• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan penduduk di suatu daerah menggambarkan kondisi sosial ekonomi penduduk di daerah tersebut. Berikut ini adalah data keadaan penduduk di Kabupaten Blora berdasarkan pada data BPS pada Tahun 2010. 1. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk di Kabupaten Blora dibedakan menjadi dua macam yaitu kepadatan penduduk geografis dan kepadatan penduduk

commit to user

agraris. Kepadatan penduduk geografis adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah per km2, sedangkan kepadatan penduduk agraris adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas lahan pertanian. Kabupaten Blora dengan luas 182.058,797 Ha atau seluas 1.820,58 km2, sedangkan luas lahan pertanian 135.979,71 Ha . Penduduk Kabupaten Blora berjumlah 858.874 jiwa. Kepadatan penduduk geografis dan agraris adalah sebagai berikut ini.

472 58 , 1820 874 . 858 tan = 2 = km jiwa ografis PendudukGe Kepadata jiwa/km2 6 71 , 979 . 135 874 . 858 tan = = ha jiwa raris PendudukAg Kepada jiwa/ ha

Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diketahui kepadatan penduduk geografis di Kabupaten Blora sebesar 472 jiwa/ km2. Kepadatan penduduk agraris sebesar 6 jiwa/ ha.

2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Keadaan penduduk berdasarkan produktivitasnya dapat dilihat dari umur. Penduduk menurut umur dapat digambarkan menurut jenjang yang berhubungan dengan kehidupan produktif manusia penduduk diklasifikasikan sebagai usia belum produktif (0-14 tahun), usia produktif (15-59 tahun), dan usia tidak produktif (berumur lebih dari 60 tahun) (Mantra, 2003). Jumlah penduduk secara keseluruhan di Kabupaten Blora sebanyak 858.874 jiwa, sedangkan jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Blora adalah sebesar 1.032 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 1.014 jiwa.

Adapun klasifikasi penduduk di Kabupaten Blora menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat dari tabel 4.2.

commit to user

Tabel 4.2 Penduduk Kabupaten Blora Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Kelompok Umur Laki-laki (Jiwa) Persentase (%) Perempuan (Jiwa) Persentase (%) Total (Jiwa) Persentase (%) 0-4 36.151(8,48) 26.248(6,06) 62.399(7,26) 5-9 37.856(8,88) 32.227(7,44) 70.083(8,15) 10-14 39.902(9,36) 41.198(9,51) 81.100(9,44) 15-19 30.694(7,20) 24.918(5,75) 55.612(6,47) 20-24 25.237(5,92) 25.582(5,90) 50.819(5,91) 25-29 29.330(6,88) 34.553(7,98) 63.833(7,43) 30-34 27.284(6,40) 38.207(8,82) 65.491(7,62) 35-39 41.608(9,76) 32.227(7,44) 73.835(8,59) 40-44 32.399(7,60) 35.550(8,21 67.949(7,91) 45-49 31.376(7,36) 33.888(7,82) 65.264(7,59) 50-54 28.648(6,72) 24.257(5,60) 50.901(5,92) 55-59 20.122(4,72) 17.276(3,99) 37.398(4,35) 60-64 11.937(2,80) 17.609(4,06) 29.546(3,44) 65-69 11.255(2,62) 14.286(3,30) 25.541(2,97) 70-74 8.526(2,00) 17.941(4,14) 26.467(3,08) ≥75 13.642(3,20) 16.944(3,91) 30.586(3,56) Jumlah 425.967 432.907 858.874

Sumber : Data BPS Kabupaten BloraTahun 2010

Dari tabel 4.2, mengenai jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kabupaten Blora tahun 2010, menunjukkan bahwa presentase penduduk terbesar yaitu pada usia 10-14 tahun, yaitu sebesar 9,44 % atau sejumlah 81.100 jiwa. Umur 10-14 tahun tergolong dalam usia belum produktif dalam pengertian secara umum belum memiliki fisik dan mental untuk mampu bekerja atau berproduktivitas, sehingga penduduk yang belum memasuki usia produktif belum mampu memberikan kontribusi terhadap pembangunan sosial, ekonomi, dan budaya di Kabupaten Blora.

Penduduk yang berusia 60 tahun atau lebih dari 60 tahun sejumlah 82.594 jiwa atau sebesar 9,61 %. Usia tersebut termasuk dalam kategori usia non produktif, sehingga kisaran usia tersebut akan menurunkan kemampuan fisik dan mental untuk mampu bekerja, dengan demikian penduduk dengan kelompok umur tersebut menjadi beban tanggungan bagi kelompok usia produktif.

Data penduduk menurut umur dan jenis kelamin pada Tabel 4.1 dapat digunakan untuk menghitung Angka Beban Tanggungan (ABT) di Kabupaten Blora. ABT adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia

commit to user

non produktif (penduduk umur <14 tahun dan penduduk umur >60 tahun) dengan jumlah penduduk usia produktif (penduduk umur 15-59 tahun). Jumlah penduduk usia non produktif adalah 252.722 jiwa, dan penduduk usia produktif adalah 533.152 jiwa. Perhitungan ABT adalah sebagai berikut: ABT = 100 47,40 152 . 533 722 . 252 = = x ≈47

Berdasarkan perhitungan Angka Beban Tanggungan tersebut diketahui besarnya Angka Beban Tanggungan yaitu sebesar 47,40. Artinya dalam setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 47 penduduk usia non produktif. Angka Beban Tanggungan di Kabupaten Blora tergolong sedang karena dalam 100 penduduk usia produktif harus menanggung 47 penduduk usia non produktif, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dikatakan cukup. Jumlah penduduk yang produktif atau bekerja lebih banyak daripada jumlah penduduk yang non produktif atau tidak bekerja sehingga penduduk yang produktif harus mampu memenuhi kebutuhannya sendiri maupun kebutuhan bagi usia non produktif yang menjadi tanggungan mereka, baik kebutuhan primer maupun kebutuhan yang lain. Penduduk usia non produktif di Kabupaten Blora umumnya sudah menjadi tanggungan dalam keluarga masing- masing, sehingga hal ini tidak begitu mempengaruhi tingkat kesejahteraan penduduk dari jumlah penduduk usia non produktif atau usia lansia.

3. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Penduduk Kabupaten Blora berjumlah 858.874 jiwa, yang terdiri dari 425.967 penduduk laki-laki dan 432.907 penduduk perempuan. Berdasarkan angka tersebut, maka dapat dihitung sex ratio. Sex ratio

Penduduk usia non produktif

commit to user

adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan, Jika sex ratio kurang dari 100 maka jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dari jumlah penduduk perempuan. Jika sex ratio sama dengan 100 maka jumlah penduduk laki-laki sama dengan jumlah penduduk perempuan. Dan jika sex ratio lebih dari 100 maka jumlah penduduk laki- laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Adapun perhitungan sex ratio adalah sebagai berikut ini:

= 425.967 432.907

Berdasarkan perhitungan di atas diketahui besarnya sex ratio sebesar 98, artinya dalam setiap 100 orang penduduk laki-laki terdapat 98 orang penduduk perempuan. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki meskipun dengan selisih yang tidak besar. Apabila angka SR (Sex Ratio) di bawah 100, maka dapat menimbulkan berbagai masalah, dimana berarti di wilayah tersebut kekurangan penduduk laki-laki, sehingga berakibat terjadinya kekurangan tenaga kerja laki-laki untuk melaksanakan pembangunan atau masalah lain yang berhubungan dengan perkawinan. Hal ini dapat terjadi apabila di suatu daerah banyak penduduk laki-laki yang meninggalkan daerah atau kematian banyak terjadi pada penduduk laki-laki (Mantra, 2003).

Angka sex ratio dapat digunakan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja yang tersedia. Pada umumnya, pekerjaan di bidang pertanian lebih banyak peran kaum laki-laki, namun tidak menutup kemungkinan kaum perempuan juga berperan dalam bidang pertanian. Umumnya kaum perempuan lebih banyak berperan dalam hal menggarap lahan sawah dengan kecenderungan melakukan pekerjaan yang lebih ringan dari pekerjaan kaum laki-laki, antara lain dengan menanam, menyebar benih

Jumlah penduduk laki-laki

Jumlah penduduk perempuan

x 100 Sex ratio =

commit to user

dan memelihara tanaman (mencabuti gulma). Tenaga kerja wanita di Kabupaten Blora tidak hanya di sektor pertanian saja melainkan di beberapa sektor seperti industri, pedagang, dan wiraswasta.

4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting dalam menunjang kelancaran pembangunan. Masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan mudah untuk mengadopsi suatu inovasi baru sehingga akan memperlancar proses pembangunan. Sebaliknya masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan sulit untuk mengadopsi suatu inovasi baru sehingga dalam hal ini akan mempersulit pembangunan. Tingkat pendidikan di suatu wilayah menjadi cerminan seberapa berkembangnya wilayah tersebut, karena biasanya penduduk dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima dan menganalisis suatu inovasi. Orang yang berpendidikan cenderung berpikir lebih rasional dan umumnya cenderung menerima adanya pembaharuan. Keadaan penduduk di Kabupaten Blora menurut pendidikan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.3. Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Blora

Jenis Sekolah Banyaknya Sekolah (unit)

Guru/Dosen (Jiwa) Murid(Jiwa)

TK/RA 510 940 18.200

SD/MI 696 8.930 93.816

SLTP 124 2.620 39.687

SLTA 63 1.584 22.959

PT 4 234 2.058

Sumber : Data BPS Kabupaten BloraTahun 2010 Keterangan:

TK :Taman Kanak-kanak SD :Sekolah Dasar

SLT : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLT : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas PT : Perguruan Tinggi

commit to user

Berdasarkan tabel 4.3 mengenai keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Blora menunjukkan bahwa jenis sekolah terbanyak yaitu SD atau MI sebanyak 696 unit. Banyaknya TK sebanyak 510 unit, SLTP sebanyak 124 unit, SLTA sebanyak 63 unit dan Perguruan Tinggi sebanyak 4 unit. Banyaknya Guru pada tingkat SD senbanyak 940 jiwa, selanjutnya banyaknya guru pada tingkat SD/MI sebanyak 8.930 jiwa. Pada tingkat SLTP diketahui banyaknya guru sebanyak 2.620 jiwa, dan banyaknya guru pada tingkat SLTA sebanyak 1.584 jiwa serta banyaknya dosen yaitu 234 jiwa. Banyaknya murid pada tingkat SD senbanyak 18.200 jiwa, selanjutnya banyaknya murid pada tingkat SD/MI sebanyak 93.816 jiwa. Pada tingkat SLTP diketahui banyaknya murid yaitu 39.687 jiwa, dan banyaknya murid pada tingkat SLTA sebanyak 22.959 jiwa serta banyaknya mahasiswa yaitu 2.058 jiwa. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Blora dapat dikatakan rendah, karena paling banyak penduduk menamatkan sekolah pada tingkat SD. Banyaknya penduduk yang kurang menyadari kebutuhan akan pentingnya pendidikan, akan membuat penduduk untuk tidak menyelesaikan pendidikan sampai tingkat yang tinggi. Tingkat pendidikan masyarakat yang tinggi, akan berpengaruh terhadap sikap mereka terhadap perubahan dalam hal sosial, budaya dan ekonomi serta adanya inovasi yang berkembang di tengah masyarakat.

Dokumen terkait