Setiap tahun data kunjungan wisatawan selalu meningkat dikarenakan para pengunjung dapat melakukan berbagai aktifitas di museum tersebut, tidak hanya melihat benda-benda yang terdapat di museum seperti museum lain. Bentuk apresiasi yang nyata bagi suatu museum adalah banyaknya kunjungan dari masyarakat ke museum, banyaknya kegiatan yang dilakukan masyarakat berkenaan dengan kedudukan museum, dan bermacam aktivitas masyarakat yang terkait dengan sesuatu museum. Masyarakat merupakan organisme sosial yang dinamis, wujudnya pun bermacam-macam serta banyak kategori yang dapat dikenakan kepadanya. Dapat dinyatakan bahwa masyarakat pengunjung museum adalah salah satu segmen khusus masyarakat yang secara sadar atau tidak sadar mau mendatangi museum. Kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi ekonomi, keamanan, musim dan lain-lain. Dapat dilihat dari tabel-tabel dibawah ini yang menjelaskan tentang perkembangan di museum layang-layang berdasarkan data pengunjung tahun 2011. Berdasarkan data yang diperoleh ternyata daerah asal wisatawan merupakan hal yang mempunyai pengaruh cukup besar pada jumlah kunjungan wisatawan. Karena daerah asal akan mencerminkan keadaan dari wisatawan itu sendiri
commit to user
Berikut adalah data dari pengelola Museum Layang-layang tentang jumlah kunjungan wisatawan pada kurun waktu bulan Januari-april 2011, jumlah kunjungan wisatawan sudah termasuk wisatawan mancanegara.
Tabel 1
Data Kunjungan wisatawan bulan Januari – April 2011
Museum Layang-Layang Indonesia
No Bulan Wisatawan Mancanegara Wisatawan Lokal Jumlah 1. Januari 267 1005 1272 Orang 2. Februari 82 648 730 Orang 3. Maret 90 358 448 Orang 4. April 11 200 422 Orang
Sumber: Pengelola Museum layang layang 2011.
Dari informasi tabel 1 jumlah wisatawan bulan januari- april tahun 2011 di atas dapat diketahui bahwa jumlah wisatawan pada bulan januari adalah 1272 orang termasuk wisatawan mancanegara sebanyak 267 orang dan wisatawan domestic sebanyak 1005 orang. Jumlah wisatawan pada bulan februari adalah 730 orang termasuk wisatawan mancanegara sebanyak 82 orang dan wisatawan domestic sebanyak 648 orang. Jumlah wisatawan pada bulan Maret adalah 448 orang termasuk wisatawan mancanegara sebanyak 90 orang dan wisatawan domestic sebanyak 358 orang. Jumlah wisatawan pada bulan April adalah 422 orang termasuk wisatawan mancanegara sebanyak 11 orang dan wisatawan
commit to user
domestic sebanyak 200 orang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa museum layang-layang mengalami penurunan jumlah wisatawan pada bulan Januari-april 2011. B. Profil Wisatawan di Museum Layang-layang berdasarkan Variabel Geografis,Variabel Sosio demografi, Variabel Psikografik, Variabel Behavioristik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Museum laying-layang untuk mengetahui tentang profil dan karakteristik wisatawan pada Museum layang-layang dilakukan dengan cara melakukan survey dan penyebaran kuisioner sebanyak 50 responden, dikarenakan penulis beranggapan dengan jumlah responden tersebut sudah dapat mewakili karakteristik wisatawan lainnya. Sedangkan karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencakup daerah asal responden, usia, jenis kelamin, pekerjaan, perencanaan perjalanan wisata yang diminati, jenis dan bentuk wisata yang diminati, tujuan utama berkunjung ke Museum layang-layang, fasilitas penginapan yang paling banyak diminati, perhatian wisatawan terhadap kebersihan dan sanitasi di tempat wisata dan harapan-harapan yang ingin dikemukakan setelah berkunjung di Museum
layang-layang. (http://net-asia.net/karakteristik wisatawan.html) Diakses pada 21
April 2011). Berikut ini adalah jenis variable karakteristik profil wisatawan yaitu :
1. Variabel Geografis
Variabel geografis membagi wisatawan berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, biasanya dibedakan menjadi desa-kota, propinsi, maupun negara asalnya. Pembagian ini lebih lanjut dapat pula dikelompokkan berdasarkan ukuran
commit to user
(size) kota tempat tinggal (kota kecil, menengah, besar/metropolitan), kepadatan penduduk di kota tersebut dan lain-lain.
