• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL PENDUGAAN MODEL DAN PEMBAHASAN

5.3 Kayu Gergajian

Fenomena kayu gergajian yang akan dilihat dititikberatkan pada perilaku ekspor, sedangkan perilaku produksinya digambarkan sebagai persamaan identitas yang merupakan persamaan konversi dari kayu bulat, dimana poduksi kayu gergajian dari hasil penelitian dan output rata-rata industri kayu gergajian merupakan konversi 0.5 dari input kayu bulat yang ke industri. Perilaku ekspor untuk ekspor diambil dari persamaan ekspor untuk tiga negara yang diasumsikan merupakan tujuan utama ekspor komoditi kayu kayu gergajian Indonesia yang secara terperinci adalah sebagai berikut:

5.3.1. Ekpor Kayu Ge rgajian ke Cina

Tabel 13 menunjukkan hasil pendugaan parameter persamaan ekspor kayu gergajian Indonesia ke Cina dipengaruhi oleh variabel kesenjangan harga atau selisih antara harga kayu gergajian dunia dengan harga kayu gergajian dunia tahun lalu (DPSWORR) dengan tanda positif, harga kayu gergajian domestik (PSINAR) dengan tanda negatif, produksi kayu gergajian Indonesia (QSINA) dengan tanda positif, nilai tukar rupiah terhadap US $ (NTINA) dengan tanda positif, GDP Cina dengan tanda positif, trend waktu (TW) dengan tanda negatif

98

dan variabel ekspor kayu gergajian tahun sebelumnya (LXSCIN). Variabel TW bertanda negatif hal ini menunjukan bahwa ekspor kayu gergajian ke Cina mengalami kecenderungan terus menurun dan fenomena ini berpengaruh secara nyata. Dari tujuh variabel yang mempengaruhi persamaan perilaku ekspor kayu gergajian ke Cina, hanya variabel nilai tukar (NTINA) yang tidak berpengaruh secara nyata. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan nilai tukar rupiah ke dolar Amerika tidak berpengaruh secara nyata terhadap perilaku ekspor kayu gergajian ke Cina. Hal ini juga ditunjukkan oleh respon ekspor kayu gergajian ke Cina karena perubahan nilai tukar dalam jangka pendek (0.18) maupun jangka panjang yang tidak elastis (0.26). Respon ekspor kayu gergajian ke Cina untuk variabel selisih harga dunia, harga domestik kayu gergajian Indonesia, produksi kayu gergajian Indonesia dan GDP Cina semuanya elastis baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Bahkan respon ekspor kayu gergajian terhadap GDP Cina sangat elastis baik untuk jangka pendek (4.67) maupun jangka panjang (6.97). Artinya bahwa bila ada kenaikan GDP Cina sebesar 1 persen maka ekspor kayu gergajian ke Cina akan naik sebesar 4.67 persen dalam jangka pendek dan naik 6.97 persen untuk jangka panjang.

Dilihat faktor- faktor yang mempengaruhi laju ekspor kayu gergajian ke Cina, maka dapat dikatakan pasar Cina untuk kayu gergajian Indonesia adalah sangat prospektif karena kenaikan dan penurunan nilai tukar rupiah ternyata juga tidak berpengaruh terhadap perilaku ekspor, ceteris paribus. Hal ini dapat dijelaskan bahwa karena Cina (Yuan) menganut nilai tukar yang fixed exchange rate (nilai tukar tetap) terhadap dollar Amerika, sehingga perubahan nilai tukar rupiah terhadap tidak banyak pengaruhnya terhadap harga barang ekspor yang

menggunakan dolar Amerika sebagai alat pembayaran sehingga volume ekspor kayu gergajian Cina tidak terpengaruh karena perubahan nilai tukar, tetapi faktor- faktor lain. Tetapi untuk produksi kayu gergajian Indonesia dan selisih harga dunia tahun berjalan dengan harga tahun sebelumnya berpengaruh positif sehingga bila harga dunia naik, maka Indonesia sebagai eksportir tentunya akan diuntungkan, volume ekspor akan naik, ceteris paribus. Demikian pula untuk variabel produksi bepengaruh positif terhadap ekspor, dan responnya elastis dalam jangka pendek (2.35) maupun jangka panjang (3.50), kenaikan produksi kayu gergajian Indonesia 1 persen, ternyata menaikkan ekspor ke Cina sebesar 2.35 persen dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang naik sebesar 3.50 persen. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan dalam negeri Cina terhadap kayu gergajian dari Indonesia sangat besar.

