per untukan par iwi sata; dan h. kawasan per untukan per mukiman.

Kawasan Budidaya terkait Bidang Cipta Karya adalah

i Kawasan yang Diper untukan Sebagai Kawasan Par i wisata

Kawasan per untukan par iwisata meliputi kawasan peruntukan par i wisata al am, per untukan par iwisata budaya dan peruntukan par i wisata buatan/ taman r ekr easi.

a. Kawasan per untukan par iwi sata al am, mel iputi :

1. Taman Nasional Komodo di Kabupaten M anggar ai Bar at 2. Taman Laut Tujuh Bel as Pulau Riung di Kabupaten Ngada 3. Taman Laut Teluk M aumer e di Kabupaten Sikka

4. Taman Laut Kepa di sel at Pantar di Kabupaten Alor 5. Taman Laut Teluk Kupang di Kabupaten dan Kota Kupang 6. Pantai Nembr ala di Kabupaten Rote Ndao

7. Taman Nasional Kelimutu di Kabupaten Ende;

8. Pantai Kolbano di Kabupaten Timor Tengah Sel atan; dan

9. Kawasan W isata Gunung M utis di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

b. Kawasan per untukan Par iwisata Budaya, meliputi :

1. Atr aksi Pasola di Kabupaten Sumba Bar at dan Sumba Bar at Daya 2. Pr osesi Jumad Agung di Kabupaten Fl or es Timur

3. Pr osesi Jumad Agung di Gua Bi tauni di Kabupaten Timor Tengah Utar a 4. Per bur uan ikan paus di Lamalera di Kabupaten Lembata;

5. Per kampungan Adat di Bena di Kabupaten Ngada; 6. Kampung adat Koanar a di Kabupaten Ende; 7. Kampung adat Tar ung di Kabupaten Sumba Bar at; 8. Kampung adat Laitar ung di Kabupaten Sumba Tengah 9. Kampung adat Boti di Kabupaten Ti mor Tengah Selatan; 10. Kampung Namata di Kabupaten Sabu Raijua;

11. Kampung Tamkesi di Kabupaten Timor Tengah Utar a; 12. Homo Flor encis Liangboah di Kabupaten M anggar ai; 13. Si tus ar keol ogi Ol abul a di Kabupaten Nagakeo;

14. Kubur an M egaliti k di Kabupaten Sumba Timur , Sumba Tengah, Sumba Bar at dan Sikka 15. Atr aksi seni budaya di seluruh kabupaten/ kota

c. Kawasan per untukan Par iwisata Buatan, mel iputi : 1. Taman Rekr easi Subasuka di Kota Kupang;

(22)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-22 Luasan kawasan Par iwisata di masing- masing Kabupaten/ Kota di Pr ovinsi NTT dapat di lihat pada tabel ber ikut:

TABE L 3.9. LUASAN KAWASAN PARIWISATA PROVINSI NTT

KABUPATEN/ KOTA Luas Lahan %

Sumba Barat 35.48 4,64

Sumba Timur 41.15 5,38

Kupang 116.47 15,23

Timor Tengah Selatan 7.16 0,94

Timor Tengah Utara 93.99 12,29

Belu 34.13 4,46

Alor 6.23 0,81

Lembata 27.29 3,57

Flores Timur 3.98 0,52

Sikka 17.73 2,32

Ende 20.96 2,74

Ngada 16.07 2,10

Manggarai 1.33 0,17

Rote Ndao 195.80 25,60

Manggarai Barat 15.43 2,02

Sumba Barat Daya 14.04 1,84

Sumba Tengah 34.39 4,50

Nagekeo 7.74 1,01

Manggarai Timur 9.33 1,22

Kota Kupang 9.10 1,19

Sabu Raijua 57.09 7,46

(23)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-23 Sumber: RTRWP , 2010

Ber dasar kan data diatas, maka dapat diketahui potensi pemanfaatan Kawasan Par i wi sata di Pr ovinsi NTT, adalah sebagai ber ikut:

TABE L 3.10. KAWASAN PARIWISATA PROVINSI NTT

NO JENIS POTENSI PARIWISATA

1 Pariwisata Alam

o Taman Nasional Komodo (Kab. Manggarai Barat) yang memiliki biawak Komodo (varanus komodoensis) yang tiada duanya di dunia, serta gugusan kepulauan yang memiliki taman laut dan pantai yang masih terjaga keasliannya.

