• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Geografis Wilayah Jakarta Selatan

Secara Geografis Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan terletak pada

koordinat 06 15’ 40,73” Lintang Selatan dan 106 45’ 0,00” Bujur Timur, berada

pada ketinggian 26,2 meter di atas permukaan laut, dengan luas Wilayah 145,73 Km2. Jakarta Selatan bercirikan daerah yang beriklim Khas Tropis dengan temperatur udara sekitar 27,5o Celcius dan kelembaban udara rata-rata 80 persen. Curah hujan mencapai ketinggian 2.394,6 mm / tahun rata-rata sekitar 199,5 mm per hari, yang terjadi selama 210 hari dalam setahun.

Letak wilayah

Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Jakarta Pusat dan Jakarta Barat

Sebelah Timur : Kali Ciliwung (Kotamadya Jakarta Timur)

Sebelah Selatan : Kotamadya Depok

Sebelah Barat : Kabupaten Tangerang

Lambang Kota Jakarta berbentuk perisai lima. Di lima perisai terlukis pintu gerbang dengan dasar biru ditengah-tengah berdiri Monumen Nasional warna putih yang dilingkari padi dan kapas yang dibawahnya terlukis ombak laut lambang kota Pelabuhan dan Negara Kepulauan. Di atas pintu gerbang terkis sloka JAYA RAYA atau sloka selora semangat segala kegiatan Jakarta sebagai Ibukota dan Kota perjuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia . SK.

commit to user

Gubernur KDKI Jakarta No. 1422/1997 Lambang Kotamadya Jakarta Selatan berbentuk perisai lima didalamnya terlukis pohon Rambutan dan buah Rambutan Rapiah (Flora) serta burung Gelatik (Fauna) yang mengandung arti alam lingkungan yang hijau dan teduh yang melambangkan persatuan, kekuatan dan ketenangan serta kebersamaan.

(http://jakarta.co.cc/search/letak +geografis+jakartaselatan/). Diakses pada 10 april 2011.

C. Obyek dan Daya Tarik Wisata di Wilayah Jakarta Selatan

Patung Selamat Datang merupakan hasil karya Edhi Soenarso dibangun di jantung Kota Jakarta di depan Hotel Indonesia dan Patung Dirgantara di depan Markas Besar Angkatan Udara di Jalan Gatot Subroto Jakarta, pemilihan lokasi didepan MBAU ini karena letaknya yang strategis sebagai pintu gerbang Jakarta Selatan, dari Bandara Halim Perdanakusuma dan kawasan Pasar Minggu. Ide pembuatan patung ini dicetuskan oleh Bung Karno, patung ini menggambarkan manusia angkasa, maksud dari pembangunan patung ini adalah untuk memberikan gambaran semangat keberanian menjelajah angkasa. Filosofi Patung Dirgantara adalah melambangkan keberanian, kesatriaan dalam hal kedirgantaraan, tinggi patung 11 meter, kaki patung 27 meter dikerjakan PN Hutama Karya, Ir. Sutami sebagai arsitektur pelaksana. Berat patung 1 ton dikerjakan oleh tim pematung keluarga arca Yogyakarta pimpinan Edhi Soenarso, penyelasaian pemasangan Patung Dirgantara mengalami keterlambatan disebabkan suasana politik antara Kudeta GESTAPU/PKI. Bung Karno selekas mungkin ingin membuktikan kebenaran isyu, Beliau menjual sebuah mobil Pribadinya agar mendapatkan biaya

commit to user

pemasangan patung, pemasangan ditunggu sendiri oleh Bung Karno akhirnya selesai dipasang pada akhir tahun 1966.

.(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april 2011. Patung Selamat Datang dibuat Edhi Soenarso menjelang penyelenggaraan Asia Games ke IV di Jakarta pada tahun1962, penggambaran sepasang muda-mudi yang membawa bunga pra desainnya disiapkan Henk Ngantuk sebagai wakil Gubernur Daerah Khusus Ibu kota Jakarta pada masa itu dan dipasang di depan Hotel Indonesai tempat menginapnya para Atlit (olah ragawan). Selain itu terdapat Patung Pembebasan Irian Barat Patung ini mengingatkan sebuah legenda tentang seorang Ibu yang mengantarkan anak laki-lakinya yang berangkat ke medan perang. Pemahat patung Metvei Manizer dan anak Otto Manizer dari Unisoviet datang ke Indonesia melalui undangan Bung Karno, ketika itu Bung Karno ingin membuat sebuah Patung Pembebasan Irian Barat. Patung tersebut dibuat di Uni Soviet dari bahan perunggu, setelah selesai dikirim ke Jakarta dengan kapal laut, patung pembebasan Irian Barat diresmikan pada tahun 1963 oleh Ir. Soekarno. Selain itu Jakarta Selatan juga memiliki sejumlah obyek wisata yang berpotensial untuk dikembangkan. .

