• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

35 A. Hasil Penelitian

1. Program Pengembangan Lingkungan Permukiman Berbasis

Komunitas

Program PLPBK adalah proses membangun dan mengembangkan tatanan sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan dengan dilandasi oleh visi yang dibangun secara bersama-sama oleh rakyat. Tujuan pelaksanaan Progam PLPBK didalam buku Pedoman Teknis Program PLPBK adalah “Mewujudkan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin melalui penataan lingkungan permukiman yang teratur aman dan sehat”, (Pedoman Teknis, 2013 : 6). Tujuan tersebut akan tercapai melalui peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih, sehat dan produktif melalui peningkatan kapasitas, kemitraan dan integrasi perencanaan pembangunan, penataan lingkungan permukiman miskin berbasis ruang, dan meningkatan sarana, prasarana dan pelayanan permukiman untuk masyarakat miskin. Pencapaian tujuan dibutuhkan dukungan kerja keras, material dan membutuhkan waktu panjang. Pelaksanaan Program PLPBK menggunakan strategi penguatan pemerintah daerah, konsultan, fasilitator, dan kelompok peduli/pemangku kepentingan, penguatan BKM dan UP sebagai pusat pelayanan masyarakat agar mampu secara mandiri melaksanakan dan mengelola kegiatan penataan kawasan dan lingkungan pemukiman di wilayahnya, dan mendorong

(2)

kreativitas masyarakat bersama pemerintah daerah dalam merencanakan pembangunan Sosial, Ekonomi dan Lingkungan (SEL) di wilayahnya, berdasarkan visi yang dibangun bersama.

Menurut buku “Petunjuk Teknis Siklus Penataan Lingkungan

Permukiman Berbasis Komunitas”, tujuan Program PLPBK memiliki

beberapa keluaran pelaksanaan kegiatan yang dicita-citakan. Keluaran pelaksanaan kegiatan Program PLPBK, adalah:

a. Dokumen Perencanaan

1) Dokumen perencanaan tingkat kelurahan (makro), disebut sebagai RPLP atau setara dengan dokumen perencanaan jangka menengah kelurahan/desa. RPLP berfungsi sebagai dokumen legal perencanaan kelurahan/desa yang selaras dengan kebijakan pembangunan kabupaten/kota. Dokumen RPLP memuat rencana penataan lingkungan permukiman dan strategi pemasaran yang disepakati oleh masyarakat, perangkat kelurahan dan para pemangku kepentingan lainnya dan disahkan oleh walikota/bupati.

2) Dokumen perencanaan kawasan prioritas (mikro), disebut sebagai RTPLP. RTPLP bagian dari RPLP untuk kawasan permukiman miskin yang diprioritaskan.

b. Pranata

1) Aturan Bersama, adalah kesepakatan yang mengikat antara masyarakat, perangkat kelurahan dan para pemangku kepentingan lainnya yang terjadi melalui serangkaian rembug masyarakat.

2) Lembaga-lembaga urusan pembangunan dengan fungsi mengorganisasi masyarakat untuk melakukan review terhadap rencana RPLP dan RTPLP setiap tahun dan secara partisipatif melakukan perencana tahunan ke depan, mengawasi pelaksanaan aturan bersama dan pengawas bangunan, dan mengelola dan memelihara hasil pembangunan (estate

management) kawasan, baik prasarana dan sarana yang

dibangun masyarakat.

c. Fisik bangunan dan lingkungan permukiman miskin di kawasan prioritas yang lebih tertata dengan pelayanan prasarana dan sarana yang lebih berfungsi.

(3)

d. Terjadinya perbaikan perilaku hidup sehat, bersih dan produktif sejalan dengan tertatanya kawasan permukiman sebagai wadah kegiatan penghidupan dan kehidupan.

Lokasi sasaran Progam PLPBK ditentukan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dengan melihat desa/kelurahan yang memenuhi kriteria dengan kelurahan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan (PNPM MP) dengan BKM berdaya, BKM berdaya dalam arti BKM tersebut memiliki kesiapan dan komitmen untuk belajar melaksanakan Program PLPBK, dan kesiapan dan komitmen pemerintah kabupaten/kota untuk mendukung pelaksanaan Program PLPBK baik yang didanai oleh pemerintah pusat maupun pemerintah kabupaten/kota. Setelah lokasi ditentukan lebih lanjut penguatan komponen. Menurut buku “Petunjuk

Teknis Siklus Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas”,

komponen yang dimaksud berjumlah tiga. Ketiga komponen tersebut adalah:

a. Penguatan Kapasitas Pemerintah Kabupaten/Kota, Masyarakat, dan Kelompok Peduli/Pemangku Kepentingan lainnya

Penguatan kapasitas mencakup pelatihan, sosialisasi berkesinambungan, lokakarya bagi pemerintah kabupaten/kota, masyarakat, dan kelompok peduli/pemangku kepentingan dalam rangka pelaksanaan PNPM MP pada umumnya dan PLPBK pada khususnya.

b. Penyediaan Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)

Dana BLM ini merupakan dana stimulan dan tidak dimaksudkan untuk membiayai seluruh rencana pembangunan yang telah dibuat. Penyediaan BLM ini juga dimaksudkan untuk belajar melaksanakan sebagian rencana penataan kembali lingkungan permukiman yang diprioritaskan. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya-upaya untuk menggalang dana swadaya masyarakat, pemda dan kelompok peduli.

1) Ketentuan

BLM ini hanya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang langsung terkait dengan kegiatan penataan kawasan

(4)

permukiman prioritas yang memiliki angka kemiskinan tertinggi, khususnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan lingkungan permukiman, prasarana dan sarana yang bermanfaat langsung bagi warga miskin.

2) Alokasi

BLM untuk Program PLPBK sebesar maksimum Rp. 1 Milyar per kelurahan, secara umum akan terbagi atas dua kelompok pemanfaatan yaitu:

a) Maksimum Rp 150 juta, dimanfaatkan untuk dukungan perencanaan kawasan, dukungan pemasaran hasil perencanaan dan biaya operasional penyelenggara (BOP) BKM, dengan komposisi pemanfaatan sebagai berikut: pertama, biaya tenaga ahli pendamping masyarakat, kedua, biaya pengembangan kapasitas masyarakat, dan terahir, dukungan proses perencanaan partisipatif dan pemasaran hasil-hasil perencanaan. BOP BKM termasuk BOP untuk kegiatan TIPP.

b) Dana sisa dimanfaatkan untuk pelaksanaan pembangunan fisik dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan lingkungan permukiman, prasarana dan sarana. Dana tersebut hanya merupakan bagian kecil dari seluruh dana yang diperlukan kelurahan untuk mewujudkan hasil perencanaan partisipatif. Oleh karena itu perlu mendorong masyarakat bersama pemerintah kabupaten/kota untuk menjalin kemitraan dengan pihak-pihak lainnya.

c. Bantuan Teknis

Menyediakan konsultan dan fasilitator untuk melakukan kegiatan: 1) Pendampingan kepada masyarakat melalui fasilitasi pertemuan

warga, diskusi kelompok terfokus, musyawarah atau rembug warga dalam pelaksanaan siklus Program PLPBK tingkat kelurahan/desa.

2) Pendampingan kepada pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan, antara lain melalui sosialisasi, berbagai lokakarya dan pelatihan perangkat pemerintah daerah sampai dengan lurah/kades dan kelompok peduli serta bantuan teknik untuk memperkuat mereka dalam melaksanakan Program PLPBK. 2. Kawasan Prioritas Penjawi Night Market

Kawasan prioritas PNM merupakan produk dari Program PLPBK. Kawasan prioritas PNM adalah pemanfaatan Jl. Penjawi pada sore sampai malam hari sebagai pusat wisata kuliner. Pada sore sampai malam hari jalan ditutup dan pengguna jalan dialihkan ke jalan lain. Jl. Penjawi dirapikan

(5)

agar menarik dan membentuk konsep city walk. Pada tengah-tengah jalan dipasang tenda knock down berjajar sepanjang jalan yang bisa digunakan untuk berjualan makanan khas oleh para pedagang. Pedagang yang berjualan di kawasan prioritas PNM adalah masyarakat Kelurahan Pati Lor yang mendapat persetujuan dari BKM Mekar Sari.

3. Badan Keswadayaan Masyarakat Mekar Sari a. Konsep Badan Keswadayaan Masyarakat

BKM merupakan singkatan dari badan keswadayaan masyarakat yang merupakan nama “jenerik” atau istilah untuk suatu lembaga masyarakat dengan kedudukan sebagai pimpinan kolektif dari suatu himpunan masyarakat di tingkat desa/kelurahan. Dengan kalimat lain dapat dikatakan BKM adalah lembaga pimpinan kolektif dari suatu himpunan masyarakat di tingkat desa/kelurahan dengan peran utama sebagai dewan pengambilan keputusan yang dalam proses pengambilan keputusan dilakukan secara partisipatif. BKM disamping sebagai dewan pengambilan keputusan juga untuk menggalang potensi dan sumber daya, baik yang dimiliki masyarakat maupun yang bersumber dari luar (channeling), dalam upaya menanggulangi berbagai persoalan pembangunan di wilayah desa/kelurahan. BKM juga merupakan jembatan penghubung aspirasi warga ke pemerintahan desa/kelurahan serta memperjuangkan kebutuhan warga di tingkat desa/kelurahan dalam musbangdes/kelurahan.

