commit to user
PROFIL WISATAWAN MUSEUM LAYANG-LAYANG
JAKARTA
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata
Disusun Oleh:
Warih Yunita Ratna .P
C9407004
PROGRAM DIII USAHA PERJALANAN WISATA
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
MOTTO
Doa adalah pengingat akan sifat manusia yang luar biasa bahwa ada bagian diri kita yang tidak di batasi oleh ruang dan waktu, keyakinan bahwa kita selalu
berada dalam lindungan-NYA. (Larry Dossey)
Nasib bukan suatu kebetulan melainkan pilihan, bukan suatu yang kita tunggu kedatangannya melainkan kita jemput pencapaiannya.
(Penulis)
Semua yang kita miliki merupakan hasil dari apa yang kita pikirkan.
commit to user
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT,
Tuhan seru sekalian alam. Berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya di
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan
tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
setulus hati peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan
Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan
mengesahkan tugas akhir ini.
2. Ibu Dra. Hj. Isnaini WW, M.Pd, selaku Ketua program Diploma III Usaha
Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberi petunjuk,
dan saran-saran serta pengarahan yang sangat berharga sehingga dapat
terselesainya Penulisan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Dr. Warto, M. Hum selaku pembimbing pertama atas kesediaan waktu,
ketelitian, semangat dan kesabaran membimbing penulis untuk memberikan
yang terbaik.
4. Bapak Sri Agus, M.Pd. selaku pembimbing kedua atas kesediaan waktu,
ketelitian, motivasi dan kesabaran membimbing penulis untuk menyelesaikan
tugas akhir ini..
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen DIII Usaha Perjalanan Wisata UNS yang telah
commit to user
6. Bapak Muh. Fadlol SE yang telah membantu penulis dalam kegiatan
observasi wisatawan.
7. Teman-teman D3 UPW khususnya angkatan 2007 yang telah memberikan
motivasi dan kebersamaan kepada penulis.
8. Sahabatku, Pipit dan Emo atas persahabatannya, motivasi, dan bantuannya
selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini.
9. Para Brothers Black Gamers Motor Community terimakasih juga atas
persaudaraannya serta Kerabat Q-roxs terimakasih atas persaudaraan dan
kebersamaan dalam suka dukanya bersama penulis.
10. Seluruh Manajemen dan teman-teman Solo SPA terimakasih atas toleransi
dan kebersamaannya dalam membentuk sebuah keluarga.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan sehingga
dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan pengetahuan pariwisata pada umumnya dan kepada pembaca pada
khususnya.
Surakarta, 2011
commit to user
ABSTRAK
Warih Yunita Ratna Pratiwi , C9407004, 2011. Profil Wisatawan Museum
layang-layang Jakarta. Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Laporan tugas akhir ini mengkaji tentang Profil Wisatawan Museum
layang-layang Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daerah asal wisatawan, jenis kelamin wisatawan,usia wisatawan,pekerjaan wisatawan,Tujuan wisatawan, perencanaan perjalanan wisatawan,bentuk wisata yang banyak di minat wisatawan,fasilitas penginapan yang diminati wisatawan, respon terhadap fasilitas dan kebersihan wisatawan,kunjungan wisatawan,dan harapan wisatawan terhadap obyek wisata museum layang-layang dalam pengelolaan dan pengembangannya sebagai obyek wisata.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara, metode observasi, serta studi pustaka. Metode wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak museum layang-layang, metode observasi dilakukan dengan cara berkunjung langsung ke obyek wisata dan mengamati,serta mencatat segala unsur-unsur yang tampak, memberikan angket kepada responden, pengambilan gambar di obyek wisata. Studi pustaka dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku di perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Arsip Museum layang-layang.
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
3. Pengertian Pariwisata……… 8
4. Pengembangan Pariwisata………... 10
5. Pengertian Obyek wisata………. 12
6. Syarat-syarat Obyek Wisata……….. 12
7. Pengertian Wisatawan……….. 13
commit to user
9. Profil Wisatawan………. 14
a.Kelompok – kelompok nasional………. 14
b. Umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan kelom pok kelas sosial... 21
c.Wisatawan kelompok dan wisatawan yang bepergian secara bebas... 23
d. Wisatawan konvensi dan wisatawan konfrensi...24
10.Karakteristik Wisatawan………. 24
F. Metode Penelitian... 26
1. Lokasi Penelitian ... 27
2. Teknik Pengumpulan Data………...27
3. Teknik Analisis Data ... 27
G. Sistematika Penulisan ... 29
BAB II PERKEMBANGAN PARIWISATA JAKARTA SELATAN A. Gambaran Umum Jakarta Selatan ... 30
B. Keadaan Geografis Jakarta Selatan ... 33
C. Obyek dan Daya Tarik Wisata di Wilayah Jakarta Selatan ... 34
D. Selayang Pandang Museum Layang-Layang Indonesia ... 39
1. Sejarah Berdirinya Museum Layang-Layang……… ... 41
2. Seluk Beluk dan Koleksi Museum Layang-Layang………... ..43
3. Jenis Layang-Layang Berdasarka Sejarah……… ... 46
4. Visi dan Misi Museum Layang-Layang……… . 47
5. Fasilitas Museum Layang-Layang……….... . ..47
BAB III PROFIL DAN KARAKTERISTIK WISATAWAN DI MUSEUM LAYANG-LAYANG. A. Kunjungan Wisatawan di Museum Layang-Layang……. ... 48
Data Kunjungan Wisatawan bulan Januari-April 2011 ... 49
commit to user
1. Variabel Geografis... 50
a. Variabel Geografis berdasarkan daerah asal wisatawan... 51
2. Variabel Sosio demografi... 52
a. Variabel Sosial geografis berdasarkan jenis kelamin wisatawan 52
b. Variabel Sosial geografis berdasarkan usia wisatawan... 53
c. Variabel Sosial geografis berdasarkan pekerjaan wisatawan..
54
3. Variabel Psikografik... 55
a. Variabel Psikografik berdasarkan Tujuan
Wisatawan di Museum layang-layang... 56
4. Variabel Behavioristik... 57
a. Variabel behavioristik bedasarkan Perencanaan Perjalanan
Wisatawan Berkunjung di Museum layang-layang... 58
b. Variabel behavioristik bedasarkan bentuk wisata yang
paling banyak diminati Wisatawan di Museum
layang-layang... 58
c. Variabel behavioristik bedasarkan fasilitas penginapan
yang di minati Wisatawan di Museum
layang-layang... 59
d. Variabel behavioristik berdasarkan respon terhadap
fasilitas dan kebersihan Wisatawan
Museum layang-layang……….. 60
e. Variabel behavioristik bedasarkan kunjungan Wisatawan di
Museum layang-layang……… 61
f. Variabel behavioristik bedasarkan harapan yang diinginkan
Wisatawan di Museum layang-layang……… 65
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 69
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Data Kunjungan wisatawan
bulan Januari – April 2011
Museum Layang-Layang Indonesia………... 49
Tabel 2 Variabel Geografis berdasarkan daerah asal wisatawan. 51
Tabel 3 Variabel Sosio demografi berdasarkan
jenis kelamin wisatawan... 52
Tabel. 4 Variabel Sosio demografi berdasarkan
Usia wisatawan... 53
Tabel. 5 Variabel Sosio demografi berdasarkan
Pekerjaan wisatawan... 54
Tabel. 6 Variabel Psikografik berdasarkan
Tujuan wisatawan... 56
Tabel. 7 Variabel Behavioristik berdasarkan
Perencanaan perjalanan wisatawan... 58
Tabel. 8 Variabel Behavioristik berdasarkan
Bentuk wisata yang diminati wisatawan... 59
Tabel. 9 Variabel Behavioristik berdasarkan
Fasilitas penginapan yang diminati wisatawan... 60
Tabel. 10 Variabel Behavioristik berdasarkan
Respon dan fasilitas wisatawan... 61
Tabel. 11 Variabel Behavioristik berdasarkan
Kunjungan wisatawan di museum... 63
Tabel. 12 Variabel Behavioristik berdasarkan
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Ijin Observasi Pengelola museum Layang-layang………71
2. Struktur organisasi museum layang-layang………. 72
3. Daftar informan………... 73
4. Izin pengambilan data……….… 74
5. Pertanyaan Kuisioner... 75
6. Daftar identitas responden……… 76
7. Pedoman wawancara……… 79
8. Layout dan denah lokasi museum layang-layang……… 80
9. Peta Jakarta Selatan dan tiket masuk museum layang-layang………… 81
10. Brosur bagian depan museum layang-layang………... 82
11. Brosur bagian belakang museum layang-layang………. 83
12. Dokumentasi museum layang-layang………... 84
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A
. Latar Belakang MasalahManusia sepanjang hidupnya tidak bisa dipisahkan dengan seni sebab seni
adalah bagian dari kehidupan manusia, dan suatu karya seni dapat berfungsi baik
secara individual bagi penciptanya dan penikmatnya, maupun secara sosial dalam
kehidupan sehari – hari. Mengingat perkembangan dan pertumbuhan Kota Jakarta
saat ini semakin menggeliat dalam bidang perekonomian. Selain itu, Jakarta sudah
menjadi kota tujuan wisata, baik untuk wisatawan lokal maupun domestik.
