• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil

3. Pedagang pengecer

5.1.5 Sub sistem kelayakan usaha 1 Analisis usaha

Analisis usaha perikanan tenggiri dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha yang akan dicapai secara finansial. Analisis usaha yang dilakukan dalam usaha pengembangan perikanan tenggiri di Kabupaten Bangka meliputi keuntungan, imbangan penerimaan dan biaya, payback period dan

return of investment terhadap terhadap 2 (dua) jenis alat tangkap yaitu jaring insang dan pancing ulur. Hasil analisis usaha dari kedua alat tangkap tersebut dilakukan sebagai ukuran keberhasilan pengembangan usaha tersebut pada saat ini dan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha perikanan tenggiri.

1) Keuntungan

Pada usaha penangkapan ikan, nelayan memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, tetapi tidak dapat merencanakan sebelum operasi penangkapan. sehingga nelayan selalu berusaha untuk memperoleh hasil tangkapan ikan sebanyak-banyaknya. yang beranggapan dengan hasil produksi yang meningkat akan memperoleh pendapatan besar yang secara otomotis memperoleh keuntungan juga besar. Keuntungan dalam usaha perikanan tenggiri diperoleh dari Total Revenue (TR) dikurangi dengan Total Cost (TC) yang dikeluarkan.

(a) Biaya

Biaya dalam usaha perikanan tenggiri terdiri atas biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi terdiri atas biaya pembelian kapal, mesin, alat tangkap, peti fiber, kompas, peralatan elektrik, radio SSB, jangkar dan tali, serta jerigen solar dan air. Biaya investasi merupakan nilai investasi yang ditanamkan pada usaha perikanan tenggiri (Lampiran 16 dan Lampiran 20).

Total investasi yang dibutuhkan untuk penangkapan tenggiri dengan

gillnet sebesar Rp 70.389.260,81 dan pancing sebesar Rp 36.980.404,46. Besarnya biaya investasi merupakan nilai investasi rata-rata responden yang ditanamkan pada unit usaha penangkapan gillnet dan pancing di Kabupaten Bangka.

Biaya tetap dalam usaha perikanan tenggiri dengan menggunakan alat tangkap gillnet dan pancing terdiri atas biaya penyusutan dan perawatan. Biaya penyusutan meliputi penyusutan kapal, mesin, alat tangkap, peti fiber, kompas, peralatan elektrik, radio SSB, jangkar dan tali, serta jerigen solar dan air, sedangkan biaya perawatan meliputi perawatan kapal, mesin dan alat tangkap (Tabel 24).

Tabel 24 Komponen investasi unit usaha penangkapan ikan tenggiri di Kabupaten Bangka tahun 2007

No. Jenis investasi Nilai investasi (Rp.)

Gillnet Pancing 1. Kapal 21.578.103,21 21.578.103,21 2. Mesin 5.952.580,20 5.952.580,20 3. Alat tangkap 36.905.997,36 3.348.326,36 4. Peti fiber 1.190.516,04 1.190.516,04 5. Kompas 372.036,26 372.036,26 6. Peralatan elektrik 2.232.217,57 2.322.217,57 7. Radio SSB 1.636.960,55 1.636.959,55 8. Jangkar dan tali 148.815,50 148.814,50 9. Jerigen solar dan air 372.036,26 372.036,26

10. Gancu - 148.814,50

Total 70.389.261,46 36.980.404,46 Sumber : Data diolah dari data primer, September-Oktober 2007.

Biaya tetap pada unit usaha gillnet lebih besar dibandingkan dengan unit usaha pancing yaitu sebesar Rp 14.581.585,31 dan 10.578.475,13. Besarnya biaya pada unit usaha gillnet disebabkan oleh modal investasi dari alat tangkap

gillnet terdiri dari 40 piece yang harga per piecenya mencapai Rp 620.000,00, sedangkan pancing terdiri dari 30 unit yang harganya per unitnya Rp 75.000,00 (Tabel 25).

Biaya untuk penyusutan unit usaha perikanan tenggiri dengan gillnet lebih besar dibandingkan dengan pancing. Hal ini disebabkan modal yang dikeluarkan untuk membeli jaring lebih besar daripada modal untuk usaha pancing, sedangkan umur teknis dari gillnet lebih lama daripada pancing (Lampiran 16 dan Lampiran 20).

Tabel 25 Komponen biaya tetap unit usaha penangkapan ikan tenggiri di Kabupaten Bangka tahun 2007

No. Uraian Nilai (Rp.)

