• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usahatani Melon Apollo Berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Non SOP di Kota Cilegon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Usahatani Melon Apollo Berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Non SOP di Kota Cilegon"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS USAHATANI MELON APOLLO BERDASARKAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DAN NON

SOP

DI KOTA CILEGON

NISYA MAY ULFIA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

1

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Usahatani Melon Apollo Berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Non SOP di Kota Cilegon adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Nisya May Ulfia NIM H34124062

1 Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus

(4)

iv

(5)

v

ABSTRAK

NISYA MAY ULFIA. Analisis Usahatani Melon Apollo Berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Non SOP di Kota Cilegon. Dibimbing oleh AMZUL RIFIN.

Standar Operasional Prosedur (SOP) budidaya melon apollo merupakan suatu bentuk aturan dalam kegiatan budidaya yang tujuannya adalah meningkatkan produktivitas, keseragaman buah berdasarkan karakteristik, dan meningkatkan pendapatan petani dan daerah khususnya Kota Cilegon. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan penerapan SOP yang ditetapkan, menganalisis input-input yang mempengaruhi struktur biaya usahatani SOP dan Non SOP, dan menganalisis pendapatan petani melon apollo. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa produktivitas dan pendapatan usahatani memiliki perbedaan antara petani SOP dan nonSOP hal ini di perkuat dengan uji beda yang dilakukan memiliki nilai siginifikasi yang lebih kecil dari α 10 persen, tetapi nilai R/C ratio antara petani SOP dan non SOP tidak berbeda. Sehingga dapat dikatakan bahwa SOP memberikan manfaat terhadap produktivitas dan pendapatan petani sehingga usahatani SOP layak untuk dilanjutkan.

Kata Kunci : melon apollo, SOP, pendapatan,

ABSTRACT

NISYA MAY ULFIA. The Analysis of The Melon Apollo Varieties Farming Business Based on Standard Operating Procedures (SOP) and Non SOP in Cilegon. Supervised by AMZUL RIFIN.

Standard operating procedures (SOP) of cultivation melon apollo varieties constituting a form of rules in the activities of cultivation that the goal is to increase the productivity, based on uniformity fruit characteristics, and increase the income of farmers and the regions particularly in Cilegon. The objective of the study is to compare SOP application, to analyze input that affects the cost structure of farming which apply SOP and non SOP, and to analyze the income of melon farmer. The result showed productivity, income of both SOP and non SOP were siginificantly different at α 10 percent, but the value of R/C ratio between the SOP and non SOP having value not different. So that SOP of benefits against the productivity and income of farmers, so the SOP of the farming business to continue.

(6)
(7)

vii

ANALISIS USAHATANI MELON APOLLO BERDASARKAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DAN NON SOP

DI KOTA CILEGON

NISYA MAY ULFIA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

(8)
(9)
(10)
(11)

xi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini adalah Analisis Usahatani Melon Apollo Berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Non SOP di Kota Cilegon.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Amzul Rifin, SP, MA selaku pembimbing, Ir. Juniar Atmakusuma, M.S selaku dosen evaluator kolokium, Prof. Dr. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama, Dra. Yusalina, M.Si Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Herman selaku petani sekaligus pihak Dinas Pertanian Kota Cilegon UPTD Grogol. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Mansyur, Ibu Yulia, Weni Yunita, Reina Putu Harsya, Agung Fikrian Nugraha, Dinar Monitha serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih penulis ucapkan pula kepada seluruh sahabat, alumni Diploma Ankim 46 dan rekan-rekan Alih Jenis Agribisnis Angkatan 3.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

(12)

xii

Golden Melon atau Melon Apollo 6

Penggunaan Input Produksi Melon 7

Pengaruh Standar Operasional Prosedur terhadap Struktur Biaya dan

Pendapatan Petani 7

KERANGKA PEMIKIRAN 8

Kerangka Pemikiran Teoritis 8

Analisis Pendapatan Usahatani 8

Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya 9

Kerangka Pemikiran Operasional 10

Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) 14

Analisis Imbalan kepada Tenaga Kerja 14

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

RESPONDEN 15

Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Magang Melon

Apollo 19

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 21 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Usahatani Melon 22 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani

Melon Apollo 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 24

Perbandingan Penerapan SOP Usahatani Melon Menurut Anjuran SOP

dengan Petani Responden 24

Pengaruh penerapan SOP terhadap Rerata Produktivitas dan Struktur Biaya

Usahatani Melon Apollo 29

Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Melon Apollo di Kota

(13)

xiii Analisis Pendapatan Total Petani SOP dan Petani non SOP 38 Hasil Analisis Pendapatan tunai Petani Melon Apollo 40

SIMPULAN DAN SARAN 46

Simpulan 46

Saran 47

RIWAYAT HIDUP 65

DAFTAR TABEL

1. Ekspor buah-buahan di Indonesia tahun 2008-2011 1 2. Konsumsi kelompok buah per kapita di Indonesia 2 3. Produksi buah-buahan di Indonesia, 2009-2013 (ton) 2 4. Perkembangan produksi buah melon Indonesia tahun 2010-2013 3 5. Perkembangan luas panen, produktivitas, dan jumlah produksi melon

apollo di Kota Cilegon tahun 2008-2012 3

6. Jumlah produksi melon apollo, di Kota Cilegon 2013 5

7. Perhitungan analisis pendapatan usahatani 13

8. Usaha pertanian Kota Cilegon tahun 2013 17

9. Populasi penduduk Kota Cilegon menurut umur tahun 2013 17 10.Sebaran mata pencaharian masyarakat di Kota Cilegon tahun 2013 18 11.Daftar nama-nama kelompok tani dan ketua kelompok tani melon

apollo di Kota Cilegon pada tahun 2013 19

12.Karakteristik responden berdasarkan pengalaman magang melon apollo

yang diadakan Dinas Pertanian 20

13.Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia, di Kota Cilegon

tahun 2014 21

14.Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, di Kota

Cilegon tahun 2014 21

15.Karakteristik responden berdasarkan status usahatani melon, di Kota

Cilegon tahun 2014 22

16.Karakteristik responden berdasarkan luas lahan, di Kota Cilegon tahun

2014 23

17.Persentase jumlah petani responden berdasarkan jumlah keluarga petani 23 18.Karakteristik responden berdasarkan pengalaman berusahatani melon

apollo di Kota Cilegon 2014. 24

19.Penerimaan kotor usahatani melon per ha per satu musim tanam, di

Kota Cilegon 2014 31

20.Rata-rata biaya usahatani melon apollo di Kota Cilegon dalam satu kali

musim tanam per ha tahun 2014 33

21.Produksi melon apollo tiap petani responden di Kota Cilegon 2014 37 22.Pendapatan atas biaya total usahatani melon apollo di Kota Cilegon

2014 39

23.Pendapatan atas biaya tunai usahatani melon apollo di Kota Cilegon

2014. 41

24.Analisis pendapatan usahatani melon petani responden, di Kota Cilegon

2014 43

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

1. Melon apollo2 7

2. Kerangka Pemikiran Operasional 11

3. Persentase hasil produksi melon petani responden, Kota Cilegon 2014 30 4. Persentase pendapatan tunai usahatani melon apollo Kota Cilegon 2014 40 5. Persentase R/C ratio atas biaya tunai usahatani melon petani responden,

di Kota Cilegon 43

6. Persentase R/C ratio atas biaya total usahatani melon petani responden,

di Kota Cilegon 44

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar nama kelompok tani melon apollo, di Kota Cilegon 2013 53 2. Komponen Penerapan SOP melon varietas apolllo 54

3. Struktur biaya Petani Mashadi tahun 2014 55

4. komponen pendapatan usahatani melon di Kota Cilegon 2014 62 5. Luasan, Produksi, dan produktivitas melon petani responden di

KotaCilegon 2014. 63

6. Persentase R/C ratio atas biaya tunai usahatani melon petani responden,

di Kota Cilegon 2014 64

7. Persentase R/C ratio atas biaya total usahatani melon petani responden,

di Kota Cilegon 2014 65

(15)

66

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis sehingga berpotensi dalam pengembangan pertanian. Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang penting kedudukannya di Indonesia. Oleh karena itu, pertanian Indonesia dengan segala sumberdaya yang dimiliki merupakan potensi yang sudah selayaknya dikembangkan. Pengembangan sektor pertanian lebih diarahkan kepada pembangunan pertanian yang dapat meningkatkan pendapatan, taraf hidup petani, penyedia lapangan kerja baik sebagai petani maupun memperluas pasar dan pelaku pasar. Sektor pertanian yang dapat dikembangkan salah satunya adalah hortikultura, upaya peningkatan kontribusi hortikultura tersebut salah satunya adalah usaha peningkatan produksi dan peningkatan teknologi pascapanen tanaman hortikultura khususnya buah-buahan.