Tabel 13. Hasil Pendugaan Ekpor Kayu Gergajian ke Cina (XSCIN)

Elastisitas Variable

Parameter Estimate

Standard

Error T hitung Prob >

|T| ESR ELR

INTERCEP (Intercept) 3443.081 3710.045 0.928 0.369

DPSW ORR (Selisih Harga Riil Kayu Gergajian Dun ia

dengan Harga Lagnya) 3.213701 2.342591 1.372 0.192 2.468 3.683

PSINAR (Harga Riil Kayu

Gergajian Do mestik) -11.48886 9.927672 -1.157 0.267 -2.812 -4.196

QSINA (Produksi Kayu

Gergajian Indonesia) 0.239700 0.131517 1.823 0.090 2.348 3.505

NTINA (Nilai Tu kar Rupiah) 0.040192 0.118755 0.338 0.740 0.177 0.264

GDCIN (GDP Cina) 0.006322 0.003494 1.809 0.092 4.669 6.969

TW (Kecenderungan Waktu) -501.8389 223.056 -2.250 0.041

LXSCIN (Lag XSCIN) 0.330001 0.223406 1.477 0.162

R2 = 0.744, Fhitung = 5.831, Dw = 2.224

5.3.2. Ekpor Kayu Ge rgajian ke Jepang

Tabel 14 menunjukkan bahwa perilaku ekspor kayu gergajian ke Jepang. Hampir sama dengan perilaku ekspor kayu gergajian ke Cina, ekspor kayu

100

gergajian Indonesia ke Jepang dipengaruhi oleh variabel harga kayu gergajian dunia (PSWORR) dengan tanda positif, variabel harga kayu gergajian domestik (PSINAR) dengan tanda negatif, produksi kayu gergajian Indonesia (QSINA) dengan tanda positif, nilai tukar (NTINA) dengan tanda positif, variabel pertumbuhan penduduk Jepang (FPOJPN) dengan tanda positif, dan ekspor kayu gergajian ke Jepang tahun sebelumnya (LXSJPN). Dari enam variabel penjelas tersebut secara statistik hanya 3 variabel yang berpengaruh nyata, yaitu harga kayu gergajian dunia, produksi kayu gergajian Indonesia dan ekspor kayu gergajian ke Jepang tahun sebelumnya. Harga kayu gergajian domestik tidak bepengaruh nyata terhadap ekspor kayu gergajian ke Jepang, berbeda dengan ekspor ke Cina yang bertanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan ekspor kayu gergajian ke Jepang masih sangat kuat, karena dengan kenaikan harga maupun kenaikan produksi ekspor masih terus meningkat. Variabel roduksi kayu gergajian Indonesia dan ekspor kayu gergajian ke Jepang tahun sebelumnya yang berpengaruh nyata mengindikasikan bahwa diperlukan waktu untuk penyesuaian perilaku keseimbangan ekspor kayu gergajian Indonesia ke Jepang dalam merespon perubahan kondisi perekonomian.

Respon ekspor kayu gergajian ke Jepang terhadap perubahan harga kayu gergajian dunia bersifat elastis (2.02) dalam jangka pendek maupun jangka panjang (3.41). Artinya bahwa bila ada kenaikan harga kayu gergajian dunia sebesar 1 persen maka akan berakibat pada kenaikan volume ekspor sebesar 2.02 dalam jangka pendek dan naik 3.41 dalam jangka panjang. Variabel lain hanya respon terhadap produksi kayu gergajian yang elastis dalam jangka panjang (1.20), yaitu bila produksi kayu gergajian naik 1 persen maka ekspor kayu

gergajian ke Jepang juga akan naik 1.20 persen. Dari kedua variabel yang berpengaruh nyata tersebut dapat dikatakan bahwa pasar kayu gergajian Jepang masih mampu menampung ekspor kayu gergajian Indonesia walaupun harga dunia kayu gergajian naik tetapi ekspor kayu ke Jepang tetap naik.

