• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODULPASCALKI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODULPASCALKI"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PASCA LK I

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

-YAKIN USAHA

SAMPAI-Bismihi Ta'ala

(2)

MATERI LENGKAP

Training Revolusi Kesadaran

Revolusi Kesadaran 1 (Bunga Rampai)

Target: Panitia LK-1

1. M

embangun Lingua Franca

2. H

istoriografi Ideologi HMI

3. L ogika 4. F ilsafat Ilmu 1 [Epistemologi] 5. F

ilsafat Ilmu 2 [Aksiologi]

6. T eologi 1 [Ketuhanan] 7. T eologi 2 [Kenabian] 8. T eologi 3 [Takdir] 9. S

osiologi 1 [Individu dan Masyarakat]

10. S

osiologi 2 [Tugas Cendekiawan Muslim]

Revolusi Kesadaran 2 (Filsafat) Target: Pemateri Filsafat Ilmu LK-1

1. Rasionalisme 2. Non-Kontradiksi Vs Dialektika 3. Absolutisme Vs Relativisme 4.

Mistisisme dan Ilmu Hudhuri 5. Dekonstruksi dan Posmodernisme 6. Ontologi 7. Relativisme Moral 8. Eksistensialisme dan Alienasi 9. Materialisme Dialektika Historis (MDH)

10.

Metodologi Pemahaman dan Penyampaian Filsafat Ilmu LK-1

11. Simulasi dan Evaluasi Filsafat Ilmu

Revolusi Kesadaran 3 (Teologi) Target: Pemateri NDP LK-1

1 Eksistensialisme Tauhid (Wahdatul Wujud) 2 Filsafat Keadilan Tuhan 3 Filsafat Sains dan

Kosmologi

4 Agama Publik Vs Agama Privat

5 Dekonstruksi Teologi Historis

Revolusi Kesadaran4 (Sosiologi) Target: MOT LK-1 dan Moderator NDP LK-2

1. Semiotika 2. Hegemoni: Basis

Penyadaran Massa 3. Masyarakat Sipil dan

Negara

4. Kritik Kapitalisme 5. Hiperrealitas Kebudayaan 6. Globalisme dan

(3)

6 Filsafat Hukum Islam 7 Nubuwwah dan Insan Kamil 8 Umat dan Imamah

9 Eskatologi dan Syahadah 10 Metodologi Pemahaman

dan Penyampaian NDP LK-1

11 Simulasi dan Evaluasi NDP LK-1

Nasionalisme

7. Teokrasi dan Demokrasi 8. Peradaban dan Modernisasi 9. Revolusi dan Reformasi

Sosial

10. Metodologi Pemahaman dan Penyampaian NDP LK2

Revolusi Kesadaran 5 (Teologi 2) Target: Pemateri NDP LK-2 1. O ntologi 1: Metafisika Wujud 2. O ntologi 2: Esensi 3. O ntologi 3: Kausalitas 4. O

ntologi 4: Tuhan dan Dunia

5. O

ntologi 5: Gerak dan Waktu

6. T

eologi 1: Sifat-sifat Tuhan

7. T

eologi 2: Kehendak Tuhan

8. P sikologi 1: Jiwa 9. P sikologi 2: Intelek 10. P sikologi 3: Eskatologi

Revolusi Kesadaran 6 (Sosiologi 2)

Target: MOT LK-2 dan Moderator LK-3 1. Cultural Studies 2. Kolonialisme dan Poskolonialisme 3.

Tubuh dan Kekuasaan 4. Feodalisme 5. Birokrasi 6. Politik Agraria 7.

Ekologi dan Sistem Konservasi

8.

Otonomi Daerah 9.

Pajak untuk Rakyat 10.

Parlementaria

Revolusi Kesadaran 7 (Sistem) Target: Pemateri LK-3

1. Agitprop

2. Politik Perburuhan 3. Pendidikan Alternatif 4. Koperasi dan Ekonomi

Kerakyatan

5. Sabotase dan Kudeta 6. Sistem dan Konstitusi 1 7. Sistem dan Konstitusi 2

(4)

8. Metodologi Pendampingan 1 9. Metodologi Pendampingan 2 10. Refleksi REFERENSI UTAMA

LEVEL 1: STUDIUM GENERAL

1. Manusia dan Agama, Murtadha Muthahhari (Bandung: Mizan) 2. Tauhid, Imaduddin Abdurrahim, (Bandung: Pustaka)

3. Falsafatuna, Muhammad Baqir ash-Shadr (Bandung: Mizan) 4. Tugas Cendekiawan Muslim, Ali Syariati (Jakarta: Rajawali) 5. Islam dan Teologi Pembebasan, Asghar Ali Engineer (Yogyakarta:

LkiS)

