• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL WISATAWAN MUSEUM LAYANG LAYANG JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL WISATAWAN MUSEUM LAYANG LAYANG JAKARTA"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PROFIL WISATAWAN MUSEUM LAYANG-LAYANG

JAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya

Pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata

Disusun Oleh:

Warih Yunita Ratna .P

C9407004

PROGRAM DIII USAHA PERJALANAN WISATA

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

commit to user

MOTTO

Doa adalah pengingat akan sifat manusia yang luar biasa bahwa ada bagian diri kita yang tidak di batasi oleh ruang dan waktu, keyakinan bahwa kita selalu

berada dalam lindungan-NYA. (Larry Dossey)

Nasib bukan suatu kebetulan melainkan pilihan, bukan suatu yang kita tunggu kedatangannya melainkan kita jemput pencapaiannya.

(Penulis)

Semua yang kita miliki merupakan hasil dari apa yang kita pikirkan.

(5)

commit to user

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT,

Tuhan seru sekalian alam. Berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya di

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan

tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan

setulus hati peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan

Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan

mengesahkan tugas akhir ini.

2. Ibu Dra. Hj. Isnaini WW, M.Pd, selaku Ketua program Diploma III Usaha

Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberi petunjuk,

dan saran-saran serta pengarahan yang sangat berharga sehingga dapat

terselesainya Penulisan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Dr. Warto, M. Hum selaku pembimbing pertama atas kesediaan waktu,

ketelitian, semangat dan kesabaran membimbing penulis untuk memberikan

yang terbaik.

4. Bapak Sri Agus, M.Pd. selaku pembimbing kedua atas kesediaan waktu,

ketelitian, motivasi dan kesabaran membimbing penulis untuk menyelesaikan

tugas akhir ini..

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen DIII Usaha Perjalanan Wisata UNS yang telah

(6)

commit to user

6. Bapak Muh. Fadlol SE yang telah membantu penulis dalam kegiatan

observasi wisatawan.

7. Teman-teman D3 UPW khususnya angkatan 2007 yang telah memberikan

motivasi dan kebersamaan kepada penulis.

8. Sahabatku, Pipit dan Emo atas persahabatannya, motivasi, dan bantuannya

selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini.

9. Para Brothers Black Gamers Motor Community terimakasih juga atas

persaudaraannya serta Kerabat Q-roxs terimakasih atas persaudaraan dan

kebersamaan dalam suka dukanya bersama penulis.

10. Seluruh Manajemen dan teman-teman Solo SPA terimakasih atas toleransi

dan kebersamaannya dalam membentuk sebuah keluarga.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan sehingga

dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan pengetahuan pariwisata pada umumnya dan kepada pembaca pada

khususnya.

Surakarta, 2011

(7)

commit to user

ABSTRAK

Warih Yunita Ratna Pratiwi , C9407004, 2011. Profil Wisatawan Museum

layang-layang Jakarta. Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Laporan tugas akhir ini mengkaji tentang Profil Wisatawan Museum

layang-layang Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daerah asal wisatawan, jenis kelamin wisatawan,usia wisatawan,pekerjaan wisatawan,Tujuan wisatawan, perencanaan perjalanan wisatawan,bentuk wisata yang banyak di minat wisatawan,fasilitas penginapan yang diminati wisatawan, respon terhadap fasilitas dan kebersihan wisatawan,kunjungan wisatawan,dan harapan wisatawan terhadap obyek wisata museum layang-layang dalam pengelolaan dan pengembangannya sebagai obyek wisata.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara, metode observasi, serta studi pustaka. Metode wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak museum layang-layang, metode observasi dilakukan dengan cara berkunjung langsung ke obyek wisata dan mengamati,serta mencatat segala unsur-unsur yang tampak, memberikan angket kepada responden, pengambilan gambar di obyek wisata. Studi pustaka dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku di perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Arsip Museum layang-layang.

(8)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

3. Pengertian Pariwisata……… 8

4. Pengembangan Pariwisata………... 10

5. Pengertian Obyek wisata………. 12

6. Syarat-syarat Obyek Wisata……….. 12

7. Pengertian Wisatawan……….. 13

(9)

commit to user

9. Profil Wisatawan………. 14

a.Kelompok – kelompok nasional………. 14

b. Umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan kelom pok kelas sosial... 21

c.Wisatawan kelompok dan wisatawan yang bepergian secara bebas... 23

d. Wisatawan konvensi dan wisatawan konfrensi...24

10.Karakteristik Wisatawan………. 24

F. Metode Penelitian... 26

1. Lokasi Penelitian ... 27

2. Teknik Pengumpulan Data………...27

3. Teknik Analisis Data ... 27

G. Sistematika Penulisan ... 29

BAB II PERKEMBANGAN PARIWISATA JAKARTA SELATAN A. Gambaran Umum Jakarta Selatan ... 30

B. Keadaan Geografis Jakarta Selatan ... 33

C. Obyek dan Daya Tarik Wisata di Wilayah Jakarta Selatan ... 34

D. Selayang Pandang Museum Layang-Layang Indonesia ... 39

1. Sejarah Berdirinya Museum Layang-Layang……… ... 41

2. Seluk Beluk dan Koleksi Museum Layang-Layang………... ..43

3. Jenis Layang-Layang Berdasarka Sejarah……… ... 46

4. Visi dan Misi Museum Layang-Layang……… . 47

5. Fasilitas Museum Layang-Layang……….... . ..47

BAB III PROFIL DAN KARAKTERISTIK WISATAWAN DI MUSEUM LAYANG-LAYANG. A. Kunjungan Wisatawan di Museum Layang-Layang……. ... 48

Data Kunjungan Wisatawan bulan Januari-April 2011 ... 49

(10)

commit to user

1. Variabel Geografis... 50

a. Variabel Geografis berdasarkan daerah asal wisatawan... 51

2. Variabel Sosio demografi... 52

a. Variabel Sosial geografis berdasarkan jenis kelamin wisatawan 52

b. Variabel Sosial geografis berdasarkan usia wisatawan... 53

c. Variabel Sosial geografis berdasarkan pekerjaan wisatawan..

54

3. Variabel Psikografik... 55

a. Variabel Psikografik berdasarkan Tujuan

Wisatawan di Museum layang-layang... 56

4. Variabel Behavioristik... 57

a. Variabel behavioristik bedasarkan Perencanaan Perjalanan

Wisatawan Berkunjung di Museum layang-layang... 58

b. Variabel behavioristik bedasarkan bentuk wisata yang

paling banyak diminati Wisatawan di Museum

layang-layang... 58

c. Variabel behavioristik bedasarkan fasilitas penginapan

yang di minati Wisatawan di Museum

layang-layang... 59

d. Variabel behavioristik berdasarkan respon terhadap

fasilitas dan kebersihan Wisatawan

Museum layang-layang……….. 60

e. Variabel behavioristik bedasarkan kunjungan Wisatawan di

Museum layang-layang……… 61

f. Variabel behavioristik bedasarkan harapan yang diinginkan

Wisatawan di Museum layang-layang……… 65

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 69

(11)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Data Kunjungan wisatawan

bulan Januari – April 2011

Museum Layang-Layang Indonesia………... 49

Tabel 2 Variabel Geografis berdasarkan daerah asal wisatawan. 51

Tabel 3 Variabel Sosio demografi berdasarkan

jenis kelamin wisatawan... 52

Tabel. 4 Variabel Sosio demografi berdasarkan

Usia wisatawan... 53

Tabel. 5 Variabel Sosio demografi berdasarkan

Pekerjaan wisatawan... 54

Tabel. 6 Variabel Psikografik berdasarkan

Tujuan wisatawan... 56

Tabel. 7 Variabel Behavioristik berdasarkan

Perencanaan perjalanan wisatawan... 58

Tabel. 8 Variabel Behavioristik berdasarkan

Bentuk wisata yang diminati wisatawan... 59

Tabel. 9 Variabel Behavioristik berdasarkan

Fasilitas penginapan yang diminati wisatawan... 60

Tabel. 10 Variabel Behavioristik berdasarkan

Respon dan fasilitas wisatawan... 61

Tabel. 11 Variabel Behavioristik berdasarkan

Kunjungan wisatawan di museum... 63

Tabel. 12 Variabel Behavioristik berdasarkan

(12)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Ijin Observasi Pengelola museum Layang-layang………71

2. Struktur organisasi museum layang-layang………. 72

3. Daftar informan………... 73

4. Izin pengambilan data……….… 74

5. Pertanyaan Kuisioner... 75

6. Daftar identitas responden……… 76

7. Pedoman wawancara……… 79

8. Layout dan denah lokasi museum layang-layang……… 80

9. Peta Jakarta Selatan dan tiket masuk museum layang-layang………… 81

10. Brosur bagian depan museum layang-layang………... 82

11. Brosur bagian belakang museum layang-layang………. 83

12. Dokumentasi museum layang-layang………... 84

(13)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A

. Latar Belakang Masalah

Manusia sepanjang hidupnya tidak bisa dipisahkan dengan seni sebab seni

adalah bagian dari kehidupan manusia, dan suatu karya seni dapat berfungsi baik

secara individual bagi penciptanya dan penikmatnya, maupun secara sosial dalam

kehidupan sehari – hari. Mengingat perkembangan dan pertumbuhan Kota Jakarta

saat ini semakin menggeliat dalam bidang perekonomian. Selain itu, Jakarta sudah

menjadi kota tujuan wisata, baik untuk wisatawan lokal maupun domestik.