o Taman Laut 17 Pulau Riung (Kab. Ngada) o Taman Laut Teluk Maumere (Kab. Sikka) o Taman Laut di Pulau Kepa (Kab. Alor)

o Taman Laut Teluk Kupang (Kab dan Kota Kupang)

o Taman Nasional Kelimutu (Kab. Ende) yang memiliki Danau Tiga Warna yang sangat eksotik o Pantai Kolbano (Kab. Timor Tengah Selatan) yang memiliki potensi batu warna dengan kualitas

ekspor

o Kawasan Wisata Gunung Mutis (Kab. TTS) yang memiliki pemandangan alam dan hutan homogen ampupu.

2

Pariwisata Budaya

& Ritual

Keagamaan

o Atraksi Pasola (berkuda sambil melemparkan lembing) di Kab. Sumba Barat o Prosesi Jumad Agung (di Kab. Flores Timur)

o Perburuan ikan paus di Lamalera (Kab. Lembata)

o Perkampungan Adat di Bena (Kab. Ngada), Koanara (Kab. Ende), Tarung (Kab. Sumba Barat), Boti (TTS), Kampung Namata (Sabu Raijua), Kampung Tampesi (Kab TTS)

o Atraksi seni budaya di setiap daerah

o Homo Florencis (manusia flores) di Liang Bua - Manggarai)

3

Pariwisata Minat Khusus/ Taman Rekreasi

o Taman Rekreasi Ria kota Kupang

o Selancar di Pantai Nemberala (Kab. Rote Ndao) o Mancing di Perairan Tablolong (spesis ikan marlin)

Sumber: RTRWP 2010

Ber dasar kan kebijakan pengembangan Par iwisata di Pr ovinsi NTT yang telah di r encanakan adalah Pola pengembangan Kl aster W isata NTT, yang ter di r i dar i :

a. Klaster I di wilayah Pul au Alor, Pul au Timor, Pul au Rote dan Pulau Sabu. Icon pengembangan par iwi sata adalah “Surving dan Diving”. Dengan konsep pengembangan sebagai Isl and Resor t yang ber tumpu pada kei ndahan pantai dan wisata minat khusus. M emiliki keunggul an pada sektor Bahari seper ti : Sur fing di Nember al a Rote, Taman Laut Selat Kepa Alor , Game Fishing di per air an Kupang (Bilfi sh) yang didukung dengan potensi wisata Budaya (Suku Boti di TTS, Hol e di Sabu, dll), wisata Belanja Kupang, potensi per batasan, ekowisata di M uti s, dll.

(24)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-24 c. Klaster III di wilayah Kabupaten Ende, Kabupaten Si kka, Kabupaten Flor es Timur ,

Kabupaten Lembata. Icon pengembangan par i wi sata adalah “Kelimutu”. Konsep Pengembangan Klaster III sebagai ecotourism yang ber tumpu pada i con kelimutu dan ber bagai atr aksi budaya. M emi liki keunggulan pada Keuni kan W isata Al am Danau Kelimutu yang didukung dengan wi sata Bahar i seper ti : Taman Laut Teluk M aumer e, wi sata budaya dan r eligi (Samana Santa, Perburuan ikan paus) ser ta wisata sejar ah peninggalan por tugis.

d. Klaster IV di W ilayah Sumba (Kab Sumba Timur , Ka Sumba Bar at, Kab Sumba Tengah dan Kab Sumba Bar at Daya). Icon pengembangan par iwisata adal ah “M egalitik”. Konsep pengembangan Klaster IV sebagai cultural her itage yang ber tumpu pada icon kehidupan megalitik dan r itual. M emiliki keunggul an pada Keunikan peninggalan budaya megalitik (kampung adat) dan r itual l ainnya seper ti Pasola, yang didukung dengan wisata Bahar i seper ti : Nihiwatu, M atayangu, Rua, M ar osi, dl l.

