• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah Perusahaan

Pusat Studi Biofarmaka merupakan suatu lembaga yang meneliti dan mengembangkan tanaman biofarmaka. Pusat Studi Biofarmaka berlokasi di Taman Kencana, Bogor. Pusat Studi Biofarmaka memiliki tiga sub divisi yaitu kebun Unit Konsevasi Budidaya Biofarmaka (UKBB) sebagai tempat budidaya tanaman biofarmaka dan produksi simplisia basah dan simplisia kering, Laboratorium Pelayanan sebagai tempat penelitian dan pengembangan tanaman biofarmaka, dan PT Biofarmaka Indonesia sebagai unit yang bergerak dalam kegiatan produksi obat yang berbahan baku tanaman biofarmaka untuk dikomersialkan.

Penelitian ini dilakukan di Kebun Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka (UKBB) dibangun pada tahun 1999 dengan luas lahan sekitar 2,8 hektar. Luas lahan untuk masing-masing komoditi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Luas lahan untuk beberapa komoditi di UKBB

Komoditi Luas Lahan (m2)

Temulawak 904 Jahe 30 Tempuyung 13 Temu putih 20 Kunyit 66 Kencur 40 Pegagan 60 Brotowali 30 Sambiloto 10 Meniran 10 Sidaguri 30 Mahkota Dewa 900 Jati Belanda 1500 Lidah Buaya 10 Mengkudu 10

Kebun ini berfungsi sebagai konservasi dan budidaya tanaman biofarmaka, sebagai tempat penelitian, dan sebagai kunjungan wisata alamiah. Kebun ini terdiri dari beberapa bagian yaitu areal display tanaman biofarmaka, areal budidaya (produksi) tanaman biofarmaka, serta areal pembibitan dan koleksi. Beberapa tanaman biofarmaka telah melakukan uji kandungan bioaktif sebagai bahan obat yang dilakukan pada laboratorium layanan di Pusat Studi Biofarmaka IPB.

Sub divisi PT Biofarmaka Indonesia sebagai Satuan Usaha Akademik (SUA) bertugas mengembangkan produk dan membuat contoh-contoh produk, baik berbasis penelitian dan paten serta memberikan berbagai informasi mengenai biofarmaka. Seiring dengan berkembangnya manajemen sub divisi dan adanya keinginan untuk mempertajam tujuan Pusat Studi Biofarmaka IPB mensinergiskan komersialisasi produk biofarmaka dan pelayanan masyarakat serta adanya permintaan dari para stackholder, maka pada tahun 2005 dibentuklah perseroan terbatas dengan nama PT Biofarmaka Indonesia atau disingkat dengan PT Biofarindo.

Organisasi dan Manajemen Kebun UKBB

Walaupun tiga sub divisi Pusat Studi Biofarmaka IPB dibawah satu naungan, namun ketiga sub divisi ini memiliki manajemen masing-masing, baik dalam organisasi, manajemen, maupun keuangan. Kebun UKBB tetap dibawah naungan Kepala Pusat Studi Biofarmaka IPB. Kepala Pusat Studi Biofarmaka IPB membawahi Kepala Divisi Pengembangan Sumber Daya Alam dan Budidaya Biofarmaka. Setelah Kepala Divisi tersebut langsung membawahi Manajer Operasional Kebun UKBB. Manajer Operasional Kebun UKBB membawahi Manajer Teknik Kebun UKBB dan pegawai. Struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi tipe lurus karena kebun UKBB mempunyai fungsi kerja yang terfokus pada produksi dan tidak terlalu membutuhkan banyak karyawan. Struktur organisasi kebun UKBB dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Struktur Organisasi Kebun UKBB (2012)

Sumber : Kebun Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka Berikut adalah tugas dan wewenang dari setiap jabatan tersebut :

Kepala Pusat Studi Biofarmaka

Kepala Divisi Pengembangan SDA dan Budidaya Biofarmaka

Manajer Operasional UKBB

Manajer Teknik UKBB Karyawan

29

1. Kepala Studi Biofarmaka

Kepala Studi Biofarmaka bertanggung jawab untuk mengawasi jalannya kegiatan operasional setiap sub divisi dan aliran dana, administrasi, mengevaluasi seluruh kegiatan operasi setiap sub divisi, serta memberikan laporan secara berkala kepada para pemilik saham.