Museum merupakan sarana untuk mengembangkan budaya dan peradaban
manusia. Dengan kata lain, museum tidak hanya bergerak di sektor budaya,
melainkan dapat bergerak di sektor ekonomi, politik, sosial, dll. Di samping itu,
museum merupakan wahana yang memiliki peranan strategis terhadap penguatan
identitas masyarakat termasuk masyarakat sekitarnya. Para ahli kebudayaan
meletakkan museum sebagai bagian dari pranata sosial dan sebagai wahana untuk
memberikan gambaran dan mendidik perkembangan alam dan budaya manusia
kepada komunitas dan publik. Tiga pilar utama permuseuman di Indonesia yaitu:
1) mencerdaskan kehidupan bangsa; 2) kepribadian bangsa; 3) ketahanan nasional
dan wawasan nusantara. Ketiga pilar ini merupakan landasan kegiatan operasional
museum yang dibutuhkan di era globalisasi ini. Pada saat masyarakat mulai
kehilangan orientasi akar budaya atau jati dirinya, maka museum dapat
commit to user
diketahui dari masa lalu untuk menuju ke masa depan. Oleh karena itu untuk
menempatkan museum pada posisi sebenarnya yang strategis, diperlukan gerakan
bersama penguatan pemahaman, apresiasi dan kepedulian akan identitas dan
perkembangan budaya bangsa yang harus terbangun pada tataran semua
komponen masyarakat bangsa Indonesia baik dalam skala lokal, regional maupun
nasional. Gerakan bersama tersebut dinamakan Gerakan Nasional Cinta Museum
(GNCM). (http:// indonesia-gerakancintamuseum.blogspot.com/) di akses pada 4
april 2011.
Di Kota Jakarta terdapat museum seni layang-layang yang menyediakan
wadah bagi para pengamat dan para pecinta seni untuk selain dapat menikmati
nlai-nilai intelektual estetika, dan ekspresi artistik karya-karya atau ruang bagi
masyarakat kota Jakarta terlebih untuk anak sekolah yang memiliki keinginan atau
kreatifitas-kreatifitas yang terus berkembang dan butuh tempat untuk dapat
mengekspresikan atau memberikan apresiasi tentang seni dan budaya. Dari semua
itu dengan adanya museum seni rupa di kota Jakarta, tidak hanya untuk konsumsi
wisatawan, tetapi juga untuk proses belajar dan mengajar seni rupa, yang bila
berhadapan dengan sejarah, fakta-faktanya bisa secara langsung diapresiasi oleh
para pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat. (Uka Tjandrasasmita,2000,p. 20).
Museum layang layang ini menyajikan informasi yang cukup mendalam
tentang sejarah dan budaya permainan layang-layang. Beraneka ragam koleksi
layang-layang yang ditampilkan tidak saja berasal dari seluruh berbagai pelosok
di bumi Nusantara, tetapi juga dari Asia Tenggara, Jepang, bahkan dari zaman
commit to user
miniatur layang-layang yang meskipun ukurannya kecil tetapi dapat
diterbangkan., Di museum masyarakat bisa mengamati dan belajar mengenai apa
yang terdapat di dalam museum tersebut. Perkembangan layang-layang di
Indonesia cenderung mengarah kepada bentuk modern yang memungkinkan akan
berdampak kepada hilangnya ciri layang-layang tradisional Indonesia. Sementara
perkembangan layang-layang di dunia mengarah kepada bentuk dan motif yang
artistik serta mengarah kepada pemanfaatan layang-layang di bidang teknologi.
Mengacu pada hal tersebut sekelompok pencinta layang-layang yang tergabung
dalam Merindo Kites & Gallery mencoba untuk mengangkat dan melestarikan
salah satu khazanah budaya dan memperkenalkan seni dan teknologi
layang-layang dengan mendirikan Museum Layang-layang-layang Indonesia. (Dimyati,edi.2010,p.
32). Maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Profil Wisatawan Museum
Layang-Layang Jakarta”.
B. Rumusan Masalah
Dalam upaya menjelaskan ruang lingkup permasalahan yang dihadapi
maka perumusan masalah dalam penelitian yang akan dibahas adalah:
1. Berasal dari daerah mana saja wisatawan yang datang ke Museum
layang-layang?
2. Bagaimana ciri-ciri demografis wisatawan yang datang dan berkunjung ke
Museum Layang-layang?
3. Apa harapan-harapan yang diinginkan wisatawan yang datang ke Museum
commit to user
2. Mengetahui ciri-ciri demografis wisatawan yang datang dan berkunjung ke
Museum Layang-layang.
3. Mengetahui harapan-harapan yang diinginkan oleh wisatawan yang datang dan
berkunjung ke Museum Layang-layang.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademik
Sebagai salah satu cara untuk mendapatkan kebulatan studi jenjang Ahli
Madya (D3) pada program studi Usaha Perjalana Wisata.
2. Secara Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi besar bagi
pemerintah, masyarakat, dan praktisi pariwisata untuk selalu memperhatikan,
mengembangkan pikiran dan ide untuk kemajuan industri pariwisata kedepan.
3. Manfaat Teoritis
a. Memperluas pengetahuan di bidang pariwisata.
b. Penulis dapat mempraktekkan dan mencoba langsung semua teoriteori yang telah
commit to user
E. Kajian Pustaka
1. Arti Museum
Museum dewasa ini adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak
mencari keuntungan,melayani masyarakat dan pengembangannya, terbuka untuk
umum,yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan, untuk
Tujuan-tujuan studi,pendidikan dan kesenangan, barang-barang pembuktian
manusia dan lingkungannya. Museum merupakan suatu badan yang mempunyai
tugas dan kegiatan untuk memamerkan dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan
pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi Kebudayaan dan Ilmu
pengetahuan. (http:// Museum-indonesia.blogspot.com/).
Museum, berdasarkan definisi yang diberikan International Council of
Museums disingkat ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha
pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan
benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan
kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis,
dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran
imajinatif di masa depan dan sejak tahun 1977 tiap tanggal 18 Mei diperingati
sebagai hari Hari Museum Internasional.
Museum berasal dari bahasa Yunani Museion. Museum merupakan
sebuah bangunan tempat suci untuk memuja Sembilan Dewi Suci dan Ilmu
Pengetahuan.Salah satu dari Sembilan Dewi tersebut ialah MOUSE, yang lahir
commit to user
bersemayam di Pegunungan Olympus. Museion selain tempat suci, pada waktu
itu juga untuk berkumpul para cendekiawan yang mempelajari serta menyelidiki
berbagai ilmu pengetahuan, juga sebagai tempat pemujaan Dewa Dewi.((http://
artiMuseum-indonesia.blogspot.com/).
