• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas hasil-hasil penelitian meliputi keragaan usahatani melon di Kota Cilegon dan pengaruh SOP terhadap produksi dan pendapatan usahatani melon. Pandangan petani terhadap SOP akan mendeskripsikan mengenai perbedaan penerapan antara anjuran SOP dan petani responden terkait pada usahatani melon.

Perbandingan Penerapan SOP Usahatani Melon Menurut Anjuran SOP dengan Petani Responden

Kota Cilegon merupakan salah satu kota yang berpotensi memproduksi melon. Salah satu upaya untuk melakukan kegiatan budidaya berkelanjutan maka pihak BPTP menetapkan SOP sebagai metode budidaya yang tepat. Pelaksanan SOP di Kota Cilegon berdasarkan arahan antara penyuluh dan petani melon. Pada penerapan dalam kegiatan nyata, pelaksanaan SOP terjadi penyesuaian dengan permasalahan lahan dan kebiasaan yang telah dilakukan petani melon di Kota Cilegon. Secara ringkas SOP yang diterapkan di Kota Cilegon pada tahun 2014 sebagai berikut :

a. Menentukan lokasi / lahan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman.

b. Penyediaan benih bermutu dari varietas unggul (bersertifikat), benih melon hibrida F1 varietas apollo, sebanyak 18000 – 20000 biji/ha.

c. Penyemaian benih hingga benih menjadi bibit.

d. Penggunaan pupuk organik baik dari pupuk kandang ataupun dari pupuk organik komersial dengan dosis 800 kg/ha.

e. Pengolahan tanah dengan pemberian kapur yang disesuaikan dengan pH tanah, penggunanaan pupuk kandang yang matang / siap pakai 10 – 12 ton/ha. Pupuk Anorganik NPK (tunggal / majemuk) sebanyak 1 ton/ha. Pasak penjepit mulsa dari bambu ukuran 20 – 30 cm secukupnya.

25 f. Jarak tanam dengan tinggi bedengan 30 cm, lebar bedengan 100-110 cm, lebar parit 50-60 cm. Panjang bedengan maksimal disesuaikan dengan bentuk tanah. g. Pengairan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman pada daerah perakaran tanaman dengan air yang memenuhi standar pada waktu, cara dan jumlah yang tepat.

h. Pengikatan dilakukan pada daun dengan jumlah 5, dan pemangkasan atau perompesan dilakukan diatas ruas ke-10. Tunas pada ruas ke 11 dibiarkan tumbuh calon buah yang akan dibesarkan.

i. Menjaga kebersihan kebun dengan cara membersihkan areal pertanaman dari gulma, daun-daun, ranting bekas pangkasan dan buah-buah yang busuk/rontok maupun sampah.

j. Pemberian pupuk tanaman yang dilakukan pada waktu tanaman berusia satu minggu dengan jarak setiap 4 hari untuk diberikan pupuk (susulan) yang berisi Pupuk anorganik NPK, KCL, KNO3 dan Pospat, Pupuk daun dengan dosis yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman.

k. Pengendalian OPT yang dilakukan secara rutin bersamaan dengan pemberian pupuk dan jenis obat (fungisida, insektisida).

l. Panen tepat waktu.

Penerapan SOP tersebut hanya dilaksanakan pada 6 orang petani melon sementara 8 orang petani lainnya melaksanakan kegiatan sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Perbandingan lebih banyak jumlah petani non SOP dikarenakan kurangnya ketegasan dari pihak penyuluh lapang sehingga petani yang datang hanya mendengarkan tanpa mau menerapkan SOP yang sesuai. Bagian yang paling penting terhadap pelaksanaan penerapkan SOP adalah pada bagian pengolahan lahan, penggunaan pupuk dasar, penggunaan pupuk tanaman, dan pengendalian hama dan penyakit. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas mengenai OPT seringkali melakukan pengobatan setelah tanaman sedang timbul penyakit, sedangkan menurut anjuran dalam pengendalian OPT yaitu pemberian obat dilakukan sebelum tanaman terkena penyakit. Sebagian besar petani yang memiliki keyakinan akan pengalamannya seringkali menggunakan pupuk dengan tidak sesuai dosis sehingga menyebabkan tanaman mengalami pertumbuhan buah yang tidak maksimal. Secara umum, perbedaan penerapan SOP pada usahatani melon pada petani SOP, tidak menerapkan SOP dirumuskan pada anjuran budidaya yang sudah ditetapkan BPTP dapat dijelaskan pada paragraf-paragraf di bawah ini.