(6)

b. Tugas Pokok Badan Keswadayaan Masyarakat

Menurut buku “Petunjuk Teknis Pengembangan Badan

Keswadayaan Masyarakat/Lembaga Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM)”, BKM Mekar Sari memiliki tugas pokok, tugas pokok

tersebut sebagai berikut:

1) Merumuskan dan menetapkan kebijakan serta aturan (termasuk sanksi) secara demokratis dan partisipatif mengenai hal-hal yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2) Mengorganisasi masyarakat untuk bersama-sama merumuskan

visi, misi, rencana strategis, dan rencana program peningkatan kesejahteraan bersama.

3) Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil BKM termasuk penggunaan dana-dana bantuan program pemberdayaan yang diterima.

4) Mendorong berlangsungnya proses pembangunan partisipatif sejak tahap penggalian ide dan aspirasi, pemetaan swadaya atau penilaian kebutuhan, perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemeliharaan, monitoring dan evaluasi.

5) Mengkoordinasi pengelolaan program-program yang diterima masyarakat, dan pelaksanaan program yang dilakukan oleh unit-unit satuan pelaksana berbagai program sektoral.

6) Memonitor, mengawasi dan memberi masukan untuk berbagai kebijakan maupun program pemerintah daerah kabupaten yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat miskin maupun pembangunan di desa/kelurahan.

7) Menjamin dan mendorong peran serta berbagai unsur masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan kaum perempuan melalui proses serta hasil keputusan yang adil dan demokratis. 8) Membangun transparansi kepada masyarakat melalui berbagai

media seperti papan pengumuman, sirkulasi laporan kegiatan dan keuangan bulanan/triwulanan serta rapat-rapat terbuka. 9) Membangun akuntabilitas kepada masyarakat dengan

mengauditkan diri melalui auditor independen serta menyebarluaskan hasil auditnya kepada seluruh lapisan masyarakat.

10) Melaksanakan rembug warga tahunan dengan dihadiri masyarakat luas dan memberikan pertanggungjawaban atas segala keputusan dan kebijakan yang diambil BKM kepada masyarakat.

(7)

11) Membuka akses dan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat luas untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan, keputusan, kegiatan dan keuangan yang di bawah kendali BKM. 12) Memfasilitasi aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam

perumusan kebutuhan dan usulan program penanggulangan kemiskinan dan pembangunan wilayahnya, untuk dapat dikomunikasikan, dikoordinasikan dan diintegrasikan dengan program serta kebijakan pemerintah di level atasnya.

13) Mengawal penerapan nilai-nilai hakiki, dalam setiap keputusan maupun pelaksanaan kegiatan pembangunan serta pembangunan lainnya di desa/kelurahan.

14) Menghidupkan serta menumbuhkembangkan kembali nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat, pada setiap tahapan dan proses pengambilan keputusan serta pelaksanaan kegiatan pembangunan di desa/kelurahan dengan bertumpu pada kondisi budaya masyarakat setempat (kearifan lokal).

c. Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat

Dalam melaksanakan tugas pokok di atas BKM Mekar Sari dikukung fungsi. Menurut buku “Petunjuk Teknis Pengembangan Badan

Keswadayaan Masyarakat/Lembaga Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM)”, fungsi tersebut sebagai berikut:

1) Penggerak dan penumbuhan kembali nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai kemasyarakatan dan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan nyata masyarakat.

2) Penggerak proses pengembangan aturan (kode etik, kode tata laku).

3) Penggerak proses pengambilan keputusan yang adil dan demokratis.

4) Pengendalian dan kontrol sosial terhadap proses pembangunan. 5) Pembangkit dan mediasi aspirasi dan partisipasi masyarakat. 6) Wadah informasi dan komunikasi bagi warga masyarakat. 7) Penggerak advokasi integrasi kebutuhan dan program

masyarakat dengan kebijakan/program pemerintah daerah. 8) Mitra kerja pemerintah desa/kelurahan dalam upaya

penanggulangan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan, dan peningkatan kapasitas masyarakat.

(8)

d. Visi dan Misi Badan Keswadayaan Masyarakat Mekar Sari

Visi BKM Mekar Sari adalah kemampuan masyarakat untuk berkerja sama dengan berbagai pihak sehingga mampu menanggulangi kemiskinan yang mereka alami secara efektif dan berkelanjutan. Lebih lanjut dalam melaksanakan visi BKM Mekar Sari memiliki beberapa misi, Menurut buku “Petunjuk Teknis Pengembangan Badan

Keswadayaan Masyarakat/Lembaga Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM)”, misi tersebut sebagai berikut:

1) Memberdayakan masyarakat miskin dan usaha menengah melalui penanaman modal dan pelatihan ketrampilan.

2) Peningkatan sarana dan prasarana, kesehatan, dan sumber daya manusia.

3) Mengaktifkan rembuk warga atau musyawarah sebagai upaya peningkatan partisipasi masyarakat.

e. Status Badan Keswadayaan Masyarakat Mekar Sari Nama BKM : Mekar Sari

Alamat : Jl. Penjawi No. 3 Pati Lor, Pati (0295) 382 303 Bentuk Lembaga : Paguyuban Dengan Kepemimpinan Kolektif Badan Hukum : -Sugiati Sukandar, SH

-No. 15, tanggal 30-10-2003 Koordinator : Sunarto, SH

Sekretaris : Mariyani

Anggota : -Sudarsono -Didik Karsudi

-Listijanto -Hartono

-Heru Sutyana -Susanti -Sulistyoningsih -Wariyani

(9)

Unit Pengelola Keuangan (UPK) : -Bagyo -Tasrip

-Maya Negarawati - Harpadmawati Unit Pengelola Sosial (UPS) : -Ngatimin

-Sunarto -Tri S. Unit Pengelola Lingkungan (UPL) : -Mashudi

-Sudarto -Budi Sayuti

f. Struktur OrganisasiBadan Keswadayaan Masyarakat Mekar Sari Bagan 4.1

Struktur Organisasi BKM Mekar Sari

BKM UPL Sekretariat KSM/PANITIA Pengawas UPK UPK UPS

(10)

g. Peran Badan Keswadayaan Masyarakat Mekar Sari

BKM Mekar Sari dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM melalui peran ditiap tahap Program PLPBK, dari tahap persiapan, perencanaan, pembangunan dan keberlanjutan. Berikut ini adalah tabel peran BKM Mekar Sari dalam pembangunan kawasan prioritas PNM:

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

4. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian

a. Kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat Mekar Sari dalam Merealisasikan Kawasan Prioritas Penjawi Night Market

Kinerja BKM Mekar Sari dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM meliputi setiap tahap Program PLPBK, dari tahap persiapan, perencanaan, pembangunan dan keberlanjutan. Untuk memahami tingkat keberhasilan kinerja BKM Mekar Sari peneliti menggunakan indikator kinerja berorientasi pada hasil menurut Ratminto dan Atik (2007: 179 - 182). Kinerja BKM Mekar Sari menurut indikator tersebut, sebagai berikut:

1) Efektivitas BKM Mekar Sari

BKM Mekar Sari untuk mencapai indikator efektif dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM harus mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan. Baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang, dan misi organisasi. Akan tetapi pencapaian tujuan organisasi ini harus juga mengacu pada visi organisasi.

Tujuan BKM Mekar Sari dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada tanggal 06 Mei 2014, sebagai berikut:

“...BKM Mekar Sari melalui PNM itu untuk membuat pusat wisata kuliner untuk masyarakat Kelurahan Pati Lor dan sekitarnya. Seperti yang dilihat sekarang, sebenarnya kegiatan tersebut dikatakan gagal juga tidak gagal, karena masih berjalan sampai sekarang. Dana BLM masih ada sisa. Seperti yang kami rencanakan tanggal 27 besok ada kegiatan lanjutan. Dikatakan

(18)

berhasil juga tidak bisa, karena kurang sesuai yang diharapkan. Bila melihat diawal-awal pelaksanaan pedagang selama dua bulan lebih itu ramai, pengunjung juga ramai. Lama-lama pengunjung berkurang, pedagang juga ikut-ikutan. Masalahnya pedagang mikirnya grobak dikasih, tenda dikasih. Padahal dari awal kami sudah mensosialisasikan barang-barang tersebut tidak dikasih cuma-cuma. Mungkin itu yang menjadikan semangat pedagang menurun.

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST pada tanggal 21 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Kenapa kita memilih PNM ?. Karena di dalam kegiatan ini sesuai dengan apa yang akan dilaksanakan Program PNPM MP itu adalah penuntasan kemiskinan. Jadi, mengupayakan untuk kepentingan masyarakat yang notabenya menengah kebawah untuk dapat berupaya dan berusaha. Dengan demikian kita sudah menciptakan sebuah lapangan kerja yang bisa ditindak lanjuti oleh Program PLPBK. Melalui BKM Mekar Sari salah satunya menciptakan kegiatan yang bersifat ekonomi dengan membuat, mendirikan pasar PNM. Semuanya itu digunakan dan ditunjukan untuk masyarakat Kelurahan Pati Lor. Itu dirumuskan dan ditetapkan berdasarkan rembuk-rembuk, mulai dari rembuk tingkat basis, mulai rukun tetangga (RT) sampai rukun tetangga (RW) sampai ke tingkat kelurahan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). PNM khusus menjual makanan, kuliner. Ada beberapa kuliner khas yang dijual pedagang, seperti ayam madu, tempe pedes, sama susu murni sapi.”