6. Islam, Doktrin, dan Peradaban, Nurcholish Madjid (Jakarta: Paramadina)

LEVEL 2: LOGIKA

7. Argumentasi dan Narasi, Gorys Keraf (Jakarta: Gramedia) 8. Logika, Mundiri (Jakarta: Rajawali)

9. Ringkasan Logika Muslim, Hasan Abu Ammar (Jakarta: Al-Muntazhar)

LEVEL 3: FILSAFAT

10. Filsafat Ilmu, Jujun S Suriasumantri (Bandung: ITB)

11. Ilmu dalam Perspektif, Jujus S Suriasumantri,ed. (Jakarta: YOI) 12. Madilog, Tan Malaka (…)

13. Pengantar Filsafat Islam, Oliver Leaman (Bandung: Mizan) 14. Buku Daras Filsafat Islam, Muhammad Taqi Mishbah Yazdi

(Bandung: Mizan) LEVEL 4: TEOLOGI

15. Fitrah, Murtadha Mutahhari (Jakarta: Lentera)

16. Konsep Kepercayaan dalam Teologi Islam, Toshihiko Izutsu, (Jakarta: Tiara Wacana)

(5)

17. Dan Muhammad Utusan Allah, Anne-marie Schimmel (Bandung: Mizan)

18. Islam Agama Peradaban, Nurcholish Madjid (Jakarta: Paramadina) 19. Umat dan Imamah, Ali Syariati (Bandung: Pustaka Hidayah) 20. Saqifah Awal Perselisihan Umat, O Hashem (Lampung: YAPI) 21. Sejarah Tuhan, Karen Amrstrong, (Bandung: Mizan)

22. Tafsir Sufi, Musa Kazhim, (Jakarta: Lentera) LEVEL 5: SOSIOLOGI

23. Paradigma Islam, Kuntowijoyo (Bandung: Mizan)

24. Masyarakat dan Sejarah, Murtadha Muthahhari (Bandung: Mizan) 25. Hiper-Realitas Kebudayaan, Yasraf Amir Piliang (Jakarta: LkiS) 26. Pemikiran Karl Marx, Franz Magnis-Suseno (Jakarta: Gramedia) 27. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, Anthony Giddens (Jakarta:

UI-Press)

28. Orientalisme, Edward W Said (Bandung: Pustaka) 29. Di Bawah Bendera Revolusi [2 jilid], Soekarno (Jakarta) 30. Kumpulan Karangan, Mohamad Hatta (Jakarta: Gunung Agung) 31. Rekayasa Sosial, Jalaluddin Rakhmat (Bandung: Rosda) 32. Ibunda, Maxim Gorki (Jakarta: Kalyanamitra)

33. Perempuan di Titik Nol, Nawal el-Saadawi (Jakarta: YOI)

34. Tetralogi Pulau Buru: a] Bumi Manusia, b] Anak Semua Bangsa, c] Jejak Langkah, d] Rumah Kaca, Pramoedya Ananta Toer (Jakarta: Hasta Mitra)

LEVEL 6: TEOLOGI 2

35. Filsafat Hikmah, Murtadha Mutahhari (Bandung: Mizan) 36. Filsafat Shadra, Fazlur Rahman (Bandung: Pustaka) 37. Integralisme, Armahedi Mahzar (Bandung: Pustaka) 38. The Tao of Islam, Sachiko Murata (Bandung: Mizan)

39. Menuju Kesempurnaan, Mustamin al-Mandary (Makassar: Safinah) 40. Kearifan Puncak, Mulla Shadra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar) LEVEL 7: SOSIOLOGI 2

Sedang disusun LEVEL 8: SISTEM Sedang disusun

Level 6-8 akan diadakan setelah cabang menyelesaikan gelombang 3 TOT NDP selesai. Gelombang 1 = persiapan sistem [prakondisi], gelombang 2 = pengisian sistem [internalisasi], gelombang 3 = penyebaran sistem [eksternalisasi]. YAKIN USAHA SAMPAI!

(6)

KURIKULUM LK I HMI CABANG BANDUNG EKSPETASI

NO KRITERIA UNJUK KERJA PRODUK

PEMBELAJARAN Sub kompetensi

1. Peserta sadar bahwa dirinya pasti memiliki tujuan di dalam hidupnya

Kriteria unjuk kerja (Kognitif) :

1. Definisi Tujuan : (harapan yang ingin dicapai sesuai dengan potensi yang ada saat ini) dapat diketahui oleh peserta.

2. Pentingnya tahu akan tujuan individu dapat dipahami oleh peserta.

3. Tujuan LK 1 dapat dipahami oleh peserta.

a. Syarat masuk HMI b. Transfer Pengetahuan c. Membangun Kesadaran Islam secara Rasional

d. Membentuk jiwa romantis dan pola pikir kritis

Kompetensi Turunan (Afektif) :

1. Peserta bisa konsisten terhadap tujuan pribadi dan sosialnya

Metode Simulasi :

1. Memetakan Tujuan Individu ber-HMI. Kontrak Belajar :

(7)

a. Kehadiran b. Post-Test 2. Keorganisasian Kelas

Pengalaman baru selama LK.

