• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadilan BKM Mekar Sari

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 38-44)

BKM Mekar Sari untuk mencapai indikator keadilan dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM dengan melihat jangkauan dan

dampak dari produk kegiatan tersebut harus seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan adil.

Jangkauan menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 06 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Jumlah pedagang masa awal realisasi PNM berjumlah 90 pedagang. Pada saat penyaringan pedagang itu banyak yang daftar, lebih dari 100 orang. Tentunya dari BKM sendiri tidak semua diterima, dipilih dan diseleksi yang pantas menerima. Kami mengutamakan para pedagang yang sudah berjualan di Jl. Penjawi dan masyarakat golongan menengah kebawah yang memiliki ide kreatif, kreasi baru makanan.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 21 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Jadi gini, kalau menyangkut dengan yang menerima manfaat langsung kepada 500 masyarakat gituya dengan asumsi 100 orang PKL dengan asumsi bisa mengkaryakan atau memberdayakan masyarakat lainya untuk serta membantu dalam pelaksanaan itu waktu awal-awal pertama ada yang namanya petugas parkir, ada yang namanya petugas bongkar pasang tenda yang menyangkut dengan masalah kebersihan ini langsung dengan dinas terkait. Kemudian bila diasumsikan 500 bisa jadi bisa mencapai jumlah itu bisa juga kurang dari itu cuma mungkin bila dilihat dari segi penerima manfaat yang jelas untuk mencapai angka 500 di katakan seperti itukan suatu angka yang stastis gitukan. Inikan suatu bentuk yang dinamis, bisa saja, bisa naik turunya ada seperti itu.”

Sedangkan jangkauan menurut yang dikemukakan oleh salah satu pedagang di PNM pada tanggal 9 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Jumlah pasti aku kurang tahu, berapa kira-kira. Kalau 50 saya aku pikir lebih. Dulu pedagang berjajar di tengah jalan, tidak seperti sekarang di pinggir jalan. Maaf Mas kurang tahu kalau jumlahnya, tapi aku bisa mengatakan banyak penjual.”

Dampak dari kawasan prioritas PNM menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 06 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Penerima manfaat tidak langsung, masyarakat secara luas. Bisa dari seluruh daerah di Kabupaten Pati dan luar Pati. Masyarakat bisa berwisata kuliner. Bisa dicontohkan bila ada orang ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) untuk jenguk orang sakit bisa mampir, bila bosan di Simpang Lima bisa ke PNM. Dari luar kota bisa, tepat di lampu merah JL. Penjawi langsung belok kiri, disitu dipasang papan iklan untuk memudahkan pengguna jalan.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 21 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Semua orang, semua bisa memanfaatkan dengan catatan mereka tau ada PNM. Dengan cara pemasaran dan iklan, diawal kita melakukan pemasaran dan selama ini iklan juga masih berjalan.”

Dampak dari kawasan prioritas PNM menurut yang dikemukakan oleh salah satu pengunjung pada tanggal 9 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Saya tidak merasakan apa-apa. Disini sama seperti warung makan ditempat lain. Dulu, iya sedikit berbeda. Kalau dulu kelihatan lebih rapi, tertata, cukup nyaman. Secara langsung ada perasaan kecewa dengan keadaan penjawi sekarang ini. Bila bisa seperti dulu, itu bagus. Apalagi bulan depan bulan puasa, sangat bermanfaat bagi masyarakat. Bisa ngabuburit nunggu Magrib.”

Dari pemaparan para informan di atas dapat disimpulkan jangkauan BKM Mekar Sari dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM adalah penerima manfaat secara langsung dari masyarakat Kelurahan Pati Lor. Penerima manfaat secara langsung terdiri dari

pedagang, petugas parkir, dan petugas bongkar pasang tenda dan petugas kebersihan. Jumlah keseluruhan penerima manfaat langsung tidak dapat dipastikan karena bersifat dinamis. Bila diasumsikan, keseluruhan bisa berjumlah 500 orang.

Sedangkan dampak merupakan penerima manfaat secara tidak langsung dari para pengunjung. Pengunjung tidak hanya berasal dari masyarakat Kelurahan Pati Lor, mereka datang dari seluruh daerah Kabupaten Pati, di luar daerah Kabupaten Pati, dan para wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Pati.

b. Faktor Penghambat Kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat Mekar Sari dalam Merealisasikan Kawasan Prioritas Penjawi Night Market

Untuk melihat faktor penghambat bisa dengan memahami strategi BKM Mekar Sari dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM. Kesesuaian antara perencanaan strategi dengan implementasi akan mempengaruhi tingkat keberhasilan.

Penggunaan strategi menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 06 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Strategi BKM Mekar Sari dengan membentuk UP. BKM itu tidak mengerjakan pembangunan secara fisik, BKM sebagai koordinator yang mempunyai anggota-anggota. Untuk membantu kinerja BKM, BKM membentuk UP. UP itu unit pelaksana, seperti UPL, UPS dan UPK. Untuk pembangunan BKM membentuk KSM atau panitia pembangunan. Mereka itu orang yang dianggkat oleh BKM dari warga Pati Lor. Iya, setiap pembangunan menganggat KSM atau panitia tersebut, jadi orangnya selalu ganti.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 22 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Iya, setiap pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh masyarakat dan dibentuk yang namanya kelompok swadaya masyarakat ini sebagai panitia pelaksana. UP adalah yang membatu BKM, UP tidak melaksanakan pembangunan.”

