• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabupaten Kuningan

Kabupaten Kuningan memiliki luas 1.178,57 Km² (117.857,55 Ha) terletak pada 108023’–108047’ Bujur Timur dan 6047’– 7012’ Lintang Selatan dengan ibukota terletak pada titik 108027’–108028’ Bujur Timur dan 6058’–6059’ Lintang Selatan. Secara geografis, posisi Kabupaten Kuningan berada pada lintasan jalan regional yang menghubungkan Kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur bagian selatan, dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung – Kuningan dengan Jawa Barat bagian tengah. Dalam konteks pembangunan Jawa Barat, Kuningan termasuk wilayah pembangunan Ciayumajakuning dengan pusat pertumbuhan di Cirebon. Di sebelah utara Kabupaten Kuningan berbatasan dengan Kabupaten Kuningan, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Ciamis (Jawa Barat) dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah), sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Majalengka.

Tercatat di tahun 2007, jumlah penduduk Kabupaten Kuningan adalah sebanyak 1.089.620 jiwa yang tersebar di 367 kelurahan/desa pada 32 kecamatan. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kuningan tahun 2007 adalah sebesar 4,22% per tahun. Sektor perekonomian yang paling mempunyai kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Kuningan Tahun 2007 adalah sektor pertanian (33,18%) disusul dengan sektor perdagangan (19,74%) dan sektor jasa (21,53%), sisanya sektor lainnya (25,55). Berdasarkan PDRB harga konstan tahun 2000, PDRB Kabupaten Kuningan Tahun 2007 adalah sebesar Rp. 3.470.977,97 milyar. Dengan nilai PRDB tersebut, maka pendapatan perkapita masyarakat Kuningan kurang lebih sebesar Rp. 3.185.494,87 per tahun.

Kabupaten Kuningan memiliki tujuh golongan tanah yaitu Andosol, Alluvial, Podsolik, Gromosol, Mediteran, Latosol dan Regosol. Golongan tanah Andosol terdapat di bagian Barat Kecamatan Kuningan yang cocok untuk ditanami tembakau, bunga-bungaan, sayuran, buah-buahan, kopi, kina, teh dan pinus. Golongan Tanah Alluvial terdapat di Kecamatan Kuningan bagian Timur, Kecamatan Kadugede bagian Utara, Kecamatan Lebakwangi bagian Utara, Kecamatan Garawangi dan Kecamatan Cilimus yang cocok untuk tanaman padi, palawija, dan perikanan. Golongan tanah Podsolik terdapat di Kecamatan Kadugede bagian Selatan, Kecamatan Ciniru bagian Timur, Kecamatan

Luragung bagian timur, Kecamatan Lebakwangi bagian Selatan dan Kecamatan Ciwaru yang cocok untuk ladang dan tanaman karet.

Tabel 6 Jenis dan Luas Tanah di Kabupaten Kuningan

Jenis Tanah Luas (Ha) Persen (%)

Alluvial kelabu 4.080,00 3,46

Regosol cokelat kelabu 700 0,59

Asosiasi regosol kelabu, regosol cokelat kelabu dan latosol

4.072 3,46

Asosiasi andosol cokelat dan regosol cokelat 4.560,00 3,87

Grumosol kelabu tua 1.840,00 1,56

Asosiasi grumosol kelabu kekuningan, grumosol cokelat kelabu dan regosol kelabu

13.204 11,20

Asosiasi mediteran cokelat dan latosol 11.569 9,82

Latosol cokelat 890 0,76

Latosol cokelat kemerahan 13.803 11,71

Asosiasi latosol cokelat dan regosol 19.232 16,32 Asosiasi podsolik kuning dan hidromorf 11.765 9,98 Asosiasi podsolik merah kekuningan dan latosol

merah merah kekuningan

13.825 11,73

Komplek podsolik merah kekuningan, podsolik kuning dan regosol

18.313 15,54

Sumber : RTRW (2003)

Kedalaman efektif tanah berkisar antara 30 cm sampai di atas 90cm. Kedalaman efektif tanah merupakan tebalnya lapisan tanah sampai batuan induk atau sampai pada suatu lapisan dimana akar tidak dapat menembus. Sebagian besar tekstur tanah termasuk ke dalam tekstur sedang dan sebagian kecil termasuk tekstur halus. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap tingkat kepekaan yang rendah dan sebagian kecil sangat tinggi terhadap erosi.

