• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Luas Areal Penelitian

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan pada areal kerja Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Wirakarya Sakti yang secara administrasi pemerintahan terletak di Provinsi Jambi dan meliputi lima kabupaten yaitu ; Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Tebo. Gambaran lokasi penelitian pada areal kerja Hutan Tanaman Industri PT. Wirakarya Sakti berdasarkan letak geografi, letak administrasi pemerintahan serta batas-batas wilayah pada setiap distrik disajikan pada Gambar 9.

Letak Berdasarkan Geografis

Lokasi areal kerja HTI PT. Wirakarya Sakti tidak terletak pada suatu hamparan lokasi, akan tetapi tersebar mengikuti batas-batas kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu pada kawasan hutan dengan status Hutan Produksi ataupun Hutan Produksi Terbatas.

Posisi areal kerja PT. Wirakarya Sakti yang menjadi wilayah penelitian terletak di Provinsi Jambi. Provinsi Jambi sendiri memiliki batas-batas yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau dan Selat Berhala, Sebelah Timur dengan Selat Berhala dan Provinsi Sumatera Selatan, Sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Bengkulu serta Sebelah Barat dengan Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan berdasarkan kelompok hutannya, areal kerja PT. Wirakarya Sakti termasuk dalam cakupan beberapa kelompok hutan, yaitu : Sungai Dendang, Sungai Air Hitam, Sungai Danau Bangko, Sungai Singoan, Sungai Lagan, Sungai Mendahara, Sungai Pangkal Duri Besar, Sungai Betara, Sungai Tapah, Sungai Pengabuan, Sungai Saren, Sungai Bram Hitam, Sungai Simpang Kanan, Sungai Lumahan, Sungai Limburan, Sungai Merlung, Sungai Benanak, Sungai Rengas, Sungai Belimbing, Sungai Emparing, Sungai Kilis, Sungai Mengupeh, Sungai Rotan dan Sungai Air Keruh serta kelompok hutan Sungai Batanghari.

36

Areal Kerja HTI PT. Wirakarya Sakti dibagi berdasarkan distrik, yaitu unit pengelolaan yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan antara lain : luas kawasan hutan yang dikelola, ketersediaan sarana, prasarana dan personil, keterkaitan dengan batas-batas wilayah administrasi pemerintahan serta berdasarkan potensi dan permasalahan yang dihadapi pada wilayah pemangkuan. Areal Kerja PT. Wirakarya Sakti dibagi menjadi 8 (delapan) distrik, yaitu Distrik I sampai dengan Distrik VIII. Adapun batas-batas di lapangan disajikan seperti pada Tabel 2.

Tabel 2 Batas-batas Lapangan setiap Distrik di HTI PT. Wirakarya Sakti

Letak Berdasarkan Administrasi

Secara administrasi pemerintahan, areal kerja PT. Wirakarya Sakti yang terletak di Provinsi Jambi meliputi 5 (lima) kabupaten, yaitu : Kabupaten Tanjab Barat; meliputi Kecamatan Tungkal Ulu, Tungkal Ilir, Betara, Merlung dan Pengabuan. Kabupaten Tanjab Timur; meliputi Kecamatan Mendahara dan Dendang. Kabupaten Batanghari; meliputi Kecamatan Maro Sebo Ulu, Maro Sebo Ilir, Pemayung dan Mersam. Kabupaten Muaro Jambi; meliputi Kecamatan Marosebo, Kumpeh dan Sekernan serta Kabupaten Tebo; meliputi Kecamatan Tebo Tengah dan Tebo Ilir.

