• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PAJAK PENGHASILAN

B. Keadilan Menurut Fiqih Islam

Di dalam hukum Islam , landasan hukumnya atau disebut juga dengan asas, berasal dari AlQur’an dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu’alayhi Wassalam baik yang bersifat rinci maupun yang bersifat umum. Asas yang bersifat umum

102www.ilhamendra.wordpress.com, diakses pada tanggal 22 Nopember 2013 pukul 03:00

WIB.

adalah asas yang meliputi semua bidang dan lapangan hukum Islam. Asas umum tersebut terdiri dari :

a. Asas Keadilan adalah asas yang penting dan mencakup semua asas dalam bidang hukum Islam. Sehingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengungkapkan keadilan di dalam AlQur’an lebih dari 1.000 kali, terbanyak setelah kata Allah dan ilmu pengetahuan. Diantara ayat dalam AlQur’an yang memerintahkan manusia berlaku adil dan menegakkan keadilan terdapat dalam Surah Shad ayat 26, Allah memerintahkan penguasa, penegak hukum sebagai khalifah di bumi untuk menyelenggarakan hukum sebaik-baiknya, berlaku adil terhadap semua manusia, tanpa memandang stratifikasi sosial, yaitu kedudukan, asal- usul, keyakinan yang dianut oleh pencari keadilan.

b. Asas Kepastian Hukum adalah asas yang menyatakan bahwa tidak ada satu perbuatan yang dapat dihukum kecuali atas kekuatan ketentuan peraturan yang ada dan berlaku pada perbuatan itu. Oleh karena itu, tidak ada sesuatu pelanggaran sebelum ada ketentuan hukum yang mengaturnya.

c. Asas Kemanfaatan adalah asas yang menyertai asas keadilan dan kepastian hukum. Dalam melaksanakan asas keadilan dan kepastian

hukum, seyogianya dipertimbangkan asas kemanfaatannya, baik kepada yang bersangkutan sendiri maupun kepada kepentingan masyarakat.104 Dalam Islam, antara keimanan dan keadilan tidak terpisah. Orang yang imannya benar dan berfungsi dengan baik akan selalu berlaku adil terhadap sesamanya. Hal ini tergambar dengan sangat jelas dalam Q.S. Al-Maidah ayat 8. Keadilan adalah perbuatan yang paling takwa atau keinsyafan ketuhanan dalam diri manusia.105

Dengan lebih menitik beratkan perhatian terhadap konteks sosial dan kultur yang lebih luas dari hukum Islam, dapat terlihat bahwa sistem hukum Islam merupakan jenis Common Law system, dimana keadilan dicari melalui satu pengkajian saksama dan mendalam, lebih dari sekadar pengkajian fakta, dan keadilan berada tidak dalam ukuran persamaan, tetapi mewujudkan kesetaraan.106

Konsep keadilan dalam hukum Islam dalam buku Majid Khadduri yang berjudul The Islamic Conception of Justice yang telah diterjemahkan Achmad Ali dalam bukunya Menguak Teori Hukum(Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang(Legisprudence) memaparkan bahwa secara harfiah, kata ‘adl adalah kata benda yang abstrak yang berasal dari kata kerjaadala, yang mengandung setidak-tidaknya lima arti, yaitu :

104

Zainuddin Ali,Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 45-46.

105Zamakhsyari, Op. Cit.,hal. 99. 106Achmad Ali,Op. Cit., hal. 240.

1. Meluruskan atau mendudukkan secara lurus, mengamendemen, atau mengubah;

2. Melarikan diri, berangkat atau mengelak dari satu jalan yang sesat, menuju satu jalan yang lurus dan benar;

3. Sama atau setara atau persamaan atau kesetaraan;

4. Membuat keseimbangan, sebanding atau berada dalam suatu keadaan yang seimbang; dan

5. Mungkin juga bermakna contoh atau misal, suatu ungkapan harfiah yang secara tidak langsung berhubungan dengan keadilan.107

Dari pemaparan keadilan dalam hukum Islam di atas, salah satu pelaksanaan keadilan dapat dijumpai di dalam zakat.