Berikut ini adalah hasil data yang di peroleh dari pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-layang berdasarkan daerah asal wisatawan adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Variabel Geografis berdasarkan daerah asal wisatawan
Daerah Asal Jumlah Prosentase (%)
Jakarta 18 35 Bogor 10 20 Jogjakarta 10 20 Surakarta 7 15 Luar Negeri 5 10 Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011..
Dari data diatas disimpulkan bahwa hasil wawancara yang dituangkan dalam bentuk kuisioner diketahui bahwa kebanyakan asal responden adalah berasal dari dalam kota atau dapat dikatakan peminat dari Museum layang-layang itu sendiri mayoritas berasal dari daerah Jakarta. Jakarta mempunyai minat yang paling besar pada tempat wisata ini yang terlihat dari jumlah kunjungan yang cukup banyak yaitu sebesar 18 responden dengan prosentase 35%, disusul dengan Bogor dengan 10 responden dan dengan prosentase 20%, Jogjakarta 20% dan
commit to user
solo sebanyak 15%, sisanya 10% berasal dari kota lain termasuk wisatawan mancanegara.
2. Variabel Sosio demografi
Variabel sosio-demografis juga berkaitan satu dengan yang lain secara tidak langsung. Misalnya tingkat pendidikan seseorang dengan pekerjaan dan tingkat pendapatannya, serta usia dengan status perkawinan dan ukuran keluarga. Pembagian wisatawan berdasarkan karakteristik sosio-demografis ini paling nyata kaitannya dengan pola berwisata mereka. Jenis kelamin maupun kelompok umur misalnya berkaitan dengan pilihan jenis wisata yang dilakukan (Seaton & Bennet, 1996). Berikut ini adalah hasil data yang di peroleh dari pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-layang berdasarkan jenis kelamin wisatawan adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Variabel Sosial geografis berdasarkan jenis kelamin wisatawan
Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)
Laki-laki 23 46
Perempuan 27 54
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011.
Minat dan kebutuhan wisatawan pria hampir sama dengan wisatawan wanita, begitu pula minat terhadap suatu tempat tujuan wisata. Berdasarkan dari data yang diperoleh dari lembara kuisioner yang disebarkan kepada responden
commit to user
didapat perbedaan yang tidak terlalu besar terhadap minat pada suatu tempat wisata antara pria dan wanita, yaitu dalam data tercatat wisatawan wanita sebanyak 27 responden dengan prosentase 54%, sedangakan wisatawan pria sebanyak 23 responden dengan jumlah prosentase sebesar 46%. Jadi dapat diambil kesimpulan kalau jenis wisata budaya khususnya Museum Layang-layang tenyata diminati oleh pria maupun wanita. Selanjutnya adalah data yang di peroleh dari pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-layang berdasarkan usia wisatawan adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Variabel Sosial geografis berdasarkan jenis usia wisatawan
Usia Wisatawan Jumlah Prosentase (%)
<15 17 34
15-30 23 46
30-50 6 12
>50 4 8
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011.
Berdasarkan dari data pada tabel 4 dapat dilihat bahwa mayoritas usia responden yang berkunjung di Museum layang-layang antara usia 15-30 tahun, yaitu sebanyak 23 orang dengan prosentase sebesar 46%. Sedangkan responden dengan usia 30-50 tahun sebanyak 12%, responden usia lebih dari 50 tahun sebanyak 8% dan jumlah responden dengan usia kurang dari 15 tahun sebanyak 34%.
commit to user
Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Museum layang-layang lebih banyak diminati oleh para wisatawan dengan usia remaja atau bisa dikatakan para kalangan pelajar dan mahasiswa. Hal ini dikarenakan pola hidup dari masyarakat Indonesia itu sendiri yang mulai berubah khususnya dikalangan remaja. Berikut ini adalah hasil data yang di peroleh dari pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-layang berdasarkan pekerjaan wisatawan, penulis membaginya menjadi 4 golongan yaitu : pelajar (termasuk mahasiswa), pegawai pemerintahan (termasuk TNI dan Polisi), staff pengajar (termasuk dosen, guru dan staff pengajar lainnya) dan wiraswasta, adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Variabel Sosial geografis berdasarkan pekerjaan wisatawan
Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)
Pelajar & Mahasiswa 26 52
Pegawai pemerintahan 5 10
Staff pengajar 14 28
Wiraswasta 5 10
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011.