2. Kepala Divisi Pengembangan SDA dan Budidaya Biofarmaka

Kepala Divisi ini bertanggung jawab dalam mengeluarkan berbagai kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan penggunaan sumber daya alam yang ada serta kebijakan mengenai budidaya biofarmaka. 3. Manajer Operasional UKBB

Manajer Operasional UKBBbertanggung jawanb atas semua kegiatan yang dilakukan dalam kebun UKBB. Manajer Operasional UKBB juga bertugas melakukan evaluasi terhadap semua kegiatan yang telah dilakukan.

4. Manajer Teknik UKBB

Manajer Teknik UKBB bertanggung jawab dalam kegiatan khususnya teknik budidaya tanaman biofarmaka pada kebun UKBB mulai dari persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Manajer Teknik bertugas melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan yang dilakukan oleh karyawan kebun.

5. Karyawan

Karyawan produksi bertanggung jawab dalam melaksanakan semua proses budidaya tanaman biofarmaka yang telah diarahkan oleh Manajer Teknik UKBB mulai dari persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan panen serta melakukan proses pasca panen. Selain itu, karyawan kebun UKBB juga bertugas mencatat setiap jumlah produksi setiap panennya.

Sumber Daya Perusahaan dan Kebun

Sumber daya perusahaan merupakan seluruh sumberdaya atau asset yang dimiliki perusahaan, baik Sumber Daya Manusia (SDM)/karyawan, sumber daya fisik, dan aspek permodalan. Sumber daya kebun terdiri dari seluruh asset yang dimiliki oleh kebun seperti Sumber Daya Manusia (SDM)/pekerja, sumber daya fisik, dan tanaman biofarmaka.

Sumber Daya Manusia pada kebun terdiri dari satu orang sebagai Manajer Teknik UKBB dan empat orang pekerja yang bertugas pada perawatan areal display, tanaman dan peralatan, perawatan dan pengelolaan areal pembibitan dan koleksi, perawatan pada areal penelitian dan pengadaan bahan baku serta perawatan pada areal produksi. Jam kerja pada kebun lebih fleksibel, disesuaikan dengan kegiatan yang harus dilakukan pada saat itu. Sistem perekrutan kayawan kebun berdasarkan CV yang dikimkan ke Pusat Studi Biofarmaka. Namun, tidak ada keahlian khusus yang dimiliki oleh karyawan kebun hanya karyawan itu harus mengerti bagaimana proses budidaya dan pasca panen tanaman biofarmaka.

Sumber daya fisik terdiri dari barang, sarana, dan prasarana yang dimiliki oleh kebun UKBB yang mendukung dan melancarkan berbagai kegiatan dalam kebun. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kebun UKBB adalah rumah untuk penjaga kebun, musholla, rumah plastik untuk pembibitan, dan lahan seluas 2,8

hektar yang terdiri atas areal display, areal pembibitan, areal penelitian, areal produksi. Gudang yang berfungsi untuk menyimpan peralatan kebun dan di atas gudang terdapat ruangan yang berfungsi sebagai tempat pertemuan.

Modal merupakan salah satu aspek yang sangat berperan penting dalam menjalankan sebuah bisnis. Modal awal yang digunakan oleh kebun UKBB dalam menjalankan usahanya berasal dari Pusat Studi Biofarmaka IPB berupa pinjaman. Namun untuk 2 tahun terakhir ini, kebun UKBB mampu mandiri dalam modal dan hampir tidak pernah melakukan pinjaman kepada Pusat Studi Biofarmaka IPB.

Unit Usaha

Kebun UKBB bergerak dalam budidaya tanaman biofarmaka dan melakukan pengolahan pasca panen tanaman biofarmaka sebagai bahan baku jamu dan obat herbal. Proses budidaya dan pasca panen yang dilakukan oleh kebun sangat menentukan kualitas dari tanaman biofarmaka dan simplisia yang akan dihasilkan. Jumlah komoditi yang diusahakan dalam kebun UKBB ini ada 310 tanaman dengan 15 komoditi menjadi komoditi utama. Ruang lingkup kegiatan di kebun UKBB mencakup pengadaan input, proses budidaya, proses pasca panen, dan pemasaran (distribusi) yang dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Ruang lingkup kegiatan di UKBB (2012)

Sumber : Kebun Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka

Pengadaan Bahan Baku (Input)

Dalam melakukan aktivitasnya, UKBB membutuhkan bahan baku berupa bibit tanaman biofarmaka. Bibit tanaman biofarmaka diperoleh dari pemasok utama yaitu Pusat Studi Biofarmaka IPB dan pemasok lainnya. Namun untuk saat ini, kebun UKKB berusaha mandiri dalam hal pengadaan bahan baku khususnya bibit tanaman biofarmaka dengan cara membudidayakan bibit sendiri.