Distrik Batas Utara Batas Timur Batas Selatan Batas Barat

I - Hutan Lindung Gambut - Lahan Masyarakat - PT. Rimba Hutani Mas - Transmigrasi Tj. Tayas

- PT. Rejeki Karo Seb - PT. Pradira Mahajana - Lahan Masyarakat

- Jalan / Distrik II - PT. Rudi Agung Laksana - Transmigrasi Purwodadi

II - Lahan Masyarakat - PT. Pelangi S. Siak - PT. Batanghari Sawit - Lahan Masyarakat

Sejahtera - Jalan / Distrik I

III - PT. Brahma Bima Sakti - PT. Kirana Sekernan - PT. Brahma Bima Sakti - PT. Rimba Hutani Mas

- PT. Cipta Prasasti L - Lahan Masyarakat - PT. Inti Indosawit Subur

- Lahan Masyarakat

IV - PT. Inti Indosawit Subur - Distrik III - PT. Loka Rahayu - Distrik VIII

- PT. Imperial GB

V - Wilayah Prov. Riau - Lahan Masyarakat - PT. Aneka MK - Wilayah Prov. Riau

- PT. Wana Teladan - PT. Rimba Hutani Mas

VI - Lahan Masyarakat - Lahan Masyarakat - Hutan Lindung Gambut - Lahan Masyarakat

- PT. Agrowiyana

VII - Hutan Lindung Gambut - PT. Kasuari Unggul - PT. Sanubari Megah - Lahan Masyarakat

- PT. Kasuari Unggul - Hutan Lindung Gambut Perkasa

VIII - Hutan Lindung Bukit - Distrik IV - PT. Gatra K. Paseban - PT. Dalek Esa Raya

Tigapuluh - PT. Sawit Jambi Lestari

- PT. Hatma Hutani - PT. Scona Persada I, II

- Lahan Masyarakat - PT. Tunjuk Langit Semesta

- PT. SAD Mitra Wiyasa

Sedangkan sebaran kecamatan dan desa/kelurahan pada setiap distrik di areal kerja PT. Wirakarya Sakti, diuraikan sebagai berikut :

1. Wilayah Distrik I terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu di Kecamatan Tungkal Ulu, Tungkal Ilir, Merlung, Pengabuan dan Kecamatan Betara, serta Kabupaten Muaro Jambi di Kecamatan Sekernan. Jumlah desa yang ada disekitar distrik ini kurang lebih 8 desa.

2. Wilayah Distrik II terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu di Kecamatan Betara, serta Kabupaten Tanjung Jabung Timur yaitu di Kecamatan Mendahara. Jumlah desa yang ada disekitarnya ada 8 desa.

3. Wilayah Distrik III terletak di Kabupaten Batanghari yaitu di Kecamatan Pemayung dan Kecamatan Marosebo Ilir, dan Kabupaten Muaro Jambi di Kecamatan Sekernan serta Kabupaten Tanjung Jabung Barat di Kecamatan Merlung. Jumlah desa yang ada meliputi 18 desa.

4. Wilayah Distrik IV berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu di Kecamatan Merlung dan Kabupaten Batanghari di Kecamatan Marosebo Ulu, Pemayung, Mersam dan Kecamatan Marosebo Ilir, jumlah desa yang ada di sekitarnya sebanyak 23 desa.

5. Distrik V dan VI seluruhnya berada di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Distrik V terletak di Kecamatan Tungkal Ulu dan Kecamatan Pengabuan dan terdapat kurang lebih 12 desa yang ada disekitarnya. Sementara Distrik VI juga termasuk dalam daerah Kecamatan Tungkal Ulu dan Kecamatan Pengabuan dengan 7 desa di sekitarnya.

6. Areal distrik VII terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur yaitu di Kecamatan Mendahara dan Dendang, dan Kabupaten Muaro Jambi di Kecamatan Marosebo dan Kumpeh. Ada sekitar 13 desa yang tersebar di sekitar distrik VII.

7. Distrik VIII terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu di Kecamatan Merlung, dan Kabupaten Tebo yaitu di Kecamatan Tengah Ilir dan Tebo Ilir serta Kabupaten Batanghari di Kecamatan Marosebo Ulu dan Mersam. Jumlah desa yang ada di sekitar distrik ini terdapat 7 desa.

Gambaran sebaran desa/kelurahan dan kecamatan pada setiap kabupaten disajikan pada Gambar 10.