Sedangkan menurut yang dikemukakan oleh salah satu pedagang di kawasan prioritas PNM pada tanggal 9 Mei 2014 berkaitan pencapaian BKM Mekar Sari, sebagai berikut:

“...Berjualan di PNM kurang menguntungkan, tempatnya sepi sekarang. Uangnya muter, cuma bisa buat dagang dan makan. Kalau dulu masih bisa untung, pembeli banyak, ramai. Dulu pedagang banyak, tidak seperti sekarang. Dari ujung jalan sampai ujung jalan sana (sambil menunjuk arah JL. Penjawi). Pedagang banyak yang gak jualan lagi karena banyak pungutan,

(19)

grobak, tenda semua ini juga ada. Dipikir dulu bantuan, ternyata ada pungutan. Cuma beberapa ribu, tapi ngurangi pendapatan. Pengunjung datang untuk beli makan disini, yang aku jual ada ayam penyet, tempe penyet, lele, nila, banyak lainnya. Aku pernah tanya, ada orang luar Pati juga beli diwarungku. Anak-anak muda banyak kalau cuma jalan-jalan, kalau itu mungkin orang sekitar sini.”

Diluar tujuan tersebut BKM Mekar Sari memiliki tujuan lain. Menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 06 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Diawal perencanaan ada kabar kawasan Alun-alun Simpang Lima Pati itu mau di fungsikan lagi menjadi ruang publik, para pedagang dilarang berjualan lagi. Dari situ kita bersama-sama warga berkeinginan untuk mecari alternatif penganti. Soalnya ada pedagang disitu warga kelurahan sini, pedagang direlokasi kesini. Namun, untuk warga sini saja. Kabar itu sampai sekarang tidak terrealisasi, kawasan tersebut masih menjadi tempat berjualan. Bila dibandingkan, itu sulit. Kawasan tersebut lebih dulu dari PNM. Sementara ini belum bisa menjadi alternatif, di PNM sendiri masih perlu perbaikan.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 21 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Memecah kosentrasi keramaiana kawasan Alun-alun Simpang Lima Pati tujuannya agar menjadi ruang publik. Tujuan kami ini sama dengan tujuan Pemerintah Daerah Kabupaten Pati, mereka juga mau memindahkan pedagang dari sana. PNM untuk menarik pedagang dari sana, pengunjungnya juga. Tidak, hanya pedagang masyarakat Kelurahan Pati Lor. Yang lain tidak boleh, Program PLPBK khusus untuk Kelurahan Pati Lor. Bisa dilihat sendiri PNM belum bisa menarik pengunjung dari kawasan Alun-alun Simpang Lima Pati, masih kalah pamorlah, sana lebih dulu. Solusinya iklan, lebih dikenalkan lagi kemasyarakat. Caranya dengan acara kesenia, lomba-lomba, bisa juga kegiatan sosial.”

(20)

Sedangkan menurut yang dikemukakan oleh salah satu pedagang di kawasan prioritas PNM pada tanggal 9 Mei 2014 berkaitan alternatif pemecah konsentrasi, sebagai berikut:

“...Pedagang sekarang banyak yang nganggur, jualan rugi mendingan pilih gak jualan. Ada beberapa yang dulu punya tempat di kawasan Alun-alun Simpang Lima Pati berjualan lagi di sana. Di sana pendapatan besar. Seperti sebelah saya ini dulunya juga buka warung disini, sekarang tutup.”

Pencapaian target BKM Mekar Sari menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 06 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Jumlah pedagang masa awal realisasi PNM berjumlah 90 pedagang lebih. Pada saat penyaringan pedagang itu banyak yang daftar, lebih dari 100 orang. Tentunya dari BKM sendiri tidak semua diterima, dipilih dan diseleksi yang pantas menerima. Kami mengutamakan para pedagang yang sudah berjualan di Jl. Penjawi dan masyarakat golongan menengah kebawah yang memiliki ide kreatif, kreasi baru makanan. BKM Mekar Sari ingin menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya dari warga Kelurahan Pati Lor.

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 22 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Pertimbanganya gini, pertimbangan itu dipilih karena kegiatan itu lebih banyak bisa diterima dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat ekonomi menengah kebawah dengan tujuan untuk menambah tingkat lapangan kerja dan pendapatan masyarakat Pati Lor.”

BKM Mekar Sari memiliki beberapa sasaran yang harus dicapai.

Pertama, menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal

(21)

“...Sasaran secara khusus warga Pati Lor dan umum masyarakat luas. Warga sini bisa memanfaatkan PNM sebagai tempat tempat berjualan dan mencari kuliner, refresing, dan berkumpul. Diluar warga kelurahan juga bisa memanfaatkan, setiap malam minggu mereka datang ke PNM dan sangat ramai sepengetahuan saya.

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 22 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Sangat memberi manfaat, terbukti setelah diresmikan oleh Bapak Bupati masyarakat bisa menerima dan memanfaatkan untuk membeli makanan. Untuk masyarakat Kelurahan Pati Lor sendiri cara memanfaatkan dengan berjualan, berjualan makanan.”

Sedangkan menurut yang dikemukakan Bapak Ngatimin, salah satu masyarakat Kelurahan Pati Lor pada tanggal 11 Mei 2014 manfaat kawasan prioritas PNM, sebagai berikut:

“...Manfaat untuk masyarakat Kelurahan Pati Lor lingkungan Jl. Penjawi jadi rapi, hijau. Warga bisa berjualan dan mendapat untung. Berjalan atau sekarang hanya sedikit yang berjualan tergantung mereka. Tempat masih ada, ijin juga diperbolehkan. Mereka mau memanfaatkan atau tidak kembali kekepusan mereka.

Kedua, menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada

Tanggal 06 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Kedua memberi manfaat langsung ke pedagang PNM. Jumlah pedagang masa awal realisasi PNM berjumlah 90. Pada saat penyaringan pedagang itu banyak yang daftar, lebih dari 100 orang. Tentunya dari BKM sendiri tidak semua diterima, dipilih dan diseleksi yang pantas menerima. Kami mengutamakan para pedagang yang sudah berjualan di Jl. Penjawi dan masyarakat golongan menengah kebawah yang memiliki ide kreatif, kreasi baru makanan.”

(22)

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 22 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Jadi gini, kalau menyangkut dengan yang menerima manfaat langsung kepada 500 masyarakat gituya dengan asumsi 100 orang pedagang kaki lima (PKL) dengan asumsi bisa mengkaryakan atau memberdayakan masyarakat lainya untuk serta membantu dalam pelaksanaan itu waktu awal-awal pertama ada yang namanya petugas parkir, ada yang namanya petugas bongkar pasang tenda, yang menyangkut dengan masalah kebersihan ini langsung dengan dinas terkait. Kemudian bila diasumsikan 500 bisa jadi bisa mencapai jumlah itu bisa juga kurang dari itu cuma mungkin bila dilihat dari segi penerima manfaat yang jelas untuk mencapai angka 500 di katakan seperti itukan suatu angka yang stastis gitukan. Inikan suatu bentuk yang dinamis, bisa saja, bisa naik turunya ada seperti itu.”

Sedangkan menurut yang dikemukakan oleh salah satu pedagang di kawasn prioritas PNM pada tanggal 9 Mei 2014 penerima manfaat langsung, sebagai berikut:

“...Jumlah pasti aku kurang tahu, berapa kira-kira. Kalau 50 pedagang aku pikir lebih. Dulu pedagang berjajar di tengah jalan, tidak seperti sekarang di pinggir jalan. Maaf Mas kurang tahu kalau jumlahnya, tapi aku bisa mengatakan banyak penjual.”

Ketiga, menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada

Tanggal 06 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Sasaran ketiga adalah mendapat retribusi. Retribusi pedagang yang menarik langsung dari pemerintah kabupaten. BKM tidak ikut terlibat dalam retribusi, karena itu juga kewenagan mereka yang sudah terjadi kesepakatan jauh saat masih proses prencanaan. Kalau parkir, BKM merencanakan di lahan kosong milik pribadi, kita kerja sama dengan warga. Di lahan milik dinas perternakan, yang rencana juga dijadikan taman dan tempat bermain anak. Iya, itu masih rencana. Saat ini taman

(23)

belum direalisasikan, belum dapat ijin dari Dinas Perternakan Provinsi Jawa Tengah. Untuk pembagian pendapatan, tidak ada pembagian. Semua masih diambil pengelola parkir. Pengelola parkirnya warga Kelurahan Pati Lor sendiri.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 22 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Jadi begini, parkir itu dulu dikelola oleh Karang Taruna Kelurahan Pati Lor. Dalam rentang waktu awal memang itu bisa dilaksanakan cuman karena kebiasaan masyarakat atau pengunjung yang lebih kurang menggunakan jasa parkir dalam arti untuk menggunakan ruang kegiatan itu akhirnya kegiatan parkir itu tidak bisa berjalan seperti yang diharapkan. Untuk pengelolaanya waktu itu bisa, sebagai penerima itu pengelola, tidak ada yang masuk BKM, belum sampai. Masalah pembagian waktu itu belum bisa sampai ke manajemen BKM karena pelaksana lapangan itu masih untuk pendapatan harian mereka. Kalau untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Pati secara otomatis ini ada pemasukan untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Pati melalui Dinas Pendapatan Keuangan Daerah (DPKD), karena setiap malam setiap pendagang itu dikenai retribusi dan untuk kebersianya yang menarik dari Dinas Kebersihan dan Tata Kota, langsung masuk kesana, tidak ada yang masuk BKM.”