Tabel 14. Hasil Pendugaan Ekpor Kayu Gergajian ke Jepang (XSJPN)

Elastisitas Variable

Parameter Estimate

Standard

Error T hitung Prob > |T| E

SR ELR

INTERCEP (Intercept) -1204.427 1158.4135 -1.040 0.315

PSWORR (Ha rga Riil Kayu

Gergajian Dunia) 2.098566 1.556504 1.348 0.198 2.024 3.410

PSINAR (Harga Riil Kayu

Gergajian Do mestik) -1.658715 3.544383 -0.468 0.647 -0.510 -0.859

QSINA (Produksi Kayu

Gergajian Indonesia) 0.057728 0.048528 1.190 0.253 0.710 1.197

NTINA (Nilai Tu kar

Rupiah) 0.009845 0.040904 0.241 0.813 0.054 0.092

FPOJPN (Gro wth Pop

Jepang) 455.4309 1332.2874 0.342 0.737 0.285 0.480

LXSJPN (Lag XSJPN) 0.406350 0.306688 1.325 0.205

R2 = 0.3240, Fhitung = 1.198, Dw = 2.133

5.3.3. Ekpor Kayu Ge rgajian ke Arab Saudi

Tabel 15 menunjukkan hasil pendugaan parameter persamaan ekspor kayu gergajian ke Arab Saudi. Perilaku ekspor kayu gergajian ke Arab Saudi, hampir sama dengan perilaku ekspor kayu gergajian Indonesia ke Jepang yaitu dipengaruhi oleh harga kayu gergajian dunia (PSWORR) dengan tanda positif, variabel harga domestik kayu gergajian (PSINAR), produksi kayu gergajian Indonesia (QSINA), variabel nilai tukar rupiah dengan dolar Amerika (NTINA), kecenderungan waktu dan variabel ekspor kayu gergajian ke Arab Saudi tahun sebelumnya (LXSCIN). Dari hasil pendugaan parameter pada persamaan ekspor kayu gergajian Indonesia ke Arab Saudi, hanya tiga variabel yang berpengaruh nyata secara statistik yaitu harga kayu gergajian dunia, variabel produksi kayu

102

gergajian dan variabel ekspor kayu gergajian ke Arab Saudi tahun lalu yang berpengaruh secara nyata. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan waktu untuk penyesuaian perilaku ekspor kayu gergajian Indonesia ke Arab Saudi dalam merespon perubahan kondisi perekonomian.

Tabel 15. Hasil Pendugaan Ekpor Kayu Gergajian Ke Arab (XSARB)

Elastisitas Variable

Parameter Estimate

Standard

Error t hitung Prob >

|T| ESR ELR

INTERCEP (Intercept) -72.588368 223.785 -0.324 0.750

PSWORR (Ha rga Riil Kayu

Gergajian Dunia) 0.31486 0.21219 1.484 0.159 2.473 4.440

PSINAR (Harga Riil Kayu

Gergajian Do mestik) -0.372448 0.65365 -0.570 0.577 -0.932 -1.674

QSINA (Produksi Kayu

Gergajian Indonesia) 0.005736 0.00533 1.077 0.299 0.575 1.032

NTINA (Nilai Tu kar Rupiah) 0.002378 0.00424 0.560 0.583 0.107 0.192

TW (Kecenderungan Waktu) -4.186776 8.63481 -0.485 0.635

LXSA RB (Lag XSARB) 0.443129 0.28366 1.562 0.139

R2 = 0.3292, Fhitung = 1.227, Dw = 2.138

Berdasarkan Tabel 15. dapat dilihat bahwa respon perilaku ekspor kayu gergajian ke Arab Saudi bersifat elastis terhadap variabel harga dunia, baik dalam jangka pendek (2.47) maupun dalam jangka panjang (4.44). Hal ini berarti bahwa bila dalam jangka pendek ada kenaikan harga kayu gergajian dunia sebesar satu persen maka akan berdampak pada kenaikan volume ekspor sebesar 2.47 persen, sedangkan dalam jangka panjang bila ada kenaikan harga kayu gergajian dunia sebesar satu persen akan terjadi kenaikan ekspor kayu gergajian ke Jepang sebesar 4.47 persen.