Luas Areal Kerja

Pada awalnya luas areal kerja PT. Wirakarya Sakti adalah ± 78.240 Ha sesuai SK.Menhut No. 744/Kpts-II/1996 Tanggal 25 Nopember 1996, kemudian mendapatkan tambahan areal berdasarkan SK.Menhut No. 64/Kpts-II/2001 Tanggal 25 Maret 2001 dengan luas areal menjadi ± 191.130 Ha, selanjutnya berdasarkan SK.Menhut No. 228/Kpts-II/2004 Tanggal 9 Juli 2004 mendapat tambahan areal kembali sehingga mencakup luasan ± 233.251 Ha dan terakhir sesuai SK. Menhut No. 346/Menhut-II/2004, tanggal 10 September 2004, tentang perubahan Ketiga atas Keputusan Menteri Kehutanan No. 744/Kpts-II/1996 tanggal 25 Nopember 1996 tentang Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri atas areal hutan seluas ± 78.240 Ha di Provinsi Daerah Tingkat I Jambi kepada PT. Wirakarya Sakti, luas areal kerja PT. Wirakarya Sakti mencapai luasan sekitar 293.812 Ha. Selanjutnya areal yang dapat dikerjakan dibagi menjadi 8 (delapan) unit pengelolaan/wilayah kerja/distrik. Ringkasan luasan areal kerja PT. Wirakarya Sakti disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Luas Areal Kerja HTI PT. Wirakarya Sakti No Distrik Luas Areal (Ha)

Menurut SK**

Luas Areal (Ha)

Menurut SIG Keterangan 1 Distrik I 46.445 48.863 * Penyesuaian dengan

2 Distrik II 39.972 35.405 Batas Propinsi

3 Distrik III 47.313 42.354 **SK Menhut 346/Kpts

4 Distrik IV 33.498 34.604 /II/2004 5 Distrik V 33.425 37.967 6 Distrik VI 21.826 21.618 7 Distrik VII 23.993 32.548 8 Dstrik VIII 47.330 52.842 Jumlah 293.812* 306.201*

Sumber : PT. Wirakarya Sakti

Kondisi Biofisik Lokasi

Iklim

Kondisi iklim wilayah kerja PT. Wirakarya Sakti dan sekitarnya diprediksi dengan data hasil catatan stasiun pengamat cuaca milik instansi pemerintah serta data hasil catatan PT. Wirakarya Sakti secara internal. Stasiun pengamat cuaca milik instansi pemerintah yang terkait adalah sebagai berikut :

40

- Stasiun Meteorologi Bandar Udara Sultan Thaha.

- Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus/SPMK Lubuk Ruso, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari.

- Pos Hujan Kuala Mendahara, Kecamatan Mendahara, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

- Pos Hujan Pulau Tamiang, Kecamatan Tebo Ulu, Kabupaten Tebo.

- Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus/SPMK Kuala Tungkal, Kecamatan Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

- Stasiun Metereologi Pertanian Khusus/SPMK Sebapo, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.

Adapun stasiun pengamat cuaca milik PT. Wirakarya Sakti tersebar pada setiap distrik, yaitu terdapat di Distrik I sampai dengan Distrik VIII serta stasiun pengamat cuaca Tebing Tinggi.

Kondisi Hujan

Berdasarkan data iklim dari stasiun pengamat cuaca milik pemerintah, rata-rata curah hujan di sekitar areal kerja HTI PT. Wirakarya Sakti adalah antara 2.034 mm/tahun sampai dengan 2.471 mm/tahun, dengan hari hujan antara 124 hari/tahun sampai dengan 169 hari/tahun. Adapun rata-rata curah hujan hasil catatan stasiun milik PT. Wirakarya Sakti berkisar dari 1.063 mm/tahun sampai dengan. 2.366 mm/tahun dengan hari hujan antara 71 hari/tahun sampai dengan 145 hari/tahun. Rata-rata curah hujan dan hari hujan bulanan hasil catatan stasiun pengamat cuaca milik instansi pemerintah disajikan pada Tabel 4 sedangkan data hujan hasil catatan PT. Wirakarya Sakti disajikan pada Tabel 5.