Gillnet Pancing

1. Penyusutan kapal 2.157.810,32 2.157.810,32 2. Penyusutan mesin 1.984.193,40 1.984.193,40 3. Penyusutan alat tangkap 7.381.199,44 3.348.326,36 4. Penyusutan peti fiber 238.103,21 238.103,21 5. Penyusutan kompas 186.018,13 186.018,13 6. Penyusutan peralatan elektrik 446.443,51 446.443,51 7. Penyusutan radio SSB 327.391,91 327.391,91 8. Penyusutan jangkar + tali 74.407,25 74.407,25 9. Penyusutan jerigen solar dan air 186.018,13 186.018,13 10. Penyusutan gancu - 29.762,90 11. Perawatan kapal 300.000,00 300.000,00 12. Perawatan mesin 800.000,00 800.000,00 13. Perawatan alat tangkap 500.000,00 500.000,00 Total 14.581.585,31 10.578.475,13 Sumber : Data diolah dari data primer, September-Oktober 2007.

Biaya tidak tetap (variable cost) dalam usaha perikanan tenggiri dengan menggunakan alat tangkap gillnet dan pancing ulur terdiri atas biaya solar, oli, air tawar, rokok, es dan perbekalan (ransum) dan upah ABK. Komponen biaya tidak tetap unit usaha penangkapan ikan tenggiri di Kabupaten Bangka dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26 Komponen biaya tidak tetap unit usaha penangkapan ikan tenggiri di Kabupaten Bangka tahun 2007.

No. Uraian Nilai (Rp)

Gillnet Pancing 1. Solar 13.500.000,00 13.500.000,00 2. Oli 680.000,00 440.000,00 3. Air tawar 100.000,00 100.000,00 4. Rokok 1.800.000,00 1.800.000,00 5. Es 2.720.000,00 2.040.000,00 6. Perbekalan 1.280.000,00 1.280.000,00 7. Upah ABK 10.873.103,97 11.368.840,00 Total 30.953.103,97 30.528.840.00 Sumber : Data diolah 2007.

Total biaya tidak tetap pada unit usaha penangkapan tenggiri dengan jaring tidak berbeda jauh dengan pancing, yaitu Rp 30.713.103,97 dan Rp 30.768.840,00. Perbedaan terjadi karena adanya jumlah kebutuhan oli yang digunakan pada saat operasi penangkapan. Biaya tidak tetap yang paling besar pada unit usaha perikanan tenggiri dengan gillnet dan pancing adalah bahan bakar solar, yaitu sebesar Rp 13.500.000,00. Hal ini dikarenakan besarnya biaya solar yang digunakan pada saat menuju daerah penangkapan dan operasi penangkapan.

Biaya total merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi yaitu hasil penjumlahan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya total dalam usaha perikanan tenggiri di Kabupaten Bangka dengan menggunakan gillnet sebesar Rp 45.534.689,28, sedangkan dengan mengunakan pancing sebesar Rp 41.107.315,13.

Total biaya usaha perikanan tenggiri dengan gillnet di Kabupaten Bangka lebih besar daripada pancing. Hal ini disebabkan oleh biaya penyusutan dan biaya perawatan gillnet yang lebih besar (Tabel 27).

Tabel 27 Biaya total unit usaha perikanan ikan tenggiri di Kabupaten Bangka

No. Jenis biaya Nilai (Rp.)

Gillnet Pancing

1. Biaya tetap 14.581.585,31 10.578.475,13 2. Biaya Tidak tetap 30.953.103,97 30.528.840,00 Total biaya 45.534.689,28 41.107.315,13 Sumber : Data diolah 2007.

(b) Penerimaan

Penerimaan yang diperoleh dari usaha perikanan tenggiri berasal dari rata-rata nilai penjualan hasil tangkapan. Rata-rata penerimaan yang diperoleh selama satu trip penangkapan pada pengoperasian alat tangkap gillnet sebesar Rp 1.359.138,00, sedangkan untuk rata-rata biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 773.827,60 per trip. Keuntungan yang diperoleh unit usaha perikanan tenggiri dengan menggunakan alat tangkap gillnet di Kabupaten Bangka sebesar Rp 220.770,76 per trip. Penerimaan yang diperoleh dari unit usaha perikanan tenggiri dengan alat tangkap gillnet selama satu tahun penangkapan sebesar Rp 54.365.519,85, sedangkan total biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 48.032.200,00. Keuntungan yang diperoleh selama satu tahun sebesar Rp 8.830.830,57.

