• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

dimana:

RtC = Return to Capital (Rp) C = Faktor produksi modal

Uji Beda

Analisis perbandingan rata-rata digunakan untuk melihat adakah perbedaan rata-rata. Dalam hal ini, yang akan dilihat adalah perbedaan rata-rata pendapatan yang diterima oleh petani SOP dan petani Non SOP, dengan rumus sebagai berikut :

= 2

+ 2

Keterangan :

x1 = rata-rata sampel 1 s1 = Simpangan baku sampel 1 x2 = rata-rata sampel 2 s2 = Simpangan baku sampel 2 s12 = varians sampel 1 s22 = Varian sampel 2

r = Korelasi Hipotesis :

H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata variabel (pendapatan) antara kelompok SOP dan Non SOP

H1 : terdapat perbedaan rata-rata variabel antara kelompok SOP dan Non SOP. Hasil analisis uji-t dapat digunakan untuk mengetahui hipotesis nol (H0) diterima atau ditolak, maka dibandingkan t hitung dengan t tabel. Jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel maka H0 diterima atau pendapatan usahatani melon apollo SOP sama dengan pendapatan usahatani melon non SOP, jika sebaliknya maka H0

ditolak atau pendapatan usahatani melon apollo SOP lebih besar dibandingkan dengan pendapatan usahatani melon non SOP. Begitu juga dengan nilai signifikansi apabila lebih kecil dari 0,1 maka Tolak H0. Artinya terdapat perbedaan rata-rata pendapatan antara kelompok SOP dan Non SOP, pada taraf nyata 90 persen, jika sebaliknya maka H0 diterima.

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Gambaran Umum wilayah penelitian

Berdasarkan letak geografisnya, Kota Cilegon berada dibagian ujung sebelah barat dari Pulau Jawa yang terletak pada posisi 5º 52’ 24” – 6º 04’ 07” Lintang

16

Selatan (LS) dan 105º 54’ 05” – 106º 05’ 11” Bujur Timur (BT). Batasan ruang lingkup wilayah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 luas wilayah administrasi 17 550 Ha dengan 4 kecamatan yang telah dimekarkan menjadi 8 kecamatan (Kecamatan Ciwandan, Citangkil, Pulomerak, Grogol, Purwakarta, Cilegon, Jombang, dan Cibeber) yang terdiri atas 43 kelurahan. Kota Cilegon mempunyai batas-batas sebagai berikut :

1. Utara : Kecamatan Pulo Ampel dan Bojonegara (Kabupaten Serang) 2. Barat : Selat Sunda

3. Selatan : Kecamatan Anyer dan Mancak (Kabupaten Serang)

4. Timur :Kecamatan Kramatwatu dan Waringin Kurung (Kabupaten Serang)

Sehubungan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, kewenangan daerah kota terhadap laut adalah 1/3 dari wilayah laut Provinsi (yaitu 12 mil laut), atau 4 mil laut (1 mil laut = 1.852 m, sehingga 4 mil laut = 7.408 m). Panjang pantai Kota Cilegon yang menghadap ke Selat Sunda adalah sekitar 25 km. Sehingga secara tentatif luas laut yang menjadi kewenangan Kota Cilegon sekitar 185 km2, atau sedikit lebih luas dari wilayah daratan.

Pada wilayah laut terletak pulau-pulau, yaitu Pulau Merak Besar, Pulau Merak Kecil, Pulau Rida, dan Pulau Ular. Morfologi Kota Cilegon berada pada ketinggian antara 0-553 meter di atas permukaan laut (dpl). Wilayah tertinggi berada di bagian utara Kecamatan Pulomerak (Gunung Gede), sedangkan terendah berada di bagian barat yang merupakan hamparan pantai. Berdasarkan karakteristik morfologi daratan dan kemiringan lahan, secara garis besar Karakteristik fisik Kota Cilegon dapat dibedakan ke dalam tiga bagian, yaitu :

 Bentuk dataran, mempunyai kemiringan lahan berkisar antara 0-2% hingga 2–7%, tersebar di sepanjang pesisir pantai barat dan bagian tengah Kota Cilegon.