Tipe Iklim

Analisis tipe iklim didasarkan pada data catatan dari 5 (lima) stasiun meteorologi milik instansi pemerintah. Adapun data catatan PT. Wirakarya Sakti sendiri belum dapat dijadikan dasar analisis karena pada beberapa distrik masa pencatatan baru 2-5 tahun (kurang dari 10 tahun). Hasil analisis tipe iklim berdasarkan sistem Klasifikasi iklim Schmidt & Fergusson pada stasiun meteorologi milik pemerintah adalah sebagai berkut :

- Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus/SPMK Lubuk Ruso, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari; bulan kering (BK) = 17, bulan basah (BB) = 79, nilai Q = 22 % (iklim tipe B / basah).

- Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus/SPMK Kuala Tungkal, Kecamatan Tungkal Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung Barat; BK = 12, BB = 94, nilai Q = 13 % (iklim tipe A / sangat basah).

- Pos Hujan Kuala Mendahara, Kecamatan Mendahara, Kabupaten Tanjung Jabung Timur; BK = 9, BB = 70, nilai Q = 13 % (iklim tipe A).

- Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus/SPMK Sebapo, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muara Jambi; BK=11, BB=86, nilai Q = 13 % (iklim tipe A). - Pos Hujan Pulau Tamiang, Kecamatan Tebo Ulu, Kabupaten Tebo; BK = 12,

BB = 84, nilai Q = 14 % (iklim tipe B).

Peta Iklim disajikan pada Gambar 11. Peta Iklim yang dibuat dengan metode poligon thiesen. Areal tersebut memiliki suhu udara rata-rata bulanan terendah 18oC dan tertinggi pada suhu 22oC. Musim kering pendek tetapi dengan curah hujan tinggi sehingga tanah cukup basah sepanjang tahun.

Sedangkan menurut sistem Oldmen (1975) lokasi studi termasuk dalam zona agroklimat E2 yang dicirikan oleh bulan basah (CH > 200 mm) berturut-turut kurang dari 2 bulan dengan perode kering (CH < 100 mm) berturut-turut berkisar antara 2-4 bulan.

Tabel 4 Data Hujan di Wilayah Kerja PT. Wirakarya Sakti dan sekitarnya dari Hasil Catatan Instansi Pemerintah

No Bulan MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH 1 Januari 165 12 368 18 251 17 282 14 174 15 2 Pebruari 159 9 273 14 198 11 233 12 144 13 3 Maret 299 15 310 16 292 15 251 14 259 17 4 April 198 12 221 17 219 16 235 11 236 16 5 Mei 144 7 130 13 130 10 153 10 185 15 6 Juni 112 4 79 8 75 7 107 7 119 9 7 Juli 119 9 140 11 120 9 110 8 123 9 8 Agustus 124 9 113 11 121 10 151 9 98 8 9 September 89 6 108 11 125 10 121 8 120 12 10 Oktober 180 13 195 14 187 13 203 12 146 13 11 Nopember 229 14 223 19 246 16 241 13 209 16 12 Desember 216 14 310 17 307 17 235 14 241 16 2.034 124 2.470 169 2.271 151 2.322 132 2.054 159 170 10 206 14 189 13 194 11 171 13

Sumber : Laporan Delineasi Mikro UPHHK-HT PT. WKS Tahun 2006

St. Tebo. Stasiun Pengamat Cuaca / Stasiun Metereologi

Jumlah Rata-Rata

Data hujan di wilayah kerja HTI PT. Wirakarya Sakti dari hasil catatan stasiun pengamat cuaca dari setiap distrik tercantum pada Tabel 5.

Tabel 5 Data Hujan di Wilayah Kerja PT. Wirakarya Sakti dari Hasil Catatan Stasiun Cuaca Milik PT. Wirakarya Sakti

Suhu dan Kelembaban Udara

Suhu udara rata-rata bulanan di sekitar areal kerja HTI PT. Wirakarya Sakti berkisar antara 25,8oC - 27,0oC, dengan rata-rata tahunan sebesar 26,4oC. Adapun suhu maksimum dan suhu minimumnya masing-masing berkisar antara 30,2oC -31,8oC dan antara 22,6oC - 23,5oC, dengan nilai rata-rata tahunan masing-masing sebesar 31,3oC dan 22,9oC. Rata-rata suhu dan kelembaban udara wilayah sekitar areal kerja PT. Wirakarya Sakti disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Data Suhu Udara, Kelembaban Udara, Angin dan Radiasi Matahari di sekitar Areal Kerja PT. Wirakarya Sakti

MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH Januari 132 10 148 11 199 16 95 15 84 12 73 10 177 12 136 7 Pebruari 117 7 135 7 184 13 94 12 91 7 111 8 97 7 169 5 Maret 140 12 197 13 177 14 194 16 108 15 70 11 185 14 280 10 April 168 10 116 10 103 15 176 14 141 15 98 14 111 13 269 9 Mei 114 5 69 6 43 9 122 8 65 9 50 10 81 8 107 3 Juni 58 4 51 3 21 6 101 4 45 4 23 6 32 4 95 2 Juli 112 7 135 9 65 9 89 11 50 10 66 9 64 10 116 5 Agustus 131 6 87 4 47 8 116 7 63 9 122 6 40 9 182 4 September 124 8 152 9 43 8 134 8 104 7 56 11 97 9 150 6 Oktober 196 10 195 10 185 14 237 13 112 10 161 13 115 9 179 4 Nopember 162 7 216 12 173 16 281 16 80 10 101 14 168 19 387 7 Desember 339 15 215 17 213 17 271 16 120 19 101 18 181 16 296 9 Jumlah 1.793 101 1.716 111 1.453 145 1.910 140 1.063 127 1.032 130 1.348 130 2.366 71 Rata-Rata 149 8 143 9 121 12 159 12 89 11 86 11 112 11 197 6

Sumber : Laporan Delineasi Mikro UPHHK-HT PT. WKS Tahun 2006

Bulan

Stasiun Pengamat Cuaca

Distrik-V Distrik-VI Distrik-VII Distrik-VIII

Distrik-I Distrik-II Distrik-III Distrik-IV

Rerata Maks Min Rerata Maks Min

1 Januari 25,8 30,2 22,9 86,0 96,0 63,0 41,0 9,0 2 Pebruari 26,1 30,5 22,7 87,0 96,0 66,0 40,0 8,0 3 Maret 26,4 31,3 23,2 87,0 96,0 66,0 43,0 7,0 4 April 26,7 31,8 23,2 87,0 96,0 64,0 47,0 6,0 5 Mei 26,7 31,8 23,5 84,0 96,0 62,0 55,0 9,0 6 Juni 27,0 31,4 22,9 85,0 95,0 64,0 56,0 7,0 7 Juli 26,4 31,4 22,6 87,0 96,0 63,0 66,0 8,0 8 Agustus 26,5 31,3 22,6 82,0 95,0 57,0 64,0 8,0 9 September 26,5 31,7 22,6 84,0 96,0 61,0 41,0 8,0 10 Oktober 26,5 31,7 22,8 87,0 97,0 63,0 45,0 6,0 11 Nopember 26,4 31,3 23,0 82,0 97,0 57,0 42,0 6,0 12 Desember 26,0 30,6 23,1 87,0 97,0 67,0 42,0 7,0 Rata-Rata 26,4 31,3 22,9 85,4 96,1 62,8 48,5 7,4

Sumber : Lap oran Delinasi M ik ro UPHHK-HT PT. WKS Tahu n 2 006

Radiasi Matahari (%)

Kec. Angin (knot)

44

Kelembaban udara (relatif) bulanan di areal kerja dan sekitarnya berkisar antara 82%-87%, dengan rata-rata tahunan sebesar 85,4%. Adapun kelembaban maksimum dan kelembaban minimum bulanan masing-masing antara 95%–97% dan antara 57%–67%, dengan nilai rata-rata tahunan sebesar 96,1% dan 62,8%.

Kondisi Angin

Rata-rata kecepatan angin bulanan berkisar antara 6 – 9 knot, dengan rata-rata sebesar 7,4 knot. Arah angin terbanyak adalah arah Tenggara dan Barat. Pada Bulan Desember, Januari, Pebruari, Maret dan April ke arah Tenggara, sedangkan pada Bulan Mei sampai dengan Nopember ke arah Barat.