TABE L 3.11. ARAHAN KAWASAN PARIWISATA PROVINSI NTT

NO JENIS ARAHAN

1 Pariwisata Alam o Mengembangkan pola klaster dengan menonjolkan image kawasan berdasarkan konsep pengembangan dan icon yang telah ditetapkan di masing-masing cluster, sebagai aset lokal yang berkelanjutan, yang harus dipertahankan dan dilestarikan

o Pemanfaatan pariwisata alam laut dan darat yang bersifat ekowisata (ikut mengkonservasi alam dan melestarikan alam)

o Pengembangan wisata budaya &ritual keagamaan dengan penyelenggaraan event-event (atraksi) budaya

o Menghindari kawasan terbangun untuk pariwisata pantai dan laut sehingga dapat menikmati keindahan alami panorama pesisir pantai dan laut

o Kawasan yang tetah ditetapkan sebagai kawasan pariwisata tidak dapat dialihfungsikan sebagai pemanfaatan lainnya yang dapat merusak fungsi pariwisata alam kawasan

o Mempertahankan/ meningkatkan pengembangan Kabupaten/ Kota yang memiliki potensi sub sektor pariwisata

o Penyediaan sarana prasarana pendukung pariwisata

o Pengembangan kawasan pariwisata alam harus tanggap dengan kemungkinan adanya bencana alam baik di darat dan dilaut

o Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata sebagai mitra kerja dalam bidang service excellence di kawasan wisata potensial

o Ada penyusunan sistem data dan informasi kawasan pariwisata sebagai paket wisata wilayah NTT 2

(ii) Kawasan yang diper untukan sebagai kawasan per mukiman

Kawasan yang di per untukan sebagai kawasan per mukiman meliputi kawasan yang didomi nasi ol eh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal. Luasan kawasan per mukiman di Pr ovinsi NTT seki tar 40,155.28 ha.

TABE L 3.12. KAWASAN PE RMUKIMAN PROVINSI NTT

KABUPATEN/ KOTA Luas Lahan (Ha) %

Sumba Barat 389.67 0,97

Sumba Timur 1,110.10 2,76

Kupang 3,429.25 8,54

Timor Tengah Selatan 5,286.79 13,17

(25)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

Per mukiman di Pr ovinsi NTT, adalah sebagai ber ikut:

TABE L 3.13. ARAHAN KAWASAN PE RMUKIMAN PROVINSI NTT

NO JENIS ARAHAN

1 Permukiman Perkotaan

o Arahan penataan pusat permukiman perkotaan sebagai sentra aktivitas pengembangan sebagai pusat kegiatan yang mandiri.

o Intensitas pemanfaatan kawasan terbangun dirinci atas amplop ruang (Koefisien Dasar Hijau, Koefisien Dasar bangunan, Koefisien Lantai Bangunan dan Garis Sempadan Bangunan) berdasarkan karakteristik kawasan.

o Distribusi pemanfaatan ruang terbangun kawasan perkotaan yang merata untuk mencegah kawasan permukiman padat dengan pengembangan ruang ke arah vertikal

o RTH kawasan perkotaan minimal seluas 30% dari luas wilayah kawasan permukiman perkotaan

o Perencanaan kawasan permukiman baru dapat membentuk cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan keamanan bermukim

o Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan

o Pengaturan permukiman kumuh perkotaan (slum area) dengan penyediaan perumahan sederhana/ Rusunawa

o Kawasan perkotaan menyediakan ruang evakuasi bencana dan kelengkapan sebagai mitigasi bencana berdasarkan jenis bencana yang dapat timbul

2 Permukiman Pedesaan

o Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan dengan memanfaatkan lahan pertanian. Permukiman perdesaan di pegunungan dikembangkan dengan berbasis perkebunan dan hortikultura. Permukiman perdesaan di dataran rendah adalah pertanian tanaman pangan dan perikanan darat. Permukiman perdesaan pesisir dikembangkan budi daya kelautan o Penyediakan sarana dan prasarana lingkungan permukiman yang memadai sesuai

kebutuhan yang bersinergi dengan pengembangan sistem perkotaan

o Kawasan perdesaan khususnya desa tertinggal dilakukan peningkatan produktivtas dan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan nilai ekonomis lahan dan penyediaan sarana parasarana yang dibutuhkan

o Menjaga kelestarian lingkungan perdesaan, kawasan permukiman adat, kawasan yang rentan terhadap bencana alam dan kawasan yang membutuhkan perlindungan lainnya

o Arahan penataan kawasan pedesaan dengan memperhatikan aspek bencana. Adanya mitigasi bencana berdasarkan jenis bencana yang dapat timbul