Sedangkan menurut yang dikemukakan oleh salah satu petugas parkir pada tanggal 9 Mei 2014 retribusi kawasan prioritas PNM, sebagai berikut:

“...Sekarang tidak ada yang markirin, apanya yang mau diparkiri kalau gak ada kendaraan yang mau parkir. PNM sebutanya, toh iya gak ada apa-apa sekarang. Yang tersisa tinggal beberapa orang yang jualan, itupun gak setiap hari jualanya. Kalau kayak gitu apa yang mau diparkirin. Kalu dulu kami dipasrahin BKM untuk ngatur parkir. Parkirya seperti biasa, orang datang kami arahkan untuk parkir, yang penting gak ngalangin jalan, ngamaning montor, helem, jaket biar gak diambil orang. Parkir dideket tenda warung, dibagi setiap 15-an tenda satu orang. Uang hasil parkir masuk pemerintah kabupaten, tukang parkir dapet sisa.

(24)

Terahir, menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada

Tanggal 06 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Pengelolaan parkir tidak ada pembagian, tidak ada juga dana yang masuk ke BKM dari pembagian hasil. Dana pembangunan PNM murni dari anggaran tahunan dari Kementrian Pekerjaan Umum.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 22 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Tidak bisa, karena ada hubunganya dengan yang saya sebutkan diatas tadi. (maksudnya adalah tidak ada pembagian retribusi ke BKM Mekar Sari).”

Sedangkan pencapaian sasaran jangka panjang BKM Mekar Sari menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 06 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Sasaran jangka panjang menjadikan PNM Brand dari pusat wisata kuliner di Pati. Namun, masih jauh untuk dicapai, yang ada sekarang penurunan. Pengunjung menurun karena berkurangnya pedagang. Masih banyak yang dibenahi. Kegiatan masih berjalan, dan BLM untuk PNM masih ada. Kedepanya semoga lebih baik.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 22 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Waktu awal-awal memang bisa dikatakan pantas karena waktu itu masih komlit, semua masih berjalan lancar dan setelah kondisinya beransur beberapa tahun ini mulai menurun jadi juga menjadi keprihatinan. Untuk adanya sebuah semangat untuk mengadakan kegiatan itu secara seperti semula.”

(25)

Penerapan misi BKM Mekar Sari menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 27 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Kesesuai misi dengan kegiatan bisa dilihat dimisi kesatu memberdayakan masyarakat miskin dengan PNM yang diutamakan berjualan warga miskin. Peningkatan sarana dan prasarana melalui Penataan Sungai Sani dan mengaktifkan rembuk warga atau musyawarah, kedua kegiatan tersebut melibatkan masyarakat.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 22 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Misi BKM yang utama memberdayakan masyarakat, masyarakat Kelurahan Pati Lor. Caranya dimasa saya di BKM melalui PNM. Kalau sekarang Penataan Sungai Sani, Pusat Batik Salihan, dll. BKM selalu berpegangan pada visi dan misi, karena kita bergerak menggunakan jalan visi misi. Ketika BKM masih mengikuti visi misi maka BKM mencapai yang dituju.”

Keterkaitan visi dengan pencapaian tujuan menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 06 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Bila melihat diawal-awal pelaksanaan pedagang selama dua bulan lebih itu ramai, pengunjung juga ramai. Lama-lama pengunjung berkurang, pedagang juga ikut-ikutan. Masalahnya pedagang mikirnya grobak dikasih, tenda dikasih. Padahal dari awal kami sudah mensosialisasikan barang-barang tersebut tidak dikasih cuma-cuma. Mungkin itu yang menjadikan semangat pedagang menurun.

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 21 Mei 2014 sebagai berikut:

(26)

“...Awal mula dipilihnya PNM melalui sebuah proses perumusan dari masyarakat. Awal proses perumusan dari masyarakat itu yang meliputi dari 33 RT, dimana disetiap RT ada masyarakat atau kelompok masyarakat yang mempunyai ide dan ide itu dituangkan sampai ke proses tingkat RW. Karena di Kelurahan Pati Lor terdiri dari 3 RW maka disetiap RW memberi masukan, informasi, maupum program yang ada hubunganya dengan Program PLPBK. Diantara 3 RW itu muncullah beberapa kegiatan yang bisa ditindaklanjuti di dalam Program PLPBK, salah-satunya PNM. Program-program yang lain meliputi juga ada pembentukan Pusat Batik di RW II (Saliyan), terus penataan Sungai Sani yang sekarang sudah diwujudkan taman itu dan salah satunya ini PNM.”

Dari pemaparan para informan di atas dapat disimpulkan tujuan BKM Mekar Sari dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM untuk membuat pusat wisata kuliner bagi masyarakat Kelurahan Pati Lor, masyarakat Kabupaten Pati dan masyarakat luas. Semua orang bisa memanfaatkan kawasan prioritas PNM sebagai tempat kuliner, refresing, tempat berkumpul. Pusat wisata kuliner menjual makanan dan jajanan produk-produk khas produksi masyarakat Kelurahan Pati Lor. Namun, pusat wisata kuliner tidak berjalan seperti harapan. Lambat laun, sampai sekarang jumlah pedagang berkurang dan meninggalkan beberapa pedagang. Disisi lain BKM Mekar Sari menggunakan kawasan prioritas PNM sebagai alternatif pemecah kosentrasi keramaian yang sudah ada di kawasan Alun-alun Simpang Lima Pati. Tujuan tersebut sampai sekarang belum terlaksana, kawasan Alun-alun Simpang Lima Pati masih menjadi tempat berjualan PKL. Tempat tersebut belum difungsikan kembali sebagai

(27)

ruang publik akibat masyarakat sudah terbiasa berkunjung dan memanfaatkan.

Target BKM Mekar Sari dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM untuk pemberdayaan masyarakat Kelurahan Pati Lor. Masyarakat yang dipilih, mengupayakan para PKL di sepanjang Jl. Penjawi dan masyarakat golongan menengah kebawah untuk berdagang di kawasan prioritas PNM. Perhitungan lain memilih masyrakat dengan ide dan kreasi menu makanan baru dan mereka adalah masyarakat Kelurahan Pati Lor.

Sasaran BKM Mekar dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM ada empat, yaitu:

a) Memberikan manfaat kepada masyarakat Kelurahan Pati Lor, masyarakat Kabupaten Pati, dan masyarakat luas.

b) Memberikan manfaat langsung kepada 500 orang di Kelurahan Pati Lor. Jumlah tersebut terdiri dari pedagang, petugas parkir, petugas bongkar pasang tenda, dan petugas kebersihan.

c) Memperoleh retribusi dari pedagang untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Pati dan pengelola parkir dari pengunjung kawasan prioritas PNM.

d) Memperoleh pembagian hasil retribusi dari pedagang dan pengelola parkir untuk pembangunan kawasan prioritas PNM.

(28)

Dalam bentuk sasaran jangka panjang BKM Mekar Sari belum mencapai brand maupun landmark. Untuk saat ini kawasan prioritas PNM dihadapkan pada masalah berkurangnya jumlah pedagang yang berjualan. Dalam bentuk misi, BKM Mekar Sari memiliki misi memberdayakan masyarakat, masyarakat yang dimaksud masyarakat Kelurahan Pati Lor. Melihat target, sasaran, sasaran jangka panjang, dan misi berkaitan tujuan sudah mengacu pada visi BKM Mekar Sari.

2) Produktivitas BKM Mekar Sari

BKM Mekar Sari untuk mencapai indikator produktif bisa dilihat dari setiap realisasi kawasan prioritas PNM mendapat dukungan dan BKM mampu melihat kebutuhan dari kelompok sasaran.

Dukungan masyarakat menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 27 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Untuk mendukung keberhasilan PNM dibuat kesepakatan bersama, siapa yang bertanggungjawab merencanakan, melaksanakan, dan mengelola. Karena program tersebut memberdayakan masyarakat, maka setiap tahap perlu adanya kesepakatan tingkat basis, jadi pada dasarnya setiap warga mempunyai hak dan kewajiban yang sama.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 22 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Kegiatan itu secara keseluruhan akhirnya membentuk paguyuban, paguyuban PNM itu dibentuk oleh BKM dan Kelurahan. Yang mengawasi dan mengendalikan memang BKM

(29)

tapi sebagai pelaksana adalah paguyuban, selama ini iya sebatas itu, pengawasan dan pengendalianya hanya apa yang sesuai dengan yang diberikan ijin oleh pemerintah itu yang harus dilaksanakan dan ditaati.”