Penerimaan rata-rata dari usaha perikanan tenggiri dengan menggunakan alat tangkap pancing di Kabupaten Bangka sebesar Rp 1.200.805,00 per trip. Rata-rata biaya yang dikeluarkan pada pengoperasian alat tangkap ini sebesar Rp 763.221,00. Keuntungan yang diperoleh usaha perikanan tenggiri dengan menggunakan alat tangkap pancing adalah sebesar Rp 173.122.12,00 per trip. Penerimaan yang diperoleh dari unit usaha perikanan tenggiri dengan alat tangkap pancing selama satu tahun penangkapan sebesar Rp 48.032.200,00, sedangkan total biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp

41.107.315,13. Keuntungan yang diperoleh selama satu tahun sebesar Rp 6.684.884,87 (Lampiran 16 dan Lampiran 20).

2) Rasio imbangan penerimaan dan biaya (R/C)

R/C merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Analisis R/C dilakukan untuk melihat berapa penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan pada unit usaha penangkapan ikan tenggiri dengan gillnet dan pancing ulur.

Hasil analisis unit penangkapan ikan tenggiri dengan gillnet dan pancing di Kabupaten Bangka diperoleh nilai R/C sebesar 1,19 dan 1,17 yang artinya setiap satu rupiah total biaya yang dikeluarkan untuk usaha akan menghasilkan total penerimaan sebesar Rp 1,19 dan Rp 1,17 atau memberikan keuntungan sebesar Rp 0,11 dan Rp 0,11 (Lampiran 16 dan Lampiran 20).

Analisis imbangan penerimaan dan biaya merupakan perbandingan antara besarnya penerimaan dengan total biaya. Pada usaha penangkapan ikan tenggiri dengan menggunakan alat tangkap gillnet dan pancing ulur ini diperoleh nilai R/C>1, sehingga dapat diartikan usaha tersebut mendapatkan keuntungan (Lampiran 16 dan Lampiran 20).

3) Return of investment (ROI)

ROI bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh dalam setiap rupiah investasi yang ditanamkan. ROI dari unit usaha penangkapan ikan tenggiri dengan gillnet dan pancing di Kabupaten Bangka sebesar 1,19% dan 1,17%. Hal ini berarti bahwa setiap seratus rupiah yang diinvestasikan akan memberikan keuntungan sebesar Rp 1,19 dan Rp 1,17 (Lampiran 16 dan Lampiran 20).

4) Payback period (PP)

PP dalam studi kelayakan usaha berfungsi untuk mengetahui berapa lama usaha yang diusahakan dapat mengembalikan investasi. Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi sebuah usaha, semakin baik usaha tersebut karena semakin lancar perputaran modal.

PP dari unit usaha penangkapan ikan tenggiri dengan gillnet dan pancing di Kabupaten Bangka adalah 7,97 tahun atau 1,1 bulan dan 5,34 tahun atau 1,7 bulan. Hal ini berarti waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian biaya investasi yang telah dikeluarkan akan kembali dengan keuntungan sebesar Rp

8.830.830,57 dan Rp 6.924.884,87 per tahun dalam waktu 1,1 bulan dan 1,17 bulan (Lampiran 16 dan Lampiran 20).

5.1.5.2 Analisis kriteria investasi

Dalam analisis kriteria investasi yang dilakukan pada usaha penangkapan ikan tenggiri digunakan beberapa asumsi sebagai berikut :

1) Usaha penangkapan ikan tenggiri di Perairan Kabupaten Bangka adalah baru;

2) Umur proyek ditentukan berdasarkan nilai investasi yang memiliki umur teknik yang paling lama, yaitu kapal dengan umur teknik 10 tahun;

3) Tahun pertama proyek dimulai pada tahun 2007;

4) Harga yang digunakan adalah tetap sepanjang umur proyek dan dinilai pada saat penelitian, sehingga nilai investasi yang dianalisis telah disesuaikan dengan IHK tahun 2007 yang berlaku di Kabupaten Bangka;

5) Hasil tangkapan dianggap tetap sepanjang umur proyek, sehingga besar penerimaan juga tetap yaitu sebesar Rp 54.365.520,00 untuk alat tangkap

gillnetdan sebesar Rp 48.032.200,00 untuk alat tangkap pancing ulur; 6) Biaya operasional yang digunakan sepanjang umur proyek dianggap tetap;

7) Nilai discount rate yang digunakan sebesar 12% per tahun yang merupakan tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku di bank BRI di Kabupaten Bangka.