(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april 2011. Adapun potensi obyek wisata tersebut adalah sebagai berikut :

a. Taman Anggrek Ragunan

Taman anggrek Ragunan (TAR) merupakan aset Pemda DKI Jakarta dengan luas lahan sekitar 5 ha, dikelola oleh Dinas Pertanian DKI Jakarta. Keberadaan TAR menjadi salah satu objek Wisata Agro, yang berfungsi sebagai:

commit to user

tempat wisata, tempat berlangsungnya aktivitas agribisnis tanaman anggrek baik dalam bentuk tanaman maupun bunga potong, dan sebagai sarana untuk mempelajari seluk beluk pemeliharaan anggrek TAR dibagi menjadi 42 kavling yang dimanfaatkan untuk budidaya, pembibitan tanaman anggrek dan bunga potong. Disamping itu, dilengkapi pula dengan kios sarana produksi dan kantor pemasaran. Kavling-kavling anggrek tersebut dikelola oleh para petani anggrek yang tergabung dalam koperasi. Jenis-jenis anggrek yang diusahakan oleh para

petani antara lain jenis Dendrobium, Orcidium, Arachnis, Phalaenopsis, serta

tanaman hias penunjang lainnya. Layanan informasi: 021-7824061 b. Balai Benih Ikan Ciganjur

Balai Benih Ikan Ciganjur merupakan lahan milik Pemda DKI Jakarta dengan luas lebih dari 10 ha. Balai ini dikelola oleh Dinas Perikanan yang kegiatannya, antara lain: pembenihan ikan, pemeliharaan ikan dan secara berkala diadakan atraksi lomba memancing. Selain itu, sebagian lahan ini juga dimanfaatkan oleh para petani ikan yang mengusahakan ikan konsumsi dan ikan hias. Produksi balai benih ikan tidak hanya melayani pembeli lokal, tetapi juga melayani pembeli yang berasal dari luar kota Jakarta. Pengunjung yang datang dapat membeli ikan konsumsi dan ikan hias.

Layanan informasi: 021-7864180 c. Taman Margasatwa Ragunan

Adalah Kebun Binatang milik Pemerintah DKI Jakarta yang berdiri di atas tanah seluas lebih kurang 135 ha. Di dalamnya terdapat koleksi satwa sebanyak

commit to user

lebih kurang 3.200 ekor. Pada saat ini masih dalam tahap proses penataan dan pembangunan untuk terwujudnya Kebun Binatang yang baik sebagai sarana rekreasi, pendidikan, penelitian, dan konservasi fauna dan flora. Berikut sekilas informasi tentang sejaran keberadaan Kebun Binatang di Jakarta, antara lain: (a) Tahun 1864, Raden Saleh, seorang pelukis Indonesia ternama menghibahkan sebidang tanah seluas 10 hektar di kawasan Cikini kepada pemerintah. Oleh Pemerintah Belanda digunakan sebagai "Lembaga untuk Tanaman dan Satwa"; (b) Tahun 1949, Nama Lembaga untuk Tanaman dan Satwa diganti menjadi "Kebun Binatang Cikini"; (c) Tahun 1964, Dengan makin berkembangnya kota Jakarta, Pemerintah Daerah memindahkan Kebun Binatang Cikini ke kawasan Ragunan Pasar Minggu, dengan nama "Taman Margasatwa Jakarta"; (d) Tahun 1974, Nama Taman Margasatwa Jakarta berubah menjadi "Kebun Binatang Ragunan". Sejak saat itu secara bertahap dilakukan penataan dan perluasan, sejalan dengan peran dan fungsi Kebun Binatang; (e) Tahun 1998, Berdasarkan Perda No.13 Tahun 1998 nama "Kebun Binatang Ragunan" berubah namanya menjadi "Taman Margasatwa Ragunan"