Sedangkan menurut yang dikemukakan oleh Bapak Ngatimin, salah satu masyarakat Kelurahan Pati Lor pada tanggal 11 Mei 2014 dukungan masyarakat, sebagai berikut:

“...Masyarakat terlibat tentunya ada, keterlibatan itu di kegiatan PNM tersebut. Sosialisasi masyarakat terlibat, kalau tidak ada masyarakat mau disosialisasikan ke siapa. Sosialisasi ada ditingkat RT, RW, kelurahan biar masyaraka paham apa yang mau dilakukan dan masyarakat bisa usul, bisa ngawasi. Pembuatan PNM masyarakat sini yang mebuat semua itu. Yang jualan juga masyarakat sini.”

Kebutuhan masyarakat Kelurahan Pati Lor menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 27 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Kegiatan PNM disuarakan dari tingkat basis, sangat kuat suara sehingga bisa terrealisasi. Bisa dilihat warga menginginkan kegiatan tersebut terlaksana, bisa dilihat juga banyak kebutuhan disitu. BKM sudah berupaya untuk menciptakan lapangan kerja bagi warga Kelurahan Pati Lor. Diambil atau tidaknya kita serahkan kembali ke masyarakat. Kita selalu berupaya untuk melibatkan warga disetiap kegiatan kami. BKM dibentuk dari masyarakat, sudah seharusnya memenuhi kebutuhan masyarakat.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 22 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Untuk masalah kebutuhan bukan hanya untuk masyarakat Pati Lor saja. Karena, kita menyajikan suatu kegiatan yang bisa diterima dan dimanfaatkan khalayak ramai. Cukup secara

(30)

keseluruhan masyarakat Pati Lor secara luas masyarakat Pati. Sudah mewakili aspirasi masyarakat. Itu berdasarkan obsi pemilihan kegiatan. Jadi diantara kegiatan-kegiatan dulu yang dimunculkan itu mana yang sebagai sekala prioritasya yang diangkat untuk kita ditindak lanjuti itu PNM . Pertimbanganya gini, pertimbangan itu dipilih karena kegiatan itu lebih banyak bisa diterima dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat ekonomi menengah kebawah dengan tujuan untuk menambah tingkat lapangan kerja dan pendapatan masyarakat Pati Lor.”

Sedangakan kebutuhan masyarakat menurut yang dikemukakan oleh Bapak Ngatimin, salah satu masyarakat Kelurahan Pati Lor pada tanggal 11 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Seperti yang saya kemukakan tadi, saat masyarakat dilibatkan disitu yang berasal dari masyarakat adalah sebuah dukungan. Saat sosialisasi, dukungan dengan menghadiri. Itu dukungan dari masyarakat. Ide-ide dari masyrakat, itu berasal dari masyarakat, itu dukungan.”

Dari pemaparan para informan di atas dapat disimpulkan BKM Mekar Sari dalam mendapat dukungan dari masyarakat Kelurahan Pati Lor dengan cara melibatkan disetiap tahap kawasan prioritas PNM. Tahapan terdiri dari, tahap persiapan, perencanaan, pembangunan dan keberlanjutan. Pada tahap perencanaan, adanya kesepakatan bersama antara BKM Mekar Sari dengan Masyarakat Kelurahan Pati Lor. Pada tahap pembangunan, masyarakat berpartisipasi dan mematuhi aturan-aturan yang dibuat dan disepakati bersama. Terahir, pada tahap keberlanjutan dibentuk paguyuban PNM yang menaungi para pedagang.

(31)

Sedangkan untuk mengenali kebutuhan masyarakat Kelurahan Pati Lor BKM Mekar Sari melaksanakan sosialisasi di tingkat basis. Dukungan mengkrucut kepada kawasan prioritas PNM. Melihat kebelakang, dukungan diberikan atas dasar kebutuhan masyarakat Kelurahan Pati Lor akan lapangan pekerjaan dan masalah PKL di JL. Penjawi.

3) Efisiensi BKM Mekar Sari

BKM Mekar Sari untuk mencapai indikator efisien dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM dengan membandingkan masukan yang digunakan dan keluaran yang dihasilkan. Membandingkan sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya ekonomi yang digunakan dengan hasil yang didapat.

Sumber daya manusia yang diberdayakan dalam kawasan prioritas Penjawi Night Market menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 27 Mei 2014, sebagai berikut:

“...PNM melibatkan banyak sumber daya manusia. Pelaku, yang terlibat ada dari tingkat pusat, provinsi kabupaten, kecamatan, dan kelurahan yang memiliki peran sendiri-sendiri. Di tingakat kabupaten ada TIM Teknis PLPBK, Tim Korkot, dll. Kalu di kelurahan ada BKM, UP, KSM, Lurah, dll. PNM melibatkan banyak orang. Konsep dari program ini adalah pemberdayaan. Kita semua diberdayakan, dilibatkan dalam pembangunan. Kita juga bagian dari masyarakat yang diberi amanah untuk menjadi BKM. Masyarakat, semua warga di kelurahan dilibatkan. Pedagang dari kelurahan sini. Hasil dari kegiatan tersebut adalah pemberdayaan, dengan semua sumberdaya manusia yang dilibatkan, semua itu adalah pemberdayaan.”

(32)

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 22 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Semakin banyak orang yang berpartisipasi, semakin disebut pemberdayaan. Para pelaku banyak di setiap kegiatan, dari tingakat pusat sampai kelurahan. Kita berkerjasama untuk memberdayakan masyarakat. Sejak awal, semua pelaku dibekali dan disamakan persepsinya bahwa apa yang dikerjakan untuk memberdayakan. Dari segi masyarakat, pedagang. Warga yang bisa memasak, membuat makanan bisa menjadi penyetor makanan, bisa juga dijual sendiri. Yang lain, jadi petugas parkir, pasang bongkar tenda.”

Sumber daya manusia yang diberdayakan dalam PNM menurut anggota Tim Korkot, Bapak SJ, pada tanggal 15 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Sekali lagi PNM adalah kegiatan dari Program PLPBK yang digunakan untuk memberdayakan masyarakat, masyarakat siapa ?, tentunya masyarakat Kelurahan Pati Lor. Efisien dalam artian sebernarnya, menggunakan sedikit mungkin sumber daya untuk menghasilkan sesuatu yang besar tidak berlaku disini. Ini adalah program pemerintah, jangan berfikir ini adalah kegiatan yang dilakukan swasta. Semakin banyak orang yang terlibat, dalam artian pelaku, pemerintah mampu menciptakan lapangan kerja baru. Seperti itulah efisien disini, banyak orang dilibatkan semakin efisien untuk mengurangi pengangguran.”

Sumber daya alam yang dimanfaatkan menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 27 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Keputusan diambil bersama-sama BKM dan warga kelurahan melalui rembuk warga. Dipilih alasanya daripada yang lain bisa meningkatkan perekonomian warga miskin, menata dan membina PKL agar rapi, dan Kelurahan Pati Lor memiliki pusat wisata kuliner. Kesepakatan dengan warga yang menentukan, BKM tidak bisa menentukan. Keinginan warga yang menggiring

(33)

Jl. Penjawi sebagai kawasan prioritas. Warga sadar disitu banyak PKL-PKL, sadar banyak yang nganggur. Dari kesadaran itu mereka memiliki semangat untuk membangun Penjawi Night

Market.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 21 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Kenapa kita memilih PNM ?, karena di dalam kegiatan ini sesuai dengan apa yang akan dilaksanakan Program PNPM MP itu adalah penuntasan kemiskinan. Jadi, mengupayakan untuk kepentingan masyarakat yang notabenya menengah kebawah untuk dapat berupaya dan berusaha. Dengan demikian kita sudah menciptakan sebuah lapangan kerja yang bisa ditindak lanjuti oleh Program PLPBK melalui BKM Mekar Sari. Salah satunya menciptakan kegiatan yang bersifat ekonomi dengan membuat mendirikan pasar PNM. Semuanya itu digunakan dan ditunjukan untuk masyarakat Kelurahan Pati Lor. Itu dirumuskan dan ditetapkan berdasarkan rembuk-rembuk, mulai dari rembuk tingkat basis, mulai RT sampai RW sampai ke tingkat Kelurahan dan SKPD.”

Sedangkan sumber daya alam yang dimanfaatkan menurut Bapak Ngatimin, salah satu masyarakat Kelurahan Pati Lor pada tanggal 11 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Apabila ada kegiatan PNM selalu ada undangan dari BKM. Ikut kalau ada undangan, tidak juga ikut jika tahu. Rapat tingkat RT dulu waktu sosialisasi saya ikut, RW juga sering. Banyak kok, beberapa kali di Aula balai Desa. Isinya pertemuan, awal dulu sosialisasi, dilanjut jejak pendapat, pembanguanan, acara pentas. Soal penjawi usul benar dari masyarakat. Awalnnya saat kerja bakti dulu, ada suara untuk mentertipkan PKL. Daripada ditertipkan lebih baik diberi tempat yang pantas.”