2. Fungsi museum
Dalam lingkup internasional, masalah yang menyangkut pendidikan,
pengetahuan dan kebudayaan ditangani oleh Unesco. Museum mempunyai
peranan yang cukup penting dalam rangka kegiatan kerjasama kebudayaan. Untuk
menangani berbagai hal mengenai Museum, maka didinikanlah ICOM
(International Council Of Museum) yang antara lain bertujuan :
a) Membantu museum-museum.
b) Menyelenggarakan kerjasama antar museum dan antar-anggota profesi
permuseuman.
Mendorong pentingnya peranan museum dan profesi permuseuman dalam
tiap paguyuban hidup dan memajukan pengetahuan dan saling pengertian antar
bangsa yang makin luas. .((http:// fungsiMuseum-indonesia.blogspot.com/)..
ICOM telah merumuskan definisi atau batasan museum sebagai suatu
lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan
perkembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat,
menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan -tujuan studi, pendidikan dan
kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. .((http://
commit to user
1. Museum merupakan badan tetap, tidak mencari keuntungan dan harus
terbuka untuk umum.
2. Museum merupakan lembaga yang melayani masyarakat untük
kepentingan
3. Museum memperoleh atau menghimpun barang-barang pembuktian
tentang manusia dan lingkungannya
4. Museum memelihara dan rnengawetkan koleksinya untuk digunakan
sebagai sarana komunikasi dengan pengunjung.
Kegiatan-kegiatan museum di belakang layar dan kegiatan yang kelihatan
oleh umum, seperti hasil penerbitan, pameran, ceramah dan peragaan kesemuanya
itu adalah untuk studi, pendidikan dan kesenangan.(
(http://indonesia-grakancintamuseum.blogspot.com/) .Di akses pada 4 april 2011 Museum mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Pusat Dokumentasi dan Penelitian Ilmiah.
b. Pusat penyaluran ilmu untuk umum.
c. Pusat penikmatan karya seni.
d. Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa.
e. Obyek wisata Media pembinaan pendidikan kesenian dan ilmu
pengetahuan.
f. Suaka alam dan suaka budaya.
Cermin sejarah manusia, alam dan kebudayaan.Saran untuk bertaqwa dan
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. .(
commit to user
Berdasarkan tema dan koleksinya museum dapat dikelompokkan menjadi:
a) Museum seni rupa.
b) Museum arkeologi dan sejarah.
c) Museum sejarah alam dan ilmu pengetahuan alam.
d) Museum ilmu pengetahuan dan teknologi.
e) Museum etnografi dan antrapologi.
f) Museum khusus.
g) Museum Regional.
h) Museum Umurn.
i) Monumen dan Situs ejarah dan Arkeologi.
j) Kebun binatang, kebun raya, Aquaria dan Cagar alam.
Museum-museum lain. .((http:// fungsiMuseum-indonesia.blogspot.com/).
3. Pariwisata
Istilah pariwisata secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang
terdiri dari dua suku kata yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak , berkali -
kali, berputar – putar atau berkeliling. Sedangkan wisata berarti bepergian. Secara
garis besar, maka kita dapat menagartikan sebagai suatu perjalanan yang
dilakukan dari suatu tempat ketempat yang lain. Undang – undang No. 9 tahun
1990 entang kepariwisataan, menyebutkan definisi dari wisata, wisatawan,
kepariwisataan dan pariwisata, yaitu:
a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara waktu, untuk menikmati
commit to user
b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk
pengusaha objek dan daya tarik wisata serta usaha –usaha yang terkait
didalamnya.
d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata
termasuk semua penyelenggaraan kegiatan pariwisata (Oka A. Yoeti, 2002 :
7).
Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan
memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi diperani oleh faktor permintaan dan
faktor ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan
domestik dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh
transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan
prasarana terkait serta informasi dan promosi.
Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat
ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,
sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan
lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Dalam
kesimpulannya pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan
hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar
tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak
berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah. (Oka A. Yoeti,
commit to user
4. Pengembangan Pariwisata
Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut
diminati pengunjung, yaitu :
a. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata
lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu
untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.
b. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang,
bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun
tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga
mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.
c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa
dijadikan sebagai oleh-oleh. (Oka A.Yoeti, 1985, p.164).
Suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang
menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan
prasarana obyek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat
diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata.(Oka
A.Yoeti,Pengantar Ilmu Pariwisata (1985, p.181) mengatakan :
“Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar
commit to user
pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam”.
Prasarana tersebut antara lain :
a) Perhubungan : jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut,
terminal.
b) Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.
c) Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televise, kantor
pos.
d) Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.
e) Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga obyek wisata maupun
pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar obyek wisata.
f) Pelayanan wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor
pemandu wisata.
g) Pom bensin, Dan lain-lain. (Oka A.Yoeti, 1984, p.183).
Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan
pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan
hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan (Yoeti, 1984,
p.184). Sarana kepariwisataan tersebut adalah :
a) Perusahaan akomodasi : hotel, losmen, bungalow.
b) Perusahaan transportasi : pengangkutan udara, laut atau kereta api dan
bus-bus yang melayani khusus pariwisata saja.
c) Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di
sekitar obyek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan
commit to user
d) Toko-toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata tersebut yang
notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang
cinderamata khas obyek tersebut. (Oka A.Yoeti, 1985, p.185-186).
Dalam pengembangan sebuah obyek wisata sarana dan prasarana tersebut
harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu obyek wisata dapat
membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana
maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk
peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar obyek wisata tersebut
maupun pemerintah daerah.
5. Obyek Wisata
Pengertian obyek wisata atau tourist attraction istilah yang sering
digunakan,yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk
mengunjungi suatu daerah tertentu (pengantar ilmu pariwisata Drs,Oka
A.Yoeti,1985). Dalam dunia kepariwisataan,segala sesuatu yang menarik untuk
dikunjungi dan dilihat, disebut atraksi atau lazim pula dinamakan obyek wisata (Ilmu
pariwisata, Nyoman, S.pendit, 1994).
6. Syarat- syarat obyek wisata :
Sebuah obyek wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan
sebanyak-banyaknya, menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu yang cukup
lama dan memberi kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung. Untuk
mencapai hal itu beberapa syarat harus dipenuhi yaitu :
a. Kegiatan(act) dan obyek (artifact) yang merupakan atraksi itu sendiri harus
commit to user
b. Karena atraksi wisata itu di sajikan wisatawan, maka cara penyajiannya harus
tepat.
c. Obyek / atraksi wisata adalah terminal dari suatu mobilitas spasial dari suatu
perjalanan. Oleh karena itu harus memenuhi semua determinan mobilitas
spasial, yaitu akomodasi, promosi dan pemasaran.
d. Keadaan obyek wisata harus dapat menahan cukup lama.
7. Wisatawan
wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk berlibur,
berobat, berbisnis, berolahraga serta menuntut ilmu dan mengunjungi
tempat-tempat yang indah atau sebuah negara tertentu .
Organisasi Wisata Dunia (WTO), menyebut wisatawan sebagai pelancong
yang melakukan perjalanan pendek. Menurut organisasi ini, wisatawan adalah
orang yang melakukan perjalanan ke sebuah daerah atau negara asing dan
menginap minimal 24 jam atau maksimal enam bulan di tempat tersebut.(Anton
Sutomo,1989:25)
8. Jenis-Jenis & Karakteristik Wisatawan
1) Wisatawan lokal (local tourist) yaitu wistawan yang melakukan perjalanan
wisata ke daerah tujuan wisata yang berasal dari dalam negeri.
2) Wisatawan mancanegara (interntional tourist)yaitu,wisatawan yang
mengadakan perjalanan ke daerah tujuan wisata yang bersal dari luar
negeri.
commit to user
4) Business tourist adalah wisatawan yang bpergian ke daerah tujuan wisata dengan tujuan untuk urusan dagang atau urusan profesi.
5) Common interest tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata dengan tujuan khusus.seperti,studi ilmu pengetahuan,
mengunjungi sanak keluarga atau untuk berobat dan lain-lain.
6) Individual tourist adalah wistawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara sendiri-sendiri.
