• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODOLOGI PENELITIAN

I. Pra produks

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.2 Keadaan Umum Perikanan Laut

4.2.1 Daerah penangkapan dan musim Ikan

Pada umumnya daerah penangkapan di Kabupaten Bangka berada di sekitar Perairan Bangka, meski pun ada beberapa jenis alat tangkap yang daerah penangkapannya ke luar dari wilayah Bangka sampai dengan perairan Belitung. Bagi alat tangkap seperti pancing, bagan apung, bagan tancap dan jaring insang mempunyai daerah operasi antara 2-6 mil dari pantai. Alat tangkap pancing dan jaring insang beroperasi di wilayah tertentu disesuaikan dengan keadaan perairan. Biasanya alat ini beroperasi di daerah dengan kedalaman 7- 13 meter. Daerah untuk alat tangkap pancing dan jaring insang hanyut, berada di sekitar Laut Natuna, Laut Cina Selatan dan Selat Bangka.

Nelayan di Kabupaten Bangka relatif dapat melakukan operasi penangkapan sepanjang tahun, namun karena fenomena dan kondisi alam tertentu, maka kelimpahan hasil tangkapan antara satu musim dengan musim lainnya sangat berbeda. Perairan Bangka mengenal dua musim penangkapan yaitu, musim timur dan musim Barat. Pada periode musim Timur, angin cenderung bertiup lebih lemah dan udara yang relatif kering menyebabkan kondisi perairan terlihat tenang dan merupakan periode musim banyak ikan, sehingga nelayan banyak yang melakukan aktivitas penangkapan.

Pada musim barat cenderung bertiup angin kencang yang mengandung banyak mengandung uap air, sehingga kondisi perairan mengalami gelombang besar dan sering disertai hujan. Pada periode ini umumnya hasil tangkapan tidak sebanyak pada musim timur dan para nelayan mengurangi aktivitas penangkapan. Musim ini sering dikenal dengan istilah musim paceklik.

Berdasarkan wawancara terhadap pihak DKP Kabupaten Bangka dan PPP Sungailiat hasil tangkapan di Kabupaten Bangka dapat digolongkan tiga musim penangkapan, yaitu musim banyak ikan (Juni-September), musim sedang (Maret-Mei dan Oktober-November), musim kurang ikan (Desember-Februari). Pada musim ini telah terjadi perubahan pada 1 tahun terakhir ini yaitu musim banyak ikan terjadi pada sekitar bulan Oktober-November.

4.2.2 Unit penangkapan ikan

Unit penangkapan ikan terdiri atas tiga unsur, yaitu alat tangkap yang digunakan, kapal penangkapan ikan dan tenaga kerja yang mengoperasikan komponen-komponen tesebut, yaitu nelayan.

4.2.2.1 Alat tangkap

Alat tangkap merupakan salah satu faktor pendukung dalam kegiatan penangkapan ikan selain nelayan dan armada penangkapan ikan di laut yang mempunyai pengaruh, tidak hanya terhadap besar kecilnya hasil tangkapan ikan tetapi juga kepada macam spesies ikan yang dapat ditangkap. Beberapa macam alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Perairan Kabupaten Bangka meliputi jaring insang (gillnet), jaring udang (trammel net), pancing ulur (hand line), payang/pukat kantong (surrounding net), pukat pantai (beach seine), bagan apung (boat lift net), bagan tetap dan sero (Tabel 6).

Tabel 6 Perkembangan alat tangkap di perairan Kabupaten Bangka tahun 2001- 2005

Tahun

Alat tangkap (unit)

Payang Jaring insang Jaring udang Pukat pantai Pancing Bagan apung Bagan tancap sero Jumlah (unit) 2001 132 2.141 1.546 366 2.166 79 715 70 7.084 2002 133 1.454 3.576 250 2.368 70 288 187 8.326 2003 135 1.476 3.629 254 2.402 72 293 189 8.450 2004 141 1.483 3.641 262 2.413 73 295 191 8.499 2005 147 1.492 3.667 289 2.425 78 311 198 8.607 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka (2006).

Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Perairan Kabupaten Bangka dari yang paling banyak dipakai sampai yang paling sedikit digunakan berturut- tururt adalah : jaring udang, pancing, jaring insang, bagan tancap, pukat pantai, payang, sero dan bagan apung. Faktor teknik dan ekonomi lah yang menentukan dalam pemilihan alat tangkap mana yang akan digunakan atau dioperasikan oleh nelayan setempat.

Pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2005, penggunaan alat tangkap oleh nelayan Bangka mengalami peningkatan sebesar 8.607 pada tahun 2005. Alat tangkap jaring insang, jaring udang dan pancing merupakan alat tangkap yang dominan dioperasikan oleh nelayan, sehingga dengan adanya peningkatan penggunaan alat tangkap berpengaruh terhadap pada produksi perikanan di Kabupaten Bangka.

4.2.2.2 Kapal

Kapal penangkap ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan penangkapan ikan di laut. Kapal yang digunakan dalam dalam usaha penangkapan ikan di Kabupaten Bangka terdiri atas kapal motor, motor tempel dan perahu tanpa motor. Kapal penangkapan ikan di Kabupaten Bangka masih didominasi kapal berukuran kecil, yaitu berukuran kurang dari 5 GT dengan teknologi penangkapan tradisional, sehingga kemampuan untuk menjangkau daerah penangkapan terbatas pada perairan pantai (Tabel 7).

Tabel 7 Perkembangan jumlah kapal penangkapan ikan di Kabupaten Bangka tahun 2001-2005

No. Tahun Ukuran kapal (GT)

< 5 (unit) 5-10 (unit) 10-20 (unit) 20-30 (unit)

Jumlah (unit) 1. 2001 387 94 17 4 501 2. 2002 391 108 18 4 521 3. 2003 369 65 1 8 443 4. 2004 1.442 125 2 1 1.570 5. 2005 1.615 121 2 1 1.739

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka (2006).

Tabel 7 menunjukkan bahwa armada penangkapan ikan pada tahun 2003 mengalami penurunan, yaitu sebesar 443 unit. Hal ini disebabkan oleh adanya modifikasi dan perubahan fungsi kapal yang semula untuk kegiatan penangkapan ikan menjadi kapal penambang inkonvensional (TI) timah yaitu 423 unit. Perkembangan armada penangkapan ikan pada tahun 2004 mengalami peningkatan, yaitu sebesar 1.570 unit. Peningkatan armada penangkapan ikan antara lain disebabkan penggunaan kapal yang ukurannnya < 5 GT. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya frekuensi kunjungan kapal yang berukuran < 5 GT. Dengan semakin berkembangnya jumlah armada penangkapan diharapkan dapat memanfaatkan potensi perikanan laut lebih optimal dan meningkatkan produksi perikanan.

4.2.2.3 Nelayan

Masyarakat nelayan di Kabupaten Bangka merupakan masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya pada usaha penangkapan ikan, pengolahan dan pemasaran ikan. Perkembangan jumlah nelayan yang ada di Kabupaten Bangka dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Perkembangan nelayan di Kabupaten Bangka tahun 2001-2005

No. Tahun Tangkap (orang) Budidaya (orang) Pengumpul (orang) Pengolahan (orang) Jumlah (orang) 1 2001 1.106 68 60 64 1.298 2 2002 1 .110 22 68 68 1.268 3 2003 1.158 163 101 81 1.503 4 2004 1.823 256 68 68 2.215 5 2005 3.154 227 68 69 3.518 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka (2006).

Selama kurun waktu lima tahun, yaitu sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 jumlah nelayan di Kabupaten Bangka mengalami peningkatan jumlah nelayan mencapai 3.518 orang. Peningkatan jumlah nelayan dari tahun 2001- 2005 disebabkan oleh tiga hal. Pertama, disebabkan nelayan berpindah profesi yang semula profesinya sebagai penambang TI timah menjadi nelayan. Kedua, jumlah nelayan dipengaruhi oleh nelayan pendatang yang melakukan kegiatan penangkapan di wilayah Bangka. Nelayan pendatang banyak berasal dari daerah luar Pulau Bangka yaitu Bugis, Jambi, Palembang dan sekarang banyak menetap di PPP Sungailiat. Nelayan yang berasal dari penduduk setempat pada umumnya berasal dari daerah Sungailiat. Ketiga, minat masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan di laut dengan memanfaatkan potensi perikanan laut di Pulau Bangka semakin meningkat.

4.2.3 Produksi hasil perikanan dan perkembangannya

Kabupaten Bangka merupakan salah satu sentra produksi perikanan laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Produksi perikanan laut Kabupaten Bangka pada tahun 2005 tercatat sebanyak 19.661,25 ton. Produksi hasil perikanan di Kabupaten Bangka dan perkembangannya bisa dilihat dari data volume produksi dan nilai produksi dari tahun 2001-2005 (Tabel 9).