Sumber daya ekonomi di Kelurahan Pati Lor yang dimaksimalkan menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 27 Mei 2014, sebagai berikut:

(34)

“...Potensi ekonomi ada pedagang, ada petani budidaya ikan, ada idustri batik. Semua berjalan dengan baik dengan sekala kecil. Untuk berkembang masih sulit karena terkendala modal. BLM dicairkan untuk memberi bantuan ke mereka. Bantuan diberikan dalam bentuk fasilitas, tidak dalam bentuk uang tunai. Fasilitas berupa tenda bongkar pasang, grobak lengkap dengan meja dan kursi, dan perabot jualan. Bantuan tidak diberikan begitu saja, pedagang harus membayar retribusi dan nantinya akan dibagi antara BKM dan pemerintah kabupaten. Apa yang diberikan ke BKM juga akan dikembalikan lagi dalam bentuk pembangunan berkelanjutan.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 22 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Potensi ekonomi yang bisa dimanfaatkan PKL yang ada di kawasan Alun-alun Simpang Lima Pati dan Jl. Penjawi, beberapa masyarakat sisni. Pedagang dibina dan ditata dan diberi tempat berjualan. Ya, di PNM. Pembudidaya ikan juga bisa diberdayakan, dengan dibeli ikanya dan dijual kembali dalam bentuk makanan. Pedagang dan pembudidaya, mereka masyarakat kecil. Mereka perlu dampingan. BKM menjadi pendamping mereka, dibantu juga TAPP.”

Dari pemaparan para informan di atas dapat disimpulkan BKM Mekar Sari dalam memberdayakan sumber daya manusia dengan melibatkan banyak orang, baik sebagai pelaku maupun sasaran. Pelaku yang terlibat dalam kawasan prioritas PNM terdiri dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan. Konsep kawasan prioritas PNM untuk memberdayakan masyarakat, semakin banyak orang yang terlibat semakin tinggi tingkat efektifitas. Dalam artian pelaku, semakin efektif dalam menciptakan lapangan kerja. Dalam artian kelompok sasaran, semakin efektif memperluas penerima manfaat.

(35)

Dalam memanfaatkan sumber daya alam dari beberapa sumber daya yang dimiliki dan hasil perumusan masalah di tingkat basis diputuskan Jl. Penjawi sebagai kawasan prioritas PNM. Pemilihan Jl. Penjawi untuk merapikan PKL di sepanjang jalan tersebut. Selain itu, PNM bisa meningkatkan perekonomian yang ditujukan untuk masyarakat Kelurahan Pati Lor.

Dalam memaksimalkan sumberdaya ekonomi dari beberapa potensi ekonomi BKM Mekar Sari bersama-sama masyarakat Kelurahan Pati Lor memilih untuk memberdayakan pedagang PKL di Jl. Penjawi. Pedagang aset dari Kelurahan Pati Lor yang akan membuka jalan aset-aset lain. Aset seperti petani budidaya ikan dan pengrajin batik bisa memanfaatkan kawasan prioritas PNM sebagai lapak berjualan mereka. Kembali ke latarbelakang kawasan prioritas PNM di mana untuk merapikan PKL di Jl. Penjawi dan memberdayakan masyarakat.

4) Kepuasan BKM Mekar Sari

BKM Mekar Sari untuk mencapai indikator kepuasan dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM dengan melihat berapa luas kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat Kelurahan Pati Lor.

Kebutuhan masyarakat Kelurahan Pati Lor menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 27 Mei 2014, sebagai berikut:

(36)

“...Kegiatan PNM disuarakan dari tingkat basis, sangat kuat suara sehingga bisa laksanakan. Bisa dilihat warga menginginkan kegiatan tersebut terlaksana, bisa dilihat juga banyak kebutuhan disitu. BKM sudah berupaya untuk menciptakan lapangan kerja bagi warga Kelurahan Pati Lor. Diambil atau tidaknya kita serahkan kembali ke masyarakat. Kita selalu berupaya untuk melibatkan warga disetiap kegiatan kami. BKM dibentuk dari masyarakat, sudah seharusnya memenuhi kebutuhan masyarakat.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 22 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Untuk masalah kebutuhan bukan hanya untuk masyarakat Pati Lor saja karena kita menyajikan suatu kegiatan yang bisa diterima dan dimanfaatkan khalayak ramai. Cukup secara keseluruhan masyarakat Pati Lor secara luas masyarakat Pati. Sudah mewakili aspirasi masyarakat. Iya, itu berdasarkan obsi pemilihan kegiatan. Jadi diantara kegiatan-kegiatan dulu yang dimunculkan itu mana yang sebagai sekala prioritasya yang diangkat untuk kita ditindak lanjuti itu PNM. Pertimbanganya gini, pertimbangan itu dipilih karena kegiatan itu lebih banyak bisa diterima dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat ekonomi menengah kebawah dengan tujuan untuk menambah tingkat lapangan kerja dan pendapatan masyarakat Pati Lor.”

Sedangkan pemenuhan kebutuhan masyarakat Kelurahan Pati Lor menurut oleh Bapak Ngatimin, salah satu masyarakat Kelurahan Pati Lor pada tanggal 11 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Pengangguran ada, bisa dikatakan banyak. Walaupun nganggur tetap bekerja, sebagai serabutan. Ada yang jadi kuli bangunan, bantu-bantu tetangga yang punya khajat. Sejak ada PNM mereka tetap bekerja serabutan. Tidak semua dari mereka berjualan, yang diutamakan PKL-PKL itu di jalan dan yang benar-benar sudah berjualan sejak lama. Bisa mengurangi pengangguran tapi tidak semua. Setiap ada kegiatan mereka dikerjakan, setelah selesai mereka kembali lagi serabutan. Kegiatan seperti bangun tanggul sungai, gapura. Itu bagian kegiatan penjawi.”

(37)

Jumlah masyarakat yang terpenuhi kebutuhanya menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 06 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Yang bisa memanfaatkan PNM seluruh warga Pati, dari luar juga bisa memanfaatkan. Dari warga Pati secara khusus wagra Kelurahan Pati Lor, secara umum semua warga Pati. Iya, memang diperuntukan untuk warga Kelurahan Pati Lor. Tapi gini, warga Kelurahan Pati Lor memanfaatkanya sebagai pedagang, dan pendukung-pendukung kegiatan seperti tukang parkir dan tukang kebersihan. Mereka dari kegiatan mendapatkan penghasilan. Di luar warga Pati Lor, cara memanfaatkanya dengan membeli makanan, dan sebagai tempat bertemu.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 21 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Untuk masalah kebutuhan bukan hanya untuk masyarakat Pati Lor saja karena kita menyajikan suatu kegiatan yang bisa diterima dan dimanfaatkan khalayak ramai. Cukup secara keseluruhan masyarakat Pati Lor secara luas masyarakat Pati. Sudah mewakili aspirasi masyarakat. Iya, itu berdasarkan obsi pemilihan kegiatan. Jadi diantara kegiatan-kegiatan dulu yang dimunculkan itu mana yang sebagai sekala prioritasya yang diangkat untuk kita ditindak lanjuti itu PNM Pertimbanganya gini, pertimbangan itu dipilih karena kegiatan itu lebih banyak bisa diterima dan dipergunakan untuk kepentingan masyarakat ekonomi menengah kebawah dengan tujuan untuk menambah tingkat lapangan kerja dan pendapatan masyarakat Pati Lor.”

Dari pemaparan para informan di atas dapat disimpulkan kebutuhan masyarakat Kelurahan Pati Lor berdasarkan permasalahan jumlah PKL di sepanjang Jl. Penjawi terus bertambah dan jumlah tenaga kerja yang belum terserap lapangan pekerjaan masih tinggi. Melihat permasalahan tersebut hal yang dibutuhkan sebuah lapangan

(38)

pekerjaan. Kawasan prioritas PNM disuarakan dari tingkat basis untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan yang tercipta adalah lapangan pekerjaan tetap dan tidak tetap. Lapangan pekerjaan tidak tetap atau sebelum produk kawasan prioritas PNM tercipta adalah para pelaku kegiatan. Tidak tetap karena, ketika produk terrealisasi maka mereka diberhentikan. Lapangan pekerjaan tetap atau sesudah produk kawasan prioritas PNM tercipta adalah pedagang, petugas parkir, petugas bongkar pasang tenda, dan petugas kebersihan. Mereka akan selalu memiliki pekerjaan selama kawasan prioritas PNM masih ada.

Masyarakat Kelurahan Pati Lor yang terpenuhi kebutuhanya sebagai penerima manfaat secara langsung dan penerima manfaat secara tidak langsung. Penerima manfaat secara langsung mereka sebagai kelompok sasaran yang diberdayakan BKM Mekar Sari melalui Program PLPBK. Penerima manfaat secara tidak langsung mereka sebagai kelompok yang mendapatkan dampak akibat adanya kawasan prioritas PNM. Selain masyarakat Kelurahan Pati Lor, penerima manfaat secara tidak langsung masyarakat di luar Kelurahan Pati Lor dan masyarakat secara luas.

5) Keadilan BKM Mekar Sari

BKM Mekar Sari untuk mencapai indikator keadilan dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM dengan melihat jangkauan dan

(39)

dampak dari produk kegiatan tersebut harus seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan adil.