7) Group tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara bersam-sama atau berkelompok.(Burney,Neilme,1998,p.21)
9. Profil Wisatawan
Profil wisatawan mengacu pada sifat tertentu dari tipe wisatawan yang
berbeda, yang khususnya dihubungkan dengan kebiasaan perjalanan, tuntutan, dan
kebutuhannya. Beberapa kategori wisatawan telah disebutkan pada bagian
sebelumnya, dan dalam bagian ini akan mempetimbangkan ke dalam lima hal
penting mengenai kelompok wisatawan secara lebih mendetail.Yaitu :
a. Kelompok – kelompok nasional.
b. Umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan kelom pok kelas sosial.
c. Wisatawan kelompok dan wisatawan yang bepergian secara bebas.
d. Wisatawan konvensi dan wisatawan konfrensi.(Happy Marpaung,2000,39).
1). Kelompok kelompok Nasional
Semua bangsa ikut menyumbang kepada pasar wisatawan Indonesia.
Penjelasan tentang kebiasaan bepergian dan tingkah laku wisatawan diambil dari
commit to user
perjalanan di Bandung. Dan tampaknya sesuai dengan profil umum yang
dditerima yang digunakan di seluruh dunia.(majalah estate, Desember 2005)
Seperti negara-negara dibawah ini :
a). Perancis
a. Sangat tertarik pada kebudayaan meliputi gaya hidup tradisional, tari –
tarian, drama,musik, kesenian, upacara keagamaan, dan desa tradisional
yang belum terjamah.
b. Sangat tertarik menngunjungi dan mempelajari tentang atarksi wisata yang
khusus seperti tempat arkheologi, pura – pura tua, dan lebih menyenangi
tempat – tempat tepencil dan kurang komersiil.
c. Diantara barang – barang yang dibeli, khususnya menyenangi kerajinan
tangan dan barang antik.
d. Sangat aneh dan lambat memilih segala sesuatu yang akan dibeli, dan teliti
memilih restoran.
e. Ramah, disiplin, tahu tingkah laku yang baik, dan tunduk kepada aturan
lokal.
f. Suka berbicara dengan bahasanya sendiri dan lebuh suka pemandu wisata
berbahasa Prancis meskipun ia bisa berbahasa Inggris.
g. Cenderung berpakaian yang mencerminkan keindividuan, kadang – kadang
berpakaian yang agak aneh. Agak suka mencari kesalahan dan sukar untuk
commit to user
b). Jerman
a. Tertarik pada kebudayaan, upacara keagamaan, tari – tarian , tempat
bersejarah, pemandangan indah, dan suka membandingkan tradisi dari
tempat- tempat yang berbeda.
b. Sangat tertarik mendengarkan penjelasan guide dan ingin mengetahui
segala sesuatu secara detail.
c. Diantara barang - barang belanja, sangat menyukai ukiran kayu dan batu.
d. Dapat menerima berbagai fasilita dan jasa.
e. Memiliki tingkah laku yang sopan dan hati – hati, memberi komentar yang
jujur dan langsung terhadap pengalaman.
f. Pada umumnya suka tour dengan group yang berasal dari negaranya,
kadang – kadang menjadi masalah bila digabung dengan yang lain.
c). Inggris
a. Tertarik dengan kekhasan kebudayaan tradisional dan keindahan pantaai.
b. Bertingkah laku baik, sopan, dan cukup ramah namun tidak terbuka sperti
orang Eropa lainnya yang memiliki kebebasan yang tinggi.
c. Individualistis dan bebas, serta tidak suka tour bergroup, mereka lebih suka
travel sendiri.
d. Sangat berhati – hati dalam pengeluaran uang bisanya mereka tidak tinggal
di hotel – hotel mewah.
e. Pada umumnya orang Inggris adalah orang yang berdisiplin, tinggi hati,
terlalu individualistis, secara psikologis mereka angat peraya diri, dan
commit to user
d). Itali
a. Menyukai pola – pola budaya tradisional dan tempat yang romantis, seperti
pantai dan lambaian pohon palmnya.
b. Terbuka, suka bicara, romantis, ekspresif, dan agak cerewet.
c. Tidak begitu disiplin, kadang-kadang susah diatur namun mereka cepat
menyesuaikan diri dengan situasi setempat.
d. Menyenangi hotel dan tempat – tempat mewah serta dangat hati – hati
dalam hal menggunakan uang.
e. Memerlukan pemandu wisata yang mengerti bahasa Italia.
f. Pada umumnya orang Itaalia sangat terbuka, romantis, ramah, namun
kurang disiplin dengan tradisi historis yang kuat dalam hal apresiasi
terhadap karya seni.
e). Belanda
a. Memiliki hubungan historis yang erat dengan Indonesia,senang
mengunjungi tempat dimana mereka bekerja dan tinggal, dan daerah yang
telah mereka dengar
b. dari teman/famili atau yang pernah dipelajari dari sekolah.
c. Sangat tertarik akan pola – pola kebudayaan dan keindahan pantai serta
pemandangan, termasuk gaya pengembangan masa kini.
d. Cenderung menginginkan informasi yang jelas dan tepat , sebaliknya
mereka akan kecewa bila informasinya tidak jelas.
e. Ramah dan suka humor, tetapi biasanya mereka tidak jujur dan terbuka
commit to user
f. Memperhatikan kesehatandan kebersihan, terutama dalam hal makanan dan
minuman.
g. Secara keseluruhan orang Belanda adalah orang yang berdisiplin, mudah
diatur dengan informasi mengenai tempat – tempat wisata yang khusus
mengingat hubungan historis Belanda dengan Indonesia.
f). Amerika utara (USA dan Canada)
a. Senang dengan aspek – aspek yang mendetail dari suatu kebudayaan
speerti tari –tarian, upacara – upacara, sebaliknya tidak begitu tertarik
kapada pola – pola kebudayaan. Suka akan pemandangan alam yang indah
juga kepada pola – pola perkembangan masa kini.
b. Senang dengan hotel mewah dan pelayanan yang baik serta transportasi
yang nyaman .
c. Sangat memperhatikan kebersihan dan kesehatan terutama makanan dan
minuman.
d. Tidak suka perjalanan yang lama, mereka lebih menyukai perjalanan yang
singkat, dan bergerak cepat dan tepat.
e. Terbuka, jujur, dan langsung dalam berkomentar serta tanggap terhadap
pelayanan, dan fasilitas yang diperoleh.
f. Sopan santun dan bertingkah laku baik dan formal, tapi pada umumnya
mereka ramah.
g. Mudah diatur jika mereka menerima pelayanan dan fasilitas yang
commit to user
Secara keseluruhan orang Amerika kurang mendalami apresiasi budaya
dibandingka dengan orang Eropa. Mereka jujur, terbuka, ramah, namun sangat
menginginkan pelayanan dan fasilitas yang berkwalitas serta menyenangkan.
g). Australia
a. Suka dengan kebudayaan tradisional dan kegiatan di pedesaan, di pantai
(terutama anak muda), tetapi tidak tertarik mendalami kebudayaan karena
sudah tahu banyak tentang Indonesia.
d. Menerima dan suka dengan pelayanan serta fasilitas yang sederhana.
Secara keseluruhan mereka terbuka, ramah, tidak bertele-tele,dan
individualistis. Kadang – kadang mereka berbicara agak keras namun mudah
beradaptasi dan toleran terhadap berbagai situasi.
h). Jepang
a. Tidak begitu tertarik terhadap pola – pola kebudayaan dan pertunjukan
untuk wisatawan. Mereka ikut tour untuk melihat tempat sepintas saja, oleh
karena itu tour dan lama tinggal mereka sangat singkat.
b. Mereka senang tour bergroup, selalu mengikuti jadwal tour dan jarang
commit to user
c. Mereka mudah diatur dan disiplin, tetapi ribut/cerewet dan kasar terhadap
orang lain selain groupnya.
d. Lebih suka makanan Jepang, tetapi juga senang dengan makanan Eropa.
e. Suka membeli dengan barang – barang prosuksi lokal dan tidak suka
h. Suka akan kehidupan malam dan perempuan
i. Suka fotografi dan perlu wakktu khusus untuk itu dalam tour.
j. Tidak menuntut secara langsung (selalu bilang “ya) elama perjalanan,
tetapi akan komplin setelah tiba di negaraanya.