Museum merupakan sarana untuk mengembangkan budaya dan peradaban

manusia. Dengan kata lain, museum tidak hanya bergerak di sektor budaya,

melainkan dapat bergerak di sektor ekonomi, politik, sosial, dll. Di samping itu,

museum merupakan wahana yang memiliki peranan strategis terhadap penguatan

identitas masyarakat termasuk masyarakat sekitarnya. Para ahli kebudayaan

meletakkan museum sebagai bagian dari pranata sosial dan sebagai wahana untuk

memberikan gambaran dan mendidik perkembangan alam dan budaya manusia

kepada komunitas dan publik. Tiga pilar utama permuseuman di Indonesia yaitu:

1) mencerdaskan kehidupan bangsa; 2) kepribadian bangsa; 3) ketahanan nasional

dan wawasan nusantara. Ketiga pilar ini merupakan landasan kegiatan operasional

museum yang dibutuhkan di era globalisasi ini. Pada saat masyarakat mulai

kehilangan orientasi akar budaya atau jati dirinya, maka museum dapat

(14)

commit to user

diketahui dari masa lalu untuk menuju ke masa depan. Oleh karena itu untuk

menempatkan museum pada posisi sebenarnya yang strategis, diperlukan gerakan

bersama penguatan pemahaman, apresiasi dan kepedulian akan identitas dan

perkembangan budaya bangsa yang harus terbangun pada tataran semua

komponen masyarakat bangsa Indonesia baik dalam skala lokal, regional maupun

nasional. Gerakan bersama tersebut dinamakan Gerakan Nasional Cinta Museum

(GNCM). (http:// indonesia-gerakancintamuseum.blogspot.com/) di akses pada 4

april 2011.

Di Kota Jakarta terdapat museum seni layang-layang yang menyediakan

wadah bagi para pengamat dan para pecinta seni untuk selain dapat menikmati

nlai-nilai intelektual estetika, dan ekspresi artistik karya-karya atau ruang bagi

masyarakat kota Jakarta terlebih untuk anak sekolah yang memiliki keinginan atau

kreatifitas-kreatifitas yang terus berkembang dan butuh tempat untuk dapat

mengekspresikan atau memberikan apresiasi tentang seni dan budaya. Dari semua

itu dengan adanya museum seni rupa di kota Jakarta, tidak hanya untuk konsumsi

wisatawan, tetapi juga untuk proses belajar dan mengajar seni rupa, yang bila

berhadapan dengan sejarah, fakta-faktanya bisa secara langsung diapresiasi oleh

para pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat. (Uka Tjandrasasmita,2000,p. 20).

Museum layang layang ini menyajikan informasi yang cukup mendalam

tentang sejarah dan budaya permainan layang-layang. Beraneka ragam koleksi

layang-layang yang ditampilkan tidak saja berasal dari seluruh berbagai pelosok

di bumi Nusantara, tetapi juga dari Asia Tenggara, Jepang, bahkan dari zaman

(15)

commit to user

miniatur layang-layang yang meskipun ukurannya kecil tetapi dapat

diterbangkan., Di museum masyarakat bisa mengamati dan belajar mengenai apa

yang terdapat di dalam museum tersebut. Perkembangan layang-layang di

Indonesia cenderung mengarah kepada bentuk modern yang memungkinkan akan

berdampak kepada hilangnya ciri layang-layang tradisional Indonesia. Sementara

perkembangan layang-layang di dunia mengarah kepada bentuk dan motif yang

artistik serta mengarah kepada pemanfaatan layang-layang di bidang teknologi.

Mengacu pada hal tersebut sekelompok pencinta layang-layang yang tergabung

dalam Merindo Kites & Gallery mencoba untuk mengangkat dan melestarikan

salah satu khazanah budaya dan memperkenalkan seni dan teknologi

layang-layang dengan mendirikan Museum Layang-layang-layang Indonesia. (Dimyati,edi.2010,p.

32). Maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Profil Wisatawan Museum

Layang-Layang Jakarta”.

B. Rumusan Masalah

Dalam upaya menjelaskan ruang lingkup permasalahan yang dihadapi

maka perumusan masalah dalam penelitian yang akan dibahas adalah:

1. Berasal dari daerah mana saja wisatawan yang datang ke Museum

layang-layang?

2. Bagaimana ciri-ciri demografis wisatawan yang datang dan berkunjung ke

Museum Layang-layang?

3. Apa harapan-harapan yang diinginkan wisatawan yang datang ke Museum

(16)

commit to user

2. Mengetahui ciri-ciri demografis wisatawan yang datang dan berkunjung ke

Museum Layang-layang.

3. Mengetahui harapan-harapan yang diinginkan oleh wisatawan yang datang dan

berkunjung ke Museum Layang-layang.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Akademik

Sebagai salah satu cara untuk mendapatkan kebulatan studi jenjang Ahli

Madya (D3) pada program studi Usaha Perjalana Wisata.

2. Secara Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi besar bagi

pemerintah, masyarakat, dan praktisi pariwisata untuk selalu memperhatikan,

mengembangkan pikiran dan ide untuk kemajuan industri pariwisata kedepan.

3. Manfaat Teoritis

a. Memperluas pengetahuan di bidang pariwisata.

b. Penulis dapat mempraktekkan dan mencoba langsung semua teoriteori yang telah

(17)

commit to user

E. Kajian Pustaka

1. Arti Museum

Museum dewasa ini adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak

mencari keuntungan,melayani masyarakat dan pengembangannya, terbuka untuk

umum,yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan, untuk

Tujuan-tujuan studi,pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian

manusia dan lingkungannya. Museum merupakan suatu badan yang mempunyai

tugas dan kegiatan untuk memamerkan dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan

pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi Kebudayaan dan Ilmu

pengetahuan. (http:// Museum-indonesia.blogspot.com/).

Museum, berdasarkan definisi yang diberikan International Council of

Museums disingkat ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha

pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan

benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan

kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis,

dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran

imajinatif di masa depan dan sejak tahun 1977 tiap tanggal 18 Mei diperingati

sebagai hari Hari Museum Internasional.

Museum berasal dari bahasa Yunani Museion. Museum merupakan

sebuah bangunan tempat suci untuk memuja Sembilan Dewi Suci dan Ilmu

Pengetahuan.Salah satu dari Sembilan Dewi tersebut ialah MOUSE, yang lahir

(18)

commit to user

bersemayam di Pegunungan Olympus. Museion selain tempat suci, pada waktu

itu juga untuk berkumpul para cendekiawan yang mempelajari serta menyelidiki

berbagai ilmu pengetahuan, juga sebagai tempat pemujaan Dewa Dewi.((http://

artiMuseum-indonesia.blogspot.com/).

2. Fungsi museum

Dalam lingkup internasional, masalah yang menyangkut pendidikan,

pengetahuan dan kebudayaan ditangani oleh Unesco. Museum mempunyai

peranan yang cukup penting dalam rangka kegiatan kerjasama kebudayaan. Untuk

menangani berbagai hal mengenai Museum, maka didinikanlah ICOM

(International Council Of Museum) yang antara lain bertujuan :

a) Membantu museum-museum.

b) Menyelenggarakan kerjasama antar museum dan antar-anggota profesi

permuseuman.