Jangkauan menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 06 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Jumlah pedagang masa awal realisasi PNM berjumlah 90 pedagang. Pada saat penyaringan pedagang itu banyak yang daftar, lebih dari 100 orang. Tentunya dari BKM sendiri tidak semua diterima, dipilih dan diseleksi yang pantas menerima. Kami mengutamakan para pedagang yang sudah berjualan di Jl. Penjawi dan masyarakat golongan menengah kebawah yang memiliki ide kreatif, kreasi baru makanan.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 21 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Jadi gini, kalau menyangkut dengan yang menerima manfaat langsung kepada 500 masyarakat gituya dengan asumsi 100 orang PKL dengan asumsi bisa mengkaryakan atau memberdayakan masyarakat lainya untuk serta membantu dalam pelaksanaan itu waktu awal-awal pertama ada yang namanya petugas parkir, ada yang namanya petugas bongkar pasang tenda yang menyangkut dengan masalah kebersihan ini langsung dengan dinas terkait. Kemudian bila diasumsikan 500 bisa jadi bisa mencapai jumlah itu bisa juga kurang dari itu cuma mungkin bila dilihat dari segi penerima manfaat yang jelas untuk mencapai angka 500 di katakan seperti itukan suatu angka yang stastis gitukan. Inikan suatu bentuk yang dinamis, bisa saja, bisa naik turunya ada seperti itu.”

Sedangkan jangkauan menurut yang dikemukakan oleh salah satu pedagang di PNM pada tanggal 9 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Jumlah pasti aku kurang tahu, berapa kira-kira. Kalau 50 saya aku pikir lebih. Dulu pedagang berjajar di tengah jalan, tidak seperti sekarang di pinggir jalan. Maaf Mas kurang tahu kalau jumlahnya, tapi aku bisa mengatakan banyak penjual.”

(40)

Dampak dari kawasan prioritas PNM menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 06 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Penerima manfaat tidak langsung, masyarakat secara luas. Bisa dari seluruh daerah di Kabupaten Pati dan luar Pati. Masyarakat bisa berwisata kuliner. Bisa dicontohkan bila ada orang ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) untuk jenguk orang sakit bisa mampir, bila bosan di Simpang Lima bisa ke PNM. Dari luar kota bisa, tepat di lampu merah JL. Penjawi langsung belok kiri, disitu dipasang papan iklan untuk memudahkan pengguna jalan.”

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 21 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Semua orang, semua bisa memanfaatkan dengan catatan mereka tau ada PNM. Dengan cara pemasaran dan iklan, diawal kita melakukan pemasaran dan selama ini iklan juga masih berjalan.”

Dampak dari kawasan prioritas PNM menurut yang dikemukakan oleh salah satu pengunjung pada tanggal 9 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Saya tidak merasakan apa-apa. Disini sama seperti warung makan ditempat lain. Dulu, iya sedikit berbeda. Kalau dulu kelihatan lebih rapi, tertata, cukup nyaman. Secara langsung ada perasaan kecewa dengan keadaan penjawi sekarang ini. Bila bisa seperti dulu, itu bagus. Apalagi bulan depan bulan puasa, sangat bermanfaat bagi masyarakat. Bisa ngabuburit nunggu Magrib.”

Dari pemaparan para informan di atas dapat disimpulkan jangkauan BKM Mekar Sari dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM adalah penerima manfaat secara langsung dari masyarakat Kelurahan Pati Lor. Penerima manfaat secara langsung terdiri dari

(41)

pedagang, petugas parkir, dan petugas bongkar pasang tenda dan petugas kebersihan. Jumlah keseluruhan penerima manfaat langsung tidak dapat dipastikan karena bersifat dinamis. Bila diasumsikan, keseluruhan bisa berjumlah 500 orang.

Sedangkan dampak merupakan penerima manfaat secara tidak langsung dari para pengunjung. Pengunjung tidak hanya berasal dari masyarakat Kelurahan Pati Lor, mereka datang dari seluruh daerah Kabupaten Pati, di luar daerah Kabupaten Pati, dan para wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Pati.

b. Faktor Penghambat Kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat Mekar Sari dalam Merealisasikan Kawasan Prioritas Penjawi Night Market

Untuk melihat faktor penghambat bisa dengan memahami strategi BKM Mekar Sari dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM. Kesesuaian antara perencanaan strategi dengan implementasi akan mempengaruhi tingkat keberhasilan.

Penggunaan strategi menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada Tanggal 06 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Strategi BKM Mekar Sari dengan membentuk UP. BKM itu tidak mengerjakan pembangunan secara fisik, BKM sebagai koordinator yang mempunyai anggota-anggota. Untuk membantu kinerja BKM, BKM membentuk UP. UP itu unit pelaksana, seperti UPL, UPS dan UPK. Untuk pembangunan BKM membentuk KSM atau panitia pembangunan. Mereka itu orang yang dianggkat oleh BKM dari warga Pati Lor. Iya, setiap pembangunan menganggat KSM atau panitia tersebut, jadi orangnya selalu ganti.”

(42)

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST, pada tanggal 22 Mei 2014 sebagai berikut:

“...Iya, setiap pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh masyarakat dan dibentuk yang namanya kelompok swadaya masyarakat ini sebagai panitia pelaksana. UP adalah yang membatu BKM, UP tidak melaksanakan pembangunan.”

Sedangkan menurut yang dikemukakan oleh UPS Ibu Tri Saptowati pada Tanggal 14 Mei 2014 srategi yang digunakan, sebagai berikut:

“...Tugas UP membantu BKM dalam menjalankan tugasnya. UP ada tiga, UPK yang mengelola uang BLM, UPS yang mengelola masalah sosial, UPL yang mengelola lingkungan. PNM dikelola UPS. UPS yang mengelola karena PNM berawal dari masalah sosial PKL yang ada di Jl. Penjawi, masalah sosial pengangguran.” Dari pemaparan para informan di atas dapat disimpulkan strategi BKM Mekar dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM dengan membentuk beberapa UP, yaitu UPL, UPS, dan UPK. Kemudian untuk setiap pelaksanaan dibentuk KSM yang merupakan panitia pelaksana kegiatan. Teknis pembentukan KSM dilakuakan melalui mekanisme musyawarah antara TPP bersama-sama BKM Mekar Sari dengan melibatkan masyarakat Kelurahan Pati Lor. Setiap pelaksanaan kegiatan KSM harus berkoordinasi dengan TPP maupun BKM Mekar Sari dan harus mematuhi peraturan yang ditetapkan yang tertuang dalam Aturan Bersama.

Kesesuaian perencanaan strategi dengan implementasi tidak cukup untuk menjamin keberhasilan. Dalam realisasi kawasan prioritas PNM ditemukan kejadian-kejadian di luar rencana yang menghambat.

(43)

Hambatan BKM Mekar Sari dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM menurut yang dikemukakan oleh Ibu Mariyani pada tanggal 06 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Dikatakan berhasil juga tidak bisa, karena kurang sesuai yang diharapkan. Bila melihat di awal-awal pelaksanaan pedagang selama dua bulan lebih itu ramai, pengunjung juga ramai. Lama-lama pengunjung berkurang, pedagang juga ikut-ikutan. Masalahnya pedagang mikirnya grobak dikasih, tenda dikasih. Padahal dari awal kami sudah mensosialisasikan barang-barang tersebut tidak dikasih cuma-cuma. Mungkin itu yang menjadikan semangat pedagang menurun.

Pernyataan di atas diperkuat oleh Bapak Budi Sayuti, ST pada tanggal 21 Mei 2014, sebagai berikut:

“...Bisa dilihat sendiri PNM belum bisa menarik pengunjung dari kawasan Alun-alun Simpang Lima Pati, masih kalah pamorlah, sana lebih dulu. Ditambah lagi Paguyuban Pedagang PNM belum bisa dilepas, belum bisa mandiri. Sebagai pengayom seharusnya bisa mengayomi, kearah situ yang sekarang diusahakan. Semakin berat nanti kalau dibiarkan berlarut-larut.”

Sedangkan menurut yang dikemukakan oleh salah satu pedagang di kawasan prioritas PNM pada tanggal 9 Mei 2014 berkaitan pencapaian BKM Mekar Sari, sebagai berikut:

“...Berjualan di PNM kurang menguntungkan, tempatnya sepi sekarang. Uangnya muter, cuma bisa buat dagang dan makan. Kalau dulu masih bisa untung, pembeli banyak, ramai. Dulu pedagang banyak, tidak seperti sekarang. Dari ujung jalan sampai ujung jalan sana (sambil menunjuk arah JL. Penjawi). Pedagang banyak yang gak jualan lagi karena banyak pungutan, grobak, tenda semua ini juga ada. Dipikir dulu bantuan, ternyata ada pungutan. Cuma beberapa ribu, tapi ngurangi pendapatan. Kita pedagang kecil. Pengunjung datang untuk beli makan disini, yang aku jual ada ayam penyet, tempe penyet, lele, nila, banyak lainnya. Aku pernah tanya, ada orang luar Pati juga beli diwarungku. Anak-anak muda banyak kalau cuma jalan-jalan, kalau itu mungkin orang sekitar sini.”

(44)

Dari pemaparan para informan di atas dapat disimpulkan ada beberapa faktor penghambat BKM Mekar dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM, sebagai berikut:

1) Semangat kerja pedagang kawasan prioritas PNM menurun akibat dampak dari jumlah retribusi yang harus dibayar besar dan kecil jumlah perolehan pendapatan.

2) Paguyuban Pedagang PNM belum mampu memainkan peran sebagai pengayom pedagang dampak dari kesibukan berdagang sehingga keorganisasian terbengkalai.