Buah-buahan merupakan salah satu produk hortikultura yang sangat potensial untuk memasuki perdagangan baik perdagangan dipasar domestik maupun internasional. Indonesia memiliki potensi pasar yang luas sehingga kegiatan ekspor buah dapat dilakukan terus menerus tetapi dengan volume ekspor yang fluktuatif.

Buah-buahan tropis Indonesia sangat banyak ragamnya seperti alpukat, pisang, jambu biji, mangga, manggis, jeruk, pepaya, markisa, nenas, melon dan belimbing. Indonesia memiliki keunggulan sumberdaya alam seperti tanah yang subur dengan wilayah daratan yang luas.

Tabel 1 Ekspor buah-buahan di Indonesia tahun 2008-2011

Komoditas 2008 2009 Volume Ekspor (ton) 2010 2011

Nilai ekspor buah-buahan yang berfluktuatif disebabkan oleh kualitas produk buah-buahan Indonesia yang belum sesuai dengan standar mutu negara importir, baik secara kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Hal ini disebabkan oleh teknik budidaya masih dilakukan secara tradisional dan musiman.

(16)

2

Kebutuhan akan produk pertanian menjadi semakin meningkat sebagai akibat dari pertambahan jumlah penduduk di Indonesia. Konsumsi buah-buahan penduduk Indonesia menunjukkan data yang berfluktuatif dari tahun 2009-2013. Konsumsi pada tahun 2013 jika dibandingkan dengan tahun 2012 beberapa jenis buah seperti melon, pepaya dan nenas memiliki peningkatan konsumsi.

Tabel 2 Konsumsi kelompok buah per kapita di Indonesia tahun 2009-2013 Buah-buahan 2009 2010 Konsumsi (kg) 2011 2012 2013

Melon 0.21 0.16 0.42 0.21 0.42

Jeruk 4.64 4.17 3.49 2.76 2.24

Mangga 0,16 0.21 0.63 0.16 0.16

Pepaya 1.88 1.77 2.76 1.62 1.83

Nenas 0.21 0.16 0.37 0.16 0.21

Sumber : BPS, 2014

Data konsumsi yang ditunjukkan pada Tabel 2 khususnya buah melon dari tahun ketahunnya berfluktuasi, hal disebabkan oleh rendahnya tingkat produksi yang dapat dilihat pada Tabel 3. Peningkatan produksi melon terus diupayakan pemerintah agar dapat memenuhi permintaan, dan mengurangi fluktuasi produksi. Produksi melon berasal dari beberapa wilayah di Indonesia mulai dari pulau Sumatra hingga pulau Papua.

Tabel 3 Produksi buah-buahan di Indonesia, 2009-2013 (ton)

Tahun 2009 2010 Produksi (ton) 2011 2012 2013 Nenas 1 558 196 1 406 445 1 540 626 1 781 894 1 133 100 Jeruk Besar 105 928 91 131 97 069 113 375 102 907 Mangga 2 243 440 1 287 287 2 131 139 2 376 333 2 058 607

Melon 85 861 85 161 103 840 125 447 112 439

Pepaya 772 844 675 801 958 251 906 305 871 275 Sumber : BPS, 2014

(17)

3 Tabel 4 Perkembangan produksi buah melon Indonesia tahun 2010-2013

Provinsi 2010 Produksi tanaman (Ton) 2011 2012 2013

Sumatera utara 1 890 2 060 1 890 1 548 provinsi Banten memiliki produksi melon yang meningkat yang sebagian besar produksinya berasal dari Kota Cilegon. Peningkatan produksi di Banten terus diupayakan dalam rangka memenuhi permintaan. Peningkatan produksi diiringi pula dengan produktivitas pada tahun 2012 yang meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tetapi secara umum perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas di Kota Cilegon berfluktuatif.

Tabel 5 Perkembangan luas panen, produktivitas, dan jumlah produksi melon apollo di Kota Cilegon tahun 2008-2012

Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ku/Ha)

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, 2014

(18)

4

panjang pengembangan usahatani melon apollo diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.

Berdasarkan informasi bahwa masih terdapat peluang permintaan pasar yang besar akibat fluktuasi konsumsi terkait ketersediaan produksi. Fluktuasi produksi melon apollo mendorong Pemerintah Kota Cilegon untuk mengembangkan usahatani melon apollo yang telah ada. Pengembangan ini selain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melon, juga untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Cilegon. Pada saat ini, pengembangan melon apollo di Kota Cilegon tidak lagi bersifat ekstensifikasi tetapi lebih difokuskan pada pola intensifikasi. Hal ini dikarenakan makin berkurangnya lahan-lahan pertanian sebagai akibat dari meningkatnya jumlah penduduk dan pemukiman. Pola intensifikasi ini lebih menekankan pada perbaikan teknis produksi berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Good Agriculture Practices (GAP).

Rumusan Masalah

Salah satu komoditas potensial yang terdapat di Kota Cilegon adalah melon apollo (Tabel 6), karena memiliki produksi terbesar ketiga setelah mangga dan dan pisang. Potensi melon apollo cukup bagus untuk dikembangkan, terlebih lagi kecocokan agroklimat Kota Cilegon sangat mendukung untuk melakukan budidaya melon apollo. Selain itu, peluang pasar yang masih terbuka membuat Pemerintah Kota Cilegon berusaha untuk mengembangkan komoditas ini dan menjadikan melon apollo sebagai komoditas unggulan1.

Pemilihan komoditas melon apollo tentunya dilandasi oleh adanya keinginan memperoleh keuntungan yang tinggi pada saat panen. Dibanding dengan tanaman hortikultura lain, tanaman melon memerlukan perawatan yang intensif dikarenakan sifat tanaman yang sangat rentan terhadap hama dan penyakit. Selain itu, semakin mahalnya harga sarana produksi maupun upah tenaga kerja juga akan mempengaruhi keuntungan yang akan diterima. Dengan berbagai kondisi tersebut, petani harus dapat mengalokasi faktor produksi yang digunakan agar dapat mengelola usahatani melon secara efisien. Perilaku harga input yang berfluktuasi dan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki petani menyebabkan petani dalam memaksimalkan keuntungan maupun pendapatannya lebih banyak memilih dengan menekan biaya serendah mungkin.

Jumlah produksi total melon apollo di Kota Cilegon pada tahun 2013 sebesar 1 129.48 kwintal yang berasal dari 6 kecamatan, antara lain Citangkil, Pulomerak, Purwakarta, Grogol, Jombang, dan Cibeber. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 yang memuat data jumlah produksi melon apollo dari beberapa kecamatan di Kota Cilegon. Diperoleh informasi bahwa melon merupakan salah satu komoditas dengan produksi terbesar jika dibandingkan dengan mangga dan pisang. Melon apollo yang merupakan jenis tanaman musiman yang jika dibudidayakan dengan benar akan menghasilkan produksi tinggi dan kualitas baik sehingga akan berpengaruh pada harga yang tinggi.

(19)

5

Tabel 6 Jumlah produksi melon apollo di Kota Cilegon 2013

Kecamatan Jumlah produksi (kwintal) Sumber : BPS Kota Cilegon 2014

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Pertanian, jumlah kelompok tani SOP melon kuning sebanyak 22 kelompok tani pada tahun 2013 (Lampiran 1). Sedangkan pada tahun 2014 jumlah petani yang mengusahatanikan melon sebanyak 14 orang, hanya sebanyak 6 orang SOP dan sebanyak 8 orang petani non SOP. Penurunan jumlah petani yang mengusahatanikan melon diduga berimplikasi pada produksi melon apollo yang menurun.

Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa penurunan jumlah petani merupakan akibat dari petani yang mengalami kegagalan dalam panen. Kegagalan panen tersebut berasal dari petani yang tidak mengikuti anjuran untuk menerapkan SOP. Tujuan dari penerapan SOP oleh Dinas Pertanian Kota Cilegon agar aktivitas usahatani diarahkan pada peningkatan kualitas dan produktivitas buah melon apollo. Melalui rangkaian aktivitas usahatani dari proses pembenihan, pemupukan hingga pemanenan, maka akan terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas pada hasil buah. Peningkatan pada kualitas (mutu buah) dan hasil produksi akan berimplikasi pada harga yang diterima petani. Perbedaan yang paling terlihat antara kegiatan budidaya SOP dan dengan cara non SOP yaitu dalam hal kegiatan pemupukan, pengairan dan penggunaan pestisida.

