• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADILAN SOSIAL DAN EKONOMI

Dalam dokumen MODULPASCALKI (Halaman 38-41)

Dalam pengertiannya yang umum dan luas, keadilan bermakna meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Keadilan yang tidak bersifat relatif – bukanlah persamaan yang menitikberatkan pada kuantitas dan juga bukan keseimbangan yang tidak bertumpu pada hak-hak. Keadilan berawal pada usaha memberikan hak pada setiap individu yang memang berhak menerimanya sebanding dengan kemampuan dan kebutuhannya. Dengan demikian, keadilan adalah segala sesuatu yang bisa melahirkan kemaslahatan bagi bagi masyarakat atau dan memeliharanya dalam bentuk yang lebih baik. Sehingga masyarakat meraih kemajuan.

Berarti, menegakkan keadilan mencakup penguasaan atas keinginan-keinginan dan kepentingan pribadi yang tidak mengenal batas (hawa nafsu). Ia membimbing manusia ke arah pelaksanaan tata masyarakat yang akan memberikan kepada setiap orang kesempatan yang sama untuk mengatur hidupnya secara bebas dan terhormat (amar ma’ruf). Menegakkan keadilan berarti penentangan terus menerus terhadap segala bentuk penindasan terhadap kebenaran asasi manusia dan rasa keadilan. (nahi munkar).

Untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan yang berlanjut antara individu dan masyarakat, perlu ditetapkan aturan-aturan hukum- sekumpulan peraturan dan ketetapan yang mempunyai kekuatan dan kewenangan yang diakui oleh masyarakat – sehingga setiap orang tercakup di dalamnya. Hukum menentukan hak, kewajiban, batas-batas, dan tanggung jawab setiap orang yang hidup dalam wilayah tertentu. Hukum tidak boleh ditetapkan oleh kelas dan individu yang zalim. Sebab hukum seperti ini biasanya bertujuan untuk memenuhi aspirasi-aspirasi individu yang berkuasa dan para pembantu dekatnya, bukan untuk kepentingan rakyat. Hukum yang benar adalah hukum yang memperhatikan kepentingan kepentingan seluruh masyarakat dunia (berperikemanusiaan), bernilai universal dan harus dapat membentuk suatu atmosfer yang baik bagi perkembangan material dan spiritual. (berketuhanan).

Untuk melaksankan hukum, diperlukan adanya satu institusi dalam masyarakat yang karena kualitas-kualitas yang dimilikinya senantiasa berusaha menegakkan keadilan dengan jalan selalu menganjurkan sesuatu yang bersifat kemanusiaan serta mencegah terjadinya sesuatu yang berlawanan dengan kemanusiaan. Kualitas terpenting yang harus dipunyai oleh institusi tersebut adalah rasa kemanusiaan yang tinggi sebagai pancaran dari kecintaan yang tidak terbatas kepada Tuhan dan kecakapan yang cukup. Merekalah pemimpin masyarakat. Ia menjaga agar setiap

orang memperoleh hak asasinya, dan dalam waktu yang sama menghormati kemerdekaan dan martabat kemanusiaan orang lain.

Negara adalah sebuah institusi yang terkuat dan berpengaruh yang mempunyai kewajiban untuk menegakkan keadilan. Dasar utama pendiriannya ialah melindungi manusia yang menjadi warga negaranya dari segala kemungkinan perusakan kemerdekaan dan harga diri manusia. Sebaliknya, setiap orang yang mengambil bagian bertanggung jawab dalam masalah-masalah negara secara demokratis. Karena setiap masyarakat dengan masing-masing pribadi yang ada di dalamnya memerintah dan memimpin dirinya sendiri, negara haruslah merupakan kekuatan yang lahir dari masyarakat sendiri. Kekuatan negara ada di tangan dan harus bertanggungjawab kepada rakyat. Pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat – haruslah secar demokratis menjalankan kebijaksanaannya atas persetujuan rakyat berdasarkan musyawarah dengan tidak mengganggu rasa keadilan dan martabat kemanusiaan. Negara dan kekuatan-kekuatan sosial lainnya wajib menjunjung tinggi prinsip kegotongroyongan dan kecintaan sesama manusia. Ketaatan rakyat kepada pemerintah merupakan ketaatan kepada diri sendiri yang wajib dilaksanakan selama mereka mengabdi kepada kemanusiaan, kebenaran, dan akhirnya kepada Tuhan yang Mahaesa.

Selanjutnya, kemerdekaan dan pembatasan kemerdekaan saling bergantung dalam hubungan sosial antar individu dan masyarakat. Jika kemerdekaan dicirikan dengan bentuk yang tidak bersyarat atau tidak terbatas, maka setiap orang diperbolehkan mengejar dengan bebas segala keinginan pribadinya. Pertarungan yang meniadakan nilai nilai kemanusiaan antara keinginan satu dengan yang lainnya akan melahirkan kekacauan (anarki). Sebab itu, masyarakat harus menegakkan keadilan di dalam masyarakat sendiri. Tidak akan terjadi suatu keseimbangan sosial (social equilibrium) dalam suatu masyarakat jika hak-hak sebagian anggota masyarakat di abaikan. Individu punya hak. Masyarakat juga punya hak.