Prinsip keadilan yang dapat kita jumpai dalam zakat antara lain sebagai berikut :

1. Sama rata dalam kewajiban zakat.

Setiap Muslim yang mempunyai satu nisab zakat adalah Wajib Zakat/Muzaki. Tanpa memandang bangsa, warna kulit, keturunan atau kedudukan dalam masyarakat, laki-laki, perempuan, pemerintah, yang diperintah, pemimpin agama, pemimpin negara, semua sama.

2. Membebaskan harta yang kurang dari nisab.

Salah satu syarat harta yang wajib dizakatkan mencapai satu nishab yaitu syarat perhitungan minimal suatu harta telah wajib untuk dizakatkan.

3. Larangan berzakat dua kali.

Misalnya seorang muslim beralih usahanya dari seorang pedagang menjadi seorang petani cengkih. Ketika musim panen tiba, dan orang tersebut masih berdagang, muslim tersebut dapat memilih untuk membayar zakat malnya dari hasil panen atau dari komoditas perdagangannya (jika hasil keduanya mencapai nisab). Jika zakat malnya sudah dikeluarkan pada saat panen, maka tentunya orang tersebut tidak wajib lagi membayar zakat malnya dari usaha dagang pada akhir tahun.108

4. Besar zakat sebanding dengan besar tenaga yang dikeluarkan. Semakin mudah memperoleh, semakin besar zakatnya, seperti halnya zakat pertanian ada yang 10% dan 5% (zakat hasil pertanian apabila diairi dengan air hujan, atau sungai/mata air adalah 10% sedangkan apabila diairi dengan disirami/irigasi maka zakatnya 5%). Prinsip ini masih belum begitu dihiraukan oleh para ahli keuangan.

5. Memperhatikan kondisi dalam pembayaran. Dengan juga memperhatikan besarnya pendapatan, beban keluarga, hutang-hutang yang dimiliki, dipungut dari pendapatan bersih, dan lain-lain.

Harta yang dikeluarkan zakatnya merupakan harta yang merupakan surplus (kelebihan) dari kebutuhan primer.

6. Keadilan dalam praktek.

Islam memberikan perhatian istimewa dan hati-hati terhadap pelaksana pemungut zakat (amil), yaitu dengan persyaratan yang tinggi untuk menjadi amil, dan posisi yang mulia bagi mereka, seperti hadits sebagai berikut: “Orang yang bekerja memungut sedekah dengan benar adalah seperti orang yang berperang di jalan Allah” (Hadits shahih).109

Zakat merupakan ibadah yang memiliki dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal.

a. Dimensi vertikal

Zakat merupakan ibadah sebagai bentuk ketaatan dan perwujudan keimanan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala (terdapat dalam Q.S Ar- Rum ayat 39).

b. Dimensi horizontal

Zakat sebagai kewajiban kepada sesama manusia.

Di dalam dimensi horizontal yaitu zakat sebagai kewajiban kepada sesama manusia mempunyai beberapa tujuan dan manfaat yang merupakan perwujudan dari konsep keadilan sebagai berikut yaitu :

1. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan.

2. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para mustahiq (penerima zakat)

3. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama Muslim dan manusia pada umumnya

4. Menghilangkan sifat kikir atau serakah para pemilik harta

5. Membersihkan sifat iri dan dengki (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin

6. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu masyarakat

7. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta

8. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajibannya dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya

9. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial. Adapun manfaat dari zakat sebagai berikut :

1. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. 2. Karena zakat merupakan hak mustahik, zakat berfungsi untuk

menolong, membantu dan membina mereka, terutama fakir miskin, ke arah kehidupan yang lebih baik.

3. Zakat sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana.

4. Zakat untuk memasyarakatan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah membersihkan harta yang kotor, tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar.

5. Indikator utama ketundukkan seseorang terhadap ajaran Islam.110

Dokumen terkait