(26)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-26 Gambar 3.2. PE TA RE NCANA POLA RUANG WILAYAH PROVINSI NTT

3.1.2.3 .2 . Pengembangan Struktur Ruang

Ar ahan struktur ruang sesuai RTRW P NTT yang terkait bidang Ci pta Karya meliputi :

1) Sistem Penyediaan Air M inum yang ter di r i atas:

a. Penyedi aan Air Ber sih dalam bentuk per pipaan dan non per pi paan;

b. Penyedi aan Air Ber sih dalam bentuk per pipaan dikel ol a oleh PDAM di selur uh Kabupaten/ Kota di W ilayah Pr ovinsi; dan

c. Penyedi aan air bersih dalam bentuk non per pipaan diusahakan ol eh masyar akat dengan penyediaan sar ana pendukung.

2) Sistem pr asar ana pengelolaan sampah ter dir i atas: a. Pengelolaan sampah; dan

b. Penyedi aan per angkat ker as pengel olaan limbah cair domestik. Pengelolaan sampah ter dir i atas:

a. Pengumpulan sampah dar i r umah ke tempat penampungan sementar a (TPS); b. Pengumpulan sampah dar i TPS ke Tempat Pembuangan Akhi r (TPA);

c. TPA r egional ter dapat di Kecamatan Alak - Kota Kupang dengan menggunakan metode

sanitary landfill, untuk mel ayani Kota Kupang dan Kabupaten Kupang; dan

d. TPA lokal ter sebar di selur uh Kabupaten/ Kota di wilayah Pr ovi nsi.

(27)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-27 3.1.2.3 .3 . Strategi Operasionalisasi Rencana Pola Ruang dan Struktur Ruang

Str ategi oper asionalisasi yang dimaksud adalah yang ter kait dengan Bi dang Cipta Kar ya, dimana di lakukan pentahapan pembangunan dengan mengimplementasikan indikasi pr ogr am utal am lima tahunan yang ber dasar kan struktur keruangan dan pol a pemanfaatan r uang.

Adapun indikasi progr am disaji kan dalam tabel ber ikut :

TABE L 3.14. INDIKASI PROGRAM UTAMA RTRW PROVINSI NTT TAHUN 2010-2030

NO PROGRAM UTAMA LOKASI

a.Pengembangan Fungsi PKN Kota Kupang

APBN, APBD

Ruteng dan Labuan Bajo APBN Pemerintah Pusat

    

2 Program Revitalisasi Kawasan Perkotaan Kawasan perkotaan di Provinsi NTT

Dinas Cipta karya,

Provinsi NTT APBD Prov Bappeda Provinsi

       

8 Program Pengembangan

Perumahan Provinsi NTT APBD Kab/Kota Bappeda, Dinas PU

       

Program Pembangunan

Sarana Prasarana Daerah Provinsi NTT

APBN, APBD

Masyarakat Provinsi NTT APBD Kab/Kota

Bappeda, Dinas

Provinsi NTT APBD Prov, APBD Kab/Kota

Dinas PU, Dinas

Provinsi NTT APBD Prov, APBD Kab/Kota

Dinas PU, Dinas

Provinsi NTT APBD Prov, APBD Kab/Kota

Dinas PU, Dinas

(28)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

Kawasan Lindung Provinsi NTT APBD Prov, APBD Kab/Kota

Bappeda, Dinas

Kawasan Lindung Provinsi NTT APBD Prov,

APBD Kab/Kota

1 Perwujudan Pengembangan Hutan Produksi dan Hutan Rakyat

a.Program pengembangan

ekowisata kawasan hutan Provinsi NTT

APBD Prov,

kebakaran hutan Provinsi NTT

APBD Prov,

Provinsi NTT APBD Prov, APBD Kab/Kota

Bappeda, Dinas

2 Perwujudan Pengembangan Kawasan Peruntukan Pertanian

a.Program pengembangan

5 Perwujudan Pengembangan Kawasan Peruntukan Pariwisata

a.Perwujudan kelestarian

Provinsi NTT APBD Prov, APBD Kab/Kota Bappeda, Dinas PU Prov dan Kab/Kota

 