Layanan informasi: 021-7806164 d. Situ Babakan

Situ Babakan terletak sekitar 300 m dari Jalan Moh.Kahfi, dengan luas

areal lebih kurang 35 Ha. Untuk menuju ke Situ Babakan akan melewati pemukiman dan Kebun Rakyat. Sampai saat ini Situ Babakan baru berfungsi sebagai badan air irigasi, pemancingan, berenang dan tempat berperahu. Pada

commit to user

waktu mendatang Situ Babakan direncanakan akan dikembangkan dan dikelola sebagai obyek wisata.

e. Pergelaran Kesenian Betawi

Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, merupakan pusat kebudayaan Betawi juga didukung keberadaan dua situ yakni Situ Babakan dan Situ Mangga Bolong. Selain untuk melestarikan Budaya Betawi dan sekaligus berupaya untuk menjadikan daya tarik wisata budaya juga menampilkan berbagai atraksi seni budaya khas Betawi sekaligus mempromosikan PBB Setu Babakan sebagai pusat aktivitas seniman Betawi.

Layanan Informasi: +62 21-7250106, 7228134 f. Atraksi Ekowisata Jakarta Selatan

Ekowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi.

Layanan Informasi: +62 21-7250106, 7228134 g. Festival Makanan Nusantara

Festival Makanan Nusantara adalah acara yang paling dinantikan oleh masyarakat Jakarta. Sebagai sarana promosi untuk lebih mengenal makanan nusantara, juga promosi pariwisata Jakarta. Datang kemudian nikmati lezatnya hidangan aneka makanan nusantara dalam acara festival makanan yang di Selenggarakan oleh Suku Dinas Pariwisata Kota Administratif Jakarta Selatan. Layanan Informasi: +62 21-7250106, 7228134

commit to user

h. Jajanan Khas Jakarta Selatan 1. Kerak Telor 2. Roti Buaya 3. Kue Putu 4. Laksa Pesisir 5. Gado-gado 6. Soto Betawi

(Toenggoel P.Siagian.2007,Jakarta idaman kita,h.26)

D. Selayang Pandang Museum Layang-layang Indonesia

Layang layang yang acap mengindahkan langit, ternyata tak cuma sekedar sebuah permainan. Lebih dari itu permainan yang sudah berumur ribuan tahun ini juga dijadikan ritual adat hingga alat perang di berbagai daerah dan negara,

bahkan menjadi sumber mata pencaharian. Letaknya yang tersembunyi di sebuah

jalan di kawasan Pondok Labu , Jakarta Selatan Museum ini nyaris tak

terpublikasi seperti layaknya museum lainnya. Pada 2003 Endang menjadikan rumahnya di Pondok Labu, Jakarta Selatan, sebagai museum layang-layang setelah memperluas lahannya menjadi 4.600 m2 dari semula 1.100 m2. Atap dan tiang bangunannya bergaya Jawa terbuat dari kayu berumur 146 tahun, didatangkan dari Trowulan, Mojokerto (Jawa Timur).

(http://rumahtata-museumlayang.blogspot.com).Diakses pada 10 april 2011. Pintu gerbang museum dibangun dengan gaya Bali. Megah dan besar. Bangunan utama yaitu museum layang-layang itu berbentuk pendopo yang juga menjadi logo museum. Di sisi kanan ada jendela. Bangunan cantik ini berdiri di

commit to user

lahan seluas 3000 m2, terdiri dua bangunan yaitu Ruang Pendopo dan ruang pameran. Bangunan pendoponya sendiri diangkut langsung dari Mojokerto. Dari kedua bangunan ini dipamerkan sekitar 150 layang-layang dari 500 koleksi dan setiap bulannya diganti dengan koleksi yang lain. Museum ini memiliki beberapa ruangan yang terdiri dari museum utama, ruang sinema, café, serta galeri. Saat memasuki bangunan yang fondasi arsitekturnya didominasi batu bata merah ini, akan disambut dengan suasana yang teduh dan asri berikut keramahan penjaga museum. Ada beragam kegiatan yang bisa kita lakukan selama kunjungan selain berkeliling atau observasi, yaitu belajar melukis, membuat keramik, membatik, bahkan berenang di kolam yang disediakan untuk umum. Selain itu, dalam program berdurasi kurang lebih 60 menit, disediakan juga kegiatan seperti menonton film pendek mengenai sejarah dan keunikan permainan layang-layang, tur keliling museum yang didampingi oleh pemandu, serta workshop tentang bagaimana membuat dan melukis layang-layang.