METODOLOGI DISKUSI

NO KRITERIA UNJUK KERJA PRODUK

PEMELAJARAN 1. Berdiskusi

Kompetensi Turunan (Kognitif) :

1. Definisi Diskusi dapat dijelaskan oleh siswa benar

2. Syarat Diskusi

3. Manusia sebagai makhluk komunikasi

a. Pengertian komunikasi b. Komponen komunikasi 4. Pikiran, Bahasa, dan realitas 5. Diskusi sebagai cara menilai

kebenaran

a. perbedaan sebagai syarat diskusi

b. Argumentasi Wacana dan Ideologi

Kompetensi Turunan (Afektif) :

1. Peserta Menghargai perbedaan pendapat

2. Peserta berani untuk mengemukakan pendapatnya dan tidak tidak bersikap membeo 3. Peserta dapat menerima argumentasi

yang lebih kokoh

4. Peserta dapat menerima konsekuensi atau konsisten terhadap pendapatnya

Kompetensi Turunan (Psikomotir) :

1. Peserta mampu berargumentasi dengan baik

2. Peserta mampu mengatur jalannya sebuah diskusi

Metode Simulasi :

1. Diskusi terhadap suatu permasalahan (15 menit praktik dan evaluasi 5 menit).

(8)

FILSAFAT ILMU

NO KRITERIA UNJUK KERJA PRODUK

PEMELAJARAN Kompetensi dasar :

Kompetensi Turunan (Kognitif) : 1. Definisi manusia 2. Pengertian berpikir

3. Definisi ilmu dan pengetahuan 4. Sumber pengetahuan : c. Indrawi d. Khayal e. Hati f. Akli g. Sejarah 5. Realisme 6. Nilai pengetahuan

a. Hakikat ilmu adalah cahaya

b. Absolutis c. Kritik relativis Kompetensi Turunan (Afektif) :

1. Peserta mempunyai semangat selalu mencari ilmu

2. Peserta mampu bersikap realistis 3. Peserta mempunyai tanggung

jawab pengetahuannya.

REKONSTRUKSI NDP N

O

KRITERIA UNJUK KERJA PRODUK

PEMELAJARA N

Kompetensi Dasar : Mazhab Islam yang tidak anti-kritik Kompetensi Turunan : 1. Dasar-dasar kepercayaan 2. Dasar-dasar ketuhanan a. Argumen keberadaan Tuhan b. Argumen ke-esaan- Tuhan

3. Tauhid sebagai landasan gerak 4. Konsepsi Kenabian

5. Pentingnya menjalankan syariat sebagai

Kompetensi Turunan (afektif) :

1. Konsisten menjalankan ajaran-ajaran islam dalam kesehariannya

(9)

Simulasi : Kontemplasi sejenak dengan alam lewat berkumpul

DEKONSTRUKSI NDP

NO KRITERIA UNJUK KERJA PRODUK

PEMELAJARAN Kompetesi Dasar : Menjelasakan

landasan dan konsekuensi dari kerangka berpikir peserta dapat dijelaskan.

Kompetensi Turunan : 1. Nilai pengetahuan 2. Epistemologi

3. Dasar keyakinan akidah 4. Teologi Historis 5. Pelaksanaan syariat

(informasi)

SEJARAH HMI

NO KRITERIA UNJUK KERJA PRODUK

PEMELAJARAN Kompetensi dasar : 1. Peserta

tidak a historis terhadap sejarah HMI dengan mengetahui hakikat dari sejarah.

Kriteria unjuk kerja :

1. Pengertian gerak dapat dipahami ole siswa 2. Syarat / sebab-sebab gerak

dapat dipahami oleh siswa 3. Teori sejarah HMI dapat

dipahami oleh siswa 4. Latar belakang berdirinya

HMI dapat dipahami oleh siswa

5. Tujuan didirikanya HMI dapat dipahami oleh siswa 6. Awal berdirinya PB di

Jakarta dapat dipahami oleh siswa

7. Masa-masa kejayaan dan kekelaman HMI

a. Masa orde lama, Islam dansa (gaul)

(10)

dan G 30 S PKI, Tritura

b. Masa orde baru, : MPO dan DIPO, Munculnya NDP c. Masa orde reformasi : HMI menghambat proses reformasi (sempalan), Kudeta berdarah 2003 (HMI Cab. Bandung), Fase Konsolidasi dan Fase Penyebaran. KONSTITUSI HMI

NO KRITERIA UNJUK KERJA PRODUK

PEMELAJARAN Kriteria Unjuk Kerja :

