• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Analisis Data

3. Keadaan Siswa ( Santri )

Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar di dalam proses belajar-mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa atau anak didik itu akan menjadi faktor penentu, sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

Memang dalam berbagai statement dikatakan bahwa anak didik (santri) dalam proses pelaksanaan belajar mengajar sebagai kelompok manusia yang belum dewasa dalam artian jasmani maupun rohani. Oleh karena itu memerlukan pembinaan, pembimbingan, dan pendidikan serta usaha orang lain yang dipandang sudah dewasa, agar anak didik (santri) dapat mencapai tingkat kedewasaannya. 41

Ahmadi dan Uhbiyati menyatakan:

Anak didik adalah anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu. 42

41 Ibid., h. 109.

42 Abu Ahmadi, Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, h. 251.

Saat peneliti melakukan observasi terhadap santri saat proses pembelajaran berlangsung semua santri masing-masing fokus memberi baris dan makna pada kitabnya masing-masing dan memperhatikan penjelasan sang guru, jadi kelas memang kondusif saat pembelajaran. Hal ini dapat peneliti pahami bahwa memang para santri yang belajar kitab kuning memang memiliki himmah yang tinggi dalam mempelajari kitab kuning.

Adapun istilah siswa atau anak didik yang lebih dikenal di lingkungan pesantren dengan sebutan santri. Santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga pesantren. Walaupun demikian, menurut tradisi pesantren, terdapat dua kelompok santri:

1. Santri Mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren.

2. Santri Kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren.

Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka bolak-balik (nglajo) dari rumahnya sendiri.43

Berdasarkan data44 dan hasil observasi, dapat peneliti simpulkan bahwa santri yang belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Darul Ulum Palangka Raya berjumlah 206 orang terdiri 50 santriwan dan 76 santriwati. Di antara jumlah tersebut ada 3 tingkatan yakni tingkat Ula, Wustha dan Ulya yang memang fokus untuk mempelajari kitab kuning saja. Dari hasil observasi peneliti di sana juga terdapat 13 santri mukim putra dan 10 santri

43 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, ….. h. 51-52.

44 Lihat tabel 2. Keadaan Santri, h. 44.

mukim putri. Selebihnya adalah santri kalong yang juga ikut dalam pembelajaran kitab kuning.

Dari hal di atas juga terdapat kesesuaian antara hasil dokumentasi, observasi dengan teori tentang santri di atas bahwa di Pondok Pesantren Darul Ulum Palangka Raya terdapat dua kelompok santri yaitu santri mukim dan santri kalong.

4. Materi

Materi ( bahan pelajaran ) adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Tanpa bahan pelajaran proses pembelajaran tidak akan berjalan, karena itu guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan pada anak didik. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yaitu penguasaan bahan pelajaran pokok dan bahan pelengkap, bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai profesinya, sedangkan bahan pelajaran pelengkap adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seseorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampian bahan pelajaran pokok.45

45 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002, h. 50.

Kitab kuning yang merupakan bahan pelajaran pokok yang merupakan komponen dari sebuah kehidupan pondok pesantren. Dalam penelitian tentang Kitab Kuning van Bruinessen telah menghimpun sekitar 900 kitab kuning yang berbeda-beda. Kitab tersebut sekitar 500 karya berbahasa Arab, 200 karya berbahasa Melayu, 120 karya berbahasa Jawa, 35 karya berbahasa Sunda, 25 karya berbahasa Madura, dan 5 karya berbahasa Aceh. Di antara kitab-kitab tersebut terdapat 100 yang populer sebagai bahan pelajaran di pondok pesantren.46

Keseluruhan kitab-kitab kuning yang diajarkan di pondok pesantren dapat digolongkan ke dalam 8 kelompok:

1. Nahwu dan Ṣaraf 2. Fiqh

3. Ushul fiqh 4. Hadiṡ 5. Tafsir 6. Tauhid 7. Tasawuf

8. Cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah.47

Kitab-kitab tersebut meliputi teks yang sangat pendek sampai teks yang terdiri dari berjilid-jilid tebal.

Adapun kitab-kitab yang biasa dipakai yang dipelajari di dalam dan di seputar pesantren sesuai dalam kumpulan tulisan Martin van Bruinessen

46 Abudddin Nata (Ed.),..h.173.

47 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES, 1982, h. 50.

dalam penelitian beliau tentang pesantren di Nusantara48. Pesantren berbeda dengan madrasah dalam hal, di samping beberapa hal lainnya, tidak adanya keseragaman dan kurikulum. Tidak ada satu pesantren pun yang memberikan kurikulum yang “mewakili” semua dengan dirinya sendiri. Sehingga dalam penelitiannya, beliau mengambil beberapa pesantren sekaligus untuk dapat memastikan karya-karya apa sajakah yang dipelajari rata-rata santri selama masa belajarnya di pesantren. 49

Tabel-tabel di bawah ini hanya mengurutkan teks-teks yang paling sering dipakai, yang dikelompokkan menurut bahasannya. Di dalam masing-masing tabel, karya-karya yang secara geneologis berhubungan (yaitu karya yang didasarkan atas teks asli yang sama) dikelompokkan menjadi satu;

sebaliknya judul-judul diurutkan secara kasar menurut tingkat popularitasnya, bukan menurut jenjang yang menentukan pada tingkat mana teks-teks tersebut dipelajari.

Tabel-tabel tersebut menyebutkan judul-judul kitab dengan nama pendeknya yang umum dipakai, yang ditransliterasikan menurut cara yang lazim dipakai dalam bahasa Indonesia.50

Tabel 5

48 Seorang antropolog, peneliti, orientalis dan pengarang berkebangsaan Belanda.

49

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Pendidikan Tradisional Islam di Indonesia, Yogyakarta: Mizan, 1995, h. 146.

50 Ibid., h. 148.

NAMA KITAB YANG UMUM DIPAKAI

Dokumen terkait