 Bentuk perbukitan-sedang, mempunyai kemiringan lahan berkisar antara 7-15%, terdapat di wilayah tengah kota, tersebar di bagian utara dan selatan kecamatan Cilegon dan Cibeber, serta bagian selatan Kecamatan Ciwandan dan Citangkil.

 Bentuk perbukitan-terjal, mempunyai kemiringan lahan berkisar antara 15–40% hingga lebih dari 40%, tersebar di bagian utara Kota Cilegon (Kecamatan Pulomerak dan Grogol) dan sebagian kecil wilayah barat Kecamatan Ciwandan

Dengan luas 175.5 km2, Kota Cilegon dibagi menjadi ke dalam delapan kecamatan dan 43 kelurahan. Kota Cilegon memiliki iklim tropis dengan temperatur berkisar antara 21.9oC-33.5oC dan curah hujan rata-rata 100 mm perbulan. Luasan wilayah sebanyak 0.15% dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan, sebanyak 4.28% dimanfaatkan sebagai hutan Negara, sebanyak 7.63% dimanfaatkan sebagai lahan kering, sebanyak 11.20% sebagai lahan sawah, sebanyak 31.96% sebagai pekarangan, sebanyak 25.27% sebagai tegal//kebun, dan sebanyak 11.39% sebagai ladang.

Berdasarkan hasil pencatatan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah usaha pertanian di Kota Cilegon sebanyak 7 788 dikelola oleh rumah tangga dan sebanyak 4 unit dikelola oleh selain rumah tangga dan perusahaan berbadan hukum. Kegiatan usahatani di Kota Cilegon memanfaatkan lahan pesawahan untuk menanam beberapa komoditi seperti jagung, padi sawah, padi ladang,

17 kacang merah, ubi kayu, cabe, tomat, buncis, kacang-kacangan, timun, oyong, melon, pepaya, dan sayur-sayur lainnya. Kecamatan Cibeber, Pulomerak, dan Ciwan dan merupakan tiga kecamatan dengan urutan teratas yang mempunyai jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak, yaitu masing-masing 1 237 rumah tangga, 1 164 rumah tangga, dan 1 129 rumah tangga. Sedangkan Kecamatan Jombang merupakan wilayah yang paling sedikit jumlah rumah tangga usaha pertaniannya, yaitu sebanyak 555 rumah tangga.

Tabel 8 Usaha pertanian Kota Cilegon tahun 2013

Kecamatan Usaha pertanian

RTP(*) Perusahaan Ciwandan 1 129 - Citangkil 1 006 1 Pulomerak 1 164 - Purwakarta 1 013 - Grogol 1 124 - Cilegon 560 1 Jombang 555 - Cibeber 1 237 2 Total 7 788 4

Sumber : (Sensus Pertanian) Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cilegon, 2014 (*) Rumah Tangga Petanian

Kota Cilegon tidak memiliki perusahaan pertanian berbadan hukum yang ada adalah usaha pertanian selain perusahaan dan rumah tangga. Usaha pertanian non rumah tangga ada sebanyak 4 unit yang semua dikelola oleh yayasan islam/pondok pesantren. Jumlah usaha pertanian tersebut terdapat di tiga Kecamatan yaitu Kecamaan Cibeber sebanyak 2 unit dan Kecamatan Citangkil dan Kecamatan Cilegon masing-masing 1 unit.

Berdasarkan data baik dari BPS dan Sensus Pertanian, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah di Kota Cilegon dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dengan jumlah RTP lebih banyak dari pada jumlah jumlah perusahaan yang unit usahanya dibidang pertanian.