Proses Budidaya

Pada kebun, proses produksi dibagi menjadi dua bagian yaitu proses budidaya dan proses pasca panen. Proses budidaya pada tanaman temulawak terdiri dari :

a. Persiapan lahan

Persiapan lahan yang dilakukan berupa pengolahan tanah agar menjadi gembur, membuat drainase sebaik mungkin, perlu dibuat parit-parit pemisah

Input Proses Budidaya Proses Pasca panen Pemasaran (Distribusi)

31

petak, lebar petak 2,7 m2 dan panjang petak 27,9 m2, pembersihan lahan dari berbagai tanaman pengganggu. Setelah itu, dilakukan pemupukan lahan dengan memberikan pupuk kandang.

b. Jarak tanam

Lubang tanam dibuat di atas petakan berukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman sekitar 50 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm. Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm. Masa tanam temulawak yaitu pada awal musim hujan untuk masa panen musim kemarau mendatang. c. Pembibitan

Tanaman yang digunakan untuk bibit temulawak adalah tanaman yang sehat umur 12 bulan. Untuk bibit temulawak digunakan rimpang induk dan rimpang anak. Rimpang induk dibelah membujur menjadi empat, seperempat bagian untuk satu lubang tanaman. Rimpang anak yang beratnya 100 gr/potong digunakan sebagai bibit. Sebelum ditanam bibit, rimpang ditumbuhkan dulu sampai mata tunas tingginya 0,5-1cm, sehingga diperoleh tanaman yang seragam.

d. Penanaman

Penanaman temulawak biasanya dilakukan diawal musim hujan. Bibit temulawak yang sudah dipersiapkan, akan langsung ditanam di petakan yang sudah dibersihkan sebelumnya.

e. Pemeliharaan

Pemeliharaan untuk tanaman temulawak berupa penyiangan atau pemisahan tanaman dari gulma-gulma pengganggu. Penyiraman dilakukan apabila tanah terlalu kering karena panas yang berkepanjangan. Saat ini, kebun UKBB mulai mencoba memberikan pemupukan pada saat pemeliharaan dengan tujuan agar tanaman tumbuh subur dan berkembang dengan baik.

Penyiangan dan pembubunan dilakukan untuk menghindari kompetisi perolehan zat hara dengan gulma dan menjaga kelembaban, suhu serta kegemburan tanah. Pembubunan dilakukan untuk memperbaharui saluran pemisah petak. Tanah dinaikkan ke petak-petak tanam, hal itu dilakukan setelah selesai penyiangan.

f. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Pada temulawak sering terjadi penyakit busuk rimpang yang disebabkan oleh Ralstonia solanacearum. Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara :

 Menggunakan benih yang sehat

 Menghindari perlukaan (rimpang diberi abu sekam)

 Pergiliran tanaman

 Pembersihan gulma dan sisa tanaman

 Pembuatan saluran irigasi agar air tidak menggenang dan aliran tidak melalui petak sehat

 Inspeksi kebun secara rutin g. Panen

Panen terhadap tanaman biofarmaka dilakukan secara manual. Untuk tanaman rimpang khususnya temulawak dipanen pada umur 12 bulan. Pemanenan temulawak dilakukan dengan cara mencabut tanaman tersebut dari tanah dengan cangkul berbentuk garpu. Setelah temulawak dicabut dari tanah maka dilakukan

penyortiran yang dilakukan dengan cara pemisahan tanah dari tanaman temulawak tersebut.

Proses Pasca Panen

Setelah tanaman biofarmaka dipanen, maka tanaman biofarmaka harus melalui proses pasca panen sebelum dilakukan pengolahan untuk dijadikan obat herbal. Proses pasca panen pada tanaman biofarmaka pada kebun terdiri dari : a. Sortasi

Tanaman biofarmaka yang telah dipanen atau disebut simplisia harus dilakukan sortasi terlebih dahulu. Sortasi ini dilakukan untuk memisahkan benda asing yang terdapat pada simplisia seperti tanah pada tanaman rimpang, batu, dan memisahkan antara tanaman yang busuk atau jelek.

b. Pencucian

Setelah simplisia disortasi maka akan dilakukan pencucian. Pencucian yang dilakukan pada kebun UKKB hanya menggunakan air mengalair dan satu bak penampungan. Menurut SOP (Standar Operasional Prosedur) Budidaya Temulawak3, pencucian dilakukan secara bertahap pada bak pencucian yang bertingkat dan pada air yang mengalir. Minimal banyak bak pencucian yang disediakan untuk pencucian sebanyak tiga bak. Tidak berbeda jauh dengan tanaman rimpang (temulawak), simplisia yang berasal daun juga harus dilakukan pencucian. Simplisia yang berasal dari buah (mahkota dewa) jarang dilakukan pencucian karena ummnya setelah dilakukan sortasi langsung dilakukan perajangan.