Secara geologi, Kabupaten Kuningan terbagi dalam dua kelompok yaitu :

◙ Sebelah utara yang sebagian besar daerahnya merupakan daerah Undifferentiated Vulkanik yang sangat subur akibat pengaruh Gunung Ciremai, hanya sebagian kecil yang termasuk Daerah Flicone Sedimentari Facies yang kurang subur.

◙ Sebelah selatan yang merupakan aerah Micone Sedimentari Facies dan Gabro yang sangat subur. Pada bagian ini terdapat bahan untuk membuat Oker dan Nikel di Kecamatan Kadugede.

Keadaan iklim di Kabupaten Kuningan dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson dengan temperatur berkisar antara 180C hingga 320C dengan curah

hujan pada bagian Barat dan Selatan terutama daerah lereng Gunung Ciremai berkisar antara 3.000–4.000 mm/tahun, sedangkan pada daerah yang semakin datar di bagian Utara dan Timur beriksar antara 2.000–3.000 mm/tahun.

Topografi wilayah Kabupaten Kuningan sangat bervariasi, dari dataran sampai pegunungan yaitu kawasan Gunung Ciremai, sampai ke dataran yang agak rendah seperti di wilayah Kuningan bagian Timur. Berdasarkan elevasi ketinggian tanah, wilayah Kabupaten Kuningan terbagi atas : ketinggian 25–100 meter di atas permukaan laut (dpl) seluas 10.915,47 Ha (9,26%); ketinggian 100– 500 meter dpl seluas 69.414,92 Ha (58,90%); ketinggian 500–1.000 meter dpl seluas 30.538,15 Ha (25,91%) ; dan ketinggian lebih dari 1.000 meter dpl seluas 6.989,01 Ha (5,93%).

Kemiringan tanah di Kabupaten Kuningan dikelompokan atas wilayah dengan kemiringan 0–8% seluas 28.275,88 Ha (23,99%); kemiringan 8–15% seluas 18.985,78 Ha (16,11%); kemiringan 15–25% seluas 24.373,88 Ha (20,68 %); kemiringan 25–40% seluas 17.043,02 Ha (14,46%); dan di atas 40% seluas 29.178,99 Ha (24,76%) dengan gradasi kemiringan yang dimiliki wilayahnya terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, lereng, lembah dan pegunungan. Karakter tersebut memiliki bentang alam yang indah dengan udara yang cukup sejuk sehingga berpotensi untuk pengembangan pariwisata.

Berdasarkan tabel penggunaan lahan eksisting (Tabel 7) di Kabupaten Kuningan terhadap Keppres No.32 Tahun 1990 tentang Kesesuaian Lahan terlihat bahwa peruntukan lahan di wilayah Kabupaten Kuningan secara umum telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kondisi ini harus tetap dipertahankan agar tidak terjadi degradasi lingkungan yang dapat mengancam ekologi lingkungan sekitarnya. Untuk kegiatan permukiman dan perkotaan harus diperhatikan pemanfaatan ruangnya agar tidak dilakukan pada kawasan lindung, kawasan resapan air atau pada lahan yang memiliki tingkat kerawanan terjadinya bencana yang sangat tinggi.