Di dalam museum terdapat layang-layang dari berbagai daerah di Indonesia dan dari mancanegara. Bentuk dan ukurannya pun beranekaragam. Ada yang terbuat dari bulu-bulu, daun-daun, kain, anyaman dll. Disini juga terdapat berbagai bentuk Layang-layang, seperti Kereta Kuda, Naga, bentuk boneka dan masih banyak lagi. Selain itu, ukurannya juga variatif, mulai dari yang berukuran 2×2 cm berasal dari China hingga berukuran 22×24 meter yang berasal dari Jepang. Disamping mengkoleksi Layang-layang dari dalam dan luar negeri, Museum layang Indonesia juga memproduksi berbagai jenis

Layang-commit to user

layang dan menerima pesanan khusus. Hingga kini jumlah koleksinya kurang lebih 400 buah dan dipajang diluar dan dalam Museum.

(http://rumahtata-museumlayang.blogspot.com). Diakses pada 12 april 2011.

1. Sejarah berdirinya Museum Layang-layang Indonesia

Perkembangan layang-layang di Indonesia cenderung mengarah kepada bentuk modern yang memungkinkan akan berdampak kepada hilangnya ciri layang-layang tradisional Indonesia. Sementara perkembangan layang-layang di dunia mengarah kepada bentuk dan motif yang artistik serta mengarah kepada pemanfaatan layang-layang di bidang teknologi. Mengacu pada hal tersebut sekelompok pencinta layang-layang yang tergabung dalam Merindo Kites & Gallery mencoba untuk mengangkat dan melestarikan salah satu khazanah budaya dan memperkenalkan seni dan teknologi layang-layang dengan mendirikan Museum Layang-layang Indonesia. Layang-layang sebuah benda klasik yang ada hampir di seluruh pelosok dunia dan masih jaya hingga sekarang. Berbagai festival internasional dilaksanakan setiap tahun dan selalu menjadi acara yang menarik. Pada tahun 2010 festival layang-layang yang diikuti oleh 42 negara dilaksanakan di kawasan Pantai Karnaval Ancol, sekaligus dalam rangka merayakan HUT Jakarta yang ke-483. Museum layang-layang Indonesia merupakan museum ketiga di dunia setelah Cina dan Malaysia. Pendiri Museum Layang-layang Indonesia adalah Ibu Endang W. Puspoyo. seorang pakar kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985 istri mantan Kabulog, Wijanarko Puspoyo yang diresmikan, 21 Maret 2003 oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata saat itu, I Gede Ardika. Lokasinya terletak di Jl. H.

commit to user

Kamang No.38, Pondok Labu, Jakarta Selatan. (Dimyati,Edi.Panduan sang petualang(47 museum jakarta),2010,p.30)

Sejak hampir 2,800 tahun lalu, layang-layang telah digunakan oleh Cina. Layang-layang telah menjadi simbol dalam upacara sakral di berbagai wilayah. Indonesia termasuk salah satu negara yang cukup kental dengan layang-layang, keanekaragaman budayanya membuat layang-layang Indonesia beranekaragam pula, sangat erat kaitannya dengan budaya daerah masing-masing, baik dalam hal bentuk, penggunaan, maupun makna yang melekat. Demikianlah layang-layang telah menjadi benda seni dan budaya yang khas bagi masing-masing negara. Keinginan untuk melestarikan seni dan budaya inilah serta kecintaannya akan layang-layang membuat Ibu Endang W. Puspoyo untuk mendirikan museum layang-layang di area rumahnya.

Awal Mulanya ahli kecantikan dan dekorasi ini hanya melihat layang-layang sebagai elemen dekorasi, la membeli sebuah di AS pada 1970-an dan memajangnya di rumah. Tak disangka seorang Belanda menyukai dan membayarnya. Sejak itu hobi layang-layang pun dimulai. Hobi itu berkembang

setelah ia mendirikan sebuah event organizer yang banyak menggarap kegiatan

luar ruang. Event itu adalah festival layang-layang. Ternyata efektif dan banyak diminati. Melalui Merindo Kites & Gallery yang didirikannya pada 1988, tawaran dari developer untuk menggelar festival layang-layang pun mengalir, baik nasional maupun internasional. Festival layang-layang internasional pertama beliau diadakan di BSD pada 1993. Beliau mempelajari secara otodidak seluk beluk layang-layang membuat dan menerbangkannya sendiri saat festival. Salah

commit to user

satu layang kreasinya meraih kategori desain terbaik di festival

layang-layang internasional Wei Fang (Cina). la juga rajin berkeliling ke berbagai

sekolah lokal dan intemasional untuk mempopulerkan layang-layang. Ibu yang juga berprofesi sebagai ahli kecantikan ini telah berkeliling ke 10 propinsi di