5.3.4. Permintaan Kayu Gergajian Domestik (DSINA)

Tabel 16 menunjukkan bahwa permintaan kayu gergajian domestik. Permintaan kayu gergajian domestik dipengaruhi oleh variabel selisih harga kayu gergajian domestik tahun berjalan dengan harga tahun sebelumnya (DPSINAR)

dengan tanda negatif, harga kayu lapis domestik (PLINAR) dengan tanda positif, GDP Indonesia (GDINA) dengan tanda positif, variabel kecenderungan waktu dan variabel permintaan kayu gergajian domestik tahun sebelumnya (LDSINA). Hasil pendugaan parameter pada persamaan permintaan kayu gergajian domestik (DSINA) tersebut ada tiga variabel penjelas yaitu variabel GDP Indonesia, variabel kecenderungan waktu dan variabel permintaan kayu gergajian tahun sebelumnya, yang secara statistik berpengaruh nyata terhadap perilaku persamaan permintaan kayu gergajian domestik.

Respon permintaan kayu gergajian terhadap ketiga variabel tersebut dalam jangka pendek bersifat inelastis sedangkan dalam jangka panjang hanya respon terhadap GDP Indonesia bersifat elastis (3.85). Hal ini berarti bahwa dalam jangka panjang bila GDP naik satu persen maka permintaan kayu gergajian domestik akan naik sebesar 3.85 persen, ceteris paribus. Variabel permintaan kayu gergajian domestik tahun lalu yang berpengaruh nyata terhadap perilaku persamaan permintaan kayu gergajian domestik, menunjukkan bahwa diperlukan waktu untuk penyesuaian perilaku permintaan kayu gergajian domestik dalam merespon perubahan kondisi perekonomian.

Tabel 16. Hasil Pendugaan Permintaan Kayu Gergajian Domestik (DSINA) Elastisitas Variable

Parameter Estimate

Standard

Error t hitung Prob > |T|

ESR ELR

DPSINAR (Selisih Harga

K G pd t dengan lagnya) -1.754577 17.529503 -0.100 0.921 -0.053 -0.445 PLINAR (Harga Riil

Kayu Lap is Do mestik) 0.143391 1.613528 0.089 0.930 0.010 0.088

GDINA (GDP Indonesia) 0.018499 0.017129 1.080 0.295 0.458 3.854

TW (Kecenderungan

Waktu) -177.8528 163.6816 -1.087 0.292

LDSINA (Lag DSINA) 0.881278 0.156195 5.642 0.000

104

5.3.5. Harga Kayu Ge rgajian Dunia (PSWORR)

Tabel 17 menunjukkan bahwa harga kayu gergajian dunia (PSWORR) semua variabel penjelas mempunyai tanda yang sesuai harapan dan ketiganya secara statistik berpengaruh nyata yaitu variabel total ekspor kayu gergajian dunia (XSWORT) dengan tanda negatif, variabel selisih total impor kayu gergajian (DMSWORT) tahun berjalan dengan total impor kayu gergajian tahun sebelumnya dan variabel harga kayu gergajian dunia tahun sebelumnya (LPSWORR). Walaupun secara statistik berpengaruh nyata, tetapi respons harga kayu gergajian dunia terhadap kedua variabel XSWORT dan DMSWORT bersifat inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Variabel LPSWORR berpengaruh nyata secara statistik hal ini menunjukkan bahwa diperlukan waktu untuk penyesuaian perilaku harga kayu gergajian dunia dalam merespon perubahan kondisi perekonomian.

Tabel 17. Hasil Pendugaan Harga Dunia Kayu Gergajian (PSWORR)

Elastisitas Variable

Parameter Estimate

Standard

Error t hitung Prob >

|T| ESR ELR

INTERCEP (Intercept) 306.37795 145.654 2.103 0.050

XSWORT (Ekspor Kayu

Gergajian Dunia) -0.000873 0.00066 -1.334 0.199 -0.128 -0.312

DMSWORT (Selisih Impor Kayu Gergajian Dunia pada

Tahun t dengan lagnya) 0.004232 0.00165 2.561 0.020 0.015 0.036

LPSWORR (Lag

PSWORR) 0.588390 0.16926 3.476 0.003

R2 = 0.6697, Fhitung = 12.167, Dw = 2.111

5.3.6. Harga Kayu Ge rgajian Domestik (PSINAR)

Tabel 18 menunjukkan bahwa harga kayu gergajian domestik (PSINAR) semua variabel penjelas mempunyai tanda yang sesuai harapan, tetapi dari empat variabel penjelas yaitu penawaran kayu gergajian domestik (SSINA) dengan tanda