3) Tidak sejalan antara kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Pati dengan Kelurahan Pati Lor. Pemerintah Kabupaten Pati mengeluarkan kebijakan untuk mengembalikan fungsi kawasan Alun-alun Simpang Lima Pati sebagai ruang publik bebas dari PKL. Kebijakan tersebut disambut dengan memberikan alternatif kawasan prioritas PNM. Namun, Pemerintah Kabupaten Pati mencabut kembali kebijakan tersebut akibat dari desakan dari PKL setempat.

B. Pembahasan

1. Kinerja Badan Keswadayaan Masyarakat Mekar Sari dalam Merealisasikan Kawasan Prioritas Penjawi Night Market

Kinerja BKM Mekar Sari terbagi menjadi beberapa tahapan, dari tahapan persiapan, perencanaan, pembangunan dan keberlanjutan. Peran BKM Mekar Sari dimasing-masing tahapan bisa menjadi perserta, koordinator, atau pelaksana. Akan tetapi BKM Mekar Sari lebih dominan

(45)

menjadi koordinator atau pimpinan kolektif. Berdasarkan temuan peneliti kinerja BKM Mekar Sari ditiap tahapan, sebagai berikut:

Pada tahap persiapan kinerja BKM Mekar Sari baik. Setiap peran, dari orientasi program PLPBK di tingkat Kabupaten Pati, mengundang media masa ke Kelurahan Pati Lor, merekrut TR, mensosialisasikan TR ke masyarakat Kelurahan Pati Lor, penguatan kapasitas TR, mensosialisasikan Program PLPBK tingkat Kabupaten Pati, membentuk Tim Teknis PLPBK, mensosialisasikan Tim Teknis PLPBK ke Pemerintah Daerah Kabupaten Pati, mensosialisasikan Program PLPBK secara masal di tingkat basis (RT dan RW), revitalisasi Tim Perencana Partisipatif menjadi TIPP, mensosialisasikan TIPP ke masyarakat Kelurahan Pati Lor, penguatan kapasitas TIPP, menyusun rencana kerja dan anggaran pemasaran partisipatif TIPP, menyiapkan perekrutan TAPP, merekrutan TAPP, pelatihan TAPP, menyusun rencana kerja dan anggaran pemasaran TAPP, pemasaran hasil perencanaan partisipatif, sampai review perencanaan tingkat Kelurahan Pati Lor dan Kabupaten Pati sudah dikerjakan. Hasil yang diharapkan sebagaimana direncanakan sudah sesuai dengan hasil yang dicapai saat implementasikan. Dalam tahap persiapan sudah tercipta sinergi antara BKM Mekar Sari, Pemerintah Daerah Kabupaten Pati, masyarakat Kelurahan Pati Lor dan pihak luar. Hasil dari produk tahap persiapan terbentuknya TR, Tim Teknis PLPBK, TIPP, dan TAPP.

Pada tahap perencanaan kinerja BKM Mekar Sari baik. Setiap peran, dari refleksi Perkara Kritis (RPK), pembentukan Tim Pemetaan Swadaya

(46)

(PS), menyiapkan Tim PS, PS dan review PS untuk mendiskusikan pematangan lokasi prioritas, pembahasan hasi PS (lokakarya/bazzar), mengkonsultasikan hasil PS dan lokasi kawasan prioritas, penyusunan draft RPLP Kelurahan Pati Lor, mengkonsultasikan draft RPLP ke publik, penyepakatan draft RPLP dengan masyarakat Kelurahan Pati Lor, mensosialisasikan RPLP kepada Masyarakat Kelurahan Pati Lor, menyusunan draft RTPLP kawasan prioritas PNM mengkonsultasikan draft RTPLP kawasan prioritas PNM, penyepakatan draft RTPLP kawasan prioritas PNM dengan masyarakat Kelurahan Pati Lor, mensosialisasikan RTPLP kawasan prioritas PNM kepada masyarakat Kelurahan Pati Lor sampai penyusunan Aturan Bersama (AB) sudah dikerjakan. Hasil yang diharapkan sebagaimana direncanakan sudah sesuai dengan hasil yang dicapai saat implementasikan. Dalam tahap perencanaan sudah tercipta sinergi antara BKM Mekar Sari, Tim Relawan, Tim Teknis PLPBK, TIPP, TAPP, masyarakat Kelurahan Pati Lor. Hasil dari produk tahap perencanaan tersusunya RPK, RPLP, RTPLP, Aturan Bersama, dan terbentuknya Tim PS.

Pada tahap pembangunan kinerja BKM Mekar Sari baik dan pada tahap keberlanjutan kinerja BKM Mekar Sari kurang baik. Setiap peran pada tahap pembangunan, dari pembentukan TPP fisik, pelatihan dasar TTP, pelatihan KSM, penyusunan DED kawasan prioritas PNM sampai pelaksanaan pembangunan kawasan prioritas PNM sudah dikerjakan. Hasil yang diharapkan sebagaimana direncanakan sudah sesuai dengan hasil yang

(47)

dicapai saat implementasikan. Dalam tahap pembanguan semua peran dikerjakan BKM Mekar Sari kecuali pelaksanaan pembangunan kawasan prioritas PNM. Peran tersebut dikerjakan oleh TPP dengan koordinasi dari BKM Mekar Sari. Hasil dari produk tahap pembangunan terbentuknya TTP, dan KSM. Setip peran pada tahap keberlanjutan, dari pembentukan lembaga

estate management, pemantauan dan evaluasi internal dan eksternal oleh

lembaga terkait (BPKP), sampai review keberlanjutan kawasan prioritas PNM dan program PLPBK sudah dikerjakan. Namun lembaga estate

management yang diberi nama Paguyuban Pedagang PNM belum mampu

memainkan peran sebagai pengayom pedagang dampak dari kesibukan berdagang sehingga keorganisasian terbengkalai. Lembaga tersebut menjadi akar masalah menurunya jumlah pedagang di kawasan prioritas PNM. Sampai saat ini BKM Mekar Sari terus berusaha untuk memperbaiki kawasan prioritas PNM. Dengan BLM yang ada BKM Mekar Sari berusaha mempromosikan kembali melalui pagelaran seni.

Berdasarkan temuan peneliti kinerja BKM Mekar Sari menggunakan indikator berorientasi pada hasil milik Ratminto dan Atik (2007 : 179 - 182), sebagai berikut:

a. Efektivitas BKM Mekar Sari

Untuk disebut efektif BKM Mekar Sari harus mencapai tujuan yang ditetapkan baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang,

(48)

dan misi organisasi. Selain itu pencapaian tujuan organisasi harus mengacu pada visi organisasi tersebut.

Tujuan BKM Mekar Sari dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM untuk membuat pusat wisata kuliner bagi masyarakat Kelurahan Pati Lor, masyarakat Kabupaten Pati dan masyarakat luas. Untuk mencapai tujuan tersebut BKM harus melewati proses panjang. Setelah melewati tahap persiapan, perencanaan, dan pembangunan BKM Mekar Sari mampu mencapai tujuan tersebut. Tujuan atau keluaran (output) dari Program PLPBK di Kelurahan Pati Lor dalam berbentuk fisik, berupa kawasan kuliner yang bisa dilihat dan dimanfaatkan secara langsung. Selain tujuan di atas, tujuan lain BKM Mekar Sari adalah menggunakan kawasan prioritas PNM sebagai alternatif pemecah kosentrasi keramaian di kawasan Alun-alun Simpang Lima Pati. Tujuan tersebut didasarkan pada kebijakan Pemerintah Kabupaten Pati untuk menjadikan kawasan Alun-alun Simpang Lima Pati sebagai ruang publik bebas dari PKL. Tujuan tersebut belum mampu dicapai BKM Melar Sari, karena kawasan Alun-alun Simpang Lima Pati masih menjadi tempat berjualan PKL. Masalahnya Pemerintah Daerah Kabupaten Pati mencabut kembali kebijakan tersebut berdasarkan desakan dari PKL setempat.

Hasil (outcomes) atau target BKM Mekar Sari dalam merealisasikan kawasan prioritas PNM untuk memberdayakan masyarakat Kelurahan Pati Lor. Ketidak sesuaian antara perencanaan dengan implementasi. Dimana Paguyuban Pedagang PNM belum mampu

Referensi

Dokumen terkait

Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah menurun (dengan pengembalian dana mitra pasif secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh: 1) Kelengkapan variasi buku terhadap kepuasan konsumen di toko buku Taman Pintar Book Store, 2) Kualitas fisik

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan karakteristik wanita PUS yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, paritas, dukungan suami, pengetahuan

I spent most of my time either in the control room or galavanting about on some planet or other trying to keep the Doctor under control.’ Turlough had not lost his ability to boast

1) To find out the differences English and Indonesian personal pronouns. 2) To find out the similarities between English and Indonesian personal pronouns. 3) To find out the

Ada jenis manusia yang dengki namun tidak menginginkan hilangnya nikmat dari orang yang didengki, namun ia menginginkan nikmat yang sama dan ingin seperti dia yang

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaurh interaksi antara Pestisida Nabati dengan konsentrasi Pestisida Nabati yang ditunjukan pada perlakuan Pestisida Daun Mimba

Berdasarkan paparan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Harga, Tempat, dan Waktu terhadap Keputusan Konsumen Dalam