Indonesia selama 2 tahun terakhir untuk memberikan pelatihan tentang layang –

layang dengan sertifikasi 100 jam belajar. Selain ke berbagai daerah ia juga sering

dipanggil untuk mengajar ketrampilan membuat layang–layang bagi siswa - siswi

di berbagai sekolah internasional di Jakarta seperti Britis Internasional School,

Jakarta Internasional School, German, Korea, Gandhi dan masih banyak lagi. (Dimyati,Edi.Panduan sang petualang(47 museum jakarta),2010,p.33)

2. Seluk beluk dan koleksi museum Layang-layang

Ada banyak sebutan untuk layang-layang ini seperti “layangan” atau

wau” (sebutan di sebagian wilayah Semenanjung Malaya) . Dikenal luas di

seluruh dunia sebagai alat permainan, layang-layang diketahui juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi alternatif. Layang-layang dibuat dan dirancang untuk yang pertama kalinya oleh nenek moyang bangsa Tionghoa pada zaman kuno. Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen dari Cina sekitar 2500 Sebelum Masehi. Penemuan sebuah lukisan gua di Pulau Muna Sulawesi Tenggara. pada awal abad ke-21 yang memberikan kesan orang bermain layang-layang menimbulkan spekulasi mengenai tradisi yang berumur lebih dari itu di kawasan Nusantara. Diduga terjadi perkembangan yang saling bebas antara tradisi di Cina dan di Nusantara karena di Nusantara banyak

commit to user

ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan. Di kawasan Nusantara sendiri catatan pertama mengenai layang-layang adalah

dari “Sejarah Melayu” (Sulalatus Salatin) abad ke-17 yang menceritakan suatu

festival layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.(Endang,W, Layang-layang salah satu aspek budaya bangsa,1995,49).

Pada dasarnya, pengertian dari Layang-layang adalah paduan lembaran bahan tipis yang diperkuat dengan kerangka yang kemudian diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali. Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Layang-layang terkenal ketika dipakai oleh Benjamin Franklin ketika ia tengah mempelajari petir. Berbicara mengenai layang-layang, tidak dapat terlepas dari unsur-unsur budaya, karena merupakan perpaduan antara teknik kerajinan dan kesenian Di beberapa daerah masih dapat ditemukan jenis layang-layang sederhana yang tidak banyak berubah dari bentuk awalnya. Seperti di Sulawesi, terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu dan diikat dengan serat rotan Bahkan di Bali pun masih dapat ditemui layang-layang dengan bentuk menyerupai daun.

Di Jawa Barat, Lampung dan beberapa tempat di Indonesia ditemukan layang-layang yang dipakai sebagai alat bantu memancing. Layang-layang ini terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek tertentu, dan dihubungkan dengan mata kail. Di Pangandaran dan beberapa tempat lain, layang-layang dipasangi jerat untuk menangkap kalong atau kelelawar. Di belahan dunia yang lain lagi , layang-layang memiliki fungsi ritual yaitu diterbangkan pada saat-saat tertentu

commit to user

seperti pada masa panen, atau masa tanam padi. Di Sumatera Barat, Masyarakat masih percaya pada layang-layang bertuah yang bisa memikat anak gadis. Namanya layang-layang hias dangung-dangung.