negatif, selisih permintaan kayu gergajian (PSWORR) bertanda positf dan harga kayu gergajian domestik tahun sebelumnya (LPSINAR) yang bertanda positif. Dari keempat variabel tersebut secara statistik hanya variabel harga kayu gergajian dunia dan harga kayu gergajian domestik tahun sebelumnya yang berpengaruh nyata. Tetapi walaupun berpengaruh nyata, respon harga kayu gergajian domestik terhadap perubahan variabel harga kayu gergajian dunia tersebut dalam jangka pendek bersifat inelastis (0.29) sedangkan dalam jangka panjang bersifat elastik (2.97). Bila harga dunia kayu gergajian naik satu persen maka harga kayu gergajian domestik dalam jangka pendek akan naik 0.29 persen dan untuk jangka panjang harga kayu gergajian domestik akan naik sebesar 2.97 persen (ceteris paribus). Harga kayu gergajian domestik tahun sebelumnya yang berpengaruh nyata menunjukkan bahwa diperlukan waktu untuk penyesuaian perilaku harga kayu gergajian domestik dalam merespon perubahan kondisi perekonomian.

Tabel 18. Hasil Pendugaan Harga Kayu Gergajian Domestik (PSINAR)

Elastisitas Variable

Parameter Estimate

Standard

Error t hitung Prob >

|T| ESR ELR

INTERCEP (Intercept) -49.814346 38.851907 -1.282 0.217

SSINA (Penawaran Kayu

Gergajian Do mestik) -0.0000110 0.000101 -0.110 0.914 -0.001 -0.008

DDSINA (Selisih Permintaan Kayu Gergajian pada t dengan

lagnya) 0.001256 0.003184 0.395 0.698 0.000 0.002

PSWORR (Ha rga Riil

Kayu Gergajian Dunia) 0.092258 0.075664 1.219 0.239 0.289 2.975

LPSINA R (Lag

LPSINA R) 0.902689 0.047672 18.935 0.000

R2 = 0.9836, Fhitung = 254.585, Dw = 1.820

106

5.4.1 Produksi Kayu Lapis

Persamaan model produksi kayu kayu lapis dalam studi ini merupakan persamaan identitas yaitu merupakan perkalian konstanta dengan permintaan kayu bulat oleh kayu lapis. Konstanta sebesar 0.55 menggambarkan rendemen kayu lapis yang dihasilkan bila bahan baku kayu bulat masuk ke industri kayu lapis.

5.4.2. Ekspor Kayu Lapis ke Cina

Tabel 19 menunjukkan bahwa ekspor kayu lapis Indonesia ke Cina dipengaruhi oleh variabel selisih harga kayu lapis dunia tahun berjalan dengan harga kayu lapis dunia tahun sebelumnya (DPLWORR) dengan tanda positif, variabel harga kayu lapis domestik (PLINAR) dan produksi kayu lapis Indonesia (QLINA) dengan tanda positif, pertumbuhan nilai tukar rupiah terhadap US $ (FNTINA) dengan tanda positif, trend waktu (TW) dengan tanda positif. Hasil pendugaan parameter menunjukkan bahwa dari empat variabel yang mempengaruhi ekspor kayu lapis ke Cina hanya 2 variabel yang secara statistik, berpengaruh nyata yaitu variabel produksi kayu lapis Indonesia (QLINA) dan variabel trend waktu. Hal ini menyebabkan kenaikan atau penurunan produksi kayu lapis Indonesia berpengaruh secara nyata terhadap besaran ekspor kayu lapis ke Cina. Hal ini dapat dipahami karena produk kayu lapis Indonesia selama ini masih mendominasi ekspor ke Cina. Respon perilaku ekspor kayu lapis ke Cina terhadap perubahan volume produksi kayu lapis Indonesia bersifat elastis (1.39) dalam jangka pendek dan sangat elastis (7.20) dalam jangka panjang. Variabel trend waktu yang berpengaruh nyata dan bertanda negatif, menunjukkan bahwa secara konsisten volume ekspor kayu lapis ke Cina kecenderungannya rata- ratanya menurun. Hal Ini dikarenakan produksi kayu lapis Indonesia dalam kurun

waktu sepuluh tahun ini kecenderungannya juga menurun, terkait dengan makin berkurangnya bahan baku kayu dari hutan alam yang merupakan bahan baku utama untuk kayu lapis.