Secara keseluruhan orang Jepang disiplin, suka tour bergroup,
berkepribadian tertutup, tidak suka basa – basi, tetapi mudah diatur dalam group
mereka sendiri. Disamping itu mereka menginginkan pelayanan dan fasilitas yang
bermutu tinggi.
i). Singapura
a. Tertarik terutama terhadap atraksi alam dan pola perkembangan masa kini,
da minatnya sedikit terhadap kebudayaan.
b. Beberapa orang Singapura suka dengan perjudian dan kehidupan malam.
commit to user
d. Menerimaa pelayanan dan akomodasi yang sederhana, tidak begitu
memperhatikan maslah kesehatan dan kebersihan.
e. Sangat mudah diatur dalam perjalanan tour bergroup.
f. Mereka umumya sudah tahu tentang Indonesia.
Secara keseluruhan orang Singapura memiliki latar belakang etika China
juga pengaruh kuat dari Eropa, tidak terlalu menuntut masalah kwalitas
pelayanan, di samping itu wisatawan Singapura sangat suka berbelanja.
j). Malaysia
a. Amat tertarik dengan keindahan alam termasuk pantai – pantai dan pola
perkembangan masa kini. Tidak begitu berminat terhadap kebudayaan dan
kesenian.
b. Beberapa orang Malaysia memiliki hubungan keluarga dan suku dengan
orang Indonesia terutama Sumatra. Mereka datang untuk mengunjungi
teman, keluarga, serta tempat tinggal aslinya.
c. Kecuali yang mengunjungi tema dan keluarga, orang Malaysia senang
datang bergroup.
d. Menerima akomodasi yang sederhana dan makanan lokal.
e. Sangat mudah diatur tetapi tidak terlalu disiplin
f. Tidak begitu tertarik untuk berbelanja.
Secara umum ciri – ciri wisatawan Malaysia sama dengan Indonesia karena
ada ikatan suku.
2). Jenis kelamin, status perkawinan, tingkat sosial.
commit to user
a) Perajalanan yang dilakukan anak muda dewasa ini sudah umum termasuk di
Indoensia.
b) Biasanya mereka mengadakan perjalanan sendiri – sendiri, tinggal lebih lama,
dan menggunakan agen perjalanan untuk mengatur kunjungannya.
c) Sangat luwes dalam hal pelayanan dan fasilitas, biasanya mereka tinggal di
hotel murah serta makan di restoran yang muraa pula.
d) Kesenangan mereka bermaam – macam : beberapa tertarik kepada
kebudayaan, lainnya suka rekreasi, atau pemandangan alam.
e) Sering terlalu individualistis daal hal pakaian dan tingkah laku.
f) Kadang – kadang masalah timbul pada anak muda, orang – orang Indonesia
yang suka menirukan kebiasaan – kebiasaan yang tidak diinginkan yang
dilakukan oleh turis asing.
Kelompok Wisatawan Tua Dari kelas Menengah Yang Berpendidikan Baik:
a) Sangat tertarik untuk mempelajari kebudayaan dan lingkungan, banyak
bertanya tetapi mereka agak angkuh dengan pengetahuannya dan sangat sulit
untuk diatur.
b) Lebih luwes terhdap perubahan rencana tour dan dapat menguasai masalah.
c) Cenderung untuk bersosialisasi dan berbaur denga orang setempat (mereka
memiliki keahlian dalam bermasyarakat)
d) Memerlukan pelayanan dan fasilitas yang lebih dan khusus daripada
wisatawan muda.
Tidak ada korelasi yang penting antara kelompok sosial ekonomi dengan
commit to user
cenderung lebih hati – hati dalam mengeluarkan uang, sebaliknya orang yang
berpenghasilan rendah akan lebih bebas menggunakan uang dalam perjalanan.
Guru banyak menadakan perjalanan dan sering ingin mempelajari lebih rinnci
mengenai suatu daerah, yang kemudian dipakai suatu bahan pelajaran untuk murid
– muridnya. Hal ini memerlukan pemandu wisata yang baik, sebab mereka akan
kecewa jika informasinya salah. Rencana mengunjungi rumah penduduk sering
merupakan pendekatan yang baik bagi wisatawan yang serius ingin belajar
mengenai kebudayaandan daerah setempat.
(http://profil-wisatawan.blogspot.com/). Di akses pada 4 april 2011
3). Wisatawan kelompok dan wisatawan bebas
Dibedakan menjadi Wisatawan Kelompok, yaitu :
a) Wisatawan kelompok cenderung tidak menghusus, dan tidak berharap terlalu
banyak.
b) Hubungan agen perjalanan dengan group wisatawan lebih impersonal dan
setiap orang harus diperlakukan sama dalam hal pelayanan da fasilitas.Hal ini
kadang – kadang sulit untuk dilaksanakan.
Wisatawan Bebas, yaitu :
a) Menyediakan pola untuk hubungan personal dan ada kemungkinan agen
perjalanan menetapkan lebih khusu mengenai keinginan wisatawan.
b) Lebih mengkhusus kepaa keperluan wisatawan.
c) Mengharapkan kepentingan – kepantingan khususnya tersediaLebih mudah
commit to user
4). Wisatawan konfensi dan konfrensi
Wisatawan dalam kelompok ini dapat di bedakan :
a) Mebentuk perluasan komponen pasar travel secara pesat.
b) Biasanya memiliki keperluan khusus ang berhubungan dengan
konfrensi/konvensi
c) Sering menginginkan tour yang khusus yang disusun sebagai bagian dari
konfrensi/konvensi.
d) Memiliki keperluan umum yang sama seperti wisatawan lainnya.
(http://profil-wisatawan.blogspot.com)
12. Karakteristik Wisatawan
1) Trip Descriptor
Wisatawan dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan jenis
perjalanan yang dilakukannya. Secara umum jenis perjalanan dibedakan menjadi :
perjalanan rekreasi, mengunjungi teman/keluarga (VFR = visiting friends and
relatives), perjalanan bisnis dan kelompok perjalanan lainnya (Seaton & Bennet, 1996). Smith (1995) menambahkan jenis perjalanan untuk kesehatan dan
keagamaan di luar kelompok lainnya. Lebih lanjut jenis-jenis perjalanan ini juga
dapat dibedakan lagi berdasarkan lama perjalanan, jarak yang ditempuh, waktu
melakukan perjalanan tersebut, jenis akomodasi atau transportasi yang digunakan
dalam perjalanan, pengorganisasian perjalanan, besar pengeluaran dan lain-lain.
kepentingan analisis pariwisata, perencanaan dan pemasaran, karena
sangat jelas definisinya dan relatif mudah pembagiannya (Kotler, 1996). Yang
commit to user
umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas sosial, ukuran
keluarga atau jumlah anggota keluarga dan lain-lain yang dielaborasi dari
karakteristik tersebut.
Karakteristik sosio-demografis juga berkaitan satu dengan yang lain secara
tidak langsung. Misalnya tingkat pendidikan seseorang dengan pekerjaan dan
tingkat pendapatannya, serta usia dengan status perkawinan dan ukuran keluarga.
Pembagian wisatawan berdasarkan karakteristik sosio-demografis ini paling nyata
kaitannya dengan pola berwisata mereka. Jenis kelamin maupun kelompok umur
misalnya berkaitan dengan pilihan jenis wisata yang dilakukan (Seaton & Bennet,
1996). Jenis pekerjaan seseorang maupun tipe keluarga akan berpengaruh pada
waktu luang yang dimiliki orang tersebut, dan lebih lanjut pada “kemampuan”nya
berwisata.
Selain karakteristik sosio-demografis, karakteristik lain yang biasa
digunakan dalam mengelompokkan wisatawan adalah karakteristik geografis,
psikografis dan tingkah laku (behavior) (Smith, 1995).
b. Karakteristik geografis
Karakteristik geografis membagi wisatawan berdasarkan lokasi tempat tinggalnya,
biasanya dibedakan menjadi desa-kota, propinsi, maupun negara asalnya.