Anjuran yang terdapat dalam SOP sudah diumumkan oleh pihak penyuluh pertanian kepada para petani melon, tetapi tidak semua petani melalukan hal tersebut. Sehingga harus dilakukan pengkajian penerapan SOP kepada petani melon mengenai SOP, produksi dan pendapatan pada tiap petani dan rata-rata dari keseluruhan petani (Lampiran 1). Berdasarkan data Dinas Pertanian Kota Cilegon (2014) menunjukkan bahwa produksi melon apollo di Kota Cilegon pada tahun 2011 sebesar 435 ton sedangkan pada tahun 2012 jumlah produksi sebesar 437 ton. Peningkatan produksi diharapkan selalu bertambah setiap tahunnya, sehingga analisis perbandingan penerapan SOP dan non Sop dapat dilakukan untuk membuat keputusan usahatani dalam hal budidaya, sehingga petani dapat merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan usaha yang sedang berjalan. Melihat besarnya fungsi tentang informasi tersebut, maka penelitian ini mencoba untuk menganalisis beberapa permasalahan yang terkait dengan pendapatan dan keuntungan, yaitu :

(20)

6

2. Apakah terdapat perbedaan pendapatan dan R/C rasio pada petani melon apollo SOP dan non SOP di Kota Cilegon ?

Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis keragaan usahatani melon apollo di Kota Cilegon SOP dan non SOP.

2. Menganalisis pendapatan dan R/C ratio baik setiap petani maupun secara rata-rata petani melon apollo.

Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti sebagai penerapan dari teori dan ilmu yang diperoleh selama ini.

2. Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam pengambilan kebijakan guna terwujudnya peningkatan produktivitas melon apollo

3. Bagi masyarakat akademik dapat digunakan sebagai sumber inspirasi dan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini terbatas pada tujuh Kecamatan di Kota Cilegon, antara lain : Grogol, Citangkil, Cibeber, Pulomerak, Purwakarta, Jombang, dan Cilegon. Aktivitas yang diamati adalah aktivitas yang dilakukan petani dalam usahatani melon apollo. Penelitian ini fokus pada aktivitas usahatani melon apollo yang dilakukan secara langsung oleh petani. Analisis yang akan dilakukan yaitu mengenai pendapatan petani, keuntungan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya usahatani melon apollo.

TINJAUAN PUSTAKA

Golden Melon atau Melon Apollo

(21)

7

Gambar 1 Melon apollo2

Penggunaan Input Produksi Melon

Faktor keberhasilan dalam usahatani melon dipengeruhi oleh input-input produksi. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa tenaga kerja, benih, pupuk, obat-obatan dan luasan lahan berpengaruh signifikan terhadap produksi melon (Arumningtyas 2006; Asmara dan Sulistyaningrum 2008; Kusumasari 2013; Verryca 2011; Simatupang 2005; Yekti 2005)

Penelitian-penelitian yang dilakukan memiliki hasil yang berbeda-beda mengenai penggunaan input dalam produksi melon, namun beberapa peneliti membuktikan bahwa tenaga kerja, pupuk, luas lahan dan obat-obatan memiliki pengaruh yang signifikan pada produksi melon. Sehingga diperoleh informasi bahwa input produksi yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu tersebut penting untuk diperhatikan dalam budidaya melon. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, penulis akan melakukan analisis untuk mengkaji pengaruh SOP yang mencakup penggunaan input produksi sebagai pengaruh keberhasilan produksi melon apollo di Kota Cilegon.

Pengaruh Standar Operasional Prosedur terhadap Struktur Biaya dan Pendapatan Petani

Aktivitas usahatani yang melibatkan manusia dengan alam memerlukan standar operasional prosedur (SOP) yang tepat karena diharapkan memberikan banyak manfaat bagi petani. Beberapa penelitian terdahulu mengatakan bahwa pendapatan tunai petani SOP lebih besar dibanding pendapatan tunai petani non SOP (Dalimunthe 2008; Widyaningsih 2008; Zamani 2008 ; Hartanti 2010, Lisanti 2014). Sebagian besar penerimaan yang besar tersebut dikarenakan tingkat gagal panen yang dialami petani sangat kecil sehinggi produksi dan kualitas buah sangat baik maka harga jual semakin tinggi, hal ini yang menjadi penyebab pendapatan tunai petani SOP lebih tinggi. Menurut peneliti terdahulu pengaruh SOP terhadap pendapatan dapat dilakukan dengan uji beda, yaitu uji-t. Perhitungan pendapatan juga dilakukan dengan uji statistic uji-t (Asmara dan Sulistyaningrum 2008, Hartanti 2010)

(22)

8

Hasil analisis mengenai strutur biaya yang meliputi biaya total dan biaya tunai pada petani SOP dan non SOP menyatakan bahwa biaya tunai dan biaya total yang keluarkan oleh petani SOP lebih besar dari pada biaya total dan biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani non SOP (Dalimunthe 2008; Widyaningsih 2008; Zamani 2008 ; Hartanti 2010, Lisanti 2014). Biaya tunai terbesar adalah biaya tenaga kerja (Hartanti 2010, Widyaningsih 2008), biaya terbesar yang dikeluarkan petani berasal dari biaya pupuk dan biaya benih (Zamani 2008). Besarnya biaya tunai yang dikeluarkan oleh setiap input bermacam-macam hal ini dikarenakan setiap tanaman memiliki penangan yang berbeda-beda.

Dalam analisis efisiensi yang menggunakan analisis R/C yaitu perbandingan antara nilai penerimaan dengan nilai biaya. Nilai R/C yang dihitung antara lain R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan jika hasil analisis perbandingan penerimaan dan biaya (R/C) usahatani untuk petani SOP dan petani non SOP, menunjukkan bahwa nilai R/C rasio yang lebih besar dari satu maka usahatani memiliki penerimaan yang lebih besar dibandingkan dengan biaya usahatani, hasil studi tersebut dilakukan oleh (Zamani 2008; Dalimunthe 2008; Hartanti 2010; Lisanti 2014). Nilai R/C yang diperoleh peneliti pada petani SOP memiliki nilai R/C lebih besar dari nilai R/C petani non SOP, walaupun keduanya memiliki nilai R/C di atas satu. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani yang menerpakan SOP lebih menguntungkan dibandingkan usahatani non SOP

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa pengaruh SOP terhadap strukur biaya dan pendapatan menunjukkan hasil yang positif. Penelitian tentang analisis perbandingan usahatani melon apollo di Kota Cilegon belum pernah dilakukan. Berdasarkan referensi penelitian sebelumnya, penulis mencoba untuk menganalisis pendapatan usahatani melon apollo di Kota Cilegon untuk mengetahui pendapatan, keuntungan, dan efisiensi usahataninya.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Analisis Pendapatan Usahatani

Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa penampilan usahatani. Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak terjual yang dinilai berdasarkan harga pasar. Menurut Soekartawi et al (1986), pendapatan bersih usahatani digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan factor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau pinjaman yang diinvestasikan dalam usahatani.

(23)

9 kekayaan yang dipergunakan dalam usahatani. Pendapatan petani dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya alat-alat dan dengan bunga modal diluar (Hadisapoetro, 1973). Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan total pengeluaran usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani ini mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani akibat dari penggunaan faktor-faktor produksi atau pendapatan bersih usahatani ini merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan beberapa usahatani lainnya, maka ukuran yang digunakan untuk menilai usahatani ialah dengan penghasilan bersih usahatani yang merupakan pengurangan antara pendapatan bersih usahatani dengan bunga pinjaman, biaya yang diperhitungkan dan penyusutan.

Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya

Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi. Oleh karena itu, pendapatan usahatani merupakan keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan keragaan beberapa usahatani. Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak, juga dinilai efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi pendapatan adalah penerimaan (R) untuk setiap biaya (C) yang dikeluarkan (R/C). Rasio ini menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk produksi. Analisis rasio ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif terhadap kegiatan usahatani sehingga dapat dijadikan penelitian terhadap keputusan petani untuk menjalankan usahatani tertentu. Usahatani efisien apabila R/C lebih besar dari 1 (R/C > 1) artinya untuk setiap Rp. 1.00 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan lebih dari Rp. 1.00. Sebaliknya jika rasio R/C lebih kecil satu (R/C < 1) maka dikatakan bahwa setiap Rp. 1.00 biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan kurang dari Rp. 1.00 sehingga usahatani dinilai tidak efisien. Semakin tinggi nilai R/C semakin menguntungkan usahatani tersebut.