Berdasarkan tabel di atas tentang jenis pekerjaan responden, maka dapat di ketahui bahwa jumlah kunjungan wisatawan Museum layang-layang berdasarkan jenis pekerjaan mayoritas adalah dari kalangan pelajar sebanyak 26 orang dengan prosentase sebesar 52%. Kemudian responden dengan jenis pekerjaan sebagai
commit to user
guru sebesar 28% dilanjutkan dengan profesi sebagai pegawai pemerintahan dan wiraswasta yang sama-sama memiliki prosentase sebesar 10%.
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. Menurut Aisyah, pengunjung di hari kerja biasanya didominasi oleh rombongan anak-anak sekolah. Pengunjung individu atau keluarganya biasanya banyak di hari Sabtu atau Minggu.
3. Variabel psikografik
Variabel psikografis membagi wisatawan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kelas sosial, life-style dan karakteristik personal. Wisatawan dalam kelompok demografis yang sama mungkin memiliki profil psikografis yang sangat berbeda.
Beragamnya karakteristik dan latar belakang wisatawan menyebabkan beragamnya keinginan dan kebutuhan mereka akan suatu produk wisata. Pengelompokan-pengelompokan wisatawan dapat memberi informasi mengenai alasan setiap kelompok mengunjungi objek wisata yang berbeda, berapa besar
ukuran kelompok tersebut, pola pengeluaran setiap kelompok, “kesetiaannya”
terhadap suatu produk wisata tertentu, sensitivitas mereka terhadap perubahan harga produk wisata, serta respon kelompok terhadap berbagai bentuk iklan produk wisata. Lebih lanjut, pengetahuan mengenai wisatawan sangat diperlukan dalam merencanakan produk wisata yang sesuai dengan keinginan kelompok
commit to user
pasar tertentu, termasuk merencanakan strategi pemasaran yang tepat bagi kelompok pasar tersebut.
(http://jurnalpariwisata.com/index.php?option=com_content&view=articl
e&id=293:karakteristik-wisatawan-asing-di-indonesi&catid=64:vol05no22000).diakses pada 4 april 2011.
Motivasi dan tujuan orang untuk melakukan perjalanan wisata itu tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi, seseorang mengunjungi suatu objek wisata pasti mempunyai tujuan yang diinginkan, terlepas dari rasa ingin tau dan ingin terlepas dari rutinitas atau aktivitas sehari-hari. Berikut ini adalah hasil data yang di peroleh dari pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-layang berdasarkan Tujuan wisatawan berkunjung ke museum layang-layang adalah sebagai berikut :
Tabel 6
Variabel Psikografik berdasarkan Tujuan Wisatawan Berkunjung di Museum layang-layang
Tujuan Jumlah Prosentase (%)
Rekreasi 6 12
Penelitian/belajar 17 34
Melihat hal-hal baru 1 2
Kebudayaan 13 26
Bisnis - -
Sekedar mengisi waktu 13 26
Jumlah 50 100
commit to user
Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa sebagian besar mengunjungi objek wisata ini adalah untuk melakukan penelitian atau belajar membuat layang layang di museum ini, yaitu dengan jumlah responden sebanyak 17 responden dengan prosentase sebesar 34%, ini dikarenakan jumlah kunjungan yang lebih banyak didominasi oleh para pelajar dan mahasiswa, baik dari dalam maupun luar kota, bahkan tidak sedikit pula pelajar dari luar negeri yang melakukan penelitian di museum ini. Selanjutnya untuk tujuan kebudayaan sebesar 26%, rekreasi atau berlibur 12% dan hanya sekedar melihat hal-hal baru sebanyak 2%.
4. Variabel Behavioristik
Variable Behavioristik membagi wisatawan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan tingkah laku Wisatawan. Berikut ini adalah hasil data yang di peroleh dari pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-layang berdasarkan perencanaan perjalanan wisatawan yang berkunjung ke museum layang-layang.