Tabel 19. Hasil Pendugaan Ekpor Kayu Lapis ke Cina XLCIN

Elastisitas Variable

Parameter Estimate

Standard

Error T hitung Prob >

|T| ESR ELR

INTERCEP (Intercept) -101.9410 147.2165 -0.692 0.499

DPLWORR (Harga Riil

Kayu Lap is Dunia) 0.510102 0.749517 0.681 0.507 0.260 1.349

PLINAR (Harga Riil Kayu

Lapis Do mestik) -0.054593 0.198849 -0.275 0.787 -0.026 -0.136

QLINA (Prod Kayu Lapis

Indonesia) 0.182391 0.025627 7.117 0.000 1.390 7.196

FNTINA (Pertu mbuhan

Nilai Tukar Rupiah) 0.160563 0.958169 0.168 0.869 0.003 0.013

TW (Kecenderungan

Waktu) -22.073421 18.470075 -1.195 0.251

LXLCIN (Lag XLCIN) 0.193144 0.310182 0.623 0.543

R2 = 0.9611, Fhitung = 61.833, Dw = 2.458

5.4.3. Ekspor Kayu Lapis ke Jepang

Pada tabel 20 menunjukkan bahwa ekspor kayu lapis ke Jepang dipengaruhi oleh variabel selisih harga kayu lapis dunia tahun berjalan dengan harga kayu lapis dunia tahun sebelumnya DPLWORR dengan tanda positif, variabel selisih harga kayu lapis tahun berjalan dengan harga kayu lapis tahun sebelumnya, permintaan kayu lapis Indonesia (QLINA), pertumbuhan nilai tukar rupiah terhadap US $ (FNTINA) positif, dan variabel ekspor kayu lapis ke Jepang tahun sebelumnya (LXLJPN).

Hasil pendugaan parameter pada persamaan ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang, ada dua variabel yaitu nilai tukar rupiah terhadap US $ dan ekspor kayu lapis ke Jepang tahun sebelumnya. Apresiasi mata uang rupiah akan menyebabkan harga kayu lapis ke Jepang menjadi mahal karena diperlukan dollar

108

lebih banyak untuk mendapatkan jumlah kayu lapis yang sama. Pengaruh secara nyata variabel ekspor kayu lapis ke Jepang tahun sebelumnya terhadap perilaku ekspor kayu lapis menunjukkan bahwa diperlukan waktu untuk penyesuaian perilaku ekspor kayu lapis ke Jepang dalam merespon perubahan kondisi perekonomian.

Tabel 20. Hasil Pendugaan Ekpor Kayu Lapis ke Jepang XLJPN

Elastisitas Variable

Parameter Estimate

Standard

Error T hitung Prob > |T| E

SR ELR INTERCEP (Intercept) -28.002487 90.96686 -0.308 0.762 DPLWORR (Selisih Hrg KL pada t dengan lagnya) 0.527754 0.59081 0.893 0.386 0.294 0.428 DPLINA R (Selisih Harga Kayu Lapis pada