Untuk penggunaan lahan pada lokasi yang memiliki ketinggian dan kemiringan cukup besar yakni pada ketinggian >1000m dpl dan >40% berada pada lokasi Kecamatan Mandirancan, Cilimus, Jalaksana, Cigugur, Darma, Hantara, Ciniru, Selajambe, Cilebak, Ciwaru, Karangkancana, Cibeureum dan Cibingbin, diperuntukan untuk kawasan non budidaya seperti hutan lindung dan kawasan hutan produktif. Sedangkan untuk kondisi eksisting dikembangkan sebagai hutan, sawah, tegalan/ ladang, semak belukar dan hutan.

Tabel 7 Penggunaan Lahan Eksisting di Kabupaten Kuningan No. Ketinggian (m dpl) Kemiringan (%) Peruntukan Persebaran Lokasi Kesesuaian Eksisting 1. > 1000 > 40 - Kawasan non budidaya (Hutan Lindung) - Kawasan budidaya (Hutan Produktif) Hutan, semak belukar, sawah, tegalan/ladang, Mandirancan,Cilimus, Jalaksana,Cigugur, Darma, Hantara, Ciniru, Selajambe, Cilebak, Ciwaru, Karangkancana, Cibeureum, Cibingbin 2. < 1000 < 20 < 40 Kawasan Budidaya : - Tanaman pangan lahan basah/saw ah - Tanaman lahan kering Sawah, semak belukar, tegalan/ladang, hutan, perkebunan, permukiman. Seluruh Kecamatan di Kabupaten Kuningan 3. > 1000 20-40 Kawasan budidaya (tanaman perkebunan) Perkebunan, semak belukar, tegalan/ladang Pasawahan, Mandirancan, Cigugur, Subang, Ciniru 4. 0-1000 0-15 Kawasan budidaya (non pertanian) yang meliputi permukiman dan perkotaan Sawah, permukiman, tegalan/ladang, semak belukar. Mandirancan, Pancalang, Cilimus, Jalaksana, Kramatmulya, Cigugur, Nusaherang, Kuningan, Japara, Garawangi, Lebakwangi, Luragung, Cilebak,Kalimanggis, Cimahi, Ciwaru, Darma, Selajambe, Subang,. Sumber : RTRW (2003)

Rata-rata penggunaan lahan di Kabupaten Kuningan yang berada di kemiringan <20 dan <40 % yang tersebar merata di seluruh lokasi kecamatan di Kabupaten Kuningan dengan ketinggian <1000 mdpl. Adapun kesesuaian peruntukkannya dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti tanamanan bahan makanan lahan basah dan kering. Sedangkan penggunaan eksistingnya

berupa sawah, semak belukar, tegalan/ ladang, perkebunan, tempat tinggal dan hutan. Untuk lokasi yang berada pada ketinggian >1000 mdpl dengan kemiringan 20–40% menurut kesesuaian lahan baik dikembangkan untuk kawasan budidaya (tanaman perkebunan) dan pada kondisi eksistingnya dikembangkan untuk perkebunan, semak belukar dan ladang. Persebaran lokasi tersebut pada Kecamatan Pasawahan, Mandirancan, Cigugur, Subang, Ciniru.

Penggunaan Lahan

Secara umum jenis penggunaan lahan berdasarkan kondisi eksisting di Kabupaten Kuningan, dari luas total wilayah, jenis penggunaan lahan yang terluas adalah perkebunan sebesar 31.261,188 ha (25.52%) diikuti sawah irigasi sebesar 21.060,141 ha (17.87%) dan rincian selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 8.