Mendorong pentingnya peranan museum dan profesi permuseuman dalam

tiap paguyuban hidup dan memajukan pengetahuan dan saling pengertian antar

bangsa yang makin luas. .((http:// fungsiMuseum-indonesia.blogspot.com/)..

ICOM telah merumuskan definisi atau batasan museum sebagai suatu

lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan

perkembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat,

menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan -tujuan studi, pendidikan dan

kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. .((http://

(19)

commit to user

1. Museum merupakan badan tetap, tidak mencari keuntungan dan harus

terbuka untuk umum.

2. Museum merupakan lembaga yang melayani masyarakat untük

kepentingan

3. Museum memperoleh atau menghimpun barang-barang pembuktian

tentang manusia dan lingkungannya

4. Museum memelihara dan rnengawetkan koleksinya untuk digunakan

sebagai sarana komunikasi dengan pengunjung.

Kegiatan-kegiatan museum di belakang layar dan kegiatan yang kelihatan

oleh umum, seperti hasil penerbitan, pameran, ceramah dan peragaan kesemuanya

itu adalah untuk studi, pendidikan dan kesenangan.(

(http://indonesia-grakancintamuseum.blogspot.com/) .Di akses pada 4 april 2011 Museum mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Pusat Dokumentasi dan Penelitian Ilmiah.

b. Pusat penyaluran ilmu untuk umum.

c. Pusat penikmatan karya seni.

d. Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa.

e. Obyek wisata Media pembinaan pendidikan kesenian dan ilmu

pengetahuan.

f. Suaka alam dan suaka budaya.

Cermin sejarah manusia, alam dan kebudayaan.Saran untuk bertaqwa dan

bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. .(

(20)

commit to user

Berdasarkan tema dan koleksinya museum dapat dikelompokkan menjadi:

a) Museum seni rupa.

b) Museum arkeologi dan sejarah.

c) Museum sejarah alam dan ilmu pengetahuan alam.

d) Museum ilmu pengetahuan dan teknologi.

e) Museum etnografi dan antrapologi.

f) Museum khusus.

g) Museum Regional.

h) Museum Umurn.

i) Monumen dan Situs ejarah dan Arkeologi.

j) Kebun binatang, kebun raya, Aquaria dan Cagar alam.

Museum-museum lain. .((http:// fungsiMuseum-indonesia.blogspot.com/).

3. Pariwisata

Istilah pariwisata secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang

terdiri dari dua suku kata yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak , berkali -

kali, berputar – putar atau berkeliling. Sedangkan wisata berarti bepergian. Secara

garis besar, maka kita dapat menagartikan sebagai suatu perjalanan yang

dilakukan dari suatu tempat ketempat yang lain. Undang – undang No. 9 tahun

1990 entang kepariwisataan, menyebutkan definisi dari wisata, wisatawan,

kepariwisataan dan pariwisata, yaitu:

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara waktu, untuk menikmati

(21)

commit to user

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk

pengusaha objek dan daya tarik wisata serta usaha –usaha yang terkait

didalamnya.

d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

termasuk semua penyelenggaraan kegiatan pariwisata (Oka A. Yoeti, 2002 :

7).

Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan

memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor permintaan dan

faktor ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan

domestik dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh

transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan

prasarana terkait serta informasi dan promosi.

Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat

ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan

lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Dalam

kesimpulannya pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan

hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar

tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak

berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah. (Oka A. Yoeti,

(22)

commit to user

4. Pengembangan Pariwisata

Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut

diminati pengunjung, yaitu :

a. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata

lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu

untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

b. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang,

bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun

tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga

mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa

dijadikan sebagai oleh-oleh. (Oka A.Yoeti, 1985, p.164).

Suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang

menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan

prasarana obyek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat

diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata.(Oka

A.Yoeti,Pengantar Ilmu Pariwisata (1985, p.181) mengatakan :

“Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar

(23)

commit to user

pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam”.

Prasarana tersebut antara lain :

a) Perhubungan : jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut,

terminal.

b) Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.

c) Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televise, kantor

pos.

d) Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.

e) Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga obyek wisata maupun

pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar obyek wisata.

f) Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor

pemandu wisata.

g) Pom bensin, Dan lain-lain. (Oka A.Yoeti, 1984, p.183).

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan

pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan

hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan (Yoeti, 1984,

p.184). Sarana kepariwisataan tersebut adalah :

a) Perusahaan akomodasi : hotel, losmen, bungalow.

b) Perusahaan transportasi : pengangkutan udara, laut atau kereta api dan

bus-bus yang melayani khusus pariwisata saja.

c) Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di

sekitar obyek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan

(24)

commit to user

d) Toko-toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata tersebut yang

notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang

cinderamata khas obyek tersebut. (Oka A.Yoeti, 1985, p.185-186).

Dalam pengembangan sebuah obyek wisata sarana dan prasarana tersebut

harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu obyek wisata dapat

membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana

maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk

peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar obyek wisata tersebut

maupun pemerintah daerah.

5. Obyek Wisata

Pengertian obyek wisata atau tourist attraction istilah yang sering

digunakan,yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk

mengunjungi suatu daerah tertentu (pengantar ilmu pariwisata Drs,Oka

A.Yoeti,1985). Dalam dunia kepariwisataan,segala sesuatu yang menarik untuk

dikunjungi dan dilihat, disebut atraksi atau lazim pula dinamakan obyek wisata (Ilmu

pariwisata, Nyoman, S.pendit, 1994).

6. Syarat- syarat obyek wisata :

Sebuah obyek wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan

sebanyak-banyaknya, menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu yang cukup

lama dan memberi kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung. Untuk

mencapai hal itu beberapa syarat harus dipenuhi yaitu :

a. Kegiatan(act) dan obyek (artifact) yang merupakan atraksi itu sendiri harus

(25)

commit to user

b. Karena atraksi wisata itu di sajikan wisatawan, maka cara penyajiannya harus

tepat.

c. Obyek / atraksi wisata adalah terminal dari suatu mobilitas spasial dari suatu

perjalanan. Oleh karena itu harus memenuhi semua determinan mobilitas

spasial, yaitu akomodasi, promosi dan pemasaran.

d. Keadaan obyek wisata harus dapat menahan cukup lama.

7. Wisatawan

wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk berlibur,

berobat, berbisnis, berolahraga serta menuntut ilmu dan mengunjungi

tempat-tempat yang indah atau sebuah negara tertentu .

Organisasi Wisata Dunia (WTO), menyebut wisatawan sebagai pelancong

yang melakukan perjalanan pendek. Menurut organisasi ini, wisatawan adalah

orang yang melakukan perjalanan ke sebuah daerah atau negara asing dan

menginap minimal 24 jam atau maksimal enam bulan di tempat tersebut.(Anton

Sutomo,1989:25)

8. Jenis-Jenis & Karakteristik Wisatawan

1) Wisatawan lokal (local tourist) yaitu wistawan yang melakukan perjalanan

wisata ke daerah tujuan wisata yang berasal dari dalam negeri.

2) Wisatawan mancanegara (interntional tourist)yaitu,wisatawan yang

mengadakan perjalanan ke daerah tujuan wisata yang bersal dari luar

negeri.

(26)

commit to user

4) Business tourist adalah wisatawan yang bpergian ke daerah tujuan wisata dengan tujuan untuk urusan dagang atau urusan profesi.

5) Common interest tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata dengan tujuan khusus.seperti,studi ilmu pengetahuan,

mengunjungi sanak keluarga atau untuk berobat dan lain-lain.

6) Individual tourist adalah wistawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara sendiri-sendiri.

7) Group tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara bersam-sama atau berkelompok.(Burney,Neilme,1998,p.21)

9. Profil Wisatawan

Profil wisatawan mengacu pada sifat tertentu dari tipe wisatawan yang

berbeda, yang khususnya dihubungkan dengan kebiasaan perjalanan, tuntutan, dan

kebutuhannya. Beberapa kategori wisatawan telah disebutkan pada bagian

sebelumnya, dan dalam bagian ini akan mempetimbangkan ke dalam lima hal

penting mengenai kelompok wisatawan secara lebih mendetail.Yaitu :

a. Kelompok – kelompok nasional.

b. Umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan kelom pok kelas sosial.

c. Wisatawan kelompok dan wisatawan yang bepergian secara bebas.

d. Wisatawan konvensi dan wisatawan konfrensi.(Happy Marpaung,2000,39).