(29)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

5 Program pemberdayaan ekonomi lokal sda APBD Prov, APBD Kab/Kota

Bappeda,

8 Perwujudan wilayah potensi ekspor hasil produksi sda APBD Prov, APBD Kab/Kota

Bappeda,

keseimbangan tata guna air sda

APBD Prov,

(30)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

6 Program Pengendalian terhadap konflik sosial sda APBD Prov, APBD Kab

Bappeda, Dinas

3.1.2.3 .4 . Penetapan Kawasan Strategis Propinsi

Kawasan strategis pr ovinsi mer upakan bagian wi layah pr ovinsi yang penataan ruangnya dipri or i taskan kar ena mempunyai pengar uh sangat penting dal am l ingkup pr ovinsi , baik di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan/ atau l ingkungan.

Penetapan Kawasan Str ategi s Propinsi ter di r i atas :

(1 ) Penetapan Kawasan Strategis Pertahanan Keamanan/ Kawasan M iliter

Kawasan str ategis dar i sudut kepentingan per tahanan dan keamanan yang ter dapat di pr opri nsi NTT mer upakan kawasan str ategis nasi onal , yang meliputi :

(31)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-31 b. Kawasan per batasan laut Republi k Indonesia ter masuk 5 pulau kecil ter luar dengan

Negar a Timor Leste dan Austr alia yaitu Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, dan M engkudu.

Adapun ar ahan pemanfaatan r uang untuk kawasan Pertahanan dan keamanan/ Kawasan M i liter adal ah:

1) Pengembangan per untukan kawasan ini memper hatikan fungsi pemanfataan sehingga adanya kesinegisan dengan r encana tata uang wilayah yang telah di tetapkan

2) Adanya ker jasama/ keterl ibatan dengan badan ter kai t dalam per untukan kawasan per tahanan keamanan

3) Peningkatan sar ana pr asar ana pendukung kawasan per tahanan keamananan wilayah 4) Pengembangan per untukan memper hatikan aspek bencana ber upa mitigasi bencana 5) Di per untukkan bagi kepentingan pemelihar aan keamanan dan per tahanan negar a

ber dasar kan geostr ategik nasional;

6) Di per untukkan bagi basis militer , daer ah l atihan militer , daer ah pembuangan amunisi dan per alatan per tahanan lainnya, gudang amunisi, daer ah uji coba per senjataan, dan/ atau kawasan industri sistem per tahanan.

Adanya penyusunan r encana kawasan str ategis per tahanan keamanan di Pr ovinsi NTT, demi tercipta dan ter jaganya stabi litas per tahahan keamanan wil ayah

(2) Penetapan Kawasan Strategis Ekonomi

Kawasan str ategis dar i sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yang ter dapat di Pr ovi nsi NTT, mel iputi :

a. Kawasan str ategis nasional kawasan pengembangan ekonomi ter padu (KAPET) M bay b. Kawasan str ategis dar i sudut kepentingan ekonomi daratan yang mel iputi:

1. Kawasan str ategis kepentingan ekonomi dar atan pada W ilayah Pengembangan I yang terdir i atas:

a. Kawasan Noelmina; b. Kawasan Benenain;

c. Kawasan Industr i Bolok di Kabupaten Kupang dan Kota Kupang.

2. Kawasan str ategis kepentingan ekonomi dar atan pada W ilayah Pengembangan II yang terdir i atas:

a. PKNp M aumer e; b. Kawasan Nebe – Konga;

c. Kawasan Nangar or o – M autenda – W aiwajo; d. Kawasan M bay;

e. Kawasan W ae Jamal – Lembor ; f. Kawasan Industr i M aurole.