Pembagian ini lebih lanjut dapat pula dikelompokkan berdasarkan ukuran (size)
kota tempat tinggal (kota kecil, menengah, besar/metropolitan), kepadatan
commit to user
30 BAB II
Perkembangan Pariwisata Jakarta Selatan
A. Gambaran Umum Pariwisata Jakarta Selatan
Jakarta Selatan adalah nama sebuah kota administrasi di sebelah selatan
Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Jakarta Selatan adalah salah satu dari lima kota
administrasi dan satu kabupaten administrasi DKI.Jakarta Selatan adalah kota
administrasi yang paling kaya dibandingkan dengan wilayah lainnya, dengan
banyaknya perumahan warga kelas menengah ke atas dan tempat pusat bisnis
utama. Wilayah Jakarta Selatan secara administratif, wilayah ini terbagi menjadi
10 Kecamatan dan 65 Kelurahan dengan luas keseluruhan mencapai, 145,73 Km2.
Bagian dari wilayah Jakarta Selatan ini pada masa awal kemerdekaan
direncanakan sebagai Kota Satelit (Kebayoran Baru), konsep dengan alusi oriental
yang ditandai dengan empat jalan utama yang menyebar dari satu pusat persis ke
empat penjuru dan mengintegrasikan rumah-rumah besar dengan rumah-rumah
kecil di dalam setiap blok: yang besar di luar, di tepi jalan besar, yang lebih kecil
di dalam, mengelilingi taman lingkungan itu kini mulai penuh sesak. Selain itu,
bagian wilayah ini juga menjadi penyangga air tanah ibukota yang nasibnya kini
mengenaskan karena banyaknya bangunan dan mulai menyurutnya ruang-ruang
terbuka hijau. Selain itu, kawasan selatan ini juga mulai tumbuh sebagai pusat
perbelanjaan, di samping perumahan yang banyak diminati warga
commit to user
Dengan lahirnya Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1b3/1/1/66
dimana penataan wilayah administratif Pemerintah Kotapraja Jakarta terbagi
menjadi 5 wilayah kota dan juga merupakan dasar terbentuknya Wilayah
Administrasi Kotamadya Jakarta Selatan, maka hal ini juga tentunya
membutuhkan lokasi perkantoran sendiri yang lebih memadai. Sebelum
Keputusan Gubernur itu diberlakukan, di Jakarta Selatan terdapat Kantor
Pemerintahan Kotabaru Kebayoran Baru yang beralamat di Jl. Hang Lekir I No.5,
yang dikepalai oleh seorang Kepala Kantor dan berada langsung di bawah Urusan
Pemerintahan Umum (UPU) Departemen Dalam Negeri dimana pejabatnya diberi
kedudukan setingkat Wedana. Kepala Kantor Pemerintahan Kotabaru Kebayoran
Baru tersebut dijabat oleh Almarhum Bapak H. Mochtar Zakaria, SH dengan
Almarhum Bapak H. M. A. Adiwidjaya sebagai Asisten Wedana. Pada masa
jabatan beliau, lokasi ke kantor baru di Jl. Radio V Kelurahan Kramat Pela Kantor
di Jl. Radio V Kelurahan Kramat Pela inilah yang menjadi cikal bakal Kantor
Wilayah Administrasi Kotamadya Jakarta Selatan, sesuai dengaan Keputusan
Gubernur tersebut di atas. Bangunan kantor dibangun pada pertengahan tahun
1964 di atas tanah negara (eks. PCK) seluas 3000 m2. Namun karena keadaan
situasi politik dalam negeri saat itu tidak menentu akibat adanya peristiwa
G30S/PKI, maka penggunaan kantor tersebut baru dimulai tahun 1966. Pada saat
itu, Struktur Pemerintahannya terdiri dari empat Direktorat ditambah dengan
Kantor Sosial, BPN, Kantor Statistik dan kantor lainnya dengan jumlah perkiraan
pegawai sekitar 1.000 orang pada tahun 1971. Sudah pasti, DKI Jakarta pada
commit to user
penduduk yang pesat. Guna menunjang peningkatan pelayanan kepada
masyarakat maka dibutuhkan bangunan kantor yang lebih representatif, sehingga
dapat menunjang kelancaran tugas-tugas di bidang Pemerintahan, Pembangunan,
Kemasyarakatan dan Ketertiban Umum. Pada tahun 1969 dimulailah pelaksanaan
pembangunan fisik Kantor Wilayah Administrasi Kotamadya Jakarta Selatan di Jl.
Trunojoyo yang berdekatan dengan bunderan CSW (Centrale Stiching
Wederopbouw) atau di bekas Kantor Jawatan Pekerjaan Umum Kotapraja Jakarta.
Arel dengaan luas tanah ± 2 Ha tersebut termasuk Gedung ASEAN dan Kantor
Cipta Karya sekarang yang saat itu digunakan untuk penampungan truk-truk,
mesin gilas, alat-alat berat, material, batu-batuan, aspal dan tempat tinggal
pegawai Golongan I (tenaga PLUGH/Juru Karya). Bangunan pertama gedung
Kantor Walikotamadya di Jl. Trunojoyo No. 1 dibangun semasa jabatan
Walikotamadya Almarhum Bapak H. Moch. Kahfi, yaitu Blok IV berlantai 5.
Bangunan tersebut mulai ditempati sejak tahun 1972 dengan jumlah pegawai saat
itu 1.161 orang. Sedangkan keseluruhan jumlah pegawai adalah 3.406 orang,
termasuk pegawai kecamatan dan kelurahan.
.(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april 2011. Tahun 1987, saat walikotamadya dijabat Bapak H. Muchtar Zakaria, SH,
berhasil dibangun Blok V yang berlantai 8. Jumlah unit organisasi yang ada saat
itu berjumlah 22 unit dengan jumlah pegawai 1.787 orang. Jumlah pegawai 4.420
orang, termasuk pegawai kecamatan dan kelurahan. Pada tahap selanjutnya,
pembangunan blok-blok lainnya dilakukaan secara bertahap. Hingga kini, gedung
commit to user
Administrasi berubaah di tahun 1991 menjadi Kantor Walikotamadya Jakarta
Selatan. .(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april
2011.
B. Keadaan Geografis Wilayah Jakarta Selatan
Secara Geografis Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan terletak pada
koordinat 06 15’ 40,73” Lintang Selatan dan 106 45’ 0,00” Bujur Timur, berada
pada ketinggian 26,2 meter di atas permukaan laut, dengan luas Wilayah 145,73
Km2. Jakarta Selatan bercirikan daerah yang beriklim Khas Tropis dengan
temperatur udara sekitar 27,5o Celcius dan kelembaban udara rata-rata 80 persen.
Curah hujan mencapai ketinggian 2.394,6 mm / tahun rata-rata sekitar 199,5 mm
per hari, yang terjadi selama 210 hari dalam setahun.
Letak wilayah
Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Jakarta Pusat dan Jakarta Barat
Sebelah Timur : Kali Ciliwung (Kotamadya Jakarta Timur)
Sebelah Selatan : Kotamadya Depok
Sebelah Barat : Kabupaten Tangerang
Lambang Kota Jakarta berbentuk perisai lima. Di lima perisai terlukis
pintu gerbang dengan dasar biru ditengah-tengah berdiri Monumen Nasional
warna putih yang dilingkari padi dan kapas yang dibawahnya terlukis ombak laut
lambang kota Pelabuhan dan Negara Kepulauan. Di atas pintu gerbang terkis
sloka JAYA RAYA atau sloka selora semangat segala kegiatan Jakarta sebagai
commit to user
Gubernur KDKI Jakarta No. 1422/1997 Lambang Kotamadya Jakarta Selatan
berbentuk perisai lima didalamnya terlukis pohon Rambutan dan buah Rambutan
Rapiah (Flora) serta burung Gelatik (Fauna) yang mengandung arti alam
lingkungan yang hijau dan teduh yang melambangkan persatuan, kekuatan dan
ketenangan serta kebersamaan.
(http://jakarta.co.cc/search/letak +geografis+jakartaselatan/). Diakses pada 10 april 2011.