Imbalan Kepada Pemilik Modal

Jika keuntungan merupakan keberhasilan pengelolaan usahatani secara integral maka untuk mengukur keberhasilan pengelolaan usahatani secara parsial perlu dilihat imbalan bagi faktor-faktor produksi yaitu imbalan bagi lahan (return to land), imbalan bagi tenaga kerja (return to labor) dan imbalan bagi modal (return to capital). Untuk keperluan analisis bagi faktor-faktor produksi ini maka biaya manajemen petani harus terlebih dahulu ditetapkan. Biaya manajemen ini diperhitungkan sebagai gaji bagi petani dan keluarganya dalam mengelola usahataninya. Pendapatan usahatani sesungguhnya sama dengan jumlah semua imbalan yang diterima petani sebagai pemilik faktor-faktor produksi yang dipergunakan dalam usahatani. Imbalan bagi faktor-faktor produksi tersebut diperhitungkan berdasarkan prinsip biaya imbangan (Opportunity Cost) (Rifiana 2012).

Imbalan Kepada Tenaga Kerja Keluarga

(24)

10

merupakan pendapatan tenaga keluarga yang biasanya dinyatakan dalam jumlah untuk satu hari kerja (Hadisapoetra, 1973).

Kerangka Pemikiran Operasional

Cilegon merupakan salah satu daerah penghasil melon apollo di Banten. Lokasi usahatani melon apollo di Cilegon terdapat pada tujuh kecamatan antara lain : Grogol, Citangkil, Cibeber, Pulomerak, Purwakarta, Jombang, dan Cilegon. Walaupun usahatani melon terbagi menjadi beberapa kecamatan tersebut belum banyak petani yang mengusahakan melon secara terus menerus sehingga atas pertimbangan tersebut maka analisis usahatani melon sangat diperlukan. Cilegon memiliki banyak potensi dan peluang untuk kegiatan usahatani melon yaitu kondisi sumber daya alam yang cocok, permintaan pasar domestik, berperan dalam meningkatkan pendapatan daerah (harga jual tinggi), meningkatkan pendapatan petani, memfungsikan sebagian lahan yang tersedia dan berguna untuk konservasi tanah dan air.

Adanya permintaan yang fluktuatif dari tahun ke tahun yang memunculkan gap antara permintaan dan produksi membuat usahatani melon menjadi sangat potensial bila dikelola secara terus menerus dan benar. Adanya flutuasi permintaan melon apollo dianggap sebagai faktor untuk meningkatkan produksi melon. Petani melon apollo di Kota Cilegon belum sepenuhnya menerapkan SOP, walaupun pemerintah sudah menjelaskan mengenai pentingnya menerapkan SOP dalam program penyuluhan untuk meningkatkan pendapatan dan keuntungan dari kegiatan usahatani melon apollo.

Dalam budidaya melon apollo umumnya sama seperti budidaya pertanian lain yang banyak menghadapi resiko, terutama resiko cuaca dan gangguan hama, hal ini dapat mempengaruhi besar kecilnya hasil produksi melon yang diusahakan, sehingga seringkali petani belum mampu memenuhi permintaan konsumen terhadap melon apollo.

Teknik budidaya melon apollo berdasarkan SOP, memungkinkan adanya ketentuan penggunaan faktor-faktor produksi pada kegiatan budidaya melon apollo. Faktor-faktor produksi dalam usahatani melon apollo yang menjadi ketentuan SOP adalah dosis pemupukan, penyemprotan pestisida dan teknis budidaya lainnya. Pengaturan dan ketentuan penggunaan faktor-faktor produksi tersebut, menyebabkan terjadinya perbedaan biaya input usahatani antara petani SOP dan petani non SOP. Terlebih lagi dengan semakin mahalnya biaya input produksi pupuk dan insektisida, menyebabkan biaya input semakin tinggi. Pada budidaya melon apollo SOP yang mengharuskan menggunakan input lebih banyak serta semakin tingginya biaya input yang harus dikeluarkan, diduga dapat menyebabkan semakin menurunnya pendapatan yang akan diterima petani.

(25)

11

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional

biaya dan penerimaan diperlukan dalam analisis pendapatan usahatani dari kedua jenis petani tersebut. Identifikasi biaya dilakukan agar biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani dapat diketahui. Harga jual juga diperlukan karena merupakan komponen penerimaan dari kegiatan usahatani. Keuntungan diperoleh dari total penerimaan dikurangi biaya yang dikeluarkan. Penerimaan yang diterima untuk setiap satuan unit biaya yang dikeluarkan dapat dihitung dengan pendekatan rasio R/C.

Hasil dari analisis diatas, bertujuan untuk mengetahui keadaan usahatani melon petani SOP maupun petani non SOP. Selain itu, hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi Pemerintah Kota Cilegon khususnya Dinas Pertanian dalam menentukan kebijakan yang akan diambil untuk pengembangan usahatani. Kerangka pemikiran terkait dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dirumusan sebelumnya digambarkan dalam suatu bagan alur kerangka pemikiran pada Gambar 1.

Kkkk

Kesimpulan

Return to Family Labor

Return to Capital

Tantangan :

 Persaingan kualitas dan kuantitas.

 Fluktuasi produksi

Uji beda

Pendapatan Usahatani Efisiensi Usahatani

Analisis R/C Rasio

Peluang dan potensi :

 Kondisi sumber daya alam yang cocok untuk budidaya melon apollo di Kota Cilegon.  Permintaan pasar domestik.

 Berperan dalam meningkatkan pendapatan daerah (harga jual tinggi), meningkatkan pendapatan petani, memfungsikan sebagian lahan yang tersedia dan berguna untuk konservasi tanah dan air.

Program Peningkatan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksi sesuai standar mutu.

(26)

12

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Cilegon pada tujuh kecamatan yaitu Grogol, Citangkil, Cibeber, Pulomerak, Purwakarta, Jombang, dan Cilegon. pemilihan lokasi ditentukan berdasarkan metode purposive sampling dengan pertimbangan bahwa Cilegon merupakan daerah yang berpotensi memproduksi melon apollo. Pengumpulan data dilakukan bulan September 2014 hingga Oktober 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder, baik data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara, pengisian kuesioner serta pengamatan langsung di lapangan. Wawancara akan dilakukan kepada petani melon apollo. Data sekunder akan dikumpulkan dari literatur-literatur yang relevan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten dan BPS Pusat dalam informasi data mengenai luas lahan, produktivitas, jumlah pohon, kondisi ekspor dan impor,dan lainnya.

Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan kepada petani melon apollo yang terdapat di Kota Cilegon. Jumlah sampel petani responden adalah 14 orang yang terdiri dari 6 orang petani SOP dan 8 orang petani non SOP. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan survey karena jumlah nama yang didapat dari Dinas Pertanian saat ini hanya 5 orang yang masih mengusahatanikan melon apollo dan 9 responden lainnya didapat dengan metode snowball. Pengambilan sampel dilakukan dengan survey kriteria-kriteria yang dipertimbangkan dan rekomendasi pihak terkait. Kriteria sampel petani responden untuk petani SOP dan tidak menerapkan SOP adalah petani yang mengusahakan melon apollo dengan periode agustus 2013 - oktober 2014 dengan masa panen terakhir dalam satu kali musim tanam.

Metode Analisis Data

(27)

13

Analisis Usahatani

Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani terdiri dari penerimaan tunai, penerimaan yang diperhitungkan, dan penerimaan total. Secara matematis persamaan dari penerimaan dapat ditulis (Soekartawi 1986) :

= × �

Keterangan :

TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga komoditas Y yang dihasilkan

Pengeluaran Usahatani

Pengeluaran usahatani adalah seluruh pengorbanan yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang dibutuhkan. Perhitungan pengeluaran usahatani dapat dirumuskan (Soekartawi 1986) :

Dalam Soekartawi et al. (1986), Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya. Pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Perhitungan analisis pendapatan usahatani dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Perhitungan analisis pendapatan usahatani

No. Keterangan Perhitungan

1 Penerimaan Tunai Harga x Hasil Panen dijual (kg) 2 Penerimaan yang diperhitungkan Harga x Hasil Panen dikonsumsi (kg) 3 Total Penerimaan Jumlah seluruh penerimaan tunai dan

yang diperhitungkan

4 Biaya Tunai a. Biaya sarana produksi

b. Biaya tenaga kerja luar keluarga 5 Biaya yang diperhitungkan a. Biaya tenaga kerja dalam keluarga

b. Penyusutan peralat

6 Total Biaya (4) + (5)

7 Pendapatan atas biaya tunai (1) – (4) 8 Pendapatan atas biaya total (3) – (6)

9 Pendapatan bersih (8) – Bungan pinjaman

10 Return to total capital (9) - (5)

11 Return to Labour (9) - Bungan Modal

12 R/C R/C atas biaya tunai dan R/C biaya total

(28)

14

Analisis Biaya Penyusutan

Penilaian alat-alat dan bangunan yang mempunyai daya tahan lama, biasanya dilakukan dengan menghitung penyusutannya. Menurut Hernanto (1989) ada beberapa metode dalam menghitung penyusutan yang dapat dipakai, yaitu metode garis lurus (straight line method), double declining balance method, dan sum of year digit method. Dalam analisis ini digunakan metode garis lurus dengan perhitungan :