Radiasi Matahari

Fluktuasi presentasi radiasi matahari yang terjadi di HTI dipengaruhi oleh penutupan awan. Pada musim hujan radiasi matahari antara 40% – 45%, sedangkan pada musim kemarau radiasi matahari berkisar antara 47% – 66%.

Keadaan Lapangan

PT. Wirakarya Sakti sudah melaksanakan survei topografi terhadap areal kerjanya. Survei keadaan lapangan (terestris) dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan penataan areal serta survei tanah semi detail. Secara fisik areal kerja berupa lahan kering/darat seluas 169.671 Ha atau 55% dan lahan basah/rawa seluas 136.530 Ha atau 45%.

Lahan rawa yang terdapat pada areal kerja PT. Wirakarya Sakti merupakan rawa pada bagian hilir sungai, yang terbentuk akibat terjadinya transgresi laut. Sebagai akibatnya aliran sungai-sungai di bagian Timur Sumatera (termasuk Sungai. Batanghari, Sungai. Pengabuan, Sungai. Mendahara, dan Sungai. Betara) menjadi lambat sehingga terjadi deposisi bahan endapan dan membentuk dataran aluvial yang luas. Pada bagian pinggir sungai, proses sedimentasi ini membentuk tanggul-tanggul sungai (levee), dan di bagian belakangnya terbentuk rawa-rawa (back swamp), sedangkan di muara sungai (estuarium) terbentuk pulau-pulau. Pada rawa-rawa ini akhirnya terjadi deposisi bahan organik, dan merupakan bahan induk gambut (PT. Wirakarya Sakti, 2006).

Pada awalnya beberapa bagian areal rawa tergenang secara permanen, sedangkan pada bagian lainnya, muka air tanah sedalam lebih dari 30 cm. Muka

air tanah yang tinggi ini disebabkan oleh adanya hamparan bahan aluvial di daerah pinggir-pinggir sungai dengan permukaan yang tinggi dan padat. Hal ini menyebabkan air tanah tidak dapat mengalir dengan lancar ke arah sungai. Kondisi ini merupakan kendala bagi pembangunan Hutan Tanaman.

PT. Wirakarya Sakti telah membangun kanal untuk perbaikan kondisi drainase untuk mendukung pertumbuhan hutan tanaman. Pembangunan kanal bertujuan untuk menurunkan muka air tanah sehingga pada level minimal 30 cm. Teknologi lain yang diterapkan adalah pembangunan pintu-pintu air bendungan,

overflow, klep dan shifone pada kanal yang diharapkan akan dapat mengatur ketinggian permukaan air tanah (sesuai dengan zona), serta pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi areal, yaitu jenis Acacia crassicarpa untuk daerah rawa, serta Acacia mangium dan Eucalyptus pelita untuk daerah kering.

Topografi

Kondisi topografi areal kerja PT. Wirakarya Sakti sebagaimana diuraikan pada laporan Delineasi Mikro tahun 2006, telah ditelaah berdasarkan data-data sekunder dan data primer, antara lain; Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000, lembar Pematang Buluk (0914-64), Teluk Belango (0914-63), Kampung Baru (0914-54), Merlung (0914-61), Muara Tembesi (0914-33), Lubuk Kambing (0914-52), Peninjauan (0914-24), Teluk Nilau 31), Talang Benuang (0915-22), Kuala Tungkal (0914-32) dan Muara Kilis (0914-51). Peta Satuan Lahan dan Tanah skala 1 : 250.000, lembar Jambi (1014), lembar Rengat (0915) dan lembar Muara Bungo (0914). Peta Land System skala 1 : 250.000, lembar Jambi (1014), lembar Rengat (0915) dan lembar Muara Bungo (0914). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan PT. Wirakarya Sakti Tahun 2004, Hasil survei lapangan (terestris) pada tahun 2005, hasil survei lapangan berupa cross check kemiringan lereng terhadap data sekunder yang ada namun hanya terbatas pada lokasi/titik pengamatan serta hasil survei udara pada tahun 2006.

Berdasarkan analisis terhadap data sekunder dan data primer tersebut telah dibuat Peta Kelas Lereng pada areal kerja PT. Wirakarya Sakti. Kemiringan lahan areal tersebut sangat bervariasi yakni dari datar hingga curam (kemiringan lahan dari 0 s.d. 25 %), sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 7, sedangkan sebaran setiap kelas lereng disajikan pada Gambar 12 (Peta Kelas Lereng).