Tabel 9 Produksi dan nilai produksi ikan di Kabupaten Bangka tahun 2001-2005

No. Tahun Produksi (ton) Nilai produksi (Rp.000) 1 2001 9.263,52 53.074.931 2 2002 8.794,22 52.756.313 3 2003 9.298,10 55.788.600 4 2004 9.801,59 69.065.204 5 2005 Rata-rata 11.363.732 69.893.738 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka (2006).

Tabel 9 menunjukkan bahwa produksi ikan yang dihasilkan di Kabupaten Bangka mengalami peningkatan dari tahun 2001-2005 dengan rata-rata produksi

sebesar 11.363.732 ton dan nilai produksi sebesar Rp 69.893.738.000. Hal ini menunjukkan adanya pertumbuhan positif dan memberikan kontribusi yang lebih baik bagi kegiatan perikanan di Kabupaten Bangka.

Kontribusi yang baik dalam kualitas pemasaran di Kabupaten Bangka tercermin dari nilai jual komoditas perikanan yang berlangsung di Kabupaten Bangka. Produksi pada tahun 2005 mengalami peningkatan mencapai 19.661,25 ton dengan nilai produksi ikan mencapai Rp 174.014.356.000,00. Hal ini terjadi karena tingginya daya konsumtif dari masyarakat terhadap ikan laut, walau pun rata-rata harga ikan pada saat itu tinggi. Selain itu juga, akibat dengan adanya peningkatan penambangan oleh TI menyebabkan meningkatnya nilai/harga kebutuhan pokok diantaranya, yaitu bahan bakar minyak (BBM) dan bahan makanan. Kenaikan harga kebutuhan mengakibatkan kenaikan pada biaya produksi ikan di Kabupaten Bangka dan akhirnya menaikkan harga dasar ikan di Kabupaten Bangka.

Pemanfaatan produksi perikanan pada tahun 2005 yang ditujukan untuk memenuhi pasar meliputi untuk konsumsi lokal dalam bentuk segar maupun diolah, perdagangan antar pulau meliputi Belitung, Jakarta dan Palembang serta ekspor ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura (Tabel 10).

Tabel 10 Jumlah pemanfaatan produksi perikanan tahun 2005

No. Kegiatan Volume

(ton) Nilai Produksi (Rp. 000) 1. 2. 3. Konsumsi lokal Diolah

Perdagangan antar pulau/ ekspor

11.043,66 3.970,58 4.647,03 97.633.574 35.479.830 41.082.951 Jumlah

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka (2006).

Pemanfaatan konsusmsi ikan di Bangka sangat tinggi dibandingkan dengan standar konsumsi ikan secara nasional. Konsumsi ikan di Kabupaten Bangka sebesar 62 kg per kapita per tahun jauh di atas standar konsumsi ikan nasional yaitu 19 kg per kapita per tahun.

Produksi perikananan di Kabupaten Bangka selama 5 tahun berdasarkan jenis alat tangkap dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu jaring insang, jaring udang, payang, pancing, pukat pantai, bagan apung, bagan tetap dan sero (Tabel 11).

Tabel 11 Produksi perikanan di Kabupaten Bangka berdasarkan jenis alat tangkap tahun 2001 - 2005

No Jenis alat tangkap Produksi (ton)

2001 2002 2003 2004 2005 1. Jaring insang 3.102 3.084 3.312 3.567 5.455 2. Jaring udang 2.838 2.284 2.692 2.773 2.821 3. Payang 354 360 361 373 369 4. Pancing 763 854 763 804 929 5. Pukat pantai 47 49 50 50 63 6. Bagan apung 930 949 930 980 987 7. Bagan tetap 875 854 837 882 890 8. Sero 354 360 353 372 376 Jumlah 8.794 9.298 9.801 9.801 11.890 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka (2006).

Berdasarkan Tabel 11, produksi perikanan laut di Kabupaten Bangka didominasi oleh jenis alat tangkap jaring yaitu gill net (jaring insang) dan selanjutnya alat tangkap jaring udang (trammel net). Hal ini sesuai dengan karakteristik jenis ikan yang diperoleh dari hasil tangkapan di daerah fishing ground kawasan perairan Bangka (Laut Natuna dan Selat Bangka). Jenis-jenis ikan di kawasan perairan Bangka merupakan jenis ikan yang berada di permukaan (pelagic) dan perairan dasar (demersal). Oleh karena jumlah produksi penangkapan dengan menggunakan gillnet relatif besar dibanding dengan alat tangkap lainnya.

Dokumen terkait