Rata-rata kepadatan penduduk Kota Cilegon adalah 2 269 jiwa/km2. Jumlah penduduk Kota Cilegon pada tahun 2013 sebesar 398 304 jiwa yang terdiri dari 203 502 jiwa laki-laki dan 194 802 jiwa perempuan. Populasi penduduk di Kota Cilegon terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9 Populasi penduduk Kota Cilegon menurut umur tahun 2013

Umur (tahun) Jumlah Jiwa

0 -14 114 401 15- 34 147 682 34- 44 64 179 44 -59 62 185 > 60 9 857 398 304 Sumber : BPS, 2014

18

Data dari Tabel 9, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Cilegon didominasi oleh mereka yang berusia produktif (15–44 tahun) sebanyak 147 682 jiwa untuk usia 15-34 tahun dan sebanyak 64 178 jiwa untuk usia 34-44 tahun. selanjutnya disusul oleh anak–anak dan remaja (0–15tahun) sebanyak 114 401 jiwa, kemudian orang tua (46 – >60 tahun). Berkaitan dengan upaya pengembangan usaha hortikultura di Kota Cilegon maka komposisi penduduk pada Tabel 9 cukup mendukung.

Tabel 10 Sebaran mata pencaharian masyarakat di Kota Cilegon tahun 2013

No Mata Pencaharian Jumlah penduduk (%)

1 Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan 3.25

2 Pertambangan dan penggalian 0.82

3 Industri pengolahan 14.02

4 Listrik, gas, dan air bersih 0.83

5 Konstruksi 9.47

6 Perdagangan, perhotelan dan restoran 25.21

7 Transportasi dan komunikasi 12.96

8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 12.79

9 Jasa-jasa 20.66

Total 100.00

Sumber : BPS, 2014

Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kota Cilegon didominasi oleh penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai Pengusaha yang bergerak dibidang non pertanian (perdagangan, perhotelan, dan restoran) sebanyak 25.21 persen, penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 3.25 persen. Sedangkan jumlah penduduk untuk mata pencaharian yang paling rendah adalah penduduk yang bermata pencaharian dibidang pertambangan dan penggalian sebesar 0.82 persen. Berdasarkan data lapangan yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian menunjukkan bahwa penduduk kurang tertarik untuk bekerja di bidang pertanian, karena menurut mereka kegiatan usahatani tidak memberikan jaminan hidup yang lebih baik dibanding bekerja sebagai pengusaha yang bergerak dibidang non-pertanian yang dianggap memiliki prospek masa depan yang baik.

Beberapa petani di Kota Cilegon melakukan usahatani melon apollo di sawah yang mereka kelola. Lahan sawah di Kota Cilegon yang digunakan untuk usahatani melon tergolong pada jenis sawah irigasi sederhana. Saluran tataniaga melon apollo di Kota Cilegon secara umum adalah petani menjual hasil panen di sawah kepada Pengumpul/tengkulak menjual melon apollo ke supermarket atau pedangan besar. Super market/pedangan besar langsung menjual kepada konsumen.

Karakteristik Petani Responden

Responden dalam penelitian ini adalah petani SOP dan petani non SOP. Petani SOP di Kota Cilegon berjumlah 6 orang dan petani non SOP berjumlah 8 orang. Petani yang SOP umumnya memperoleh pengetahuan mengenai SOP dari

19 pelatihan yang diadakan Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cilegon. Namun, tidak seluruh petani SOP paham dan mengerti secara tepat pengertian akan Standar Operasional Prosedur (SOP).