Benih

Berdasarkan panduan SOP untuk komponen benih ada tiga hal yang diajurkan yaitu dosis penggunaan benih, anjuran penggunaan benih bersertifikat dan anjuran penggunaan benih unggul. Pengunaan benih yang dianjurkan SOP adalah benih unggul varietas hibrida F1. Poin ini telah diterapkan 100 persen baik untuk petani SOP maupun petani non SOP. Varietas yang digunakan oleh responden didapat dari Dinas dan toko tani. Menurut responden untuk pengadaan varietas tersebut didapat dari mengimport dan telah terbukti memiliki daya tumbuh yang baik sehingga dengan metode penyemaian benih yang tepat maka benih dapat tumbuh dengan maksimal di sawah mereka, sehingga memiliki hasil produksi yang tinggi.

26

Kebutuhan benih untuk 1 hektar sawah sesuai anjuran SOP adalah 18 000-20 000 biji dengan isi dalam 1 bungkus benih sebanyak 500-550 biji. Baik petani yang menerapkan SOP mengaplikasikan benih untuk satu hektar sawah 2 kali lebih besar dari ukuran lahan mereka. Petani yang menerapkan SOP dan tidak menerapkan SOP memiliki kebutuhan jumlah benih yan sama hal ini dikarenakan masing-masing petani mengantisipasi adanya serangan hama, adanya kemungkinan rendahnya perkecambahan, adanya kemungkinan rendahnya daya tumbuh, sehingga petani harus melakukan sulaman satu kali. Kegiatan sulaman tidak bisa dilakukan hingga lebih dari satu kali karena menurut petani responden kebutuhan gizi dan makanannya akan tertinggal dari tanaman yang lain.

Tata cara pengolahan tanah dan pemberian pupuk dasar

Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan pengolahan lahan adalah menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal. Pada tahap ini, hanya melibatkan tenaga kerja manusia baik untuk membuat bedengan maupun untuk pengolahan lahannya. Urutan pelaksanaannya yaitu pembersihan lahan, penggemburan tanah, pembuatan bedengan tinggi 30 cm, lebar bedengan 100-110 cm, lebar parit 50-60 cm, pengkapuran, pemberian pupuk dasar berupa pupuk organik 10-15 ton/ha, pupuk NPK sebanyak 1 ton/ha dan pemasangan mulsa. Sebagian besar petani melon di Kota Cilegon telah memahami mengenai cara pengolahan tanah yang baik dan benar, namun dalam pemberian pupuk dasar sebagian besar petani belum menerapkan sesuai anjuran perlakuan pupuk dasar dalam pengolahan tanah sehingga hal ini yang membedakan petani yang merapkan SOP dan Petani yang belum menerapkan SOP.

Penanaman di lapangan bedengan

Tujuan penanaman bibit di lapangan bedengan adalah menumbuh-kembangkan tanaman sampai berproduksi. Sebelum penanaman bibit di lahan, bedengan disiram agar cukup lembab. Pelubangan pada lahan dilakukan sedalam 5 cm. Setelah selesai penanaman, bibit disiram untuk mengurangi tingkat kelayuan. Penaman dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu saja, sebagian besar petani melakukan penaman pada pukul 15.30 wib hal ini dilakukan agar tanaman terhindar dari panas matahari siang. Dalam jarak waktu kurang dari tujuh hari pengkontrolan tanaman harus sangat rutin dilaksanakan karena jika terdapat tanaman yang tidak tumbuh makan penyulaman dapat segera dilakukan. Pada tahapan ini seluruh petani menerapkan penamanan di lapangan bedengan dengan baik.

Pengairan

Pengairan yang seharusnya dilakukan oleh setiap petani yaitu ketika tanaman sampai umur 2 minggu dan penyiraman dilakukan setiap hari atau 2 hari sekali pada waktu pagi atau sore hari, dengan cara parit antar bedengan digenangi sampai mencapai 2/3 tinggi bedengan sambil air disiramkan ke masing-masing tanaman. Apabila air tidak cukup menggenangi bedengan, lubang tanam disiram dengan air. Penyiraman tersebut sangat efektif dan efisien sesuai prosedur yang ditetapkan dalam SOP. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan menjamin kebutuhan air bagi tanaman sehingga pertumbuhan dan proses produksinya berjalan optimal.