1). Kelompok kelompok Nasional

Semua bangsa ikut menyumbang kepada pasar wisatawan Indonesia.

Penjelasan tentang kebiasaan bepergian dan tingkah laku wisatawan diambil dari

(27)

commit to user

perjalanan di Bandung. Dan tampaknya sesuai dengan profil umum yang

dditerima yang digunakan di seluruh dunia.(majalah estate, Desember 2005)

Seperti negara-negara dibawah ini :

a). Perancis

a. Sangat tertarik pada kebudayaan meliputi gaya hidup tradisional, tari –

tarian, drama,musik, kesenian, upacara keagamaan, dan desa tradisional

yang belum terjamah.

b. Sangat tertarik menngunjungi dan mempelajari tentang atarksi wisata yang

khusus seperti tempat arkheologi, pura – pura tua, dan lebih menyenangi

tempat – tempat tepencil dan kurang komersiil.

c. Diantara barang – barang yang dibeli, khususnya menyenangi kerajinan

tangan dan barang antik.

d. Sangat aneh dan lambat memilih segala sesuatu yang akan dibeli, dan teliti

memilih restoran.

e. Ramah, disiplin, tahu tingkah laku yang baik, dan tunduk kepada aturan

lokal.

f. Suka berbicara dengan bahasanya sendiri dan lebuh suka pemandu wisata

berbahasa Prancis meskipun ia bisa berbahasa Inggris.

g. Cenderung berpakaian yang mencerminkan keindividuan, kadang – kadang

berpakaian yang agak aneh. Agak suka mencari kesalahan dan sukar untuk

(28)

commit to user

b). Jerman

a. Tertarik pada kebudayaan, upacara keagamaan, tari – tarian , tempat

bersejarah, pemandangan indah, dan suka membandingkan tradisi dari

tempat- tempat yang berbeda.

b. Sangat tertarik mendengarkan penjelasan guide dan ingin mengetahui

segala sesuatu secara detail.

c. Diantara barang - barang belanja, sangat menyukai ukiran kayu dan batu.

d. Dapat menerima berbagai fasilita dan jasa.

e. Memiliki tingkah laku yang sopan dan hati – hati, memberi komentar yang

jujur dan langsung terhadap pengalaman.

f. Pada umumnya suka tour dengan group yang berasal dari negaranya,

kadang – kadang menjadi masalah bila digabung dengan yang lain.

c). Inggris

a. Tertarik dengan kekhasan kebudayaan tradisional dan keindahan pantaai.

b. Bertingkah laku baik, sopan, dan cukup ramah namun tidak terbuka sperti

orang Eropa lainnya yang memiliki kebebasan yang tinggi.

c. Individualistis dan bebas, serta tidak suka tour bergroup, mereka lebih suka

travel sendiri.

d. Sangat berhati – hati dalam pengeluaran uang bisanya mereka tidak tinggal

di hotel – hotel mewah.

e. Pada umumnya orang Inggris adalah orang yang berdisiplin, tinggi hati,

terlalu individualistis, secara psikologis mereka angat peraya diri, dan

(29)

commit to user

d). Itali

a. Menyukai pola – pola budaya tradisional dan tempat yang romantis, seperti

pantai dan lambaian pohon palmnya.

b. Terbuka, suka bicara, romantis, ekspresif, dan agak cerewet.

c. Tidak begitu disiplin, kadang-kadang susah diatur namun mereka cepat

menyesuaikan diri dengan situasi setempat.

d. Menyenangi hotel dan tempat – tempat mewah serta dangat hati – hati

dalam hal menggunakan uang.

e. Memerlukan pemandu wisata yang mengerti bahasa Italia.

f. Pada umumnya orang Itaalia sangat terbuka, romantis, ramah, namun

kurang disiplin dengan tradisi historis yang kuat dalam hal apresiasi

terhadap karya seni.

e). Belanda

a. Memiliki hubungan historis yang erat dengan Indonesia,senang

mengunjungi tempat dimana mereka bekerja dan tinggal, dan daerah yang

telah mereka dengar

b. dari teman/famili atau yang pernah dipelajari dari sekolah.

c. Sangat tertarik akan pola – pola kebudayaan dan keindahan pantai serta

pemandangan, termasuk gaya pengembangan masa kini.

d. Cenderung menginginkan informasi yang jelas dan tepat , sebaliknya

mereka akan kecewa bila informasinya tidak jelas.

e. Ramah dan suka humor, tetapi biasanya mereka tidak jujur dan terbuka

(30)

commit to user

f. Memperhatikan kesehatandan kebersihan, terutama dalam hal makanan dan

minuman.

g. Secara keseluruhan orang Belanda adalah orang yang berdisiplin, mudah

diatur dengan informasi mengenai tempat – tempat wisata yang khusus

mengingat hubungan historis Belanda dengan Indonesia.

f). Amerika utara (USA dan Canada)

a. Senang dengan aspek – aspek yang mendetail dari suatu kebudayaan

speerti tari –tarian, upacara – upacara, sebaliknya tidak begitu tertarik

kapada pola – pola kebudayaan. Suka akan pemandangan alam yang indah

juga kepada pola – pola perkembangan masa kini.

b. Senang dengan hotel mewah dan pelayanan yang baik serta transportasi

yang nyaman .

c. Sangat memperhatikan kebersihan dan kesehatan terutama makanan dan

minuman.

d. Tidak suka perjalanan yang lama, mereka lebih menyukai perjalanan yang

singkat, dan bergerak cepat dan tepat.

e. Terbuka, jujur, dan langsung dalam berkomentar serta tanggap terhadap

pelayanan, dan fasilitas yang diperoleh.

f. Sopan santun dan bertingkah laku baik dan formal, tapi pada umumnya

mereka ramah.

g. Mudah diatur jika mereka menerima pelayanan dan fasilitas yang

(31)

commit to user

Secara keseluruhan orang Amerika kurang mendalami apresiasi budaya

dibandingka dengan orang Eropa. Mereka jujur, terbuka, ramah, namun sangat

menginginkan pelayanan dan fasilitas yang berkwalitas serta menyenangkan.

g). Australia

a. Suka dengan kebudayaan tradisional dan kegiatan di pedesaan, di pantai

(terutama anak muda), tetapi tidak tertarik mendalami kebudayaan karena

sudah tahu banyak tentang Indonesia.

d. Menerima dan suka dengan pelayanan serta fasilitas yang sederhana.

Secara keseluruhan mereka terbuka, ramah, tidak bertele-tele,dan

individualistis. Kadang – kadang mereka berbicara agak keras namun mudah

beradaptasi dan toleran terhadap berbagai situasi.

h). Jepang

a. Tidak begitu tertarik terhadap pola – pola kebudayaan dan pertunjukan

untuk wisatawan. Mereka ikut tour untuk melihat tempat sepintas saja, oleh

karena itu tour dan lama tinggal mereka sangat singkat.

b. Mereka senang tour bergroup, selalu mengikuti jadwal tour dan jarang

(32)

commit to user

c. Mereka mudah diatur dan disiplin, tetapi ribut/cerewet dan kasar terhadap

orang lain selain groupnya.

d. Lebih suka makanan Jepang, tetapi juga senang dengan makanan Eropa.

e. Suka membeli dengan barang – barang prosuksi lokal dan tidak suka

h. Suka akan kehidupan malam dan perempuan

i. Suka fotografi dan perlu wakktu khusus untuk itu dalam tour.

j. Tidak menuntut secara langsung (selalu bilang “ya) elama perjalanan,

tetapi akan komplin setelah tiba di negaraanya.

Secara keseluruhan orang Jepang disiplin, suka tour bergroup,

berkepribadian tertutup, tidak suka basa – basi, tetapi mudah diatur dalam group

mereka sendiri. Disamping itu mereka menginginkan pelayanan dan fasilitas yang

bermutu tinggi.

i). Singapura

a. Tertarik terutama terhadap atraksi alam dan pola perkembangan masa kini,

da minatnya sedikit terhadap kebudayaan.

b. Beberapa orang Singapura suka dengan perjudian dan kehidupan malam.

(33)

commit to user

d. Menerimaa pelayanan dan akomodasi yang sederhana, tidak begitu

memperhatikan maslah kesehatan dan kebersihan.

e. Sangat mudah diatur dalam perjalanan tour bergroup.

f. Mereka umumya sudah tahu tentang Indonesia.