1. Manusia sebagai Makhluk Sosial a. Pengertian Individu dan Masyarakat b. Pembagian tugas dalam Masyarakat c. Hak dan kewajiban dalam masyarakat 2. Hakikat Keadilan 3. Hakikat Hukum 4. Manusia sebagai subjek

hukum Teori-teori hukum Hukum dan Kekuasaan

5. Struktur Organisasi ( AD/ART)

Mekanisme pengambilan keputusan di HMI

Mekanisme kerja HMI 6. Simulasi

(11)

MISI HMI

NO KRITERIA UNJUK KERJA PRODUK

PEMELAJARAN Kriteria unjuk kerja :

1. Manusia dan Idiologi a. Manusia sebagai

makhluk material dan ide

b. Pengertian ideologi c. Wujud kesempurnaan

manusia (Insan Kamil) d. Gerak sebagai syarat

menuju kesempurnaan e. Konsekuensi ideologi

terhadap perbuatan manusia

2. Islam sebagai Ideologi organisasi

3. Organisasi HMI sebagai wadah gerak manusia yang efektif dan efisien

4. Organisasi HMI sebagai alat penyempurna manusia 5. Organisasi HMI sebagai

organisasi kader 6. Organsasi HMI sebagai

organisasi perjuangan

MAHASISWA DAN PERUBAHAN SOSIAL

NO KRITERIA UNJUK KERJA PRODUK

PEMELAJARA Kriteria Unjuk Kerja :

1. Fallacy logic dalam perubahab sosial 2. Simulasi (observasi

Jalanan)

3. Perubahan sosial dan agama a. Islam agama pembebasan b. Syahid : Puncak kebajikan 4. Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat :

a. Tugas dan tanggung jawab mahasiswa b. Mahasiswa dan sejarah

(12)

Indonesia

5. Kampus sebagai sistem sosial

6. Perubahan sosial dan agama

7. Revolusi kesadaran sebagai langkah menuju perubahan sosial

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN DAN ORGANISASI

NO KRITERIA UNJUK KERJA PRODUK

PEMELAJARAN Membentuk kader menjadi leader

1. Pengertian Organisasi a. Organisasi sebagai sistem sosial b. Organisasi sebagai alat mencapai tujuan bersama c. Pembagian kerja dalam organisasi d. Hak dan Kewajiban dalam organisasi 2. Organisasi mahasiswa a. Pentingnya kaderisasi b. Organisasi mahasiswa

dan perubahan sosial 3. Konsep kepemimpinan a. Hak dan kewajiban pemimpin b. Yang berhak menjadi pemimpin 4. Konsep Manajemen a. Manajemen sebagai skill b. Fungsi-fungsi manajemen

Simulasi : Happy Ending (pelantikan)

Kode Etik Pemateri LK I 1. Pemateri LK I memegang mandat dari LPL 2. Berpakaian sopan, minimal kemeja

(13)

3. Dilarang merokok selama meyampaikan materi 4. Menjaga perilaku selama meyampaikan materi 5. Hadir 15 menit sebelum jadwal meyampaikan materi

6. Pembatalan dilaporkan kepada LPL, selambat-lambatnya 24 jam sebelum meyampaikan materi

7. Keterlambatan diinformasikan kepada MOT

8. Selama training tidak diijinkan untuk ‘membuka hubungan secara pribadi’ dengan peserta dan panitia

9. Menjaga profesionalisme sebagai seorang pemateri

10. Sangsi terhadap pelanggaran kode etik diatas akan ditentukan kemudian oleh LPL

Materi Kurikulum Logika1

LOGIKA Alokasi Waktu 36 jam

Kajian Logika Jangka waktu 3 bulan dilakukan satu minggu sekali Pembagian materi Logika

Kriteria Kebenaran Azas-azas Berpikir

Sejarah dan Pengertian Logika LOGIKA FORMAL

Kata

1. Positif, Negatif, Privatif

2. Universal, Partikular, Singular, Kolektif 3. Unik, Diri 4. Mutlak, Relatif 5. Konkrit, Abstrak 6. Konotatif, Denotatif Term 1. Genus 2. Spesia

(14)

3. Differensia Arti definisi Syarat Definisi

Hal-hal yg tdk dapat didefinisikan Klasifikasi

Pembagian Penggolongan Proposisi

1. Kategorik (Analitik, Sintetik)

Distribusi

- Aturan-aturan Distribusi - Hubungan-hubungan Distribusi 2. Hipotetik

3. Disjungtif (Sempurna dan tidak sempurna) Hubungan-hubungan yang mungkin terjadi antara beberapa posisi (Tanakut) 1. Independen 2. Persamaan 3. Pertentangan (kontradiktori) 4. Perlawanan (Kontraris) 5. Setengah Perlawanan 6. Implikasi