27 Secara tahapan umur tanaman penyiraman yang dilakukan memiliki cara pengairan yang berbeda-beda adalah sebagai berikut :

 Pada awal pembentukan bunga, pengairan dilakukan 3 hari 1 kali, dengan cara parit antar bedengan digenangi sampai mencapai 2/3 tinggi bedengan. Apabila air tidak cukup menggenangi bedengan, lubang tanam disiram dengan air.

 Pada saat pembentukan dan mulai pembesaran buah, pengairan dilakukan 1 - 2 hari sekali, dengan cara parit antar bedengan digenangi sampai mencapai 2/3 tinggi bedengan. Apabila air tidak cukup menggenangi bedengan, lubang tanam disiram dengan air.

 Pada awal pembentukan buah, penyiraman dilakukan 2 - 4 hari sekali dengan menyiram setiap tanaman menggunakan gayung / ember.

 Pada daerah yang telah terkontaminasi / terinvestasi penyakit layu fusarium, penyiraman langsung ke setiap tanaman menggunakan gayung / ember dengan air yang diyakini tidak terkontaminasi penyakit layu

 Setelah buah terbentuk, penyiraman dilakukan 1 - 3 hari sekali, dengan cara parit antar bedengan digenangi sampai mencapai 2/3 tinggi bedengan. Apabila air tidak cukup menggenangi bedengan, lubang tanam disiram dengan air.

 Pada saat pematangan buah yaitu setelah tanaman berumur 55 hari, pengairan dihentikan sampai saat panen.

Secara umum penerapan cara pengairan didasarkan oleh jenis lokasi, apabila lokasi penanam dilakukan di sawah yang bercampur dengan tanaman lainnya maka bedengan biasanya digenangi air sedangkan cara pengairan lain adalah dengan sistem irigasi sehingga cara penyiraman yang telah dipaparkan diatas harus dilaksanakan oleh petani melon. Pada umumnya baik petani SOP maupun petani yang tidak menerapkan SOP telah memahami bagaimana pengairan untuk sawah mereka. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani biasanya waktu untuk mengairi sawahnya dilakukan hanya pada waktu pagi hari saja atau pada sore hari saja. Pengairan yang dilakukan petani pun berdasarkan tingkat lembab atau keringnya lahan.

Pengikatan dan Pemangkasan

Pada usahatani melon pengikatan batang tanaman pada ajir dan tangkai buah pada palang adalah bagian yang penting karena tanaman melon merupakan tanaman yang bersulur. Kegiatan memangkas dan membuang cabang-cabang merupakan aktivitas rutin yang harus di kontrol oleh setiap petani, karena dalam satu batang pohon melon maka akan menghasilkan satu buah melon sehingga cabang-cabang yang tidak produktif harus di pangkas. Tujun dari pengikatan dan pemangkasan adalah agar tanaman tumbuh mengikuti ajir yang telah dipasang, buah tergantung dengan kuat pada palang dan tidak bersentuhan dengan tanah, menjamin pertumbuhan tanaman sehingga proses produksi berlangsung maksimal dan mengurangi kelembaban dalam tajuk tanaman sehingga mengurangi resiko terjadinya serangan hama dan penyakit. Kegiatan pengikatan dan pemangkasan yang ditetapkan berdasarkan SOP secara umum telah diterapkan baik petani SOP maupun petani non SOP, tetapi yang membedakan penerapan pada kedua tipe petani tersebut adalah pada saat usia pemangkasan sehingga produksi yang dihasilkan tidak optimal. Perbedaan usia penerapan ini berhubungan dengan

28

tenaga kerja yang digunakan semakin sedikit jumlah tenaga kerja maka akan membutuhkan waktu yang lama sehingga terjadi keterlambatan pemangkasan.