Dalam interview yang dilakukan peneliti pada salah seorang wisatawan yang
tergabung dalam Touris Group dari sebuah Universitas di Kota Semarang didapat
hasil sebagai berikut: Mereka lebih merasa nyaman serta merasa bebas tidak terpancang oleh jadwal perjalanan yang sudah diatur oleh sebuah biro perjalanan jika menggunakan rencana perjalanan yang mereka atur sendiri. Disamping itu mereka juga berfikiran agar lebih dapat menekan biaya pengeluaran yang cukup besar jika menggunakan jasa biro perjalanan dibandingkan dengan melakukan perjalanan sendiri, maka dari itu di peroleh data sebagai berikut :
commit to user
Tabel 7
Variabel behavioristik bedasarkan Perencanaan
Perjalanan Wisatawan Berkunjung di Museum layang-layang
Rencana Perjalanan Jumlah Prosentase (%)
Diatur sendiri 31 62
Diatur biro perjalanan 19 38
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011.
Mayoritas atau sebanyak 31 responden menjawab lebih senang merencanakan perjalanan sendiri atau menggunakan organisasi wisata lokal, daripada menyerahkan sepenuhnya pada biro-biro perjalanan, dengan prosentase sebesar 62%.Namun demikian tidak sedikit pula yang lebih memilih menggunakan jasa biro perjalanan yaitu sebanyak 19 responden dengan prosentase 38%. Ini dikarenakan mereka beranggapan lebih praktis serta sebagian besar dari mereka juga belum mengenal betul tentang letak dan kondisi tempat-tempat wisata yang akan mereka kunjungi, jadi mereka lebih merasa aman.
Ada beberapa wisatawan yang menggunakan jasa biro perjalanan akan tetapi dalam menentukan objek wisata yang akan dituju mereka memilih dan mengatur sendiri, sehingga tugas dari biro perjalanan hanya sekedar mengantar ke tempat yang diinginkan oleh wisatawan. Berikut ini adalah hasil data yang di peroleh dari pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-layang berdasarkan bentuk wisata yang banyak di minati wisatawan yang berkunjung ke museum layang-layang adalah sebagai berikut:
commit to user
Tabel 8
Variabel Behavioristik berdasarkan Bentuk Wisata Yang Banyak Diminati wisatawan
Bentuk Wisata Jumlah Prosentase (%)
Wisata budaya 8 16
Wisata alam 24 48
Wisata kuliner 14 28
Wisata belanja 4 8
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011.
Mayoritas responden lebih menyukai wisata alam dengan jumlah responden sebanyak 24 dengan prosentase sebesar 48%, lebih besar dibandingkan bentuk wisata lainnya. Dilanjutkan dengan wisata kuliner dengan 28%, mereka mengatakan sangat penasaran dengan makanan khas yang ada ditempat-tempat wisata atau daerah yang mereka kunjungi, sehingga tidak sedikit pula yang memilih bentuk wisata ini. Selanjutnya wisata budaya dan wisata belanja dengan jumlah prosentase masing-masing sebesar 16% dan 8%. Dari fakta yang didapat
dari sebuah wawancara dengan Ade nuryadin salah seorang Guide di Museum
layang- layang, didapat kesimpulan bahwa kebanyakan wisatawan asal Eropa
sangat tertarik dalam mendengarkan pemandu wisata dan ingin mengetahui segala sesuatu sampai detail tentang suatu objek wisata. Sedangkan wisatawan asal Amerika lebih menyukai aspek wisata budaya seperti tari-tarian dan upacara adat-istiadat akan tetapi tidak tertarik secara medalam pada bentuk kebudayaan,
commit to user
sedangkan hanya sebagian kecil yang menyukai pemandangan alam. Wisatawan Australia mengatakan sangat menyukai wisata alam terutama aktivitas pantai tetapi tidak menaruh minat yang dalam pada kebudayaan yang telah dikenalnya tentang ndonesia.
Jenis penginapan standart memang lebih banyak disukai oleh para wisatawan karena dalam kunjungannya wisatawan lebih mengutamakan objek yang dituju, bukan fasilitas dan pelayanan kamar. Selain itu mayoritas pengunjung Museum layang layang juga berprofesi sebagai pelajar dan staff pengajar, sehingga minat akan permintaan penginapan relative sederhana. Berikut ini adalah hasil data yang di peroleh dari pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-layang berdasarkan fasilitas penginapan yang banyak di minati wisatawan yang berkunjung ke museum layang-layang adalah sebagai berikut:
Tabel 9
Variable Behavioristik berdasarkan Fasilitas Penginapan Yang Banyak Diminati Wisatawan Yang Berkunjung ke Museum layang-layang
Fasilitas Penginapan Jumlah Prosentase (%)
Berbintang 9 18
Tidak Berbintang 41 82
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011.