Eduksi (Merubah pernyataan tanpa merubah makna) 1. Konversi

2. Obversi 3. Kontraposisi 4. Inversi

Aturan-aturan dalam membuat silogisme 1. Silogisme Baku

a. Silogisme Kategorik b. Silogisme Hipotetik c. Silogisme Disjungtif 2. Silogisme Tidak Baku Dilema

LOGIKA MATERIAL Generalisasi

- Nilai Kebenaran Generalisasi (Generalisasi sempurna dan tidak sempurna)

(Generalisasi Biasa, Argumentatif, Ilmiah)

-

Syarat-syarat Generalisasi Analogi

(15)

Metodologi penelitian Ilmiah Teori – teori Statistik

Causalitas Empirikal Dialektika Materialistik

- Hukum Gerak

- Watak Prinsip Kontadiksi

Kesalahan-kesalahan Berfikir (Logic Fallacy)

1. Fallacy of Dramatic Instance

2. Fallacy of Restrospective Determinisme 3. Post Hoc Ergo Propter Hoc

4. Fallacy of Misplaced conctreness 5. Argumentum ad Verecundiam 6. Circular Reasoning

EKSPEKTASI

Kehadiran seorang manusia di dunia dibekali dengan potensi-potensi. Secara umum manusia mempunyai potensi kehewanan dan potensi kemanusiaan. Potensi kehewanan adalah potensi untuk berpindah tempat, berkembang biak, makan, tumbuh dan lain sebagainya. Potensi kemanusiaannya adalah potensi untuk berpikir, beragama, bernegara, mengolah alam, membangun peradaban dan lain sebagainya.

Ketika lahir seseorang memiliki banyak keterbatasan. Baik secara hewani atau manusiawi. Oleh karena itu, dengan potensi yang dimilikinya seseorang bergerak untuk menutupi kekurangan-kekurangannya, makan untuk menutupi rasa lapar, belajar untuk menutupi kebodohan dan lain-lain.

Dengan akalnya manusia dapat memikirkan kebutuhan-kebutuhannya di masa yang akan datang. Jika hewan hanya mencari makan ketika lapar, manusia mencari makan tidak harus dalam keadaan lapar. Manusia tahu bahwa rasa lapar akan datang lagi setelah rasa kenyang. Oleh karena itu manusia dapat merencanakan apa-apa yang akan dilakukan.

(16)

Kondisi yang diharapkan seseorang dimana kebutuhannya dapat dipenuhi disebut dengan tujuan. Kebutuhan manusia diketahui olehnya melalui intuisi maupun akalnya. Intuisi maupun akal merupakan sesuatu yang tak kasat mata. Maka tujuan-tujuan yang ingin dicapai seseorang hanya diketahui oleh dirinya. Dalam perjalanan hidup seseorang, tujuan-tujuannya mengalami perubahan. Waktu kecil mungkin kita menginginkan menjadi seorang musisi, namun sekarang mungkin kita ingin menjadi seorang guru. Perubahan ini bisa terjadi begitu cepatnya sehingga tujuan kita beberapa detik lalu sudah bisa berubah. Perubahan ini berkaitan erat dengan perubahan pikiran, perasaan, kondisi eksternal dan lain sebagainya.

Adanya tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang berimplikasi pada penilaian terhadap kenyataan, baik terhadap suatu perbuatan, maupun kenyataan yang lain. Kenyataan yang seiring atau sesuai dengan tujuannya adalah sesuatu yang baik dan begitu pula sebaliknya. Seseorang yang memiliki tujuan menghilangkan rasa lapar misalnya, akan memandang bahwa menanak nasi, beras, air merupakan sesuatu yang baik, tetapi membuang beras, racun adalah sesuatu yang buruk.

Adanya konsekuensi pada setiap perbuatan mendorong kita untuk berpikir matang sebelum memilih untuk melakukannya atau meninggalkannya. Konsekuensi makan adalah kenyang, belajar adalah pintar. Oleh karena suatu perbuatan dinilai dari tujuannya maka perbuatan yang tidak memiliki tujuan tidak dapat dinilai atau merupakan suatu kesia-siaan. Bicaranya seseorang yang sedang tidur tidak dinilai baik atau buruk untuk dirinya.

Karena manusia dapat mengetahui kebutuhan-kebutuhannya di masa mendatang maka manusia memiliki tujuan yang sifatnya jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang memiliki sifat keumuman dan keutamaan. Ia lebih diutamakan ketimbang yang jangka pendek. Oleh karena itu manusia bisa mengorbankan kebutuhan jangka pendeknya untuk mencapai kebutuhan jangka panjangnya. Manusia melakukan kegiatan menabung dan berinvestasi adalah dalam rangka hal tersebut.