t dengan harga lagnya) -0.067861 0.10363 -0.655 0.523 -0.035 -0.052

QLINA (Produksi Kayu

lapis Indonesia) 0.106624 0.02819 3.782 0.002 0.886 1.291

FNTINA (Pertu mbuhan

Nilai Tukar Rupiah) 0.158442 0.72933 0.217 0.831 0.003 0.004

TW (Kecenderungan

Waktu) -10.543961 3.96580 -2.659 0.018

LXLJPN (Lag XLJPN) 0.313435 0.17352 1.806 0.091

R2 = 0.9686, Fhitung = 77.113, Dw = 2.413

5.4.4. Ekspor Kayu Lapis ke Korea Selatan (XLKRA)

Tabel 21 menunjukkan bahwaekspor kayu lapis Indonesia ke Korea Selatan dipengaruhi oleh variabel selisih harga kayu lapis dunia tahun berjalan dengan harga kayu lapis tahun lalu (DPLWORR) dengan tanda positif, variabel selisih harga kayu lapis domestik tahun berjalan dengan harga kayu lapis tahun lalu, produksi kayu lapis Indonesia (QLINA) dengan tanda positif, pertumbuhan nilai tukar rupiah terhadap US $ (FNTINA) dengan tanda positif, variabel tren waktu (TW) dengan tanda negatif, variabel GDP Korea Selatan (GDKRA) dengan tanda positif dan variabel ekspor kayu lapis ke Korea Selatan tahun

sebelumnya (LXLKRA). Hasil pendugaan parameter, dua dari empat variabel tersebut yaitu produksi kayu lapis, ekspor kayu lapis ke Korea Selatan tahun sebelumnya berpengaruh nyata GDP.

Ketergantungan Korea Selatan terhadap produk kayu lapis Indonesia sudah berlangsung cukup lama, dari awal dimulainya pembangunan Industri kayu lapis dan ditandai dengan berdirinya pabrik kayu lapis PT. Kodeco di Kalimantan Selatan yang merupakan pabrik PMA dari Korea Selatan yang didirikan sekitar akhir tahun 1980-an dan merupakan salah satu industri kayu lapis Korea yang direlokasikan ke Indonesia karena adanya larangan ekspor kayu bulat pada tahun 1985. Hal ini berakibat produksi kayu lapis Indonesia sangat berpengaruh nyata terhadap perilaku ekspor kayu lapis ke Korea. Variabel ekspor kayu lapis ke Korea tahun sebelumnya yang secara nyata berpengaruh terhadap perilaku ekspor kayu lapis Indonesia menunjukkan bahwa diperlukan waktu untuk penyesuaian perilaku ekspor kayu lapis ke Korea dalam merespon perubahan kondisi perekonomian.

Tabel 21. Hasil Pendugaan Ekpor Kayu Lapis ke Korea Selatan (XLKRA)

Elastisitas Variable

Parameter Estimate

Standard

Error t hitung Prob > |T|

ESR ELR

INTERCEP (Intercept) -27.090187 87.99052 -0.308 0.762

DPLWORR (Selisih Harga Kayu Lap is Dunia

pada t dengan lagnya) 0.510449 0.571479 0.893 0.386 0.294 0.428

DPLINA R (Selisih Harga Kayu Lap is Do mestik

pada t dengan lagnya) -0.065651 0.100236 -0.655 0.522 -0.036 -0.052

QLINA (Produksi Kayu

lapis Indonesia) 0.103135 0.027268 3.782 0.002 0.886 1.291

FNTINA (Pertu mbuhan

Nilai Tukar Rupiah) 0.153268 0.705467 0.217 0.831 0.003 0.004

TW (Kecenderungan

Waktu) -10.198949 3.836059 -2.659 0.018

LXLKRA (Lag XLKRA) 0.313436 0.173523 1.806 0.091

110

5.4.5. Permintaan Kayu Lapis Domestik

Tabel 22 menunjukkan bahwa permintaan kayu lapis domestik dipengaruhi oleh variabel harga kayu lapis domestik (PLINAR) dengan tanda negatif, harga kayu gergajian domestik (PSINAR) dengan tanda positif, dan variabel GDP Indonesia (GDINA) dengan tanda positif. Hasil pendugaan parameter pada persamaan permintaan kayu lapis domestik (DLINA), satu dari tiga variabel penjelas yaitu GDP Indonesia yang secara statistik berpengaruh nyata. Variabel GDP Indonesia diasumsikan merupakan variabel yang dapat mewakili kemampuan daya beli masyarakat, sehingga bila GDP Indonesia naik tentunya kebutuhan primer akan perumahan akan naik. Kenaikan permintaan akan rumah diharapkan akan diikuti pula dengan naiknya permintaan bahan- bahan bangunan termasuk kebutuhan kayu lapis.