Secara keseluruhan orang Singapura memiliki latar belakang etika China

juga pengaruh kuat dari Eropa, tidak terlalu menuntut masalah kwalitas

pelayanan, di samping itu wisatawan Singapura sangat suka berbelanja.

j). Malaysia

a. Amat tertarik dengan keindahan alam termasuk pantai – pantai dan pola

perkembangan masa kini. Tidak begitu berminat terhadap kebudayaan dan

kesenian.

b. Beberapa orang Malaysia memiliki hubungan keluarga dan suku dengan

orang Indonesia terutama Sumatra. Mereka datang untuk mengunjungi

teman, keluarga, serta tempat tinggal aslinya.

c. Kecuali yang mengunjungi tema dan keluarga, orang Malaysia senang

datang bergroup.

d. Menerima akomodasi yang sederhana dan makanan lokal.

e. Sangat mudah diatur tetapi tidak terlalu disiplin

f. Tidak begitu tertarik untuk berbelanja.

Secara umum ciri – ciri wisatawan Malaysia sama dengan Indonesia karena

ada ikatan suku.

2). Jenis kelamin, status perkawinan, tingkat sosial.

(34)

commit to user

a) Perajalanan yang dilakukan anak muda dewasa ini sudah umum termasuk di

Indoensia.

b) Biasanya mereka mengadakan perjalanan sendiri – sendiri, tinggal lebih lama,

dan menggunakan agen perjalanan untuk mengatur kunjungannya.

c) Sangat luwes dalam hal pelayanan dan fasilitas, biasanya mereka tinggal di

hotel murah serta makan di restoran yang muraa pula.

d) Kesenangan mereka bermaam – macam : beberapa tertarik kepada

kebudayaan, lainnya suka rekreasi, atau pemandangan alam.

e) Sering terlalu individualistis daal hal pakaian dan tingkah laku.

f) Kadang – kadang masalah timbul pada anak muda, orang – orang Indonesia

yang suka menirukan kebiasaan – kebiasaan yang tidak diinginkan yang

dilakukan oleh turis asing.

Kelompok Wisatawan Tua Dari kelas Menengah Yang Berpendidikan Baik:

a) Sangat tertarik untuk mempelajari kebudayaan dan lingkungan, banyak

bertanya tetapi mereka agak angkuh dengan pengetahuannya dan sangat sulit

untuk diatur.

b) Lebih luwes terhdap perubahan rencana tour dan dapat menguasai masalah.

c) Cenderung untuk bersosialisasi dan berbaur denga orang setempat (mereka

memiliki keahlian dalam bermasyarakat)

d) Memerlukan pelayanan dan fasilitas yang lebih dan khusus daripada

wisatawan muda.

Tidak ada korelasi yang penting antara kelompok sosial ekonomi dengan

(35)

commit to user

cenderung lebih hati – hati dalam mengeluarkan uang, sebaliknya orang yang

berpenghasilan rendah akan lebih bebas menggunakan uang dalam perjalanan.

Guru banyak menadakan perjalanan dan sering ingin mempelajari lebih rinnci

mengenai suatu daerah, yang kemudian dipakai suatu bahan pelajaran untuk murid

– muridnya. Hal ini memerlukan pemandu wisata yang baik, sebab mereka akan

kecewa jika informasinya salah. Rencana mengunjungi rumah penduduk sering

merupakan pendekatan yang baik bagi wisatawan yang serius ingin belajar

mengenai kebudayaandan daerah setempat.

(http://profil-wisatawan.blogspot.com/). Di akses pada 4 april 2011

3). Wisatawan kelompok dan wisatawan bebas

Dibedakan menjadi Wisatawan Kelompok, yaitu :

a) Wisatawan kelompok cenderung tidak menghusus, dan tidak berharap terlalu

banyak.

b) Hubungan agen perjalanan dengan group wisatawan lebih impersonal dan

setiap orang harus diperlakukan sama dalam hal pelayanan da fasilitas.Hal ini

kadang – kadang sulit untuk dilaksanakan.

Wisatawan Bebas, yaitu :

a) Menyediakan pola untuk hubungan personal dan ada kemungkinan agen

perjalanan menetapkan lebih khusu mengenai keinginan wisatawan.

b) Lebih mengkhusus kepaa keperluan wisatawan.

c) Mengharapkan kepentingan – kepantingan khususnya tersediaLebih mudah

(36)

commit to user

4). Wisatawan konfensi dan konfrensi

Wisatawan dalam kelompok ini dapat di bedakan :

a) Mebentuk perluasan komponen pasar travel secara pesat.

b) Biasanya memiliki keperluan khusus ang berhubungan dengan

konfrensi/konvensi

c) Sering menginginkan tour yang khusus yang disusun sebagai bagian dari

konfrensi/konvensi.

d) Memiliki keperluan umum yang sama seperti wisatawan lainnya.

(http://profil-wisatawan.blogspot.com)

12. Karakteristik Wisatawan

1) Trip Descriptor

Wisatawan dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan jenis

perjalanan yang dilakukannya. Secara umum jenis perjalanan dibedakan menjadi :

perjalanan rekreasi, mengunjungi teman/keluarga (VFR = visiting friends and

relatives), perjalanan bisnis dan kelompok perjalanan lainnya (Seaton & Bennet, 1996). Smith (1995) menambahkan jenis perjalanan untuk kesehatan dan

keagamaan di luar kelompok lainnya. Lebih lanjut jenis-jenis perjalanan ini juga

dapat dibedakan lagi berdasarkan lama perjalanan, jarak yang ditempuh, waktu

melakukan perjalanan tersebut, jenis akomodasi atau transportasi yang digunakan

dalam perjalanan, pengorganisasian perjalanan, besar pengeluaran dan lain-lain.

kepentingan analisis pariwisata, perencanaan dan pemasaran, karena

sangat jelas definisinya dan relatif mudah pembagiannya (Kotler, 1996). Yang

(37)

commit to user

umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas sosial, ukuran

keluarga atau jumlah anggota keluarga dan lain-lain yang dielaborasi dari

karakteristik tersebut.

Karakteristik sosio-demografis juga berkaitan satu dengan yang lain secara

tidak langsung. Misalnya tingkat pendidikan seseorang dengan pekerjaan dan

tingkat pendapatannya, serta usia dengan status perkawinan dan ukuran keluarga.

Pembagian wisatawan berdasarkan karakteristik sosio-demografis ini paling nyata

kaitannya dengan pola berwisata mereka. Jenis kelamin maupun kelompok umur

misalnya berkaitan dengan pilihan jenis wisata yang dilakukan (Seaton & Bennet,

1996). Jenis pekerjaan seseorang maupun tipe keluarga akan berpengaruh pada

waktu luang yang dimiliki orang tersebut, dan lebih lanjut pada “kemampuan”nya

berwisata.

Selain karakteristik sosio-demografis, karakteristik lain yang biasa

digunakan dalam mengelompokkan wisatawan adalah karakteristik geografis,

psikografis dan tingkah laku (behavior) (Smith, 1995).

b. Karakteristik geografis

Karakteristik geografis membagi wisatawan berdasarkan lokasi tempat tinggalnya,

biasanya dibedakan menjadi desa-kota, propinsi, maupun negara asalnya.