Sedangkan menurut yang dikemukakan oleh UPS Ibu Tri Saptowati pada Tanggal 14 Mei 2014 srategi yang digunakan, sebagai berikut:

“...Tugas UP membantu BKM dalam menjalankan tugasnya. UP ada tiga, UPK yang mengelola uang BLM, UPS yang mengelola masalah sosial, UPL yang mengelola lingkungan. PNM dikelola UPS. UPS yang mengelola karena PNM berawal dari masalah sosial PKL yang ada di Jl. Penjawi, masalah sosial pengangguran.” Dari pemaparan para informan di atas dapat disimpulkan strategi BKM Mekar dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM dengan membentuk beberapa UP, yaitu UPL, UPS, dan UPK. Kemudian untuk setiap pelaksanaan dibentuk KSM yang merupakan panitia pelaksana kegiatan. Teknis pembentukan KSM dilakuakan melalui mekanisme musyawarah antara TPP bersama-sama BKM Mekar Sari dengan melibatkan masyarakat Kelurahan Pati Lor. Setiap pelaksanaan kegiatan KSM harus berkoordinasi dengan TPP maupun BKM Mekar Sari dan harus mematuhi peraturan yang ditetapkan yang tertuang dalam Aturan Bersama.

Kesesuaian perencanaan strategi dengan implementasi tidak cukup untuk menjamin keberhasilan. Dalam realisasi kawasan prioritas PNM ditemukan kejadian-kejadian di luar rencana yang menghambat.

Hambatan BKM Mekar Sari dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada tanggal 06 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Dikatakan berhasil juga tidak bisa, karena kurang sesuai yang diharapkan. Bila melihat di awal-awal pelaksanaan pedagang selama dua bulan lebih itu ramai, pengunjung juga ramai. Lama-lama pengunjung berkurang, pedagang juga ikut-ikutan. Masalahnya pedagang mikirnya grobak dikasih, tenda dikasih. Padahal dari awal kami sudah mensosialisasikan barang-barang tersebut tidak dikasih cuma-cuma. Mungkin itu yang menjadikan semangat pedagang menurun.

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST pada tanggal 21 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Bisa dilihat sendiri PNM belum bisa menarik pengunjung dari kawasan Alun-alun Simpang Lima Pati, masih kalah pamorlah, sana lebih dulu. Ditambah lagi Paguyuban Pedagang PNM belum bisa dilepas, belum bisa mandiri. Sebagai pengayom seharusnya bisa mengayomi, kearah situ yang sekarang diusahakan. Semakin berat nanti kalau dibiarkan berlarut-larut.”

Sedangkan menurut yang dikemukakan oleh salah satu pedagang di kawasan prioritas PNM pada tanggal 9 Mei 2014 berkaitan pencapaian BKM Mekar Sari, sebagai berikut:

“...Berjualan di PNM kurang menguntungkan, tempatnya sepi sekarang. Uangnya muter, cuma bisa buat dagang dan makan. Kalau dulu masih bisa untung, pembeli banyak, ramai. Dulu pedagang banyak, tidak seperti sekarang. Dari ujung jalan sampai ujung jalan sana (sambil menunjuk arah JL. Penjawi). Pedagang banyak yang gak jualan lagi karena banyak pungutan, grobak, tenda semua ini juga ada. Dipikir dulu bantuan, ternyata ada pungutan. Cuma beberapa ribu, tapi ngurangi pendapatan. Kita pedagang kecil. Pengunjung datang untuk beli makan disini, yang aku jual ada ayam penyet, tempe penyet, lele, nila, banyak lainnya. Aku pernah tanya, ada orang luar Pati juga beli diwarungku. Anak-anak muda banyak kalau cuma jalan-jalan, kalau itu mungkin orang sekitar sini.”

Dari pemaparan para informan di atas dapat disimpulkan ada beberapa faktor penghambat BKM Mekar dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM, sebagai berikut:

1) Semangat kerja pedagang kawasan prioritas PNM menurun akibat dampak dari jumlah retribusi yang harus dibayar besar dan kecil jumlah perolehan pendapatan.

2) Paguyuban Pedagang PNM belum mampu memainkan peran sebagai pengayom pedagang dampak dari kesibukan berdagang sehingga keorganisasian terbengkalai.

3) Tidak sejalan antara kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Pati dengan Kelurahan Pati Lor. Pemerintah Kabupaten Pati mengeluarkan kebijakan untuk mengembalikan fungsi kawasan Alun-alun Simpang Lima Pati sebagai ruang publik bebas dari PKL. Kebijakan tersebut disambut dengan memberikan alternatif kawasan prioritas PNM. Namun, Pemerintah Kabupaten Pati mencabut kembali kebijakan tersebut akibat dari desakan dari PKL setempat.

B. Pembahasan

1. Kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat Mekar Sari dalam

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 38-44)

Dokumen terkait