Pemupukan susulan pada tanaman

Berdasarkan anjuran yang terdapat pada aturan SOP yang digunakan dalam kegiatan usahatani melon adalah jenis pupuk anorganik. Penggunaan dosis dan jenis pupuk harus sangat diperhatikan karena pada bagian pemupukan susulan ada faktor utama untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi. Tujuan dari pemupukan susulan adalah memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman untuk menjamin pertumbuhan tanaman secara optimal dan menghasilkan produksi dengan mutu yang baik. Jenis pupuk anorganik yang digunakan antara lain NPK, KCL, KNO3, Pospat, Pupuk daun,dan lainnya. Prosedur pemupukan berdasarkan anjuran SOP dapat dilihat pada Lampiran 3. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini membutuhkan ketekunan dari petani dan juga membutuhkan biaya. Sebagian besar petani yang sudah merasa yakin akan pengalamannya biasanya enggan untuk mengikuti anjuran yang sesuai dengan SOP.

Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada usahatani melon sama pentingnya dengan bagian pemupukan, karena hama dan penyakit tanaman akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas hasil produksi. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani yaitu jenis penyakit yang muncul akan menyebabkan tanaman enggan hidup sehingga ketika daun sudah layu dan pengobatan tidak berhasil maka tanaman tersebut dimusnahkan hingga ke akarnya apabila dibiarkan maka hal yang di takutkan petani adalah penyakit tersebut adann menular kepada tanaman melon yang berada disebelahnya. Tujuan dari pengendalian OPT adalah mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) untuk menghindari kerugian ekonomi berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) produk. Prosedur pengendalian yang di tetapkan dalam SOP dapat dilihat pada Lampiran 2. Petani yang melaksanakan anjuran pengendalian OPT baik pada kedua tipe petani tersebut sama-sama menggunakan jenis obat yang sama, tetapi yang membedakannya adalah pada petani non SOP, pemberian obat dilakukan ketika tanaman sudah terkena penyakit dan pemberian obat dilakukan tidak berdasarkan jadwal. Sedangkan petani SOP melakukan anjuran sesuai dengan aturan yaitu sebelum tanaman terkena penyakit, terlebih dahulu tanaman sudah diberi obat dan pengendalian dilakukan sesuai dengan prosedurnya. Secara ringkas, prosedur pengendalian OPT adalah sebagai berikut :

 Pengamatan tanaman dilakukan secara rutin dan mengutamakan pengendalian secara mekanis (tanaman yang terserang dimusnahkan dengan cara dibakar/dikubur

 Apabila tanaman terserang hama atau penyakit dan pengendalian dengan cara lain sudah tidak memungkinkan maka dilakukan prosedur pengendalian dengan cara penyemprotan pestisida secara selektif dan sesuai dengan prinsip-prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

 Penyemprotan harus dihentikan minimal 10 hari sebelum panen.

 Pencampuran pestisida dengan air dilakukan secara hati-hati dan tidak menyebabkan pencemaran lingkungan.

29

 Penyemprotan pestisida harus memperhatikan arah angin dan waktu pelaksanaannya pagi hari setelah embun hilang atau sore hari.

 Pestisida yang tidak habis dan botol atau kaleng bekas wadah harus dimusnahkan di tempat pembuangan limbah.

 Peralatan setelah dipergunakan segera dicuci dan limbah pencucian dibuang ke dalam bak peresapan dan tidak boleh mencemari sumber air.

 Pekerja yang melakukan penyemprotan sebaiknya sudah pernah mendapatkan pelatihan mengenai tata cara penggunaan alat semprot atau sudah berpengalaman.

 Pekerja yang melakukan penyemprotan dilengkapi dengan peralatan khusus sebagai pelindung tubuh seperti sarung tangan, masker, kacamata, topi, sepatu boot, baju dan celana panjang.

 Pekerja yang sedang melakukan penyemprotan pestisida, dilarang makan, minum dan merokok.

 Selesai melakukan penyemprotan, petugas harus segera membersihkan seluruh badan dengan sabun dan air bersih.

Panen

Kegiatan akhir dari budidaya melon ada panen, melon dapat dipanen pada usia 52-55 hari dengan warna kuning keemasan dan rasa yang sangat manis. Apabila masih terdapat melon yang warna dan rasanya belum sesuai dengan aturan panen maka petani harus tetap melakukan panen karena nutrisi pada pohon sudah sangat maksimal jika tidak segera di panen maka akan mempengaruhi kualitas dari melon tersebut. Baik petani SOP maupun non SOP telah mengetahui betul waktu yang tepat untuk melakukan pemanenan sesuai anjuran SOP.