3. Kawasan str ategis kepentingan ekonomi daratan pada W il ayah Pengembangan III yang terdir i atas:

(32)

RPI- 2JM

K ab. Sumba B arat Daya

III-32 b. Kawasan W ai kelo;

c. Kawasan W anokaka – Anakal ang;

d. Kawasan Industr i Kanatang di Kabupaten Sumba Ti mur . 4. Kawasan daer ah ter belakang yang meliputi:

a. Sub Kawasan Pesi sir , yang terdir i atas kawasan Lembata Selatan, Alor , Selatan Sumba, Flor es Utar a, Timor Sel atan, Rote Sel atan;

b. Sub Kawasan Pedalaman yang ter di r i atas kawasan Timor Utar a, Ti mor Selatan, Lembata Tengah dan Timur , Sumba Timur , Gizing dan Pota;

c. Sub Kawasan Pul au - pulau kecil yang ter dir i atas kawasan Semau, Palue, Babi, Ndao, Kepulauan Al or dan Pantar dan gugusan pul au di M anggar ai Bar at

c. Kawasan str ategis dar i sudut kepentingan ekonomi lautan, yaitu Satuan W ilayah Pesisir dan Laut Ter padu (SW PLT) yang meli puti:

1. SW PL Selat Ombai – Laut Banda,

2. SW PLT Laut Sawu I (Pesisir Rote – Amfoang),

3. SW PLT Laut Sawu II (Pesisir Selatan M aur eme – Sikka), 4. SW PLT Laut Sawu III (Pesisir Fl or es Timur – Lembata), 5. SW PLT Laut Flor es,

6. SW PLT Sel at Sumba, 7. SW PLT Laut Timor, 8. SW PLT Laut Hindia, 9. SW PLT Sel at Sape

(3 ) Penetapan Kawasan Strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya

Kawasan str ategis dar i sudut kepentingan sosial dan budaya yang ter dapat di Pr ovi nsi NTT, mel iputi :

a. Kawasan Lar antuka di Kabupaten Flores Timur ; dan

b. Kawasan W anokaka di Kabupaten Sumba Bar at dan Kabupaten Sumba Bar at Daya.

(4 ) Penetapan Kawasan Strategis Lingkungan Hidup

Kawasan str ategi s dar i sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yang ter dapat di Provinsi NTT, meliputi :

a. Kawasan Komodo di Kabupaten M anggar ai Bar at; b. Kawasan Kelimutu di Kabupaten Ende;

c. Kawasan Riung di Kabupaten Ngada; d. Kawasan Laut Sawu dan sekitar nya.

(5 ) Kawasan strategis lainnya

Kawasan str ategis lainnya yang ter dapat di Pr ovinsi NTT adalah ber upa Kawasan Pendukung Str ategis Perbatasan sebagai penunjang Kawasan Str ategis Nasional per batasan dar at dan l aut dengan Negara Timor Leste dan Austr alia, meliputi :

Gambar

TABEL 3.5.  ARAHAN KAW ASAN PERLINDUNGAN SETEM PAT PROVINSI NTT
TABEL 3.7.  ARAHAN KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM   PROVINSI NTT
TABEL 3.9.  LUASAN KAWASAN PARIWISATA  PROVINSI NTT
TABEL 3.10.  KAWASAN PARIWISATA PROVINSI NTT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pengumpulan bukti audit diperoleh dari hasil wawancara dan hasil check list dengan Bagian IT dan karyawan yang berhubungan dengan sistem informasi persediaan, serta

Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan

SISTEM DTMF SEBAGAI PENGENDALI JARAK JAUH PADA RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS ALAT PENGHANCUR SAMPAH ORGANIK PENGHASIL PUPUK PADAT.. (2016 : xvii + 65halaman + 46gambar

Hubungan Sikap dan Norma Subyektif Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi dengan Intensi Menggunakan Alat Kontrasepsi Setelah Kelahiran Anak Pertama pada Wanita Usia Subur yang

Dewi Setyorini, S.Psi, MSi.; selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang telah memberikan penulis banyak masukan, dukungan dan motivasi

Pada lansia hal yang menjadi sumber stres bisa berupa : kondisi fisik yang semakin menurun sehingga tidak sekuat pada masa muda dulu dan seringkali diikuti dengan

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi pendidikan terutama yang menyangkut

Namun, sebagai tanda rahmad-Nya dan sebagai bukti kasih sayang-Nya, Dia telah menjelma kepada manusia para Matahari bimbingan-Nya, para lambang keesaan ilahiah-Nya, dan