Jenis penginapan dengan fasilitas maupun pelayanan yang standart menjadi favorit dikalangan wisatawan, hal ini dibuktikan dengan tingginya responden yang memilih dengan jumlah 41 responden dengan prosentase 82%.
commit to user
Hal ini sangatlah lebih dominan jika dibandingkan dengan jumlah responden yang memilih jenis penginapan mewah yaitu sebanyak 9 responden dengan prosentase sebesar 18%.
Kebersihan dan sanitasi sangat erat hubungannya dengan dunia pariwisata, karena semakin bersih tempat wisata yang mereka kunjungi maka kesan dari para wisatawan terhadap suatu objek wisata pun juga semakin tinggi, bahkan kemungkinan besar mereka untuk kembali mengunjungi objek wisata tersebut semakin terbuka lebar karena mereka merasa nyaman terhadap tempat wisata yang mereka kunjungi. Berikut ini adalah hasil data yang di peroleh dari pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-layang berdasarkan respon terhadap fasilitas dan kebersihan wisatawan yang berkunjung ke museum layang-layang adalah sebagai berikut:
Tabel 10
Variable behavioristik berdasarkan Respon Terhadap Fasilitas dan Kebersihan di Museum layang- layang
Respon Wisatawan Jumlah Prosentase (%)
Sangat diperhatikan 37 74
Kurang diperhatikan 13 26
Tidak diperhatikan - -
Jumlah 50 100
commit to user
Mayoritas atau sebanyak 37 responden dari 50 responden, tanggapan wisatawan terhadap fasilitas dan kebersihan di tempat yang mereka kunjungi cenderung sangat diperhatikan, dengan prosentase 74%. Sedangkan wisatawan yang mengatakan kurang diperhatikan sebanyak 13 responden dengan prosentase sebesar 26%.
Kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi ekonomi, keamanan, musim dan lain-lain. Dapat dilihat dari tabel-tabel dibawah ini yang menjelaskan tentang perkembangan di museum layang-layang berdasarkan data pengunjung dan kegiatan yang di lakukan pada tahun 2007-2011 di museum layang-layang Indonesia adalah sebagai berikut:
commit to user
Berdasarkan tabel 11 kegiatan museum layang-layang di atas dapat di
ketahui bahwa perkembangan sangat pesat bermula dari workshop layangan pada
setiap tahun terdapat penambahan kegiatan di museum layang-layang seperti pada tahun 2007 kegiatan yang dilakukan wisatawan adalah membuat
layang-layang paperfold sebanyak 7362 pengunjung ,diamond 2802 pengunjung, poly
514 pengunjung dan keramik sebanyak 5265 pengunjung, paling banyak di kunjungi pada bulan april dengan jumlah 2672 wisatawan dan bulan paling sedikit wisatawan berkunjung adalah bulan oktober sebanyak 379 pengunjung. Pada tahun 2008 kegiatan yang di lakukan wisatawan adalah membuat layang-layang
paperfold sebanyak 6243 pengunjung, diamond sebanyak 2962 pengunjung ,poly
sebanyak 814 pengunjung, keramik sebanyak 5030 pengunjung dan di tambah
melukis batik sebanyak 551 pengunjung.Paling banyak dikunjungi adalah pada bulan November yaitu sebanyak 2752 pengunjung,paling sedikit dikunjungi adalah bulan September sebanyak 474 pengunjung. Pada tahun 2009-2011
kegiatan yang di lakukan wisatawan adalah membuat layang-layang paperfold
sebanyak 14049 pada tahun 2009, sebanyak 5984 pengunjung pada tahun 2010
dan 1066 pengunjung pada tahun 2011 yang di hitung sampai bulan april
2011,diamond sebanyak 7100 pengunjung pada tahun 2009, 2683 pengunjung
pada tahun 2010, 505 pengunjung di tahun 2011 yang dihitung sampai bulan april
2011,sedangkan poly sebanyak 1793 pengunjung pada tahun 2009, dan 480
pengunjung pada tahun 2010, 135 pengunjung tahun 2011 yang di data sampai
bulan april 2011, melukis keramik sebanyak 5482 pengunjung pada tahun 2009,
commit to user
ketahui jumlahnya sampai bulan april 2011, membatik sebanyak 522 pengunjung di tahun 2009, 222 pengunjung pada tahun 2010, dan 371 pengunjung pada tahun 2011 sampai bulan april, melukis payung sebanyak 259 pengunjung pada tahun 2009, dan 125 pengunjung pada tahun 2010 serta 145 pengunjung pada tahun
2011 sampai bulan april, dan melukis T-shirt sebanyak 783 pengunjung pada
tahun 2009, pada tahun 2010 sebanyak 331 pengunjung dan sebanyak 397
pengunjung pada tahun 2011 sampai bulan april. Berikut ini adalah hasil data
yang di peroleh dari pembagian angket kepada wisatawan di museum layang-layang berdasarkan harapan-harapan wisatawan yang berkunjung ke museum layang-layang adalah sebagai berikut:
Tabel 12
Variabel behavioristik berdasarkan Harapan-harapan Yang Diinginkan Oleh Wisatawan di Museum Layang-layang.