Tabel 11 Daftar nama-nama kelompok tani dan ketua kelompok tani melon apollo di Kota Cilegon pada tahun 2013

No Kelompok Nama Alamat Varietas Kecamatan

Petani non SOP

1 Jaya Muda Tani Suyatna Cibeber Apollo 2 Mandiri Sarwita Pulomerak Apollo 3 Harapan Tani Marji'i Purwakarta Apollo 4 Citra Arum Sari Faiza Purwakarta Apollo 5 Melon Mas Gemilang Mashadi Masdik Jombang Apollo 6 Jaya Muda Tani A. Arifin (ipin) Cibeber Apollo 7 Taruna Karya AhmadMahmud Jombang Apollo 8 Harapan Tani I Nandang Masigit Apollo Petani SOP

9 Citra Arum Sari Suryadi Grogol Apollo 10 Blok Bayur Syarifudin Citangkil Apollo 11 Mandiri Herman Grogol Apollo 12 Suka Tani Rohmani Jombang Apollo 13 Citra Arum Sari Asliyah Citangkil Apollo 14 Busur Andang Sutisna Kejambulan Apollo Sumber : Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cilegon, 2014

Karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini baik dari petani SOP maupun petani non SOP adalah karakteristik berdasarkan pengalaman mengikuti praktek lapang, status usahatani melon apollo, usia, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan, luas lahan garapan, status penguasaan lahan dan waktu panen melon terakhir. Keragaman karakteristik tersebut dapat mempengaruhi keputusan petani responden dalam melakukan kegiatan usahatani melon apollo.

Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Magang Melon Apollo

Sebagian besar petani SOP adalah petani yang telah mengikuti magang yang diadakan Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cilegon. Magang melon apollo diadakan di kecamatan Purwakarta, Jombang dan Cilegon setahun sekali mulai tahun 2012 hingga 2014. Hasil yang diharapkan oleh Dinas Pertanian kepada petani yang mengikuti pelatihan magang baik satu kali atau lebih maka petani akan menerapkan SOP karena dianggap petani petani telah mengetahui, memahami dan merasakan manfaatnya.

20

Tabel 12 Karakteristik responden berdasarkan pengalaman magang melon apollo yang diadakan Dinas Pertanian

No magang melon Pengalaman (kali)

Petani SOP Petani non SOP

Jumlah

(Orang) Persentase (%) (Orang) Jumlah Persentase (%)

1 0 0 0.00 3 37.5

2 1 4 66.67 5 62.5

3 >1 2 33.33 0 0.00

Jumlah 6 100 8 100

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan Tabel 12, diketahui bahwa petani non SOP sebanyak 37.5 persen atau 3 orang belum pernah mengikuti pelatihan magang melon apollo dan sebanyak 62.5 persen atau 5 orang non SOP tetapi pernah mengikuti magang melon satu kali. Petani SOP dengan nilai 66.67 persen atau 4 orang telah mengikuti kegiatan sekolah lapang selama satu kali dan sebanyak 33.33 persen atau 2 orang telah mengikuti lebih dari satu kali kegiatan magang melon apollo. Sehingga berdasarkan pengalaman magang dapat diketahui bahwa rerata petani SOP tidak pernah tidak mengikuti kegiatan magang melon apollo, tetapi terdapat 5 orang petani yang sudah mengikuti magang melon apollo namun tidak menerapkan SOP.

Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Umur

Petani yang menjadi responden berusia antara 35-62 tahun. Tingkat usia berpengaruh terhadap produktivitas petani. Petani yang berusia 35-45 tergolong kedalam usia produktif yang seharusnya dapat menghasilkan produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan usia petani yang tidak lagi produktif. Hubungan antara usia dengan produktivitas petani berkaitan dengan proses pengolahan lahan pertanian yang membutuhkan tenaga. Dalam proses pengambilan keputusan untuk menerapkan inovasi/cara baru kaitannya dengan SOP dalam usahatani melon apollo faktor usia menjadi salah satu pengaruh sehingga dapat menghasilkan output yang lebih optimal.

Berdasarkan Tabel 13, responden sebanyak delapan orang berasal dari kelompok umur di bawah 50 tahun, baik dari petani SOP sebanyak dua orang atau 33.33 persen maupun non SOP sebanyak lima orang atau 75 persen pada usahatani melon apollo. Petani non SOP dengan usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan petani usia di atas 50 tahun, hal ini dikarenakan keterbatasan biaya dan pengalaman yang dimiliki masih sedikit. Sebanyak 2 orang responden non SOP berusia di atas 50 tahun, alasan petani tersebut tidak menggunakan SOP yang sesuai karena sudah yakin dengan pengalaman yang telah dilakukan.