1) Net Present Value (NPV)

Suatu usaha layak dijalankan jika NPV adalah selisih antara benefit

(pendapatan) dengan cost (pengeluaran) yang telah di present valuekan lebih dari nol. Dalam metode ini discount rate yang digunakan adalah sebesar 12 % sesuai dengan tingkat bunga bank rata-rata yang berlaku saat ini.

Nilai NPV pada unit usaha penangkapan ikan tenggiri dengan gillnet dan pancing bernilai positif yaitu sebesar Rp 84.047.548,70 dan Rp 86.573.482,56 yang berarti bahwa usaha penangkapan ikan tenggiri dengan menggunakan

gillnet dan pancing ulur akan memperoleh net benefit sebesar Rp 84.047.548,70 dan Rp 86.573.482,56 selama umur proyek (10 tahun) pada discount rate

sebesar 12% per tahun, apabila dinilai sekarang (Lampiran 18 dan Lampiran 20). Nilai NPV pancing lebih besar dari nilai NPV gillnet dikarenakan jumlah aliran kas pada net cash flow yang merupakan selisih total inflow (pendapatan) dengan total outflow (investasi dan biaya total) yang besar. Hal ini disebabkan

oleh biaya total unit usaha penangkapan ikan tenggiri dengan pancing lebih kecil dibandingkan dengan gillnet, sehingga berpengaruh pada nilai NPV-nya.

2) Internal Rate of Return (IRR)

Perhitungan IRR dilakukan dengan cara mencari discount rate yang dapat menyamakan antara present value dari aliran kas dengan present value dari investasi (initial investment). Jika perhitungan IRR dari discount rate dikatakan usaha tersebut feasible (layak) dijalankan, bila sama dengan discount rate

berarti pulang pokok dan di bawah discount rate usaha tersebut tidak feasible. Nilai IRR dari unit usaha penangkapan tenggiri dengan gillnet dan pancing di Kabupaten Bangka layak diusahakan sebab nilai IRR-nya memiliki nilai yang lebih tinggi dari nilai discount rate (12%) yaitu sebesar 40% dan 61%. Hal ini menunjukkan bahwa usaha tersebut akan memberikan manfaat baik internal dari nilai investasi yang ditanamkan untuk usaha penangkapan ikan tenggiri dengan menggunakan gillnet dan pancing ulur sebesar 40% dan 61% tiap tahunnya selama umur proyek (Lampiran 18 dan Lampiran 20).

Usaha penangkapan ikan tenggiri dengan pancing lebih layak diusahakan karena memiliki nilai IRR yang lebih besar dibandingkan dengan nilai IRR jaring. Hal ini disebabkan oleh besarnya NPV dan discount rate yang digunakan untuk membuat nilai NPV negatif.

3) Net B/C

NetB/C unit usaha penangkapan ikan tenggiri dengan gillnet dan pancing ulur yaitu sebesar 2,1 dan 3,34 (net B/C>1), artinya selama tahun proyek pada tingkat discount rate 12% per tahun setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan benefit bersih sebesar Rp 2,12 dan Rp 3,34, sehingga dapat dikatakan usaha tersebut layak untuk dikembangkan (Lampiran 18 dan Lampiran 20). NetB/C tidak menggambarkan besarnya keuntungan tetapi menggambarkan skala penerimaan atas biaya dan modal.

Pada usaha perikanan tenggiri dengan alat tangkap gillnet dan pancing, maka nilai dari kriteria investasi (NPV>0, net B/C>1 dan IRR>interest rate) layak untuk dilanjutkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sobari et al. (2006), jika dilihat dari kriteria investasi NPV>0, net B/C>1 dan IRR>internal rate, maka dapat dikatakan bahwa usaha tersebut layak memenuhi persyaratan dan masih layak untuk dikembangkan.

4) Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat pengaruh apa yang akan terjadi akibat perubahan nilai input atau perubahan nilai output yang akan berdampak pada akhir perhitungan. Faktor yang dianalisis dalam penelitian ini adalah biaya bahan bakar solar dan harga jual ikan tenggiri. Hal ini dikarenakan komponen tersebut merupakan komponen penting dalam usaha penangkapan ikan tenggiri dan faktor penting dalam pemasaran ikan tenggiri.

Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi kenaikan harga solar pada unit usaha penangkapan tenggiri dengan gillnet sebesar 112% dari Rp 4.500,00 per liter menjadi Rp 9.540 per liter dan unit usaha penangkapan tenggiri dengan pancing ulur sebesar 114,5% dari Rp 4.500,00 per liter menjadi Rp 9.653 per liter usaha menjadi tidak layak.

Pada Tabel 28, diperoleh nilai NPV pada gillnet dan pancing sebesar (1.383.823,49) dan (764.839,91). Nilai tersebut memiliki arti bahwa apabila terjadi kenaikan harga solar pada usaha penangkapan tenggiri dengan gillnet dan pancing sebesar 112% dan 114,5%, maka manfaat sekarang yang akan diterima adalah sebesar (1.383.823,49) dan (764.839,91). Nilai net B/C pada gillnet dan pancing sebesar 0,98 dan 0,98 sedangkan nilai IRR yaitu sebesar 11,45% dan 11,45%. Hasil analisis tersebut tidak layak untuk dikembangkan karena nilai

NPV<0, net B/C<1 dan IRR< tingkat suku bunga yang berlaku 12%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha tersebut dengan kenaikan harga BBM sebesar 112% untuk gillnet dan 114,5% untuk pancing tidak sensitif (Tabel 28). Tabel 28 Nilai kriteria investasi sebagai akibat kenaikan harga bahan bakar solar

No. Keterangan Gillnet Pancing (112%) (114,5%)

1. NPV (Rp) (1.383.823,49) (764.839,91) 2. NetB/C 0,98 0,98

3. IRR (%) 11,45% 11,45%

Sumber : Hasil analisis 2007.

Penurunan harga ikan pada unit usaha penangkapan tenggiri dengan

gillnet sebesar 28% dari Rp 28.500 per kg menjadi Rp 20.269,57 per kg dan unit usaha penangkapan tenggiri dengan pancing ulur sebesar 24,5% dari Rp 28.500,00 per kg menjadi Rp 23.581,17 per kg usaha menjadi tidak layak. Nilai kriteria investasi sebagai akibat kenaikan harga bahan bakar solar dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29 Nilai kriteria investasi sebagai akibat penurunan harga ikan

No. Keterangan Gillnet Pancing (28%) (24,5%)

1. NPV (1.962.098,72) (939.932,62) 2. NetB/C 0,98 0,97

3. IRR 11,22% 11,11%

Sumber : Hasil analisis 2007.

Tabel 29 nilai NPV pada gillnet dan pancing sebesar (1.962.098,72) dan (939.932,62). Nilai tersebut memiliki arti bahwa apabila terjadi penurunan harga ikan pada usaha penangkapan tenggiri dengan gillnet dan pancing sebesar 28% dan 24,5%, maka manfaat sekarang yang akan diterima adalah sebesar (Rp (1.962.098,72) dan (Rp 939.932,62). Nilai net B/C pada gillnet dan pancing sebesar 0,98 dan 0,97 sedangkan nilai IRR yaitu sebesar 11,22% dan 11,11%.

Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha penangkapan tenggiri dengan adanya penurunan harga ikan tidak layak untuk dikembangkan karena nilai

NPV<0, net B/C<1 dan IRR< tingkat suku bunga yang berlaku 12%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha tersebut dengan penurunan harga ikan sebesar 28% untuk gillnet dan 24,5% untuk pancing sensitif.

5.1.6 Sub sistem infrastruktur

Infrastruktur perikanan di Kabupaten Bangka terpusat di PPP Sungailiat. Hal ini dikarenakan PPP Sungailiat merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang berfungsi sebagai home base (tempat pendaratan ikan) yang ditunjang oleh beberapa fasilitas pendukung (pokok, fungsional dan penunjang) kegiatan perikanan yang dikelola oleh pihak pelabuhan dan swasta.

Berdasarkan pasal 41 (1) Undang-undang No.31 tahun 2004 tentang Perikanan, pemerintah menyelenggarakan dan membina pelabuhan perikanan. Untuk mewujudkan fungsi dan peranan pelabuhan perikanan, PPP Sungailiat sejak pengoperasiannya telah memiliki fasilitas-fasilitas pelabuhan perikanan diantaranya yaitu fasilitas pokok, fungsional dan penunjang yang berguna untuk mendukung kegiatan penangkapan sampai ke kegiatan pemasaran.

Dokumen terkait