Manusia secara alamiah melakukan sesuatu untuk menyempurnakan dirinya sendiri. Manusia bersifat prudensial, artinya cinta diri. Ia tidak menginginkan keburukan bagi dirinya. Hal ini menyangkut semua hal, termasuk perbuatan-perbuatan sosial. Seseorang melakukan sedekah, membela agama, mencintai orang lain, berperang adalah untuk tujuan pribadi. Ia melakukan itu semua untuk ketentraman hatinya, untuk harapan masuk ke dalam surga, dicintai orang lain, dihormati orang lain dan lain sebagainya.

(17)

Untuk mencapai tujuannya manusia membutuhkan bantuan orang lain. Kebutuhan manusia yang lebih besar dibandingkan dengan hewan-hewan lainnya akan dapat dicapai dengan bantuan manusia yang lain. Tanpa bantuan orang lain selain ia tidak dapat memenuhi kebutuhanya, ia juga akan kehilangan esensinya. Bisa saja seorang manusia tumbuh tanpa berinteraksi dengan manusia lain. Akan tetapi pertumbuhannya lebih mengarah pada sisi hewani daripada sisi kemanusiaannya. Banyak contoh dimana seseorang dibesarkan oleh selain manusia, dan ia berkembang menjadi hewan yang tidak jauh berbeda dengan binatang lain.

Perbedaan pengetahuan, minat, latar belakang dan fisik menyebabkan perbedaan tujuan antara satu individu dengan individu lainnya. Perbedaan tujuan tidak selalu membuat manusia saling berlawanan. Dengan pikirannya manusia bisa mengkombinasikan tujuan yang berlainan. Dalam suatu masyarakat tujuan jangka panjang antara individu satu dan lainnya berbeda. Ada yang menginginkan untuk dihormati orang lain, ada yang ingin ketentraman hati, ada yang ingin memiliki harta melimpah dan sebagainya. Mereka dapat hidup bersama dan membantu satu sama lain, disadari ataupun tidak. Begitu juga dengan perbedaan jangka pendeknya. Antara orang yang mempunyai tujuan mencari uang, orang yang mencari ilmu, orang yang mencari teman dapat bekerja sama.

Perbedaan yang terdapat pada satu individu dengan individu lain memungkinkan adanya percepatan gerak. Perbedaan pengetahuan, minat, latar belakang maupun fisik memudahkan kita untuk memenuhi kebutuhan kita. Ada petani yang memenuhi kebutuhan makan kita, ada pengusaha pakaian yang memenuhi kebutuhan sandang kita, ada guru yang memenuhi kebutuhan pengetahuan kita dan lain sebagainya. Tanpa perbedaan individu satu dengan yang lain justru akan mempersulit kehidupan manusia.

Perbedaan tujuan individu satu dengan individu lain dapat menghasilkan tujuan bersama. Tujuan bersama merupakan tujuan umum yang di dalamnya terdapat tujuan-tujuan individu yang ada di dalamnya. Sebuah organisasi yang didirikan untuk melayani kebutuhan masyarakat misalnya, didalamnya terkandung tujuan-tujuan pribadi anggotanya yang beraneka ragam seperti mencari pengalaman, mencari teman, mencari uang dan lain-lain.

Tujuan-tujuan yang diharapkan oleh seseorang mustahil dicapai bila ia tidak melakukan apapun. Ketika seseorang memiliki tujuan maka itu berkonsekuensi bagi dirinya untuk berusaha. Ia harus senantiasa memposisikan diri sebagai subyek yang melakukan usaha untuk memenuhi keinginannya. Orang lain memiliki posisi

(18)

sebagaimana dirinya. Orang lain akan membantu jika hal itu juga dapat memenuhi kebutuhannya, dengan kata lain menguntungkan bagi dirinya , di masa sekarang atau mendatang.

Adanya kesadaran bahwa individu lain juga memiliki kebutuhan sendiri, maka seorang manusia tidak dapat mengabaikan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Hal itu disebabkan karena pemenuhan kebutuhan kita bergantung pada pemenuhan kebutuhan individu yang lain. Oleh karena itu, dalam suatu hubungan kerja sama, disukai atau tidak seorang individu harus bersedia untuk melakukan tugas-tugasnya jika ia mengharapkan sesuatu dari kerja sama tersebut. Misalnya seseorang yang menginginkan ilmu dari suatu training harus membayar biaya training, disukai atau tidak.

Namun dari sebuah kerja sama terkadang ada beberapa kelompok atau individu yang dirugikan. Adalah pilihan bagi pihak yang merasa dirugikan untuk membatalkan kerja sama, melawan memperbaiki atau menerima. Kerja sama yang baik adalah kerja sama dimana semua pihak diuntungkan dengan keuntungan yang adil bagi tiap-tiap individu maupun kelompoknya.

Yakin Usaha Sampai !!!

METODOLOGI DISKUSI

Manusia sebagai makhluk sosial tentu membutuhkan adanya hubungan dengan manusia lain. Tidak hanya hubungan secara fisik saja tapi juga hubungan ide diantara mereka. Hubungan ide antara satu manusia dengan manusia lain disebut sebagai komunikasi.