21 Tabel 13 Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia, di Kota Cilegon

tahun 2014

No Kelompok Usia (Tahun) Jumlah Petani non SOP Petani SOP (Orang) Persentase (%) (Orang) Jumlah Persentase (%)

1 31-35 2 25 1 16.67

2 36-40 1 12.5 0 0

3 41-45 2 25 1 16.67

4 46-50 1 12.5 1 16.67

5 >50 2 25 3 50

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan Tabel 13, dapat disimpulkan bahwa petani melon apollo di Kota Cilegon baik yang menerapkan SOP maupun tidak menerapkan SOP sebagian besar berusia produktif yaitu 30-45 tahun. Sehingga diketahui petani yang cenderung tertarik untuk menerapkan SOP adalah petani yang berumur lebih dari 45 tahun.

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dari hasil wawancara dengan petani responden, tingkat pendidikan yang dimiliki para petani rata-rata hanya mencapai tingkat SMA. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan terhadap penerapan inovasi dalam suatu usahatani. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan dapat menentukan pola pikir dari setiap individu, sehingga menimbulkan berbagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berbeda. Tingkat pendidikan petani dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, di Kota Cilegon tahun 2014

No Tingkat Pendidikan Jumlah Petani non SOP Petani SOP (Orang) Persentase (%) (Orang) Jumlah Persentase (%)

1 SD 0 0.00 0 0.00 2 SMP 1 12.50 0 0.00 3 SMA 4 50.00 3 50.00 4 STM 2 25.00 1 16.67 5 D3 0 0.00 1 16.67 6 S1 1 12.50 1 16.67 Jumlah 8 100.00 6 100.00

Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa tingkat pendidikan baik petani SOP dan non SOP sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMA dengan jumlah responden empat orang atau 50% untuk petani non SOP dan sebanyak 3 orang atau 50% untuk petani non SOP. Tingkat pendidikan tertinggi yang dicapai petani responden adalah pendidikan sarjana. Menurut presepsi petani non SOP yang memiliki tingkat pendidikan sarjana para petani tersebut merasa pola

22

kegiatan budidaya melon yang sedang dilakukan sudah benar sehingga mengabaikan pola budidaya yang dianjurkan dalam SOP. Hal ini menyebabkan produktivitas melon yang yang dipanen lebih sedikit dibanding dengan SOP.

Karakteristik Responden Berdasarkan Status Usahatani Melon

Dari hasil wawancara dengan petani responden, diketahui bahwa sebagian besar petani menjadikan usahatani melon sebagai pekerjaan utama, tetapi beberapa petani tidak hanya menggantungkan hidupnya dari bertani melon, tetapi petani juga mempunyai pekerjaan sampingan diluar pertanian seperti karyawan, pns, berdagang dan lainnya.

Tabel 15 Karakteristik responden berdasarkan status usahatani melon, di Kota Cilegon tahun 2014

No Status Usahatani Melon Jumlah Petani non SOP Petani SOP (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Pekerjaan Utama 4 50 4 66.67

2 Pekerjaan Sampingan 4 50 2 33.33

Jumlah 8 100 6 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 15, dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden menjadikan bertani melon sebagai pekerjaan utama. Persentase petani SOP, yang menjadikan usahatani melon sebagai pekerjaan utama sebesar 66.67 persen atau sebanyak 4 orang. Sedangkan persentase petani melon apollo non SOP, yang menjadikan usahatani melon sebagai pekerjaan utama sebesar 50 persen atau sebanyak 4 orang. Tingginya persentase yang menjadikan usahatani Melon sebagai pekerjaan utama dikarenakan beberapa petani menjadikan sebagai kegiatan setelah pensiun, dan beberapa petani lain tertarik akan keuntungan yang didapat.

Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan

Dalam melakukan usahatani melon apollo luas lahan yang digunakan para petani antara 1 500 - 5 000 m dengan status kepemilikan lahan sewa. Berdasarkan informasi diketahui bahwa petani sengaja tidak berupaya untuk memiliki lahan karena pola tanam yang digunakan untuk menanam melon apollo hanya dapat digunakan maksimal dua kali, apabila lahan yang sudah selesai digunakan dan digunakan kembali maka hasil yang didapan tidak optimal cenderung gagal panen. Hal ini yang menyebabkan petani tidak memiliki lahan pribadi untuk ditanami melon apollo. Status penguasaan lahan dan luasan lahan dapat dilihat pada Tabel 16.

23 Tabel 16 Karakteristik responden berdasarkan luas lahan, di Kota Cilegon tahun

2014

No Luas Lahan (Ha) Petani non SOP Petani SOP

Jumlah

(Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 < 2000 2 25 1 16.67

2 2000 – 4000 5 62.5 4 66.67

3 4000 < n ≤ 5000 1 12.5 1 16.67

Jumlah 8 100 6 100

Sumber : Data Primer, 2014

Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Jumlah Keluarga

Jumlah anggota keluarga tiap petani responden berbeda-beda. Anggota keluarga yang dimiliki oleh petani, terutama yang berusia produktif dapat ikut membantu dalam usahatani. Persentase anggota keluarga petani responden baik petani SOP dan tidak menerapkan SOP dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Persentase jumlah petani responden berdasarkan jumlah keluarga petani Jumlah Keluarga

(Orang) Petani non SOP (%) Petani SOP (%)

<1 25.00 0.00

1-2 12.50 16.67

<3 62.50 83.33

Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden baik petani SOP maupun non SOP memilki anggota keluarga lebih dari 3 orang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota keluarga petani yang menjadi tanggungan petani jumlah sama. Berdasarkan jumlah anggota keluarga, diketahui bahwa jumlah anggota keluarga dapat mempengaruhi keadaan perekonomian rumah tangga petani. Rumah tangga petani yang memiliki jumlah anggota keluarga yang relatif banyak, sehingga dituntut agar dapat memiliki pendapatan yang lebih besar.

Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Melon Apollo

Dari hasil wawancara dengan petani responden diketahui bahwa pengalaman usahatani melon apollo berkisar dari tahun 2006 hingga saat ini. Diduga pengalaman berusahatani yang lebih lama mampu mendorong petani untuk mengambil keputusan yang tepat untuk usahatani setiap individu. Selain itu, petani yang memiliki pengalaman usahatani lebih lama maka dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki secara optimal dan efektif. Pengalaman usahatani dapat dilihat pada Tabel 16.

Berdasarkan Tabel 16, dapat diketahui bahwa petani non SOP didominasi oleh petani yang memiliki pengalaman lebih lama sedangkan petani SOP adalah

24

petani yang memiliki pengalaman tiga sampai lima tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden yang memiliki pengalaman usahatani lebih sedikit cenderung menerapkan SOP. Petani non SOP sebagian besar petani yang sudah memiliki pengalaman lebih lama sehingga petani tersebut akan lebih memilih tetap menggunakan cara yang telah mereka gunakan sebelumnya dan tidak ingin untuk beralih ke SOP yang ditetapkan oleh BPPT.

Tabel 18 Karakteristik responden berdasarkan pengalaman berusahatani melon apollo di Kota Cilegon 2014.

No Beruasahatani melon Pengalaman (Tahun)

Petani non SOP Petani SOP Jumlah

(Orang) Persentase (%) (Orang) Jumlah Persentase (%)

1 < 3 1 12.50 1 16.67

2 3 – 5 1 12.50 3 50.00

3 5 – 8 6 75.00 2 33.33

Jumlah 8 100.00 6 100.00

Sumber : Data Primer, 2014

Dokumen terkait