Tabel 7 Sebaran Kondisi Lahan dan Kelas Lereng di Wilayah Kerja PT. Wirakarya Sakti

Tanah

Jenis tanah pada areal kerja PT. Wirakarya Sakti sebagaimana diuraikan pada laporan Delineasi Mikro tahun 2006, telah ditelaah berdasarkan data-data sekunder dan data primer, yaitu: Peta Satuan Lahan dan Tanah skala 1 : 250.000, lembar Muara Bungo (0914), lembar Rengat (0915) dan lembar Jambi (1014). Berdasarkan Peta Satuan Lahan dan Tanah tersebut terdapat 12 (duabelas) satuan lahan, yang didalamnya terdapat 10 (sepuluh) jenis tanah pada tingkat great group, yaitu: Troposaprists, Sulfaquents, Tropaquepts, Tropohemist, Tropofluvents, Dystropepts, Hapludult, Haploperox, Kandiudult serta Hapludox (USDA, 1975). Adapun berdasarkan klasifikasi sistem Pusat Penelitian Tanah (1983) terdapat 5 (lima) jenis tanah, yaitu: Organosol, Gleisol, Aluvial, Kambisol dan Podsolik. Peta Tanah hasil survei PT. Wirakarya Sakti, yang meliputi areal 160.009 Ha, survei tanah tersebut dilakukan pada tingkat semi detil, dilaksanakan oleh bagian penelitian dan pengembangan / Research and Development Departement (RDD). Hasil survei tanah menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) order tanah (Soil Taxonomy), yaitu: Ultisol (16 sub group), Spodosol (5 sub group), Inceptisol (5 sub group) dan Histosol (2 sub group).

Satuan Peta Tanah

Tanah mineral terdapat pada daerah dataran, bergelombang dan berbukit. Tanah mineral diklasifikasikan berdasarkan sifat penciri utama yang ditemukan di lapangan dan sifat-sifat fisik lapangan, serta didukung dengan hasil analisis

Lahan Rawa Total

Lereng Lereng Lereng Lereng Lereng Lereng Jumlah (Ha)

0 - 8 % 0 - 8 % 8 - 15 % 15 - 25 % 25 - 40 % > 40 % (Ha) 1 Distrik I 24.401 20.386 - 4.076 - - 24.462 48.863 2 Distrik II 24.620 10.785 - - - - 10.785 35.405 3 Distrik III - 4.659 15.097 22.598 - - 42.354 42.354 4 Distrik IV - 1.321 26.623 6.227 433 34.604 34.604 5 Distrik V 33.343 4.624 - - - - 4.624 37.967 6 Distrik VI 21.618 - - - - - 0 21.618 7 Distrik VII 32.548 - - - - - 0 32.548 8 Distrik VIII 23.083 14.000 9.654 2.393 3.712 52.842 52.842 136.530 64.858 55.720 42.555 2.826 3.712 169.671 306.201

Sumber : Laporan Delinasi Mikro UPHHK-HT PT. WKS Tahun 2006

Jumlah

Luas Tipe Lahan / Kelas Lereng (Ha)

48

laboratorium. Tanah mineral terdiri dari Inceptisol (sub group Inceptisol, yaitu; Aeric Fragiaquept, Aquic Dystropept, Fluventic Humitropep, Histic Tropaquept dan Typic Dystropept), Ultisol (sub group Ultisol, yaitu; Aquic Arenic Paleudult, Aquic Kanhaplohumult, Arenic Hapludult, Arenic Kandiudult, Arenic Paleudult, Ombroaquic Kandihumult, Plinthic Aquic Paleudult, Plintic Paleudult, Psammetic Paleudult, Psammetic Hapludult, Typic Kandiaquult, Typic Kandihumult, Typic Kandiudult, Typic Paleaquults dan Typic Paleudult), dan Spodosol (sub group

Spodosol, yaitu; Duraquod, Fragiaquod, Histic Fragiaquod, Typic Haplorthod dan Typic Tropaquod).