��� � = � − �

Keterangan :

NB : Nilai Beli Alat dan Bangunan

NS : Tafsiran Nilai Sisa Alat dan Bangunan UE : Umur Ekonomis

Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)

Analisis perbandingan antara penerimaan dan biaya dilakukan untuk mengetahui efisiensi dan kelayakan dari kegiatan usahatani yang dilakukan (Soekartawi et al. 1986). Secara teoritis manfaat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

R/C Ratio Total = �� � ��� � � = �.����

R/C Ratio Tunai = �� � ��� � =��+���.��

Keterangan :

Y = Total Produksi Py = Harga Produk BT = Biaya Tunai

BD = Biaya Diperhitungkan

Analisis Imbalan kepada Tenaga Kerja

Imbalan bagi tenaga kerja (Return to Labor) diperoleh dari hasil mengurangkan nilai produksi dengan semua biaya produksi kecuali biaya faktor produksi tenaga kerja yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

= . � − ∑ �. � � ¢i;i= , , …n

�= Keterangan :

Rtb = Return to Labor (Rp)

b = Faktor Produksi tenaga kerja

(29)

15

Analisis Imbalan kepada Pemilik Modal

Imbalan bagi modal (Return to Capital) diperoleh dari hasil mengurangkan nilai produksi dengan semua biaya produksi kecuali biaya produksi modal, yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

= . � − ∑ �. � � ¢i;i= , , …n

Analisis perbandingan rata-rata digunakan untuk melihat adakah perbedaan rata-rata. Dalam hal ini, yang akan dilihat adalah perbedaan rata-rata pendapatan yang diterima oleh petani SOP dan petani Non SOP, dengan rumus sebagai berikut :

H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata variabel (pendapatan) antara kelompok

SOP dan Non SOP

H1 : terdapat perbedaan rata-rata variabel antara kelompok SOP dan Non SOP.

Hasil analisis uji-t dapat digunakan untuk mengetahui hipotesis nol (H0)

diterima atau ditolak, maka dibandingkan t hitung dengan t tabel. Jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel maka H0 diterima atau pendapatan usahatani melon apollo SOP

sama dengan pendapatan usahatani melon non SOP, jika sebaliknya maka H0

ditolak atau pendapatan usahatani melon apollo SOP lebih besar dibandingkan dengan pendapatan usahatani melon non SOP. Begitu juga dengan nilai signifikansi apabila lebih kecil dari 0,1 maka Tolak H0. Artinya terdapat

perbedaan rata-rata pendapatan antara kelompok SOP dan Non SOP, pada taraf nyata 90 persen, jika sebaliknya maka H0 diterima.

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Gambaran Umum wilayah penelitian

(30)

16

Selatan (LS) dan 105º 54’ 05” – 106º 05’ 11” Bujur Timur (BT). Batasan ruang lingkup wilayah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 luas wilayah administrasi 17 550 Ha dengan 4 kecamatan yang telah dimekarkan menjadi 8 kecamatan (Kecamatan Ciwandan, Citangkil, Pulomerak, Grogol, Purwakarta, Cilegon, Jombang, dan Cibeber) yang terdiri atas 43 kelurahan. Kota Cilegon mempunyai batas-batas sebagai berikut :

1. Utara : Kecamatan Pulo Ampel dan Bojonegara (Kabupaten Serang) 2. Barat : Selat Sunda

3. Selatan : Kecamatan Anyer dan Mancak (Kabupaten Serang)

4. Timur :Kecamatan Kramatwatu dan Waringin Kurung (Kabupaten Serang)

Sehubungan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, kewenangan daerah kota terhadap laut adalah 1/3 dari wilayah laut Provinsi (yaitu 12 mil laut), atau 4 mil laut (1 mil laut = 1.852 m, sehingga 4 mil laut = 7.408 m). Panjang pantai Kota Cilegon yang menghadap ke Selat Sunda adalah sekitar 25 km. Sehingga secara tentatif luas laut yang menjadi kewenangan Kota Cilegon sekitar 185 km2, atau sedikit lebih luas dari wilayah daratan.

Pada wilayah laut terletak pulau-pulau, yaitu Pulau Merak Besar, Pulau Merak Kecil, Pulau Rida, dan Pulau Ular. Morfologi Kota Cilegon berada pada ketinggian antara 0-553 meter di atas permukaan laut (dpl). Wilayah tertinggi berada di bagian utara Kecamatan Pulomerak (Gunung Gede), sedangkan terendah berada di bagian barat yang merupakan hamparan pantai. Berdasarkan karakteristik morfologi daratan dan kemiringan lahan, secara garis besar Karakteristik fisik Kota Cilegon dapat dibedakan ke dalam tiga bagian, yaitu :

 Bentuk dataran, mempunyai kemiringan lahan berkisar antara 0-2% hingga 2–7%, tersebar di sepanjang pesisir pantai barat dan bagian tengah Kota Cilegon.

 Bentuk perbukitan-sedang, mempunyai kemiringan lahan berkisar antara 7-15%, terdapat di wilayah tengah kota, tersebar di bagian utara dan selatan kecamatan Cilegon dan Cibeber, serta bagian selatan Kecamatan Ciwandan dan Citangkil.

 Bentuk perbukitan-terjal, mempunyai kemiringan lahan berkisar antara 15–40% hingga lebih dari 40%, tersebar di bagian utara Kota Cilegon (Kecamatan Pulomerak dan Grogol) dan sebagian kecil wilayah barat Kecamatan Ciwandan

Dengan luas 175.5 km2, Kota Cilegon dibagi menjadi ke dalam delapan

kecamatan dan 43 kelurahan. Kota Cilegon memiliki iklim tropis dengan temperatur berkisar antara 21.9oC-33.5oC dan curah hujan rata-rata 100 mm perbulan. Luasan wilayah sebanyak 0.15% dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan, sebanyak 4.28% dimanfaatkan sebagai hutan Negara, sebanyak 7.63% dimanfaatkan sebagai lahan kering, sebanyak 11.20% sebagai lahan sawah, sebanyak 31.96% sebagai pekarangan, sebanyak 25.27% sebagai tegal//kebun, dan sebanyak 11.39% sebagai ladang.

(31)

17 kacang merah, ubi kayu, cabe, tomat, buncis, kacang-kacangan, timun, oyong, melon, pepaya, dan sayur-sayur lainnya. Kecamatan Cibeber, Pulomerak, dan Ciwan dan merupakan tiga kecamatan dengan urutan teratas yang mempunyai jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak, yaitu masing-masing 1 237 rumah tangga, 1 164 rumah tangga, dan 1 129 rumah tangga. Sedangkan Kecamatan Jombang merupakan wilayah yang paling sedikit jumlah rumah tangga usaha pertaniannya, yaitu sebanyak 555 rumah tangga.

Tabel 8 Usaha pertanian Kota Cilegon tahun 2013

Kecamatan Usaha pertanian

Sumber : (Sensus Pertanian) Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cilegon, 2014 (*) Rumah Tangga Petanian

Kota Cilegon tidak memiliki perusahaan pertanian berbadan hukum yang ada adalah usaha pertanian selain perusahaan dan rumah tangga. Usaha pertanian non rumah tangga ada sebanyak 4 unit yang semua dikelola oleh yayasan islam/pondok pesantren. Jumlah usaha pertanian tersebut terdapat di tiga Kecamatan yaitu Kecamaan Cibeber sebanyak 2 unit dan Kecamatan Citangkil dan Kecamatan Cilegon masing-masing 1 unit.

Berdasarkan data baik dari BPS dan Sensus Pertanian, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah di Kota Cilegon dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dengan jumlah RTP lebih banyak dari pada jumlah jumlah perusahaan yang unit usahanya dibidang pertanian.

Rata-rata kepadatan penduduk Kota Cilegon adalah 2 269 jiwa/km2. Jumlah penduduk Kota Cilegon pada tahun 2013 sebesar 398 304 jiwa yang terdiri dari 203 502 jiwa laki-laki dan 194 802 jiwa perempuan. Populasi penduduk di Kota Cilegon terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9 Populasi penduduk Kota Cilegon menurut umur tahun 2013

(32)

18

Data dari Tabel 9, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Cilegon didominasi oleh mereka yang berusia produktif (15–44 tahun) sebanyak 147 682 jiwa untuk usia 15-34 tahun dan sebanyak 64 178 jiwa untuk usia 34-44 tahun. selanjutnya disusul oleh anak–anak dan remaja (0–15tahun) sebanyak 114 401 jiwa, kemudian orang tua (46 – >60 tahun). Berkaitan dengan upaya pengembangan usaha hortikultura di Kota Cilegon maka komposisi penduduk pada Tabel 9 cukup mendukung.