Di Pulau Jawa ada layang-layang yang digunakan untuk mengusir serangga dan burung liar di ladang sawah. Di beberapa daerah, layang-layang dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu. Biasanya terkait dengan proses budidaya pertanian. Layang-layang paling sederhana terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu dan diikat dengan serat rotan. Layang-layang semacam ini masih dapat dijumpai Di Jawa Barat, Lampung, dan beberapa tempat di Indonesia ditemukan layang-layang yang dipakai sebagai alat bantu memancing. Layang-layang ini terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek tertentu, dan dihubungkan dengan mata kail. Di Pangandaran dan beberapa tempat lain, layang-layang dipasangi jerat untuk menangkap kalong atau kelelawar di Sulawesi. Layang layang terbesar berukuran 32 x 8 meter, bernama Mega Ray. Layang-layang ini berbentuk ikan pari, berasal dari Selandia Baru. Sedangkan yang terkecil berukuran 22 milimeter (2,2 cm). Koleksi Nusantara antara lain layang-layang berbentuk becak, atau rumah gadang dari Sumatra Barat. Dari Sulawesi Tenggara ada layangan Kaghati yang dibuat dari daun gadung, memakai serat daun nanas untuk menjahitnya. Dari Kalimantan Selatan juga ada, yakni sepasang layanglayang bernama Dandang Laki dan Dandang Bini. Layang-layang itu terbuat dari beberapa potong bambu berukuran panjang 1,5 meter dengan diameter 20 cm. Diperkirakan, usianya sudah mencapai 43-53 tahun. Semua jenis layang layang tersebut dapat dijumpai di musem layang layang. Disini juga akan

commit to user

menemukan berbagai bentuk Layang-layang, seperti Kereta Kuda, Naga, bentuk boneka dan masih banyak lagi.

Ukuran layang-layang sangat beragam. Ada yang mungil 2x2 cm berasal dari Cina, ada pula yang besar 22 x 24 meter dari Jepang. MURI mencatat ekor layang-layang terpanjang ada di Bali yaitu sepanjang 250 meter. Disamping mengkoleksi Layang-layang dari dalam dan luar negeri, Museum Layang-layang Indonesia juga memproduksi berbagai jenis Layang-layang dan menerima pesanan khusus. Hingga kini jumlah koleksinya kurang lebih 400 buah dan dipajang diluar dan dalam Museum.(Endang,W, Layang-layang salah satu aspek budaya bangsa,1995,53).

3. Jenis Layang-layang berdasarkan sejarah

1). Olahraga / Sport

Jenis permainan yang disebut sebagai stunt kite. Dimana permainan bukan hanya membutuhkan angin dan benang melainkan ketrampilan dan kecekatan serta fisik yang kuat.

2). Warfare

Layang layang juga berperan dalam masa peperangan,dimana pengintaian kubu musuh dapat dilakukan dengan mengendarai layang-layang besar. Ternyata layang-layang dapat memindahkan penduduk ke tempat yang lebih aman jauh dari peperangan, terkadang juga untuk mengukur jarak ke tempat sasaran, bahkan beberapa layang-layang dapat dapat dilengkapi dengan kamera lokasi suatu daerah terpencil sekalipun.

3). Aerial artist

Di Peru terdapat hasil seni luar biasa,lukisan besar di suatu dataran yang tidak dapat di nikmati oleh dataran itu sendiri. Garis serta gambar ini hanya dapat

commit to user

dinikmati dari udara.Hal ini menjadi tanda Tanya para ilmuwan mereka beranggapan bahwa lukisan itu dibuat dengan cara pelukis menggantung di layang-layang

4). Aerodinamika

Adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari gerakan gerakan udara dan keadaan gaya gaya yang timbul pada benda matif(solid), yang bergerak relative didalam udara.Daya angkat layang layang timbul dari pantulan angin yang di sebabkan oleh benturannya pada permukaan layang layang dan juga dari tekanan udara yang bergerak berkurang karena kecepatannya meningkat.

(Endang,W, Belajar membuat layang-layang,2007,20).

4. Visi dan Misi Museum layang-layang Indonesia

Museum memiliki visi untuk mengingatkan budaya layang layang kepada masyarakat luar. Dan misi museum adalah melestarikan khasanah budaya

Indonesia.(www.museum-layang.com).

5. Fasilitas Museum Layang-layang Indonesia

Fasilitas pendukung museum meliputi kegiatan pelatihan pembuatan layang, pelatihan layang kendali, pusat informasi kegiatan layang-layang nasional dan internasional serta kegiatan lain yang berkaitan dengan dunia layang-layang.

1) Entrance dan Welcoming Area

2) Pendopo dan Workshop Layang layang 3) Kantin, Souvenir Shop dan Musholla (observasi,9 april 2011)

commit to user

48

BAB III

Profil Dan Karakteristik Wisatawan Di Museum Layang-Layang

Dokumen terkait