Dalam proses komunikasi, seseorang mengirimkan pesan kepada penerima pesan dengan harapan adanya reaksi terhadap pesan tersebut. Jadi komunikasi akan terjadi jika terdapat tiga hal yaitu pengirim pesan, pesan itu sendiri dan terakhir penerima pesan.

Pesan merupakan ide / pikiran manusia yang didapat melalui berbagai cara. Ada secara inderawi, ada secara akli, intuisi dan lain sebagainya. Ide yang ada merupakan cerminan dari realitas yang ada. Tak mungkin ide manusia merupakan cerminan dari yang tiada. Yang tiada tak mungkin memberikan efek, termasuk efek terhadap pengetahuan manusia.

Untuk memudahkan manusia dalam berpikir, manusia melakukan abstraksi terhadap cerminan dari realitas. Abstraksi tersebut dinamakan dengan bahasa. Bahasa terdiri atas simbol-simbol yang menggambarkan konsepsi manusia tentang realitas.

Dalam komunikasi, simbol-simbol tersebut bersifat material agar bisa diindera oleh penerima pesan sehingga bisa ditanggapi olehnya. Simbol yang merupakan alat komunikasi tersebut merupakan kesepakatan masyarakat, sehingga ia bisa digunakan

(19)

bersama-sama dan komunikasi dapat mencapai tujuannya. Jika simbol yang digunakan oleh berbeda antara pengirim peesan dan penerima pesan maka komunikasi akan gagal, ide yang ingin disampaikan oleh pengirim pesan tidak dimengerti oleh penerima pesan.

Begitu juga dengan pemaknaan terhadap simbol yang sama, ia harus disepekati bersama oleh pengirim dan penerima pesan. Jika makna suatu simbol tidak sama antara yang dimaksud oleh pengirim pesan dan yang dimengerti oleh penerima pesan, maka komunikasi akan gagal. Contoh yang sering diceritakan adalah pemaknaan ka “atos” antara orang Jawa dengan orang Sunda. Orang Jawa memaknai “atos” dengan makna keras, sedangkan orang Sunda memaknai sebagai makna “sudah”.

Jadi dalam suatu komunikasi harus ada kesamaan bahasa dan makna yang dipakai / dipahami oleh pengirim pesan dan penerima pesan. Selain itu, bahasa juga harus menunjuk pada realitas yang sama. Jika ada komunikasi menggunakan kata “kucing” dengan makna yang sama tetapi realitas yang ditunjuk berbeda, maka komunikasipun akan gagal. Jadi dalam suatu komunikasi dapat disimpulkan harus ada kesesuaian antara bahasa, pikiran dengan realitas yang dimaksudkan.

Sebagian orang mengatakan bahwa pemaknaan terhadap suatu simbol oleh seseorang tidak sama dengan orang lain. Begitu juga dengan penunjukan suatu makna terhadap suatu realitas. Sehingga mereka menyimpulkan bahwa kebenaran menurut seseorang tidak sama dengan kebenaran menurut orang lain. Dengan kata lain, kebenaran bernilai relatif. Pemahaman demikian tidaklah tepat. Jika demikian adanya, maka seseorang tidak dapat memastikan kebenaran. Sehingga apapun yang dikomunikasikan tidak akan pernah sesuai dengan tujuan berkomunikasi. Lalu, bagaimana dengan pernyataan-pernyataan mereka?. Konsekuensinya, apapun yang mereka ucapkan harus diabaikan.

Antara satu manusia dengan manusia lain memang memiliki perbedaan. Namun harus diketahui juga bahwa antara mereka juga memiliki kesamaan. Kesamaan antara satu orang dengan orang lain adalah dalam kaidah-kaidah berpikirnya, misalnya. Tidak mungkin ada interaksi, dalam hal ini komunikasi jika tidak ada kesamaan antara satu dengan lainnya. Selain itu, kesamaan pikiran antara manusia satu dengan yang lainnya bisa dihasilkan melalui kesepakatan-kesepakatan. Misalnya kesepakatan bahwa kata “manusia” digunakan untuk mewakili hewan yang berpikir.

Dalam berkomunikasi, yang dimaksud dengan pesan adalah pikiran yang dinyatakan oleh pengirim pesan. Maka membicarakan tentang kebenaran pikiran merupakan suatu hal yang diperlukan. Komunikasi akan berjalan dengan baik jika pesan (pikiran) bernilai benar.

Kebenaran suatu pikiran haruslah memenuhi dua syarat yaitu syarat bentuk dan syarat isi. Syarat bentuk berkaitan kesesuaian susunan-susunan pikiran dengan kaidah berpikir manusia. Sedangkan syarat isi berkaitan dengan kesesuaian dengan realitas (kenyataan). Kebenaran bentuk diuji secara deduktif sedangkan kebenaran isi diuji dengan metode induktif.