Pembagian ini lebih lanjut dapat pula dikelompokkan berdasarkan ukuran (size)

kota tempat tinggal (kota kecil, menengah, besar/metropolitan), kepadatan

(38)
(39)
(40)
(41)
(42)

commit to user

30 BAB II

Perkembangan Pariwisata Jakarta Selatan

A. Gambaran Umum Pariwisata Jakarta Selatan

Jakarta Selatan adalah nama sebuah kota administrasi di sebelah selatan

Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta Selatan adalah salah satu dari lima kota

administrasi dan satu kabupaten administrasi DKI.Jakarta Selatan adalah kota

administrasi yang paling kaya dibandingkan dengan wilayah lainnya, dengan

banyaknya perumahan warga kelas menengah ke atas dan tempat pusat bisnis

utama. Wilayah Jakarta Selatan secara administratif, wilayah ini terbagi menjadi

10 Kecamatan dan 65 Kelurahan dengan luas keseluruhan mencapai, 145,73 Km2.

Bagian dari wilayah Jakarta Selatan ini pada masa awal kemerdekaan

direncanakan sebagai Kota Satelit (Kebayoran Baru), konsep dengan alusi oriental

yang ditandai dengan empat jalan utama yang menyebar dari satu pusat persis ke

empat penjuru dan mengintegrasikan rumah-rumah besar dengan rumah-rumah

kecil di dalam setiap blok: yang besar di luar, di tepi jalan besar, yang lebih kecil

di dalam, mengelilingi taman lingkungan itu kini mulai penuh sesak. Selain itu,

bagian wilayah ini juga menjadi penyangga air tanah ibukota yang nasibnya kini

mengenaskan karena banyaknya bangunan dan mulai menyurutnya ruang-ruang

terbuka hijau. Selain itu, kawasan selatan ini juga mulai tumbuh sebagai pusat

perbelanjaan, di samping perumahan yang banyak diminati warga

(43)

commit to user

Dengan lahirnya Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1b3/1/1/66

dimana penataan wilayah administratif Pemerintah Kotapraja Jakarta terbagi

menjadi 5 wilayah kota dan juga merupakan dasar terbentuknya Wilayah

Administrasi Kotamadya Jakarta Selatan, maka hal ini juga tentunya

membutuhkan lokasi perkantoran sendiri yang lebih memadai. Sebelum

Keputusan Gubernur itu diberlakukan, di Jakarta Selatan terdapat Kantor

Pemerintahan Kotabaru Kebayoran Baru yang beralamat di Jl. Hang Lekir I No.5,

yang dikepalai oleh seorang Kepala Kantor dan berada langsung di bawah Urusan

Pemerintahan Umum (UPU) Departemen Dalam Negeri dimana pejabatnya diberi

kedudukan setingkat Wedana. Kepala Kantor Pemerintahan Kotabaru Kebayoran

Baru tersebut dijabat oleh Almarhum Bapak H. Mochtar Zakaria, SH dengan

Almarhum Bapak H. M. A. Adiwidjaya sebagai Asisten Wedana. Pada masa

jabatan beliau, lokasi ke kantor baru di Jl. Radio V Kelurahan Kramat Pela Kantor

di Jl. Radio V Kelurahan Kramat Pela inilah yang menjadi cikal bakal Kantor

Wilayah Administrasi Kotamadya Jakarta Selatan, sesuai dengaan Keputusan

Gubernur tersebut di atas. Bangunan kantor dibangun pada pertengahan tahun

1964 di atas tanah negara (eks. PCK) seluas 3000 m2. Namun karena keadaan

situasi politik dalam negeri saat itu tidak menentu akibat adanya peristiwa

G30S/PKI, maka penggunaan kantor tersebut baru dimulai tahun 1966. Pada saat

itu, Struktur Pemerintahannya terdiri dari empat Direktorat ditambah dengan

Kantor Sosial, BPN, Kantor Statistik dan kantor lainnya dengan jumlah perkiraan

pegawai sekitar 1.000 orang pada tahun 1971. Sudah pasti, DKI Jakarta pada

(44)

commit to user

penduduk yang pesat. Guna menunjang peningkatan pelayanan kepada

masyarakat maka dibutuhkan bangunan kantor yang lebih representatif, sehingga

dapat menunjang kelancaran tugas-tugas di bidang Pemerintahan, Pembangunan,

Kemasyarakatan dan Ketertiban Umum. Pada tahun 1969 dimulailah pelaksanaan

pembangunan fisik Kantor Wilayah Administrasi Kotamadya Jakarta Selatan di Jl.

Trunojoyo yang berdekatan dengan bunderan CSW (Centrale Stiching

Wederopbouw) atau di bekas Kantor Jawatan Pekerjaan Umum Kotapraja Jakarta.

Arel dengaan luas tanah ± 2 Ha tersebut termasuk Gedung ASEAN dan Kantor

Cipta Karya sekarang yang saat itu digunakan untuk penampungan truk-truk,

mesin gilas, alat-alat berat, material, batu-batuan, aspal dan tempat tinggal

pegawai Golongan I (tenaga PLUGH/Juru Karya). Bangunan pertama gedung

Kantor Walikotamadya di Jl. Trunojoyo No. 1 dibangun semasa jabatan

Walikotamadya Almarhum Bapak H. Moch. Kahfi, yaitu Blok IV berlantai 5.

Bangunan tersebut mulai ditempati sejak tahun 1972 dengan jumlah pegawai saat

itu 1.161 orang. Sedangkan keseluruhan jumlah pegawai adalah 3.406 orang,

termasuk pegawai kecamatan dan kelurahan.

.(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april 2011. Tahun 1987, saat walikotamadya dijabat Bapak H. Muchtar Zakaria, SH,

berhasil dibangun Blok V yang berlantai 8. Jumlah unit organisasi yang ada saat

itu berjumlah 22 unit dengan jumlah pegawai 1.787 orang. Jumlah pegawai 4.420

orang, termasuk pegawai kecamatan dan kelurahan. Pada tahap selanjutnya,

pembangunan blok-blok lainnya dilakukaan secara bertahap. Hingga kini, gedung

(45)

commit to user

Administrasi berubaah di tahun 1991 menjadi Kantor Walikotamadya Jakarta

Selatan. .(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april

2011.

B. Keadaan Geografis Wilayah Jakarta Selatan

Secara Geografis Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan terletak pada

koordinat 06 15’ 40,73” Lintang Selatan dan 106 45’ 0,00” Bujur Timur, berada

pada ketinggian 26,2 meter di atas permukaan laut, dengan luas Wilayah 145,73

Km2. Jakarta Selatan bercirikan daerah yang beriklim Khas Tropis dengan

temperatur udara sekitar 27,5o Celcius dan kelembaban udara rata-rata 80 persen.

Curah hujan mencapai ketinggian 2.394,6 mm / tahun rata-rata sekitar 199,5 mm

per hari, yang terjadi selama 210 hari dalam setahun.

Letak wilayah

Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Jakarta Pusat dan Jakarta Barat

Sebelah Timur : Kali Ciliwung (Kotamadya Jakarta Timur)

Sebelah Selatan : Kotamadya Depok

Sebelah Barat : Kabupaten Tangerang

Lambang Kota Jakarta berbentuk perisai lima. Di lima perisai terlukis

pintu gerbang dengan dasar biru ditengah-tengah berdiri Monumen Nasional

warna putih yang dilingkari padi dan kapas yang dibawahnya terlukis ombak laut

lambang kota Pelabuhan dan Negara Kepulauan. Di atas pintu gerbang terkis

sloka JAYA RAYA atau sloka selora semangat segala kegiatan Jakarta sebagai

(46)

commit to user

Gubernur KDKI Jakarta No. 1422/1997 Lambang Kotamadya Jakarta Selatan

berbentuk perisai lima didalamnya terlukis pohon Rambutan dan buah Rambutan

Rapiah (Flora) serta burung Gelatik (Fauna) yang mengandung arti alam

lingkungan yang hijau dan teduh yang melambangkan persatuan, kekuatan dan

ketenangan serta kebersamaan.

(http://jakarta.co.cc/search/letak +geografis+jakartaselatan/). Diakses pada 10 april 2011.

C. Obyek dan Daya Tarik Wisata di Wilayah Jakarta Selatan

Patung Selamat Datang merupakan hasil karya Edhi Soenarso dibangun di

jantung Kota Jakarta di depan Hotel Indonesia dan Patung Dirgantara di depan

Markas Besar Angkatan Udara di Jalan Gatot Subroto Jakarta, pemilihan lokasi

didepan MBAU ini karena letaknya yang strategis sebagai pintu gerbang Jakarta

Selatan, dari Bandara Halim Perdanakusuma dan kawasan Pasar Minggu. Ide

pembuatan patung ini dicetuskan oleh Bung Karno, patung ini menggambarkan

manusia angkasa, maksud dari pembangunan patung ini adalah untuk memberikan

gambaran semangat keberanian menjelajah angkasa. Filosofi Patung Dirgantara

adalah melambangkan keberanian, kesatriaan dalam hal kedirgantaraan, tinggi

patung 11 meter, kaki patung 27 meter dikerjakan PN Hutama Karya, Ir. Sutami

sebagai arsitektur pelaksana. Berat patung 1 ton dikerjakan oleh tim pematung

keluarga arca Yogyakarta pimpinan Edhi Soenarso, penyelasaian pemasangan

Patung Dirgantara mengalami keterlambatan disebabkan suasana politik antara

Kudeta GESTAPU/PKI. Bung Karno selekas mungkin ingin membuktikan

(47)

commit to user

pemasangan patung, pemasangan ditunggu sendiri oleh Bung Karno akhirnya

selesai dipasang pada akhir tahun 1966.