Tabel 8 Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Kuningan Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan Persen (%)

Belukar 11.809,709 10,02 Hutan 14.640,182 12,42 Ladang 12.267,118 10,41 Padang Rumput 89,529 0,08 Pemukiman 10.340,063 8,77 Perkebunan 31.261,188 25.52 Sawah Irigasi 21.060,141 17.87

Sawah Tadah Hujan 16.643,067 14.12

Sungai & Waduk 1.297,737 1.10

Tanah Berbatu 14,115 0.01

Jumlah 117.857,55 100,00

Sumber : RTRW (2003)

Data penggunaan lahan tersebut menggambarkan masih adanya lahan yang belum optimal pemanfaatannya untuk usaha ekonomi produktif. Hal ini dapat didasarkan bahwa lebih dari 10% wilayah masih berupa semak belukar yang belum dimanfaatkan. Lahan yang sudah dimanfaatkan untuk perkebunan, pemukiman, sawah, tegalan dan ladang + 60% dari total luas lahan di daerah ini. Untuk lahan-lahan yang telah dimanfaatkan, jenis penggunaan terluas adalah sawah irigasi dan sawah tadah hujan (22.415,6 ha). Hal tersebut erat kaitannya dengan mata pencaharian utama masyarakat Kabupaten Kuningan sebagian besar adalah petani tanaman pangan (khususnya padi dan palawija).

46 Gambar 6 Peta Pen ggunaan Lahan Ek sis ting K abupaten Kunin gan

Kawasan Agropolitan Cilimus

Lingkup wilayah yang menjadi pengembangan kawasan agropolitan adalah mencakup wilayah seluas 117.857,55 ha, yang dibagi menjadi 4 distrik. Secara umum pembagian distrik didasarkan kepada pertimbangan untuk mempercepat akselerasi pengembangan wilayah Kabupaten Kuningan melalui pengembangan sektor pertanian dan ekonomi masyarakat secara terpadu.

Empat (4) Distrik yang menjadi Kawasan Pengembangan Agropolitan yaitu Distrik Cilimus, Distrik Kuningan, Distrik Luragung dan Distrik Ciawigebang. Pada masing-masing distrik, ditetapkan suatu pusat primer (kawasan inti) dan pusat sekunder (kawasan pendukung) yang diharapkan dapat menjadi pusat- pusat pertumbuhan baru sehingga akselerasi pengembangan wilayah lebih cepat terjadi. Keempat distrik tersebut berikut penetapan pusat (primer dan sekunder) dan hinterland (kawasan layanannya).

Secara umum pembagian distrik didasarkan kepada pertimbangan untuk mempercepat akselerasi pengembangan wilayah Kabupaten Kuningan melalui pengembangan sektor pertanian dan ekonomi masyarakat secara terpadu. Pembagian distrik pengembangan kawasan agropolitan di dasarkan pada pertimbangan sebagian berikut :

a. Pergerakan eksternal dan internal kawasan yang mendukung pengembangan wilayah.

b. Faktor agroklimat yang sesuai untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian,

c. Berpotensi untuk pengembangan agribisnis,

d. Daya dukung sarana dan prasarana (ekonomi, fisik dan lembaga pendukung) yang memadai untuk pengembangan agribisnis seperti; pasar (pasar produk pertanian, sarana pertanian, pasar lelang), gudang penampung hasil pertanian, tempat pengolahan hasil pertanian, lembaga keuangan, kelembagaan petani (kelompok tani dan koperasi), jaringan perhubungan (jalan), jaringan irigasi yang optimal, sarana transportasi, listrik, air bersih dan lain-lain.

Berdasarkan aspek pertimbangan pada bagian maka Kabupaten Kuningan dapat dikelompokkan menjadi 4 Distrik Kawasan Pengembangan Agropolitan (Gambar 6). Pada masing-masing distrik, ditetapkan suatu pusat primer (kawasan inti) dan pusat sekunder (kawsan pendukung) yang diharapkan dapat menjadi pusat-pusat pertumbuhan baru sehingga akselerasi

pengembangan wilayah lebih cepat terjadi. Keempat Distrik tersebut berikut penetapan pusat (primer dan sekunder) dan hinterland (kawasan layanannya) sajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Pembagian Distrik Pengembangan Kawasan Agropolitan

Distrik Kawasan Inti/Pusat Pertumbuhan Pendukung Kawasan Kawasan Layanan Kuningan Kuningan Kadugede Darma, Nusaherang, Ciniru,

Hantara, Selajambe, dan Cigugur.