C. Obyek dan Daya Tarik Wisata di Wilayah Jakarta Selatan
Patung Selamat Datang merupakan hasil karya Edhi Soenarso dibangun di
jantung Kota Jakarta di depan Hotel Indonesia dan Patung Dirgantara di depan
Markas Besar Angkatan Udara di Jalan Gatot Subroto Jakarta, pemilihan lokasi
didepan MBAU ini karena letaknya yang strategis sebagai pintu gerbang Jakarta
Selatan, dari Bandara Halim Perdanakusuma dan kawasan Pasar Minggu. Ide
pembuatan patung ini dicetuskan oleh Bung Karno, patung ini menggambarkan
manusia angkasa, maksud dari pembangunan patung ini adalah untuk memberikan
gambaran semangat keberanian menjelajah angkasa. Filosofi Patung Dirgantara
adalah melambangkan keberanian, kesatriaan dalam hal kedirgantaraan, tinggi
patung 11 meter, kaki patung 27 meter dikerjakan PN Hutama Karya, Ir. Sutami
sebagai arsitektur pelaksana. Berat patung 1 ton dikerjakan oleh tim pematung
keluarga arca Yogyakarta pimpinan Edhi Soenarso, penyelasaian pemasangan
Patung Dirgantara mengalami keterlambatan disebabkan suasana politik antara
Kudeta GESTAPU/PKI. Bung Karno selekas mungkin ingin membuktikan
commit to user
pemasangan patung, pemasangan ditunggu sendiri oleh Bung Karno akhirnya
selesai dipasang pada akhir tahun 1966.
.(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april 2011. Patung Selamat Datang dibuat Edhi Soenarso menjelang penyelenggaraan
Asia Games ke IV di Jakarta pada tahun1962, penggambaran sepasang
muda-mudi yang membawa bunga pra desainnya disiapkan Henk Ngantuk sebagai wakil
Gubernur Daerah Khusus Ibu kota Jakarta pada masa itu dan dipasang di depan
Hotel Indonesai tempat menginapnya para Atlit (olah ragawan). Selain itu terdapat
Patung Pembebasan Irian Barat Patung ini mengingatkan sebuah legenda tentang
seorang Ibu yang mengantarkan anak laki-lakinya yang berangkat ke medan
perang. Pemahat patung Metvei Manizer dan anak Otto Manizer dari Unisoviet
datang ke Indonesia melalui undangan Bung Karno, ketika itu Bung Karno ingin
membuat sebuah Patung Pembebasan Irian Barat. Patung tersebut dibuat di Uni
Soviet dari bahan perunggu, setelah selesai dikirim ke Jakarta dengan kapal laut,
patung pembebasan Irian Barat diresmikan pada tahun 1963 oleh Ir. Soekarno.
Selain itu Jakarta Selatan juga memiliki sejumlah obyek wisata yang berpotensial
untuk dikembangkan. .
(http://wikipedia.org/wiki/profiljakartaselatan). Diakses pada 10 april 2011. Adapun potensi obyek wisata tersebut adalah sebagai berikut :
a. Taman Anggrek Ragunan
Taman anggrek Ragunan (TAR) merupakan aset Pemda DKI Jakarta
dengan luas lahan sekitar 5 ha, dikelola oleh Dinas Pertanian DKI Jakarta.
commit to user
tempat wisata, tempat berlangsungnya aktivitas agribisnis tanaman anggrek baik
dalam bentuk tanaman maupun bunga potong, dan sebagai sarana untuk
mempelajari seluk beluk pemeliharaan anggrek TAR dibagi menjadi 42 kavling
yang dimanfaatkan untuk budidaya, pembibitan tanaman anggrek dan bunga
potong. Disamping itu, dilengkapi pula dengan kios sarana produksi dan kantor
pemasaran. Kavling-kavling anggrek tersebut dikelola oleh para petani anggrek
yang tergabung dalam koperasi. Jenis-jenis anggrek yang diusahakan oleh para
petani antara lain jenis Dendrobium, Orcidium, Arachnis, Phalaenopsis, serta
tanaman hias penunjang lainnya.
Layanan informasi: 021-7824061
b. Balai Benih Ikan Ciganjur
Balai Benih Ikan Ciganjur merupakan lahan milik Pemda DKI Jakarta
dengan luas lebih dari 10 ha. Balai ini dikelola oleh Dinas Perikanan yang
kegiatannya, antara lain: pembenihan ikan, pemeliharaan ikan dan secara berkala
diadakan atraksi lomba memancing. Selain itu, sebagian lahan ini juga
dimanfaatkan oleh para petani ikan yang mengusahakan ikan konsumsi dan ikan
hias. Produksi balai benih ikan tidak hanya melayani pembeli lokal, tetapi juga
melayani pembeli yang berasal dari luar kota Jakarta. Pengunjung yang datang
dapat membeli ikan konsumsi dan ikan hias.
Layanan informasi: 021-7864180
c. Taman Margasatwa Ragunan
Adalah Kebun Binatang milik Pemerintah DKI Jakarta yang berdiri di atas
commit to user
lebih kurang 3.200 ekor. Pada saat ini masih dalam tahap proses penataan dan
pembangunan untuk terwujudnya Kebun Binatang yang baik sebagai sarana
rekreasi, pendidikan, penelitian, dan konservasi fauna dan flora. Berikut sekilas
informasi tentang sejaran keberadaan Kebun Binatang di Jakarta, antara lain: (a)
Tahun 1864, Raden Saleh, seorang pelukis Indonesia ternama menghibahkan
sebidang tanah seluas 10 hektar di kawasan Cikini kepada pemerintah. Oleh
Pemerintah Belanda digunakan sebagai "Lembaga untuk Tanaman dan Satwa";
(b) Tahun 1949, Nama Lembaga untuk Tanaman dan Satwa diganti menjadi
"Kebun Binatang Cikini"; (c) Tahun 1964, Dengan makin berkembangnya kota
Jakarta, Pemerintah Daerah memindahkan Kebun Binatang Cikini ke kawasan
Ragunan Pasar Minggu, dengan nama "Taman Margasatwa Jakarta"; (d) Tahun
1974, Nama Taman Margasatwa Jakarta berubah menjadi "Kebun Binatang
Ragunan". Sejak saat itu secara bertahap dilakukan penataan dan perluasan,
sejalan dengan peran dan fungsi Kebun Binatang; (e) Tahun 1998, Berdasarkan
Perda No.13 Tahun 1998 nama "Kebun Binatang Ragunan" berubah namanya
menjadi "Taman Margasatwa Ragunan"
commit to user
waktu mendatang Situ Babakan direncanakan akan dikembangkan dan dikelola
sebagai obyek wisata.
e. Pergelaran Kesenian Betawi
Perkampungan Budaya Betawi (PBB) di Kelurahan Srengseng Sawah,
Jagakarsa, Jakarta Selatan, merupakan pusat kebudayaan Betawi juga didukung
keberadaan dua situ yakni Situ Babakan dan Situ Mangga Bolong. Selain untuk
melestarikan Budaya Betawi dan sekaligus berupaya untuk menjadikan daya tarik
wisata budaya juga menampilkan berbagai atraksi seni budaya khas Betawi
sekaligus mempromosikan PBB Setu Babakan sebagai pusat aktivitas seniman
Betawi.
Layanan Informasi: +62 21-7250106, 7228134
f. Atraksi Ekowisata Jakarta Selatan
Ekowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan
lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan
sosial budaya ekonomi.
Layanan Informasi: +62 21-7250106, 7228134
g. Festival Makanan Nusantara
Festival Makanan Nusantara adalah acara yang paling dinantikan oleh
masyarakat Jakarta. Sebagai sarana promosi untuk lebih mengenal makanan
nusantara, juga promosi pariwisata Jakarta. Datang kemudian nikmati lezatnya
hidangan aneka makanan nusantara dalam acara festival makanan yang di
Selenggarakan oleh Suku Dinas Pariwisata Kota Administratif Jakarta Selatan.
commit to user
D. Selayang Pandang Museum Layang-layang Indonesia
Layang layang yang acap mengindahkan langit, ternyata tak cuma sekedar
sebuah permainan. Lebih dari itu permainan yang sudah berumur ribuan tahun ini
juga dijadikan ritual adat hingga alat perang di berbagai daerah dan negara,
bahkan menjadi sumber mata pencaharian. Letaknya yang tersembunyi di sebuah
jalan di kawasan Pondok Labu , Jakarta Selatan Museum ini nyaris tak
terpublikasi seperti layaknya museum lainnya. Pada 2003 Endang menjadikan
rumahnya di Pondok Labu, Jakarta Selatan, sebagai museum layang-layang
setelah memperluas lahannya menjadi 4.600 m2 dari semula 1.100 m2. Atap dan
tiang bangunannya bergaya Jawa terbuat dari kayu berumur 146 tahun,
didatangkan dari Trowulan, Mojokerto (Jawa Timur).