.(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april 2011. Patung Selamat Datang dibuat Edhi Soenarso menjelang penyelenggaraan

Asia Games ke IV di Jakarta pada tahun1962, penggambaran sepasang

muda-mudi yang membawa bunga pra desainnya disiapkan Henk Ngantuk sebagai wakil

Gubernur Daerah Khusus Ibu kota Jakarta pada masa itu dan dipasang di depan

Hotel Indonesai tempat menginapnya para Atlit (olah ragawan). Selain itu terdapat

Patung Pembebasan Irian Barat Patung ini mengingatkan sebuah legenda tentang

seorang Ibu yang mengantarkan anak laki-lakinya yang berangkat ke medan

perang. Pemahat patung Metvei Manizer dan anak Otto Manizer dari Unisoviet

datang ke Indonesia melalui undangan Bung Karno, ketika itu Bung Karno ingin

membuat sebuah Patung Pembebasan Irian Barat. Patung tersebut dibuat di Uni

Soviet dari bahan perunggu, setelah selesai dikirim ke Jakarta dengan kapal laut,

patung pembebasan Irian Barat diresmikan pada tahun 1963 oleh Ir. Soekarno.

Selain itu Jakarta Selatan juga memiliki sejumlah obyek wisata yang berpotensial

untuk dikembangkan. .

(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april 2011. Adapun potensi obyek wisata tersebut adalah sebagai berikut :

a. Taman Anggrek Ragunan

Taman anggrek Ragunan (TAR) merupakan aset Pemda DKI Jakarta

dengan luas lahan sekitar 5 ha, dikelola oleh Dinas Pertanian DKI Jakarta.

(48)

commit to user

tempat wisata, tempat berlangsungnya aktivitas agribisnis tanaman anggrek baik

dalam bentuk tanaman maupun bunga potong, dan sebagai sarana untuk

mempelajari seluk beluk pemeliharaan anggrek TAR dibagi menjadi 42 kavling

yang dimanfaatkan untuk budidaya, pembibitan tanaman anggrek dan bunga

potong. Disamping itu, dilengkapi pula dengan kios sarana produksi dan kantor

pemasaran. Kavling-kavling anggrek tersebut dikelola oleh para petani anggrek

yang tergabung dalam koperasi. Jenis-jenis anggrek yang diusahakan oleh para

petani antara lain jenis Dendrobium, Orcidium, Arachnis, Phalaenopsis, serta

tanaman hias penunjang lainnya.

Layanan informasi: 021-7824061

b. Balai Benih Ikan Ciganjur

Balai Benih Ikan Ciganjur merupakan lahan milik Pemda DKI Jakarta

dengan luas lebih dari 10 ha. Balai ini dikelola oleh Dinas Perikanan yang

kegiatannya, antara lain: pembenihan ikan, pemeliharaan ikan dan secara berkala

diadakan atraksi lomba memancing. Selain itu, sebagian lahan ini juga

dimanfaatkan oleh para petani ikan yang mengusahakan ikan konsumsi dan ikan

hias. Produksi balai benih ikan tidak hanya melayani pembeli lokal, tetapi juga

melayani pembeli yang berasal dari luar kota Jakarta. Pengunjung yang datang

dapat membeli ikan konsumsi dan ikan hias.

Layanan informasi: 021-7864180

c. Taman Margasatwa Ragunan

Adalah Kebun Binatang milik Pemerintah DKI Jakarta yang berdiri di atas

(49)

commit to user

lebih kurang 3.200 ekor. Pada saat ini masih dalam tahap proses penataan dan

pembangunan untuk terwujudnya Kebun Binatang yang baik sebagai sarana

rekreasi, pendidikan, penelitian, dan konservasi fauna dan flora. Berikut sekilas

informasi tentang sejaran keberadaan Kebun Binatang di Jakarta, antara lain: (a)

Tahun 1864, Raden Saleh, seorang pelukis Indonesia ternama menghibahkan

sebidang tanah seluas 10 hektar di kawasan Cikini kepada pemerintah. Oleh

Pemerintah Belanda digunakan sebagai "Lembaga untuk Tanaman dan Satwa";

(b) Tahun 1949, Nama Lembaga untuk Tanaman dan Satwa diganti menjadi

"Kebun Binatang Cikini"; (c) Tahun 1964, Dengan makin berkembangnya kota

Jakarta, Pemerintah Daerah memindahkan Kebun Binatang Cikini ke kawasan

Ragunan Pasar Minggu, dengan nama "Taman Margasatwa Jakarta"; (d) Tahun

1974, Nama Taman Margasatwa Jakarta berubah menjadi "Kebun Binatang

Ragunan". Sejak saat itu secara bertahap dilakukan penataan dan perluasan,

sejalan dengan peran dan fungsi Kebun Binatang; (e) Tahun 1998, Berdasarkan

Perda No.13 Tahun 1998 nama "Kebun Binatang Ragunan" berubah namanya

menjadi "Taman Margasatwa Ragunan"

(50)

commit to user

waktu mendatang Situ Babakan direncanakan akan dikembangkan dan dikelola

sebagai obyek wisata.

e. Pergelaran Kesenian Betawi

Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah,

Jagakarsa, Jakarta Selatan, merupakan pusat kebudayaan Betawi juga didukung

keberadaan dua situ yakni Situ Babakan dan Situ Mangga Bolong. Selain untuk

melestarikan Budaya Betawi dan sekaligus berupaya untuk menjadikan daya tarik

wisata budaya juga menampilkan berbagai atraksi seni budaya khas Betawi

sekaligus mempromosikan PBB Setu Babakan sebagai pusat aktivitas seniman

Betawi.

Layanan Informasi: +62 21-7250106, 7228134

f. Atraksi Ekowisata Jakarta Selatan

Ekowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan

lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan

sosial budaya ekonomi.

Layanan Informasi: +62 21-7250106, 7228134

g. Festival Makanan Nusantara

Festival Makanan Nusantara adalah acara yang paling dinantikan oleh

masyarakat Jakarta. Sebagai sarana promosi untuk lebih mengenal makanan

nusantara, juga promosi pariwisata Jakarta. Datang kemudian nikmati lezatnya

hidangan aneka makanan nusantara dalam acara festival makanan yang di

Selenggarakan oleh Suku Dinas Pariwisata Kota Administratif Jakarta Selatan.

(51)

commit to user

D. Selayang Pandang Museum Layang-layang Indonesia

Layang layang yang acap mengindahkan langit, ternyata tak cuma sekedar

sebuah permainan. Lebih dari itu permainan yang sudah berumur ribuan tahun ini

juga dijadikan ritual adat hingga alat perang di berbagai daerah dan negara,

bahkan menjadi sumber mata pencaharian. Letaknya yang tersembunyi di sebuah

jalan di kawasan Pondok Labu , Jakarta Selatan Museum ini nyaris tak

terpublikasi seperti layaknya museum lainnya. Pada 2003 Endang menjadikan

rumahnya di Pondok Labu, Jakarta Selatan, sebagai museum layang-layang

setelah memperluas lahannya menjadi 4.600 m2 dari semula 1.100 m2. Atap dan

tiang bangunannya bergaya Jawa terbuat dari kayu berumur 146 tahun,

didatangkan dari Trowulan, Mojokerto (Jawa Timur).

(http://rumahtata-museumlayang.blogspot.com).Diakses pada 10 april 2011. Pintu gerbang museum dibangun dengan gaya Bali. Megah dan besar.