Cilimus Cilimus Jalaksana Cipicung, Pasawahan Pancalang,Karamatmulya, Cigandamekar, Japara, dan Mandirancan

Ciawigebang Ciawigebang Garawangi Cidahu, Kalimanggis, Lebakwangi, dan Sindang- agung.

Luragung Luragung Ciwaru Subang, Cibeureum, Karangkancana, Maleber, Cilebak, Cibingbin, dan Cimahi.

Sumber : Masterplan Agropolitan Kabupaten Kuningan (2005)

Kecamatan Cilimus ditetapkan sebagai Pusat Primer Distrik, dengan pertimbangan kecamatan ini merupakan pusat pergerakan internal dan pintu gerbang pergerakan eksternal menuju Cirebon, memiliki infrastruktur (ekonomi, fisik dan lembaga pendukung serta pasar yang sudah berkembang (establish). Sementara itu Kecamatan Jalaksana ditetapkan sebagai Pusat Sekunder Distrik, dengan pertimbangan kecamatan ini dapat menarik wilayah hinterland sebagai kawasan penyangga, yaitu Kecamatan Cipicung, Pasawahan, Pancalang, Karamatmulya, Cigandamekar, Japara, dan Mandirancan.

Distrik Cilimus merupakan koridor jalan regional dengan pergerakan eksternal menuju pusat pertumbuhan Cirebon. Walaupun jaringan jalan sudah bisa menjangkau setiap pelosok, akan tetapi masih ada kerusakan jalan. Saat ini jalan propinsi yang rusak sepanjang 4 km (3 km diantaranya di Mandirancan), jalan kabupaten yang rusak 69,33 km, terutama di Kecamatan Japara, Jalaksana dan Cipicung. Sedangkan jalan desa yang rusak sepanjang 112,8 km, terberat di Kecamatan Pancalang. Distrik Cilimus terdiri atas 26,8% irigasi teknis 48,02% iritasi setengah teknis, 8,31% irigasi sederhana dan 16,87% irigasi tadah hujan, berdasarkan hal ini irigasi setengah teknis merupakan yang terbesar di distrik ini.

Distrik Cilimus saat ini memiliki sarana pasar yang relatif memadai, karena memiliki 3 (tiga) pasar permanen yang relatif besar, yaitu Pasar Kramatmulya, Prasar Cilimus dan Pasar Japara (kecil). Selain itu terdapat juga 1 (satu) pasar tidak permanen, 8 (delapan) kelompok pertokaan (kurang lebih sebanyak 149 toko) dan 74 restoran dan rumah makan, terbesar dibandingkan dengan distrik lainnya. Seperti diketahui, di distrik ini terdapat banyak objek wisata, sarana rekreasi yang sudah terkenal seperti Linggajati, Sangkan Hurip dan Grage, dengan demikian jumlah restoran dan rumah makan di distrik ini relatif banyak. Untuk menunjang perekonomian, di distrik ini terdapat 4 (empat) lembaga perbankan, 2 (dua) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan 1 (satu) pegadaian. Dalam menunjang gerakan perkoperasian, di Distrik Cilimus saat ini terdapat 11 Koperasi Unit Desa (KUD) dan 44 non KUD dengan aktifitas sebagian besar sebagai lembaga simpan pinjam dan distribusi/penjualan produk. Keragaan produksi tanaman pangan di Distrik Cilimus disajikan pada Tabel 10. Berdasarkan tabel tersebut, terdapat 3 (tiga) komoditas pangan utama yang produksinya diatas 5.000 ton per tahun yaitu padi, ubi kayu dan ubi jalar. Sedangkan jagung dan kacang tanah, produksi berkisar 1.000 ton per tahun. Dua komoditas lainnya yaitu kedelai dan kacang hijau, produksinya sangat kecil dibawah 150 ton per tahunnya.