Cara pemanenan yang dilakukan petani dalam menerapkan SOP maupun non SOP tidak berbeda yaitu menggunakan gunting, sedangkan untuk membersihkan permukaan melon yang memilik bulu halus menggunakan lap lembab. Waktu pemanenan berlangsung dalam waktu satu hari dengan jumlah tenaga kerga yang bias 3 kali lipat dari jumlah tenaga kerja sehari-hari.

Pengaruh penerapan SOP terhadap Rerata Produktivitas dan Struktur Biaya Usahatani Melon Apollo

Produksi Melon

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa usahatani melon SOP 100 persen memiliki produktivitas melon di atas 14 ton/ha, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada petani SOP yang hasil produktivitas melon apollo dibawah 14 ton/ha. Usahatani melon apollo yang tidak menerapkan SOP 50 persen memiliki produktivitas melon di atas 14 ton. Usahatani melon apollo non SOP memiliki produktivitas melon di atas 10 ton sebesar 37.5 persen dan sebanyak 12.5 persen memiliki produktivitas lebih dari 6 ton.

30

Gambar 3 Persentase hasil produksi melon petani responden, Kota Cilegon 2014 Sumber : Data Primer, 2014

Dari Gambar 3 menjelaskan bahwa tidak terdapat petani SOP memiliki produktivitas dibawah 14 ton, hal ini karena petani menjalankan kegiatan budidaya menggunakan input yang sesuai dengan anjuran dalam SOP. Input yang digunakan seperti benih, kebutuhan pupuk dasar, pupuk daun, obat-obatan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Contohnya petani yang memiliki luasan lahan 5 000 m2 menggunakan benih sebanyak 18 kantung. Isi dari tiap kantung sebanyak 500-560 biji benih. Pada luasan lahan 5 000 m2 kebutuhan benih menjadi dua kali lipatnya, dan lagi apabila beberapa benih yang sudah disemaikan jika ditanam di lahan tidak dapat tumbuh seperti benih lainnya maka penyulaman harus dilakukan maka kebutuahn benih sangat disesuaikan dengan luas lahan petani.

Tanaman melon merupakan jenis tanaman yang perlakuan dalam pemberian pupuk dan obat-obatannya harus sangat sesuai dengan dosis karena menurut petani melon yang memiliki bobot besar dan rasa yang manis memerlukan pupuk yang sesuai tetapi harus diperhatikan pula hama yang akan menyerang. Kebutuhan pupuk pada budidaya melon apollo dibagi menjadi dua yaitu kebutuhan pupuk dasar pada lahan dan kebutuhan pupuk daun. Pupuk dasar pada lahan berfungsi sebagai penggembur tanah dan sekaligus penyedia makanan bagi akar tanaman. Pupuk dasar berupa pupuk organik cair (POC), SP-36, Kapur, NPK ponska dan humustar. Dosis dan jenis-jenis pupuk yang digunakanlah yang membedakan petani SOP dengan petani non SOP. Sama halnya dengan pupuk tanaman yang diberikan yaitu berupa KNO3 merah, KNO3 putih, NPK mutiara, KCl, SP-36, Za, dan DI grow. Jenis jenis pupuk tersebut harus digunakan dalam budidaya melon (Lampiran 2).

Selain jenis jenis pupuk adapun penggunaan obat-obatan yang dianjurkan dalam SOP mengharuskan petani memberikan obat-obatan secara rutin. Penggunaan obat-obatan tidak berdasarkan kondisi tanaman. Menurut petani SOP apabila penggunaan obat-obatan diberikan ketika tanaman sedang terkena hama atau penyakit tumbuhan, maka tingkat penyembuhannya sangat kecil dan cenderung tanaman akan tetap layu bahkan mati, kehawatiran lainnya adalah penyakit tersebut akan tertular pada tanaman melon di sekitarnya. Lain halnya jika

0 20 40 60 80 100 120 >6-10 >10-14 >14 0 0 100 12.5 37.5 50 Pers e n ta se ( %) Ton SOP Non SOP

31 tanaman sebelum terkena penyakit atau hama sudah dicegah maka kemungkinan tanaman akan tetap bertahan hidup tinggi sehingga dapat menghasilkan buah. Obat-obatan yang digunakan untuk budidaya melon adalah Vondosep, Antrakol, Delsen, Cronus, Curacron, Prevaton, Besvid, Agrimex/Abamectin, Resasol, Topsin, Daconil, Tridamek, dan Kocide.