c. Perajangan

Perajangan hanya dilakukan pada simplisia yang berasal dari rimpangan (temulawak) dan buah (mahkota dewa). Perajangan dilakukan untuk mempercepat pengeringan dilakukan dengan membujur. Perajangan dilakukan dengan alat mesin perajang atau secara manual dengan arah rajangan yang seragam ketebalan 5-7 mm atau sesuai keinginan pasar. Ukuran ketebalan perajangan sangat berpengaruh pada kualitas bahan simplisia. Jika terlalu tipis akan mengurangi kandungan bahan aktifnya dan jika terlalu tebal akan mempersulit proses pengeringannya4. Di kebun UKKB perajangan hanya menggunakan pisau yang tajam.

d. Pengeringan

Pengeringan merupakan proses yang sangat penting dalam pembuatan simplisia , karena selain memperpanjang daya simpan juga menentukan kualitas simplisia5. Pengeringan yang dilakukan pada kebun UKKB dengan dua tahap. Tahap pertama, pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari. Tahap kedua, pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan oven. Proses pengeringan melalui dua tahap ini bertujuan untuk mendapat kualitas yang sesuai dengan standarisasi yang diberikan oleh Badan POM yaitu simplisia yang baik untuk bahan obat adalah yang memiliki kadar air sama atau dibawah 10 persen.

e. Pengemasan

3

Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya Temulawak (6 Juni 2011)

4

Loc. cit

5

33

Setelah pengeringan, maka harus segera dilakukan pengemasan untuk menghindari penyerapan uap air kembali. Pengemasan dilakukan dengan kantong yang bersih dan tertutup rapat. Isi dari setiap kemasannya jangan terlalu padat agar simplisia tidak terlalu hancur.

Pemasaran (Distribusi)

Strategi pemasaran yang diterapkan oleh kebun UKKB adalah menjual produk yang berkualitas dan sesuai dengan permintaan pelanggan guna memberikan kepuasan kepada pelanggan dan konsumen.

a. Product (Produk)

Produk yang dihasilkan oleh kebun UKKB ini berupa simplisia kering maupun basah dari semua tanaman yang ada. Temulawak diproduksi dan dipasarkan dalam bentuk simplisia basah dan simplisia kering. Simplisia yang dihasilkan merupakan bahan baku yang siap diolah menjadi jamu. Bagi perusahaan industri, simplisia menjadi bahan baku untuk memproduksi obat herbal.

b. Price (Harga)

Kebun UKBB melakukan kegiatan pemasaran sendiri, sehingga dapat menentukan kebijakan harga setiap simplisia yang dihasilkan. Harga simplisia basah lebih murah dari harga simplisia kering. Kebijakan ini dikeluarkan karena simplisia kering mengalami proses yang lebih panjang dari simplisia basah. Simplisia basah setelah panen dan pencucian dapat dilakukan pemasaran, sedangkan simplisia kering setelah pencucian harus dilakukan pengeringan dan pengukuran kadar air didalam simplisia tersebut. Selain itu, simplisia kering dapat lebih tahan lama dari simplisia basah.

Harga untuk setiap simplisia berbeda-beda. Harga simplisia basah temulawak adalah Rp 10.000,- per kilogram dan harga simplisia kering temulawak adalah Rp 45.000,- per kilogram.

c. Place (Distribusi)

Distribusi untuk simplisia dari kebun UKBB ini masih terbatas. Simplisia didistribusikan ke PT Biofarmaka Indonesia dan laboratorium layanan yang masih satu instansi dengan kebun UKBB yaitu Pusat Studi Biofarmaka IPB, begitu juga dengan temulawak. Selain itu, simplisia juga didistribusikan ke Kios Herbal Biofarindo yang berada di Botani Square. Kebun ini juga melayani permintaan dari luar misalnya menerima pesanan dari mahasiswa IPB yang akan melakukan penelitian mengenai tanaman biofarmaka.

d. Promotion (Promosi)

Saat ini, promosi yang dilakukan oleh kebun UKBB hanya melalui personal atau langsung. Hal ini dikarenakan distribusi utama simplisia untuk kebun UKBB adalah PT Biofarmaka Indonesia dan laboratorium layanan yang masih berada di bawah naungan Pusat Studi Biofarmaka IPB.

Dokumen terkait