Tabel 10 Sebaran mata pencaharian masyarakat di Kota Cilegon tahun 2013

No Mata Pencaharian Jumlah penduduk (%)

1 Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan 3.25

2 Pertambangan dan penggalian 0.82

3 Industri pengolahan 14.02

4 Listrik, gas, dan air bersih 0.83

5 Konstruksi 9.47

6 Perdagangan, perhotelan dan restoran 25.21

7 Transportasi dan komunikasi 12.96

8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 12.79

9 Jasa-jasa 20.66

Total 100.00

Sumber : BPS, 2014

Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kota Cilegon didominasi oleh penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai Pengusaha yang bergerak dibidang non pertanian (perdagangan, perhotelan, dan restoran) sebanyak 25.21 persen, penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 3.25 persen. Sedangkan jumlah penduduk untuk mata pencaharian yang paling rendah adalah penduduk yang bermata pencaharian dibidang pertambangan dan penggalian sebesar 0.82 persen. Berdasarkan data lapangan yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian menunjukkan bahwa penduduk kurang tertarik untuk bekerja di bidang pertanian, karena menurut mereka kegiatan usahatani tidak memberikan jaminan hidup yang lebih baik dibanding bekerja sebagai pengusaha yang bergerak dibidang non-pertanian yang dianggap memiliki prospek masa depan yang baik.

Beberapa petani di Kota Cilegon melakukan usahatani melon apollo di sawah yang mereka kelola. Lahan sawah di Kota Cilegon yang digunakan untuk usahatani melon tergolong pada jenis sawah irigasi sederhana. Saluran tataniaga melon apollo di Kota Cilegon secara umum adalah petani menjual hasil panen di sawah kepada Pengumpul/tengkulak menjual melon apollo ke supermarket atau pedangan besar. Super market/pedangan besar langsung menjual kepada konsumen.

Karakteristik Petani Responden

(33)

19 pelatihan yang diadakan Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cilegon. Namun, tidak seluruh petani SOP paham dan mengerti secara tepat pengertian akan Standar Operasional Prosedur (SOP).

Tabel 11 Daftar nama-nama kelompok tani dan ketua kelompok tani melon apollo di Kota Cilegon pada tahun 2013

No Kelompok Nama Alamat Varietas Kecamatan

Petani non SOP

1 Jaya Muda Tani Suyatna Cibeber Apollo 2 Mandiri Sarwita Pulomerak Apollo 3 Harapan Tani Marji'i Purwakarta Apollo 4 Citra Arum Sari Faiza Purwakarta Apollo 5 Melon Mas Gemilang Mashadi Masdik Jombang Apollo 6 Jaya Muda Tani A. Arifin (ipin) Cibeber Apollo 7 Taruna Karya AhmadMahmud Jombang Apollo 8 Harapan Tani I Nandang Masigit Apollo Petani SOP

9 Citra Arum Sari Suryadi Grogol Apollo 10 Blok Bayur Syarifudin Citangkil Apollo 11 Mandiri Herman Grogol Apollo 12 Suka Tani Rohmani Jombang Apollo 13 Citra Arum Sari Asliyah Citangkil Apollo 14 Busur Andang Sutisna Kejambulan Apollo Sumber : Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cilegon, 2014

Karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini baik dari petani SOP maupun petani non SOP adalah karakteristik berdasarkan pengalaman mengikuti praktek lapang, status usahatani melon apollo, usia, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan, luas lahan garapan, status penguasaan lahan dan waktu panen melon terakhir. Keragaman karakteristik tersebut dapat mempengaruhi keputusan petani responden dalam melakukan kegiatan usahatani melon apollo.

Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Magang Melon Apollo

(34)

20

Tabel 12 Karakteristik responden berdasarkan pengalaman magang melon apollo yang diadakan Dinas Pertanian

No magang melon Pengalaman (kali)

Petani SOP Petani non SOP

Jumlah

(Orang) Persentase (%) (Orang) Jumlah Persentase (%)

1 0 0 0.00 3 37.5 persen atau 3 orang belum pernah mengikuti pelatihan magang melon apollo dan sebanyak 62.5 persen atau 5 orang non SOP tetapi pernah mengikuti magang melon satu kali. Petani SOP dengan nilai 66.67 persen atau 4 orang telah mengikuti kegiatan sekolah lapang selama satu kali dan sebanyak 33.33 persen atau 2 orang telah mengikuti lebih dari satu kali kegiatan magang melon apollo. Sehingga berdasarkan pengalaman magang dapat diketahui bahwa rerata petani SOP tidak pernah tidak mengikuti kegiatan magang melon apollo, tetapi terdapat 5 orang petani yang sudah mengikuti magang melon apollo namun tidak menerapkan SOP.

Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Umur

Petani yang menjadi responden berusia antara 35-62 tahun. Tingkat usia berpengaruh terhadap produktivitas petani. Petani yang berusia 35-45 tergolong kedalam usia produktif yang seharusnya dapat menghasilkan produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan usia petani yang tidak lagi produktif. Hubungan antara usia dengan produktivitas petani berkaitan dengan proses pengolahan lahan pertanian yang membutuhkan tenaga. Dalam proses pengambilan keputusan untuk menerapkan inovasi/cara baru kaitannya dengan SOP dalam usahatani melon apollo faktor usia menjadi salah satu pengaruh sehingga dapat menghasilkan output yang lebih optimal.

(35)

21 Tabel 13 Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia, di Kota Cilegon

tahun 2014 sebagian besar berusia produktif yaitu 30-45 tahun. Sehingga diketahui petani yang cenderung tertarik untuk menerapkan SOP adalah petani yang berumur lebih dari 45 tahun.

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dari hasil wawancara dengan petani responden, tingkat pendidikan yang dimiliki para petani rata-rata hanya mencapai tingkat SMA. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan terhadap penerapan inovasi dalam suatu usahatani. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan dapat menentukan pola pikir dari setiap individu, sehingga menimbulkan berbagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berbeda. Tingkat pendidikan petani dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, di Kota Cilegon tahun 2014

(36)

22

kegiatan budidaya melon yang sedang dilakukan sudah benar sehingga mengabaikan pola budidaya yang dianjurkan dalam SOP. Hal ini menyebabkan produktivitas melon yang yang dipanen lebih sedikit dibanding dengan SOP.

Karakteristik Responden Berdasarkan Status Usahatani Melon

Dari hasil wawancara dengan petani responden, diketahui bahwa sebagian besar petani menjadikan usahatani melon sebagai pekerjaan utama, tetapi beberapa petani tidak hanya menggantungkan hidupnya dari bertani melon, tetapi petani juga mempunyai pekerjaan sampingan diluar pertanian seperti karyawan, pns, berdagang dan lainnya.

Tabel 15 Karakteristik responden berdasarkan status usahatani melon, di Kota Cilegon tahun 2014

No Status Usahatani Melon Jumlah Petani non SOP Petani SOP (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Pekerjaan Utama 4 50 4 66.67

2 Pekerjaan Sampingan 4 50 2 33.33

Jumlah 8 100 6 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 15, dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden menjadikan bertani melon sebagai pekerjaan utama. Persentase petani SOP, yang menjadikan usahatani melon sebagai pekerjaan utama sebesar 66.67 persen atau sebanyak 4 orang. Sedangkan persentase petani melon apollo non SOP, yang menjadikan usahatani melon sebagai pekerjaan utama sebesar 50 persen atau sebanyak 4 orang. Tingginya persentase yang menjadikan usahatani Melon sebagai pekerjaan utama dikarenakan beberapa petani menjadikan sebagai kegiatan setelah pensiun, dan beberapa petani lain tertarik akan keuntungan yang didapat.

Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan

(37)

23 Tabel 16 Karakteristik responden berdasarkan luas lahan, di Kota Cilegon tahun

2014

Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Jumlah Keluarga

Jumlah anggota keluarga tiap petani responden berbeda-beda. Anggota keluarga yang dimiliki oleh petani, terutama yang berusia produktif dapat ikut membantu dalam usahatani. Persentase anggota keluarga petani responden baik petani SOP dan tidak menerapkan SOP dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Persentase jumlah petani responden berdasarkan jumlah keluarga petani Jumlah Keluarga

Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden baik petani SOP maupun non SOP memilki anggota keluarga lebih dari 3 orang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota keluarga petani yang menjadi tanggungan petani jumlah sama. Berdasarkan jumlah anggota keluarga, diketahui bahwa jumlah anggota keluarga dapat mempengaruhi keadaan perekonomian rumah tangga petani. Rumah tangga petani yang memiliki jumlah anggota keluarga yang relatif banyak, sehingga dituntut agar dapat memiliki pendapatan yang lebih besar.

Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Melon Apollo

Dari hasil wawancara dengan petani responden diketahui bahwa pengalaman usahatani melon apollo berkisar dari tahun 2006 hingga saat ini. Diduga pengalaman berusahatani yang lebih lama mampu mendorong petani untuk mengambil keputusan yang tepat untuk usahatani setiap individu. Selain itu, petani yang memiliki pengalaman usahatani lebih lama maka dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki secara optimal dan efektif. Pengalaman usahatani dapat dilihat pada Tabel 16.

(38)

24

petani yang memiliki pengalaman tiga sampai lima tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden yang memiliki pengalaman usahatani lebih sedikit cenderung menerapkan SOP. Petani non SOP sebagian besar petani yang sudah memiliki pengalaman lebih lama sehingga petani tersebut akan lebih memilih tetap menggunakan cara yang telah mereka gunakan sebelumnya dan tidak ingin untuk beralih ke SOP yang ditetapkan oleh BPPT.

Tabel 18 Karakteristik responden berdasarkan pengalaman berusahatani melon apollo di Kota Cilegon 2014.

No Beruasahatani melon Pengalaman (Tahun)

Pada bab ini membahas hasil-hasil penelitian meliputi keragaan usahatani melon di Kota Cilegon dan pengaruh SOP terhadap produksi dan pendapatan usahatani melon. Pandangan petani terhadap SOP akan mendeskripsikan mengenai perbedaan penerapan antara anjuran SOP dan petani responden terkait pada usahatani melon.

Perbandingan Penerapan SOP Usahatani Melon Menurut Anjuran SOP dengan Petani Responden

Kota Cilegon merupakan salah satu kota yang berpotensi memproduksi melon. Salah satu upaya untuk melakukan kegiatan budidaya berkelanjutan maka pihak BPTP menetapkan SOP sebagai metode budidaya yang tepat. Pelaksanan SOP di Kota Cilegon berdasarkan arahan antara penyuluh dan petani melon. Pada penerapan dalam kegiatan nyata, pelaksanaan SOP terjadi penyesuaian dengan permasalahan lahan dan kebiasaan yang telah dilakukan petani melon di Kota Cilegon. Secara ringkas SOP yang diterapkan di Kota Cilegon pada tahun 2014 sebagai berikut :

a. Menentukan lokasi / lahan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman.

b. Penyediaan benih bermutu dari varietas unggul (bersertifikat), benih melon hibrida F1 varietas apollo, sebanyak 18000 – 20000 biji/ha.

c. Penyemaian benih hingga benih menjadi bibit.

d. Penggunaan pupuk organik baik dari pupuk kandang ataupun dari pupuk organik komersial dengan dosis 800 kg/ha.

(39)

25 f. Jarak tanam dengan tinggi bedengan 30 cm, lebar bedengan 100-110 cm, lebar parit 50-60 cm. Panjang bedengan maksimal disesuaikan dengan bentuk tanah. g. Pengairan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman pada daerah perakaran tanaman dengan air yang memenuhi standar pada waktu, cara dan jumlah yang tepat.

h. Pengikatan dilakukan pada daun dengan jumlah 5, dan pemangkasan atau perompesan dilakukan diatas ruas ke-10. Tunas pada ruas ke 11 dibiarkan tumbuh calon buah yang akan dibesarkan.

i. Menjaga kebersihan kebun dengan cara membersihkan areal pertanaman dari gulma, daun-daun, ranting bekas pangkasan dan buah-buah yang busuk/rontok maupun sampah.

j. Pemberian pupuk tanaman yang dilakukan pada waktu tanaman berusia satu minggu dengan jarak setiap 4 hari untuk diberikan pupuk (susulan) yang berisi Pupuk anorganik NPK, KCL, KNO3 dan Pospat, Pupuk daun dengan dosis yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman.

k. Pengendalian OPT yang dilakukan secara rutin bersamaan dengan pemberian pupuk dan jenis obat (fungisida, insektisida).

l. Panen tepat waktu.

Penerapan SOP tersebut hanya dilaksanakan pada 6 orang petani melon sementara 8 orang petani lainnya melaksanakan kegiatan sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Perbandingan lebih banyak jumlah petani non SOP dikarenakan kurangnya ketegasan dari pihak penyuluh lapang sehingga petani yang datang hanya mendengarkan tanpa mau menerapkan SOP yang sesuai. Bagian yang paling penting terhadap pelaksanaan penerapkan SOP adalah pada bagian pengolahan lahan, penggunaan pupuk dasar, penggunaan pupuk tanaman, dan pengendalian hama dan penyakit. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas mengenai OPT seringkali melakukan pengobatan setelah tanaman sedang timbul penyakit, sedangkan menurut anjuran dalam pengendalian OPT yaitu pemberian obat dilakukan sebelum tanaman terkena penyakit. Sebagian besar petani yang memiliki keyakinan akan pengalamannya seringkali menggunakan pupuk dengan tidak sesuai dosis sehingga menyebabkan tanaman mengalami pertumbuhan buah yang tidak maksimal. Secara umum, perbedaan penerapan SOP pada usahatani melon pada petani SOP, tidak menerapkan SOP dirumuskan pada anjuran budidaya yang sudah ditetapkan BPTP dapat dijelaskan pada paragraf-paragraf di bawah ini.

Benih

(40)

26

Kebutuhan benih untuk 1 hektar sawah sesuai anjuran SOP adalah 18 000-20 000 biji dengan isi dalam 1 bungkus benih sebanyak 500-550 biji. Baik petani yang menerapkan SOP mengaplikasikan benih untuk satu hektar sawah 2 kali lebih besar dari ukuran lahan mereka. Petani yang menerapkan SOP dan tidak menerapkan SOP memiliki kebutuhan jumlah benih yan sama hal ini dikarenakan masing-masing petani mengantisipasi adanya serangan hama, adanya kemungkinan rendahnya perkecambahan, adanya kemungkinan rendahnya daya tumbuh, sehingga petani harus melakukan sulaman satu kali. Kegiatan sulaman tidak bisa dilakukan hingga lebih dari satu kali karena menurut petani responden kebutuhan gizi dan makanannya akan tertinggal dari tanaman yang lain.

Tata cara pengolahan tanah dan pemberian pupuk dasar

Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan pengolahan lahan adalah menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal. Pada tahap ini, hanya melibatkan tenaga kerja manusia baik untuk membuat bedengan maupun untuk pengolahan lahannya. Urutan pelaksanaannya yaitu pembersihan lahan, penggemburan tanah, pembuatan bedengan tinggi 30 cm, lebar bedengan 100-110 cm, lebar parit 50-60 cm, pengkapuran, pemberian pupuk dasar berupa pupuk organik 10-15 ton/ha, pupuk NPK sebanyak 1 ton/ha dan pemasangan mulsa. Sebagian besar petani melon di Kota Cilegon telah memahami mengenai cara pengolahan tanah yang baik dan benar, namun dalam pemberian pupuk dasar sebagian besar petani belum menerapkan sesuai anjuran perlakuan pupuk dasar dalam pengolahan tanah sehingga hal ini yang membedakan petani yang merapkan SOP dan Petani yang belum menerapkan SOP.

Penanaman di lapangan bedengan

Tujuan penanaman bibit di lapangan bedengan adalah menumbuh-kembangkan tanaman sampai berproduksi. Sebelum penanaman bibit di lahan, bedengan disiram agar cukup lembab. Pelubangan pada lahan dilakukan sedalam 5 cm. Setelah selesai penanaman, bibit disiram untuk mengurangi tingkat kelayuan. Penaman dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu saja, sebagian besar petani melakukan penaman pada pukul 15.30 wib hal ini dilakukan agar tanaman terhindar dari panas matahari siang. Dalam jarak waktu kurang dari tujuh hari pengkontrolan tanaman harus sangat rutin dilaksanakan karena jika terdapat tanaman yang tidak tumbuh makan penyulaman dapat segera dilakukan. Pada tahapan ini seluruh petani menerapkan penamanan di lapangan bedengan dengan baik.

Pengairan

(41)

27 Secara tahapan umur tanaman penyiraman yang dilakukan memiliki cara pengairan yang berbeda-beda adalah sebagai berikut :

 Pada awal pembentukan bunga, pengairan dilakukan 3 hari 1 kali, dengan cara parit antar bedengan digenangi sampai mencapai 2/3 tinggi bedengan. Apabila air tidak cukup menggenangi bedengan, lubang tanam disiram dengan air.

 Pada saat pembentukan dan mulai pembesaran buah, pengairan dilakukan 1 - 2 hari sekali, dengan cara parit antar bedengan digenangi sampai mencapai 2/3 tinggi bedengan. Apabila air tidak cukup menggenangi bedengan, lubang tanam disiram dengan air.