Penggunaan jenis pupuk dan obat-obatan oleh petani SOP, tidak dilakukan oleh petani non SOP sehingga hasil produksi yang diperoleh hanya empat orang petani yang memiliki produksi di atas 14 ton dari total delapan orang petani. Jenis pupuk baik pada pupuk dasar maupun pupuk tanaman digunakan tidak mengikuti anjuran dari SOP. Dosis pupuk yang digunakan berdasarkan pengalaman petani. Sebagai contoh, pada penggunaan pupuk dasar petani hanya menggunakan SP-36, kapur, dan NPK Ponska dengan dosis 100 kg SP-36 untuk lahan 3 300 m2, sedangkan menurut anjuran SOP dosis SP-36 yang digunakan 100 kg hanya cukup untuk lahan 2 000 m2. Hal yang serupa juga terjadi pada penggunaan pupuk tanaman dan obat-obatan. Hal inilah yang menjadi penyebab produksi yang dihasilkan oleh petani tidak optimum karena kebutuhan gizi atau makanan pada tanaman tidak terpenuhi sehingga ketika terserang hama atau penyakit maka tanaman akan mati dan tidak menghasilkan buah.

Menurut data turun lapang, diperoleh informasi bahwa rata-rata produksi melon total perhektar untuk petani SOP lebih tinggi dari rata-rata hasil produksi total perhektar usahatani melon non SOP. Rata-rata produktivitas pada usahatani melon SOP adalah 24 145.87 kg/ha sedangkan usahatani melon non SOP memiliki rata-rata produktivitas melon 14 283.02 kg/ha. Selisih nilai hasil produktivitas antara usahatani melon SOP dan usahatani melon non SOP adalah 8879.45 kg/ha.

Penerimaan Usahatani Melon

Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual produk tersebut. Dalam penelitian ini rata–rata produksi melon tiap satu hektar pada usahatani melon apollo untuk petani SOP lebih besar dari pada produksi melon apollo non SOP sehingga berpengaruh kepada penerimaan yang didapat oleh petani perhektarnya. Dalam penelitian ini penerimaan yang dihitung adalah pada masa produksi terakhir,hal dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Penerimaan kotor usahatani melon per ha per satu musim tanam, di Kota Cilegon 2014

No Uraian Satuan Usahatani SOP Usahatani non SOP 1 Produksi Grade A Kg 22 973.37 12 934.91 Grade B Kg 1 172.50 1 348.11 2 Harga Grade A Rp/kg 241 220 389. 00 135 816 633.00 Grade B Rp/kg 8 793 796.29 10 110 825.69 3 Penerimaan total Rp 250 014 185.20 145 927 458.70

Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 19 dapat diperoleh informasi bawah penerimaan petani dalam produksi terakhir melon, diperoleh dari hasil perkalian antara produksi

32

melon apollo (kg) dengan harga (Rp/kg) dengan harga jual ditingkat petani di Kota Cilegon sebesar Rp 10 500/kg untuk grade A dan Rp 7 500/kg untuk grade B. Dengan rata-rata penerimaan untuk petani SOP sebesar Rp 250 014 185.2/Ha. Rata-rata penerimaan untuk petani non SOP sebesar Rp 145 927 458.7/Ha. Selisih harga antara usahatani SOP dan usahatani non SOP adalah sebesar Rp 104 086 726.5/Ha. Perbedaan penerimaan terjadi karena usahatani SOP dapat memproduksi melon lebih banyak dibanding dengan usahatani non SOP. Penetapan harga Rp 10 500/kg untuk grade A dan Rp 7 500/kg untuk grade B berdasarkan harga kesepakatan antara pengumpul dengan petani, sehingga apabila sebagian besar hasil produksi berada di grade B maka petani akan mengalami kerugian. Hasil analisis ini di perjelas dengan hasil uji beda sampel bebas bahwa penerapan SOP memberikan pengaruh nyata pada penerimaan usahatani Melon dengan nilai signifikansi 0.073< α 0.1 (Lampiran 8).

Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Melon Apollo di Kota Cilegon

Analisis usahatani melon apollo pada struktur biayanya sangat dipengaruhi oleh input-input produksi, karena semakin besar input produksi yang digunakan

Dokumen terkait