Bangunan utama yaitu museum layang-layang itu berbentuk pendopo yang juga

(52)

commit to user

lahan seluas 3000 m2, terdiri dua bangunan yaitu Ruang Pendopo dan ruang

pameran. Bangunan pendoponya sendiri diangkut langsung dari Mojokerto. Dari

kedua bangunan ini dipamerkan sekitar 150 layang-layang dari 500 koleksi dan

setiap bulannya diganti dengan koleksi yang lain. Museum ini memiliki beberapa

ruangan yang terdiri dari museum utama, ruang sinema, café, serta galeri. Saat

memasuki bangunan yang fondasi arsitekturnya didominasi batu bata merah ini,

akan disambut dengan suasana yang teduh dan asri berikut keramahan penjaga

museum. Ada beragam kegiatan yang bisa kita lakukan selama kunjungan selain

berkeliling atau observasi, yaitu belajar melukis, membuat keramik, membatik,

bahkan berenang di kolam yang disediakan untuk umum. Selain itu, dalam

program berdurasi kurang lebih 60 menit, disediakan juga kegiatan seperti

menonton film pendek mengenai sejarah dan keunikan permainan layang-layang,

tur keliling museum yang didampingi oleh pemandu, serta workshop tentang

bagaimana membuat dan melukis layang-layang.

Di dalam museum terdapat layang-layang dari berbagai daerah di

Indonesia dan dari mancanegara. Bentuk dan ukurannya pun beranekaragam. Ada

yang terbuat dari bulu-bulu, daun-daun, kain, anyaman dll. Disini juga terdapat

berbagai bentuk Layang-layang, seperti Kereta Kuda, Naga, bentuk boneka dan

masih banyak lagi. Selain itu, ukurannya juga variatif, mulai dari yang berukuran

2×2 cm berasal dari China hingga berukuran 22×24 meter yang berasal dari

Jepang. Disamping mengkoleksi Layang-layang dari dalam dan luar negeri,

(53)

Layang-commit to user

layang dan menerima pesanan khusus. Hingga kini jumlah koleksinya kurang

lebih 400 buah dan dipajang diluar dan dalam Museum.

(http://rumahtata-museumlayang.blogspot.com). Diakses pada 12 april 2011.

1. Sejarah berdirinya Museum Layang-layang Indonesia

Perkembangan layang-layang di Indonesia cenderung mengarah kepada

bentuk modern yang memungkinkan akan berdampak kepada hilangnya ciri

layang-layang tradisional Indonesia. Sementara perkembangan layang-layang di

dunia mengarah kepada bentuk dan motif yang artistik serta mengarah kepada

pemanfaatan layang-layang di bidang teknologi. Mengacu pada hal tersebut

sekelompok pencinta layang-layang yang tergabung dalam Merindo Kites &

Gallery mencoba untuk mengangkat dan melestarikan salah satu khazanah budaya

dan memperkenalkan seni dan teknologi layang-layang dengan mendirikan

Museum Layang-layang Indonesia. Layang-layang sebuah benda klasik yang ada

hampir di seluruh pelosok dunia dan masih jaya hingga sekarang. Berbagai

festival internasional dilaksanakan setiap tahun dan selalu menjadi acara yang

menarik. Pada tahun 2010 festival layang-layang yang diikuti oleh 42 negara

dilaksanakan di kawasan Pantai Karnaval Ancol, sekaligus dalam rangka

merayakan HUT Jakarta yang ke-483. Museum layang-layang Indonesia

merupakan museum ketiga di dunia setelah Cina dan Malaysia. Pendiri Museum

Layang-layang Indonesia adalah Ibu Endang W. Puspoyo. seorang pakar

kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985 istri mantan

Kabulog, Wijanarko Puspoyo yang diresmikan, 21 Maret 2003 oleh Menteri

(54)

commit to user

Kamang No.38, Pondok Labu, Jakarta Selatan. (Dimyati,Edi.Panduan sang

petualang(47 museum jakarta),2010,p.30)

Sejak hampir 2,800 tahun lalu, layang-layang telah digunakan oleh Cina.

Layang-layang telah menjadi simbol dalam upacara sakral di berbagai wilayah.

Indonesia termasuk salah satu negara yang cukup kental dengan layang-layang,

keanekaragaman budayanya membuat layang-layang Indonesia beranekaragam

pula, sangat erat kaitannya dengan budaya daerah masing-masing, baik dalam hal

bentuk, penggunaan, maupun makna yang melekat. Demikianlah layang-layang

telah menjadi benda seni dan budaya yang khas bagi masing-masing negara.

Keinginan untuk melestarikan seni dan budaya inilah serta kecintaannya akan

layang-layang membuat Ibu Endang W. Puspoyo untuk mendirikan museum

layang-layang di area rumahnya.

Awal Mulanya ahli kecantikan dan dekorasi ini hanya melihat

layang-layang sebagai elemen dekorasi, la membeli sebuah di AS pada 1970-an dan

memajangnya di rumah. Tak disangka seorang Belanda menyukai dan

membayarnya. Sejak itu hobi layang-layang pun dimulai. Hobi itu berkembang

setelah ia mendirikan sebuah event organizer yang banyak menggarap kegiatan

luar ruang. Event itu adalah festival layang-layang. Ternyata efektif dan banyak

diminati. Melalui Merindo Kites & Gallery yang didirikannya pada 1988, tawaran

dari developer untuk menggelar festival layang-layang pun mengalir, baik

nasional maupun internasional. Festival layang-layang internasional pertama

beliau diadakan di BSD pada 1993. Beliau mempelajari secara otodidak seluk

(55)

commit to user

satu layang kreasinya meraih kategori desain terbaik di festival

layang-layang internasional Wei Fang (Cina). la juga rajin berkeliling ke berbagai

sekolah lokal dan intemasional untuk mempopulerkan layang-layang. Ibu yang

juga berprofesi sebagai ahli kecantikan ini telah berkeliling ke 10 propinsi di

Indonesia selama 2 tahun terakhir untuk memberikan pelatihan tentang layang –

layang dengan sertifikasi 100 jam belajar. Selain ke berbagai daerah ia juga sering

dipanggil untuk mengajar ketrampilan membuat layang–layang bagi siswa - siswi

di berbagai sekolah internasional di Jakarta seperti Britis Internasional School,

Jakarta Internasional School, German, Korea, Gandhi dan masih banyak lagi. (Dimyati,Edi.Panduan sang petualang(47 museum jakarta),2010,p.33)

2. Seluk beluk dan koleksi museum Layang-layang

Ada banyak sebutan untuk layang-layang ini seperti “layangan” atau

wau” (sebutan di sebagian wilayah Semenanjung Malaya) . Dikenal luas di

seluruh dunia sebagai alat permainan, layang-layang diketahui juga memiliki

fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian

ilmiah, serta media energi alternatif. Layang-layang dibuat dan dirancang untuk

yang pertama kalinya oleh nenek moyang bangsa Tionghoa pada zaman kuno.

Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen

dari Cina sekitar 2500 Sebelum Masehi. Penemuan sebuah lukisan gua di Pulau

Muna Sulawesi Tenggara. pada awal abad ke-21 yang memberikan kesan orang

bermain layang-layang menimbulkan spekulasi mengenai tradisi yang berumur

lebih dari itu di kawasan Nusantara. Diduga terjadi perkembangan yang saling

Gambar

gambaran semangat keberanian menjelajah angkasa. Filosofi Patung Dirgantara
tabel-tabel dibawah ini yang menjelaskan tentang perkembangan di museum
Tabel 1
 Tabel 2 Variabel Geografis berdasarkan daerah asal wisatawan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daerah asal wisatawan, alasan wisatawan berkunjung, karakteristik atau ciri-ciri wisatawan serta harapan wisatawan terhadap obyek

Laporan tugas akhir ini mengkaji tentang profil wisatawan Mata Air Cokro Klaten yang bertujuan untuk mengetahui motif wisatawan mengunjungi objek wisata Mata

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepuasan wisatawan Surabaya yang pernah melakukan perjalanan wisata ke Lombok diukur dengan menggunakan metode Holiday Satisfaction

Dapat diambil kesimpulan bahwa Situs Sangiran lebih banyak dinikmati oleh para wisatawan dengan dalam melakukan perjalanan wisata yang sangat singkat. Hal ini

Kegiatan ini dilaksanakan untuk melengkapi data kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tahun 2016, dengan tujuan utama memperoleh data pengeluaran wisatawan

Upaya yang bisa dilakukan oleh penyelenggara wisata virtual untuk meningkatkan kepuasan wisatawan pengguna wisata virtual yaitu mengevaluasi suatu produk paket

Berdasarkan tanggapan wisatawan tentang perencanaan objek wisata Museum Adityawarman dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan jawaban responden memiliki skor total sebesar 456, yang

Merujuk kepada karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Denai Lama, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan wisata untuk rekreasi fisik physical recreation dan