Perwujudan penegakan keadilan dalam bidang lain yang penting dan berpengaruh adalah menegakkan keadilan di bidang ekonomi dalam hal kepemilikan pribadi (private ownership). Dan distribusi kekayaan di antara anggota masyarakat. Kepemilikan adalah pengakuan dan pemberian suatu hak kepada seseorang, kelompok, atau masyarakat yang bersifat sosial untuk memanfaatkan barang tertentu, dan pada saat yang sama menyampingkan pihak lain dari pemberian hak yang sama. Sedangkan kekayaan adalah klaim kepemilikan individu atas keseluruhan atau sebagian alat produksi dan hasil-hasil pekerjaan yang baik dan bermanfaat yang dijadikan sandaran kehidupan manusia.

Pembagian kekayaan yang adil menuntut agar setiap orang mendapat bagian yang wajar daripada kekayaan atau rezeki. Artinya, kemampuan pribadi, fisik dan mental manusia yang satu berbeda yang satu sama lain akan berbeda dalam hal pendapatan kekayaan, walaupun di bawah sistem sosial dan ekonomi yang pantas sekalipun.

Namun, kekurangan produksi dan kemiskinan tidak akan terjadi bila distribusi kekayaan yang adil dilaksanakan. Distribusi yang adil akan meningkatkan kekayaan dan mengangkat kemakmuran.

Pembagian ekonomi secara tidak benar hanya ada di dalam suatu masyarakat yang tidak menjalankan nilai-nilai ketauhidan. Dalam hal ini, melaksanakan pengakuan berketuhanan sama nilainya dengan tidak berketuhanan sama sekali. Sebab nilai-nilai tidak dapat dikatakan hidup sebelum menyatakan diri dalam amal perbuatan. Suatu masyarakat yang tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya tempat tunduk dan menyerahkan diri dapat diperbudak oleh harta benda – meskipun pada hakikatnya seluruh harta kekayaan di alam ini adalah mutlak milik Tuhan. Seorang pekerja tidak lagi menguasai hasil pekerjaannnya, tetapi justru dikuasai oleh hasil pekerjaan itu. Produksi seorang buruh memperbesar kapital majikan. Dan kapital itu selanjutnya lebih memperbudak buruh. Demikian pula majikan, bukan ia yang menguasai kapital, tetapi kapital itulah yang menguasainya. Kapital atau kekayaan telah menggenggam dan memberikan sifat-sifat tertentu seperti keserakahan, ketamakan dan kebengisan. Usaha usaha perbaikan dalam hal pembagian rezeki yang merata tetap harus dijalankan oleh masyarakat, seperti tentang bagaimana harta kekayaan ini diperoleh dan bagaimana mempergunakannya. Pemilikan pribadi hanya dibenarkan hanya jika penggunaan hak itu tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan. Jika tidak pemilikan menjadi batal dan pemerintah berhak mengajukan konfikasi. Kemewahan dalam arti hidup secara berlebihan selalu menjadi provokasi terhadap pertentangan antar golongan dalam masyarakat dan dapat mengakibatkan hal-hal destruktif. Zakat, sebagai salah satu dasar sistem ekonomi berketuhanan, bertujuan mendistribusikan harta kekayaan yang dipungut dari orang-orang kaya dalam jumlah persentase tertentu untuk dibagikan kepada orang yang berhak. Zakat dikenakan hanya atas harta yang diperoleh secara benar, sah,dan halal saja. Harta yang diperoleh secara haram akan disita oleh pemerintah dan dijadikan milik umum agar bermanfaat bagi rakyat. Oleh karena itu, masyarakat yang adil berdasar Ketuhanan yang Mahaesa di bentuk terlebih dahulu sebelum dilakukan penarikan zakat. Sehingga, cara-cara memperoleh kekayaan secara haram dan eksploitasi manusia oleh manusia tidak akan didapati lagi.

Selain zakat, infaq dan shadaqah juga merupakan salah satu sistem ekonomi berketuhanan. Infaq tidak diberikan kepada suatu golongan tertentu, tetapi dipungut oleh suatu sistem sosial yang berkeadilan untuk didistribusikan kepada pihak-pihak yang memerlukan bantuan kemanusiaan atau modal usaha. Ini adalah sebuah upaya agar roda perekonomian tidak terpaku pada seseorang atau golongan dan terjadi keseimbangan di dalam masyarakat. Sedangkan shadaqah adalah sebuah upaya mendistribusikan harta kekayaan secara temporer dari satu pihak ke pihak lain tanpa bergantung kepada suatu sistem yang ada.

Pengunaan harta itu sendiri harus sejalan dengan yang dikehendaki oleh Tuhan. Bila terjadi kemiskinan, orang-orang miskin diberi hak atas sebagian harta orang-orang kaya, terutama yang masih dekat dalam hubungan keluarga. Negara dan masyarakat berkewajiban melindungi kehidupan keluarga dan memberinya bantuan material serta dorongan moril. Negara yang adil menciptakan persyaratan hidup yang wajar sebagaimana yang diperlukan oleh pribadi pribadi agar dapat mengatur hidupnya secara terhormat.

BAB VIII

Dalam dokumen MODULPASCALKI (Halaman 38-41)

Dokumen terkait