(http://rumahtata-museumlayang.blogspot.com).Diakses pada 10 april 2011. Pintu gerbang museum dibangun dengan gaya Bali. Megah dan besar.
Bangunan utama yaitu museum layang-layang itu berbentuk pendopo yang juga
commit to user
lahan seluas 3000 m2, terdiri dua bangunan yaitu Ruang Pendopo dan ruang
pameran. Bangunan pendoponya sendiri diangkut langsung dari Mojokerto. Dari
kedua bangunan ini dipamerkan sekitar 150 layang-layang dari 500 koleksi dan
setiap bulannya diganti dengan koleksi yang lain. Museum ini memiliki beberapa
ruangan yang terdiri dari museum utama, ruang sinema, café, serta galeri. Saat
memasuki bangunan yang fondasi arsitekturnya didominasi batu bata merah ini,
akan disambut dengan suasana yang teduh dan asri berikut keramahan penjaga
museum. Ada beragam kegiatan yang bisa kita lakukan selama kunjungan selain
berkeliling atau observasi, yaitu belajar melukis, membuat keramik, membatik,
bahkan berenang di kolam yang disediakan untuk umum. Selain itu, dalam
program berdurasi kurang lebih 60 menit, disediakan juga kegiatan seperti
menonton film pendek mengenai sejarah dan keunikan permainan layang-layang,
tur keliling museum yang didampingi oleh pemandu, serta workshop tentang
bagaimana membuat dan melukis layang-layang.
Di dalam museum terdapat layang-layang dari berbagai daerah di
Indonesia dan dari mancanegara. Bentuk dan ukurannya pun beranekaragam. Ada
yang terbuat dari bulu-bulu, daun-daun, kain, anyaman dll. Disini juga terdapat
berbagai bentuk Layang-layang, seperti Kereta Kuda, Naga, bentuk boneka dan
masih banyak lagi. Selain itu, ukurannya juga variatif, mulai dari yang berukuran
2×2 cm berasal dari China hingga berukuran 22×24 meter yang berasal dari
Jepang. Disamping mengkoleksi Layang-layang dari dalam dan luar negeri,
Layang-commit to user
layang dan menerima pesanan khusus. Hingga kini jumlah koleksinya kurang
lebih 400 buah dan dipajang diluar dan dalam Museum.
(http://rumahtata-museumlayang.blogspot.com). Diakses pada 12 april 2011.
1. Sejarah berdirinya Museum Layang-layang Indonesia
Perkembangan layang-layang di Indonesia cenderung mengarah kepada
bentuk modern yang memungkinkan akan berdampak kepada hilangnya ciri
layang-layang tradisional Indonesia. Sementara perkembangan layang-layang di
dunia mengarah kepada bentuk dan motif yang artistik serta mengarah kepada
pemanfaatan layang-layang di bidang teknologi. Mengacu pada hal tersebut
sekelompok pencinta layang-layang yang tergabung dalam Merindo Kites &
Gallery mencoba untuk mengangkat dan melestarikan salah satu khazanah budaya
dan memperkenalkan seni dan teknologi layang-layang dengan mendirikan
Museum Layang-layang Indonesia. Layang-layang sebuah benda klasik yang ada
hampir di seluruh pelosok dunia dan masih jaya hingga sekarang. Berbagai
festival internasional dilaksanakan setiap tahun dan selalu menjadi acara yang
menarik. Pada tahun 2010 festival layang-layang yang diikuti oleh 42 negara
dilaksanakan di kawasan Pantai Karnaval Ancol, sekaligus dalam rangka
merayakan HUT Jakarta yang ke-483. Museum layang-layang Indonesia
merupakan museum ketiga di dunia setelah Cina dan Malaysia. Pendiri Museum
Layang-layang Indonesia adalah Ibu Endang W. Puspoyo. seorang pakar
kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985 istri mantan
Kabulog, Wijanarko Puspoyo yang diresmikan, 21 Maret 2003 oleh Menteri
commit to user
Kamang No.38, Pondok Labu, Jakarta Selatan. (Dimyati,Edi.Panduan sang
petualang(47 museum jakarta),2010,p.30)
Sejak hampir 2,800 tahun lalu, layang-layang telah digunakan oleh Cina.
Layang-layang telah menjadi simbol dalam upacara sakral di berbagai wilayah.
Indonesia termasuk salah satu negara yang cukup kental dengan layang-layang,
keanekaragaman budayanya membuat layang-layang Indonesia beranekaragam
pula, sangat erat kaitannya dengan budaya daerah masing-masing, baik dalam hal
bentuk, penggunaan, maupun makna yang melekat. Demikianlah layang-layang
telah menjadi benda seni dan budaya yang khas bagi masing-masing negara.
Keinginan untuk melestarikan seni dan budaya inilah serta kecintaannya akan
layang-layang membuat Ibu Endang W. Puspoyo untuk mendirikan museum
layang-layang di area rumahnya.
Awal Mulanya ahli kecantikan dan dekorasi ini hanya melihat
layang-layang sebagai elemen dekorasi, la membeli sebuah di AS pada 1970-an dan
memajangnya di rumah. Tak disangka seorang Belanda menyukai dan
membayarnya. Sejak itu hobi layang-layang pun dimulai. Hobi itu berkembang
setelah ia mendirikan sebuah event organizer yang banyak menggarap kegiatan
luar ruang. Event itu adalah festival layang-layang. Ternyata efektif dan banyak
diminati. Melalui Merindo Kites & Gallery yang didirikannya pada 1988, tawaran
dari developer untuk menggelar festival layang-layang pun mengalir, baik
nasional maupun internasional. Festival layang-layang internasional pertama
beliau diadakan di BSD pada 1993. Beliau mempelajari secara otodidak seluk
commit to user
satu layang kreasinya meraih kategori desain terbaik di festival
layang-layang internasional Wei Fang (Cina). la juga rajin berkeliling ke berbagai
sekolah lokal dan intemasional untuk mempopulerkan layang-layang. Ibu yang
juga berprofesi sebagai ahli kecantikan ini telah berkeliling ke 10 propinsi di
Indonesia selama 2 tahun terakhir untuk memberikan pelatihan tentang layang –
layang dengan sertifikasi 100 jam belajar. Selain ke berbagai daerah ia juga sering
dipanggil untuk mengajar ketrampilan membuat layang–layang bagi siswa - siswi
di berbagai sekolah internasional di Jakarta seperti Britis Internasional School,
Jakarta Internasional School, German, Korea, Gandhi dan masih banyak lagi. (Dimyati,Edi.Panduan sang petualang(47 museum jakarta),2010,p.33)
2. Seluk beluk dan koleksi museum Layang-layang
Ada banyak sebutan untuk layang-layang ini seperti “layangan” atau
“wau” (sebutan di sebagian wilayah Semenanjung Malaya) . Dikenal luas di
seluruh dunia sebagai alat permainan, layang-layang diketahui juga memiliki
fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian
ilmiah, serta media energi alternatif. Layang-layang dibuat dan dirancang untuk
yang pertama kalinya oleh nenek moyang bangsa Tionghoa pada zaman kuno.
Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen
dari Cina sekitar 2500 Sebelum Masehi. Penemuan sebuah lukisan gua di Pulau
Muna Sulawesi Tenggara. pada awal abad ke-21 yang memberikan kesan orang
bermain layang-layang menimbulkan spekulasi mengenai tradisi yang berumur
lebih dari itu di kawasan Nusantara. Diduga terjadi perkembangan yang saling