Tabel 10 Produksi Tanaman Pangan di Distrik Cilimus Tahun 2004–2007

Tahun Padi (ton) Jagung (ton) Kedelai (ton) Kacang Tanah (ton) Kacang Hijau (ton) Ubi Kayu (ton) Ubi Jalar (ton) 2004 76.189 1.366 127 1.155 12 7.677 80.594 2005 82.479 1.165 77 1.412 41 4.672 83.613 2006 89.526 1.754 12 920 2 4.089 93.330 2007 84.102 1.678 78 1.234 29 4.765 95.339 Sumber : BPS (2007)

Jika melihat tabel tersebut secara rinci, komoditas padi dan ubi jalar produksinya mengalami peningkatan selama periode tahun 2004–2007, sedangkan komoditas lainnya mengalami penurunan. Dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Kuningan, produksi ubi jalar di Distrik Cilimus merupakan yang terbesar, di tahun 2007 mencapai 95.339 ton dari total produksi Kabupaten Kuningan sebesar 101.212.

Jika dilihat penyebaran produksinya, maka tidak setiap komoditas tersebar di setiap kecamatan, berdasarkan data berikut diuraikan kecamatan dengan produksi tanaman pangan yang relatif besar :

1. Produksi padi hampir merata di setiap kecamatan, dengan kecamatan yang relatif banyak menanam padi adalah Kecamatan Cilimus, di tahun 2007 produksinya mencapai 20.892 ton. Kecamatan lainnya yang cukup besar produksi padinya adalah Kecamatan Mandirancan, Pasawahan, Pancalang, Kramatmulya dan Jalaksana.

2. Jagung banyak dihasilkan di Kecamatan Kramatmulya dan Japara, yang mana pada tahun 2007 produksi kedua kecamatan tersebut masing-masing mencapai 398 ton dan 344 ton.

3. Ubi Jalar relatif banyak dan tersebar dihasilkan di Distrik Cilimus, dan paling banyak dihasilkan oleh Kecamatan Cilimus (meliputi Desa Bandorasa Wetan, Bandorasa Kulon, Linggajati, Linggamekar, Caracas, dan Linggaindah). Pada tahun 2007 produksinya mencapai 95.339 ton, merupakan tertinggi di seluruh wilayah Kuningan. Kecamatan lainnya yang relatif besar menghasilkan Ubi Jalar adalah Kecamatan Jalaksana (terutama di Desa Salamantra dan Sembawa) dan Pancalang (terutama Desa Pancalang, dan Kahyangan). Banyaknya ubi jalar di Kecamatan Cilimus tidak lepas dari peran PT Galih Estetika yang memproduksi Pasta Ubi Jalar untuk keperluan ekspor ke Jepang. Bahkan pada tahun 2005 lokasi pabrik dipindahkan dari Kecamatan Lebakwangi ke Kecamatan Cilimus.

4. Terdapat 3 (tiga) kecamatan yang relatif besar menghasilkan ubi kayu, yaitu Kecamatan Cilimus, Japara, dan Cipicung, yang mana di tahun 2007 produksinya masing-masing sebesar 1.347 ton, 1.095 ton dan 1043 ton. 5. Dari delapan kecamatan yang termasuk dalam Distrik Cilimus, produksi

kedelai banyak dihasilkan di Kecamatan Pancalang dan Pasawahan, yang mana di tahun 2007 produksi kedelainya masing-masing mencapai 23 ton dan 27 ton. Kecamatan lainnya yang relatif besar menghasilkan kedelai adalah Kecamatan Mandirancan.

Komoditas sub sektor tanaman pangan yang peluang pasar paling besar dibandingkan dengan komoditas lainnya adalah komoditas ubi jalar. Keberadaan industri pengolahan ubi jalar di Distrik Cilimus, baik milik swasta (PT. Galih Estetika) maupun milik Pemerintah Kabupaten Kuningan merupakan pasar yang paling banyak menyerap produksi ubi jalar.

Dokumen terkait