Meskipun berpengaruh nyata respon permintaan kayu lapis domestik terhadap perubahan GDP adalah inelastis (0.77). Hal ini berarti bahwa adanya perubahan GDP, kenaikan atau penurunan satu persen GDP akan berdampak pada kenaikan atau penurunan permintaan kayu lapis sebesar 0.77 persen. Kenaikan ataupun penurunan permintaan kayu lapis kecil, hal ini menunjukkan juga bahwa kayu lapis tetap merupakan barang yang sangat diperlukan walaupun ada penurunan GDP, karena permintaan hanya turun 0.77 persen bila GDP turun satu persen.

Tabel 22. Hasil Pendugaan Permintaan Kayu Lapis Domestik (DLINA)

Elastisitas Variable

Parameter Estimate

Standard

Error t hitung Prob >

|T| ESR ELR

PLINAR (Harga Riil Kayu

Lapis Do mestik) -0.185601 1.129602 -0.164 0.871 -0.081

Gergajian Do mestik)

GDINA (GDP Indonesia) 0.005195 0.001376 3.775 0.001 0.771

5.4.6. Harga Kayu Lapis Dunia

Tabel 23 menunjukkan hasil pendugaan parameter persamaan harga kayu lapis dunia (PLWORR) bahwa semua variabel penjelas mempunyai tanda yang sesuai harapan yaitu variabel selisih total ekspor kayu lapis dunia dengan total ekspor kayu lapis dunia tahun lalu (DXLWORT) dengan tanda negatif, variabel total impor kayu lapis dunia (MLWOR) dan variabel harga kayu lapis dunia tahun sebelumnya (LPLWORR). Dari ketiga variabel tersebut, dua variabel yaitu total impor kayu lapis dunia dan variabel harga kayu lapis dunia tahun sebelumnya yang secara statistik berpengaruh nyata. Walaupun secara statistik berpengaruh nyata, tetapi respons harga kayu lapis dunia terhadap perubahan variabel total impor impor kayu dunia MLWOR bersifat inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Variabel harga kayu lapis dunia tahun sebelumnya (LPLWORR) berpengaruh nyata secara statistik hal ini menunjukkan bahwa diperlukan waktu untuk penyesuaian perilaku harga kayu lapis dunia dalam merespon perubahan kondisi perekonomian.

Tabel 23. Hasil Pendugaan Harga Kayu Lapis Dunia (PLWORR)

Elastisitas Variable

Parameter Estimate

Standard

Error t hitung Prob >

|T| ESR ELR

INTERCEP (Intercept) 141.6834 55.078545 2.572 0.019

DXLW ORT (Selisih Ekspor Kayu Lap is Dunia pd t

dengan lagnya) -0.00126 0.005841 -0.216 0.831 -0.002 -0.004

MLWOR (Impo r Kayu Lap is

Dunia) 0.00190 0.001324 1.435 0.168 0.057 0.156

LPLWORR (Lag PLWORR) 0.63673 0.083783 7.600 0.000

R2 = 0.7925, Fhitung = 22.914, Dw = 2.378

112

5.4.6. Harga Kayu Lapis Domestik

Tabel 24 menunjukkan bahwa pada persamaan harga kayu lapis domestik (PLINAR) semua variabel penjelas mempunyai tanda yang sesuai harapan, yaitu penawaran kayu lapis (SLINA) dengan tanda negatif, selisih permintaan kayu lapis tahun berjalan dengan permintaan kayu lapis tahun lalu (DDLINA) dengan tanda positif, harga kayu lapis dunia (PLWORR) dengan tanda positif, dan harga kayu lapis domestik tahun sebelumnya (LPLINAR) yang bertanda positif. Dari keempat variabel penjelas, dua variabel yang berpengaruh nyata yaitu harga kayu lapis dunia dan harga kayu lapis domestik tahun sebelumnya. Bila harga kayu lapis dunia naik akan diikuti oleh kenaikan harga kayu lapis domestik. Hal ini karena produksi kayu lapis Indonesia pada dasarnya berorientasi ekspor, sehingga bila harga kayu lapis dunia naik maka produsen akan memilih untuk menjual ke pasar luar negeri yang menyebabkan kelangkaan penawaran di dalam negeri sehingga akan mendorong kenaikan harga kayu lapis domestik.

Respon kenaikan harga kayu lapis domestik, karena kenaikan harga kayu

Dokumen terkait