 Pada awal pembentukan buah, penyiraman dilakukan 2 - 4 hari sekali dengan menyiram setiap tanaman menggunakan gayung / ember.

 Pada daerah yang telah terkontaminasi / terinvestasi penyakit layu fusarium, penyiraman langsung ke setiap tanaman menggunakan gayung / ember dengan air yang diyakini tidak terkontaminasi penyakit layu

 Setelah buah terbentuk, penyiraman dilakukan 1 - 3 hari sekali, dengan cara parit antar bedengan digenangi sampai mencapai 2/3 tinggi bedengan. Apabila air tidak cukup menggenangi bedengan, lubang tanam disiram dengan air.

 Pada saat pematangan buah yaitu setelah tanaman berumur 55 hari, pengairan dihentikan sampai saat panen.

Secara umum penerapan cara pengairan didasarkan oleh jenis lokasi, apabila lokasi penanam dilakukan di sawah yang bercampur dengan tanaman lainnya maka bedengan biasanya digenangi air sedangkan cara pengairan lain adalah dengan sistem irigasi sehingga cara penyiraman yang telah dipaparkan diatas harus dilaksanakan oleh petani melon. Pada umumnya baik petani SOP maupun petani yang tidak menerapkan SOP telah memahami bagaimana pengairan untuk sawah mereka. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani biasanya waktu untuk mengairi sawahnya dilakukan hanya pada waktu pagi hari saja atau pada sore hari saja. Pengairan yang dilakukan petani pun berdasarkan tingkat lembab atau keringnya lahan.

Pengikatan dan Pemangkasan

(42)

28

tenaga kerja yang digunakan semakin sedikit jumlah tenaga kerja maka akan membutuhkan waktu yang lama sehingga terjadi keterlambatan pemangkasan.

Pemupukan susulan pada tanaman

Berdasarkan anjuran yang terdapat pada aturan SOP yang digunakan dalam kegiatan usahatani melon adalah jenis pupuk anorganik. Penggunaan dosis dan jenis pupuk harus sangat diperhatikan karena pada bagian pemupukan susulan ada faktor utama untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi. Tujuan dari pemupukan susulan adalah memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman untuk menjamin pertumbuhan tanaman secara optimal dan menghasilkan produksi dengan mutu yang baik. Jenis pupuk anorganik yang digunakan antara lain NPK, KCL, KNO3, Pospat, Pupuk daun,dan lainnya. Prosedur pemupukan berdasarkan anjuran SOP dapat dilihat pada Lampiran 3. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini membutuhkan ketekunan dari petani dan juga membutuhkan biaya. Sebagian besar petani yang sudah merasa yakin akan pengalamannya biasanya enggan untuk mengikuti anjuran yang sesuai dengan SOP.

Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada usahatani melon sama pentingnya dengan bagian pemupukan, karena hama dan penyakit tanaman akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas hasil produksi. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani yaitu jenis penyakit yang muncul akan menyebabkan tanaman enggan hidup sehingga ketika daun sudah layu dan pengobatan tidak berhasil maka tanaman tersebut dimusnahkan hingga ke akarnya apabila dibiarkan maka hal yang di takutkan petani adalah penyakit tersebut adann menular kepada tanaman melon yang berada disebelahnya. Tujuan dari pengendalian OPT adalah mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) untuk menghindari kerugian ekonomi berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) produk. Prosedur pengendalian yang di tetapkan dalam SOP dapat dilihat pada Lampiran 2. Petani yang melaksanakan anjuran pengendalian OPT baik pada kedua tipe petani tersebut sama-sama menggunakan jenis obat yang sama, tetapi yang membedakannya adalah pada petani non SOP, pemberian obat dilakukan ketika tanaman sudah terkena penyakit dan pemberian obat dilakukan tidak berdasarkan jadwal. Sedangkan petani SOP melakukan anjuran sesuai dengan aturan yaitu sebelum tanaman terkena penyakit, terlebih dahulu tanaman sudah diberi obat dan pengendalian dilakukan sesuai dengan prosedurnya. Secara ringkas, prosedur pengendalian OPT adalah sebagai berikut :

 Pengamatan tanaman dilakukan secara rutin dan mengutamakan pengendalian secara mekanis (tanaman yang terserang dimusnahkan dengan cara dibakar/dikubur

 Apabila tanaman terserang hama atau penyakit dan pengendalian dengan cara lain sudah tidak memungkinkan maka dilakukan prosedur pengendalian dengan cara penyemprotan pestisida secara selektif dan sesuai dengan prinsip-prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

 Penyemprotan harus dihentikan minimal 10 hari sebelum panen.

(43)

29

 Penyemprotan pestisida harus memperhatikan arah angin dan waktu pelaksanaannya pagi hari setelah embun hilang atau sore hari.

 Pestisida yang tidak habis dan botol atau kaleng bekas wadah harus dimusnahkan di tempat pembuangan limbah.

 Peralatan setelah dipergunakan segera dicuci dan limbah pencucian dibuang ke dalam bak peresapan dan tidak boleh mencemari sumber air.

 Pekerja yang melakukan penyemprotan sebaiknya sudah pernah mendapatkan pelatihan mengenai tata cara penggunaan alat semprot atau sudah berpengalaman.

 Pekerja yang melakukan penyemprotan dilengkapi dengan peralatan khusus sebagai pelindung tubuh seperti sarung tangan, masker, kacamata, topi, sepatu boot, baju dan celana panjang.

 Pekerja yang sedang melakukan penyemprotan pestisida, dilarang makan, minum dan merokok.

 Selesai melakukan penyemprotan, petugas harus segera membersihkan seluruh badan dengan sabun dan air bersih.

Panen

Kegiatan akhir dari budidaya melon ada panen, melon dapat dipanen pada usia 52-55 hari dengan warna kuning keemasan dan rasa yang sangat manis. Apabila masih terdapat melon yang warna dan rasanya belum sesuai dengan aturan panen maka petani harus tetap melakukan panen karena nutrisi pada pohon sudah sangat maksimal jika tidak segera di panen maka akan mempengaruhi kualitas dari melon tersebut. Baik petani SOP maupun non SOP telah mengetahui betul waktu yang tepat untuk melakukan pemanenan sesuai anjuran SOP.

Cara pemanenan yang dilakukan petani dalam menerapkan SOP maupun non SOP tidak berbeda yaitu menggunakan gunting, sedangkan untuk membersihkan permukaan melon yang memilik bulu halus menggunakan lap lembab. Waktu pemanenan berlangsung dalam waktu satu hari dengan jumlah tenaga kerga yang bias 3 kali lipat dari jumlah tenaga kerja sehari-hari.

Pengaruh penerapan SOP terhadap Rerata Produktivitas dan Struktur Biaya Usahatani Melon Apollo

Produksi Melon

Gambar

Tabel 1 Ekspor buah-buahan di Indonesia tahun 2008-2011 Volume Ekspor (ton)
Tabel 2 Konsumsi kelompok buah per kapita di Indonesia tahun 2009-2013 Konsumsi (kg)
Tabel 4 Perkembangan produksi buah melon Indonesia tahun 2010-2013
Tabel 6 Jumlah produksi melon apollo di Kota Cilegon 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Teknik wawancara (interview), yaitu melakukan wawancara atau tanya jawab dengan hakim dan pihak yang terkait dalam perkara pencurian dengan kekerasan ini guna

Penelitian ini melihat bgaimana konsumsi bensin, Solar, listrik, tenaga kerja produksi dan tenaga kerja non produksi mempengaruhi nilai tambah Industri Besar dan Sedang

(8) Setiap pasien rawat inap yang memperoleh pelayanan visite, konsultasi, tindakan medik operatif, tindakan medik non operatif, rehabilitasi medik, penunjang

(3) Proses Pembelajaran di luar Program Studi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c, dan huruf d dilaksanakan berdasarkan perjanjian kerja sama antara

(Greydanus &amp; Greydanus, 2012) menunjukkan bahwa norma orang tua dalam penggunaan internet juga berperan penting dalam perilaku anak yang kecanduan internet.

Dari beberapa contoh di atas dapat dilihat pemotongan kata terjadi pada pada awal dan akhir kata, sehingga kata baru yang terbentuk diambil dari beberapa huruf

Suhardjo (1989) dalam Ikhsan (2004) menyebutkan jika pendapatan dalam keluarga yang tinggi dan ditunjang dengan pengetahuan tentang gizi yang bagus, terutama tentang kalsium,

Wahidin Sudirohusodo Makassar, maka dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki jenis pekerjaan kontak dengan darah berisiko 3,78 kali menderita hepatitis B