Tanah organik atau gambut yang terdapat pada areal kerja sebagian besar terdapat pada group satuan lahan kubah gambut oligotropik, dengan kondisi datar sampai cembung. Ketebalan gambut berkisar antara 30 cm sampai dengan lebih dari 3 m, dengan macam tanah tropohemist. Berdasarkan strata kedalamannya, secara umum diketahui bahwa lapisan atas tanah lebih matang jika dibandingkan dengan lapisan di bawahnya. Hal ini karena pengaruh air tanah, dimana pada lapisan bawah selalu terendam air sehingga kurang mendukung untuk berlangsungnya proses dekomposisi. Sub group tanah histosol yang ada yaitu : Typic Tropohemist dan Terric Tropohemist. Tanah organik yang ada dimanfaatkan untuk pembangunan hutan tanaman dengan dibangun jaringan kanal serta unsur-unsur manajemen air yang diperlukan. Gambaran jenis tanah dan satuan lahan pada areal kerja PT. Wirakarya Sakti disajikan pada Gambar 13.

Keadaan Hutan Penutupan Lahan

Kondisi penutupan lahan pada areal kerja HTI PT. Wirakarya Sakti menurut hasil studi delineasi mikro (2006), sebagian besar lahan telah berupa hutan tanaman (HTI), yaitu jenis tanaman Acacia mangium, Acacia crassicarpa dan

Eucalyptus sp. Bagian-bagian lain yang diinterpretasi sebagai HTI berupa areal tebangan, sarana-prasarana, tanaman kehidupan, tanaman unggulan serta areal-areal lain yang dalam interpretasi tidak dapat dipisahkan dengan HTI. Penutupan lahan yang lain berupa hutan primer, hutan sekunder dan bekas tebangan serta areal non hutan yaitu kebun/ladang serta lahan bekas terbakar. Adapun peta penutupan lahan disajikan pada Gambar 14.

Tanaman Pokok yang telah ditanam memiliki kelas umur yang bervariasi, kelas umur tanaman menyesuaikan dengan perizinan yang diberikan secara bertahap. Rencana penanaman didahului dengan menyusun Rencana Karya Tahunan (RKT) sebagai dokumen dan legalitas operasional HTI di lapangan. Dari RKT tersebut direncanakan jenis dan volume kegiatan yang berlaku selama 1 (satu) tahun meliputi kegiatan penanaman, pemeliharaan dan pemanenan.

Hutan primer yang ada dialokasikan untuk area-areal konservasi, antara lain : sempadan sungai, pelestarian plasma nutfah, perlindungan satwa liar, buffer zone Hutan Lindung Gambut (HLG) dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT). Sedangkan hutan sekunder yang ada sebagian merupakan alokasi untuk kawasan lindung, sebagian lagi berupa hutan tidak produktif yang belum dikonversi menjadi HTI. Ladang dan kebun yang ada merupakan lahan-lahan bekas lahan garapan masyarakat, atau lahan yang masih digarap secara aktif oleh masyarakat.

Vegetasi dan Potensi Tegakan

Secara umum, hutan alam di areal PT. Wirakarya Sakti merupakan areal hutan bekas tebangan. Berdasarkan formasi klimatis dan ketinggian tempat tergolong dalam Hutan Hujan Basah, sedangkan berdasarkan formasi edafis

termasuk dalam tipe hutan tanah kering dan tipe hutan tanah basah/rawa.

Jumlah jenis yang teridentifikasi berdasarkan laporan delineasi mikro tercatat 123 jenis vegetasi di seluruh distrik, sebagian besar termasuk kelompok rimba campuran (94 jenis) dan sebagian lain termasuk kelompok meranti (20 jenis), kayu indah (4 jenis) dan pohon yang dilindungi (5 jenis). Jenis vegetasi yang dominan pada semua strata di areal hutan rawa adalah jenis kelat (Euginia

sp.), Mahang (Macaranga sp.) dan Rengas (Gluta renghas). Sedangkan jenis vegetasi dominan pada areal hutan tanah kering adalah Meranti (Shorea sp.),

Dokumen terkait