Respon Wisatawan Jumlah Prosentase (%)
Sanitasi kebersihan 13 26
Promosi 20 45
Fasilitas 17 29
Jumlah 50 100
Sumber : Angket kepada wisatawan, 2011.
Harapan-harapan yang diinginkan wisatawan kepada Museum Layang-layang antara lain, sebagian besar pengunjung atau sebanyak 20 responden dengan prosentae sebesar 45% responden menginginkan agar lebih ditingkatkan lagi pengelolaan dan usaha promosi terhadap Museum layang layang. 29%
commit to user
pengunjung memperhatikan masalah fasilitas di museum, sisanya pengunjung mengharapkan kebersihan lingkungan museum sebanyak 26%. Dengan banyaknya pengunjung yang datang ke museum ini. Harapan masyarakat Indonesia lebih mengenal layang-layang yang merupakan budaya Indonesia. Berkaitan dengan status kepemilikan dan pengelolaan museum yang masih atas nama pribadi pendirinya, masyarakat berharap agar status museum ini bisa berubah menjadi sebuah Museum Nasional. Artinya, menjadi institusi atau lembaga dibawah pengelolaan pemerintah, bila terjadi perubahan tersebut tentunya akan membuat museum ini akan jauh lebih berkembang dan diakui masyarakat luas, apalagi Indonesia adalah negara yang paling banyak jenis layang-layang tradisional dari berbagai daerah.
commit to user
67 BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Museum Layang-layang Indonesia merupakan sebuah museum yang
dikelola swasta yang menyimpan koleksi layang-layang dari berbagai daerah di tanah air, merupakan museum ketiga di dunia setelah Cina dan Malaysia. Pendiri Museum Layang-layang Indonesia adalah Ibu Endang W. Puspoyo. seorang pakar kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985. Museum ini didirikan pada tanggal 21 Maret 2003 dan peresminya adalah I Gede Ardika, mantan menteri pariwisata periode sebelum sekarang. Lokasinya terletak di Jl. H. Kamang No.38, Pondok Labu, Jakarta Selatan..
. Museum ini juga menawarkan berbagai program untuk para pengunjung, diantaranya pemutaran film mengenai sejarah Layang-layang dan berbagai kegiatan festival layang, tour Museum yaitu memperkenalkan Layang-layang tradisional, kreasi dan sport dari Indonesia dan mancanegara serta pelatihan-pelatihan seperti merakit, menghias hingga mewarnai Layang layang, membentuk, mencetak dan menghias keramik, melukis payung dengan cat yang khusus diperuntukan bagi Anak-anak, hingga membatik
Kondisi geografis yang teletak di Kota Jakarta selatan menjadikan Museum Layang layang mudah dikunjungi oleh wisatawan. Dari data yang dikumpulkan sebanyak 65% wisatawan yang berkunjung ke Museum Layang layang berasal dari luar Kota Jakarta, Bogor dan Jogjakarta menjadi kota yang
commit to user
paling banyak mengirimkan wisatawannya yaitu sebanyak masing masing 20%. Sedangkan minat kebutuhan wisatawan pria hampir sama dengan wanita yaitu tercatat dalam data sebanyak 46% berjenis kelamin pria dan 54% berjenis kelamin perempuan .
Dapat diambil kesimpulan pula bahwa wisatawan yang datang ke Museum Layang layang berasal dari berbagai kota di pulau Jawa dan mayoritas berusia antara 15-30 tahun. Dalam hal ini pekerjaan atau profesi dari sebagian besar