Kaidah berpikir manusia secara garis besar dibagi menjadi tiga yang dikenal dengan Prima Principia. Ketiga hal tersebut adalah:

1.

Prinsip identitas

(20)

2. Prinsip non-kontradiksi

Prinsip ini menyatakan bahwa sesuatu bukan selain sesuatu itu:; A bukan selain A; A tidak sama dengan selain A.

3. Prinsip Menolak kemungkinan ketiga.

Prinsip ini menyatakan bahwa pikiran manusia hanya bisa menunjuk sesuatu atau selainnya saja. Sesuatu atau selainnya saja; A atau selain A.

Kaidah-kaidah berpikir manusia diatas merupakan bentuk konsistensi pikiran terhadap pikiran sebelumnya. Sedangkan kebenaran isi merupakan bentuk konsistensi pikiran terhadap kenyataan yang dimaksud oleh pikiran tersebut. Kesalahan pesan dalam sebuah komunikasi dapat dikategorikan menjadi dua; yaitu kesalahan yang tidak disadari dan ksalahan yang disadari. Kesalahan yang disadari biasa disebut dengan kebohongan.

Kebutuhan manusia akan pengetahuan adalah kebutuhan yang sangat mendasar. Kebutuhan ini sangat menentukan keberhasilan kehidupan seorang manusia. Pengetahuan digunakan manusia untuk menentukan tujuan dan cara mencapai tujuan. Tanpa pengetahuan kehidupan manusia menjadi tidak berarti.

Keterbatasan seorang manusia untuk mendapatkan pengetahuan tak mungkin dapat memenuhi kebutuhannya yang sangat banyak. Keterbatasan fisik, latar belakang, waktu, dan tempat misalnya menyebabkan pengetahuan yang didapatkan juga terbatas. Sehingga ia membutuhkan yang lain untuk melengkapi kekurangannya. Ia membutuhkan pengetahuan orang lain untuk memenuhi kenutuhannya akan pengetahuan.

Diskusi merupakan metode untuk mendapatkan pengetahuan baru. Pengetahuan seseorang yang didapatkannya di luar diskusi disampaikan kepada peserta diskusi lain sehingga peserta diskusi akan mendapatkan pengetahuan baru. Namun pengetahuan baru tersebut tidak dapat langsung dibenarkan. Ia harus diuji terlebih dahulu baik dari segi bentuk maupun dari segi isi. Sehingga pengetahuan yang disampaikan dapat dipastikan kebenarannya.

Untuk berjalannya proses diskusi degan baik maka ada syrat-syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syarat tersebut adalah;

1. Adanya perbedaan

Karena tujuan diskusi adalah untuk mendapatkan pengetahuan baru maka harus ada perbedaan pengetahuan antara satu dengan yang lainnya tentang sesuatu yang didiskusikan.

2. Adanya kesamaan

Hubungan dalam hal ini adalah hubungan pikiran satu orang dengan orang lain hanya akan terjadi jika ada kesamaan. Kesamaan ini bisa berupa kesamaan prinsip berpikir, kesamaan bahasa yang dipahami, masalah yang dibicarakan maupun kesamaan tujuan. Jika seseorang berdiskusi namun tujuannya bukan untuk mendapatkan pengetahuan baru yang benar, misalnya untuk memaksakan pendapatnya, maka diskusi tidak akan berjalan dengan baik.

Selain kesamaan yang disebutka di atas, harus ada kesamaan juga dalam menilai kebenaran suatu pemikiran. Kriteria kebenaran yang harus disepakati adalah; 1. Kebenaran bersifat universal

(21)

Kebenaran suatu pemikiran harus bernilai universal, artinya berlaku untuk kapanpun dan dimanapun. Jika tidak demikian maka peserta diskusi yang tempat dan waktu mendapatkan pengetahuan baru tersebut berbeda tidak dapat menerima kebenaran tersebut.

2. Kebenaran bersifat mutlak

Tanpa pandangan tersebut, maka diskusi akan sis-sia. Apapun pengetahuan baru yang ada dalam sebuah diskusi tidak dapat diterima sebagai kebenaran. Sehingga semua perkataan yang dikemukakan dalam sebuah diskusi tidak berbeda dengan kebohongan, ketidakwarasan dan omong kosong.

3. Kebenaran bersifat manusiawi

Artinya bahwa pengetahuan yang disampaikan secara alamiah dapat diterima atau dimengerti oleh manusia. Tak perlu ada rekayasa seperti melalui bujukan, paksaan atau paksaan. Jika ada rekayasa seperti itu maka perlu dipertanyakan kebenarannya. Kebenaran akan diterima jika hal itu memang sebuah kebenaran, diakui secara lisan atau tidak.

4. Kebenaran bersifat argumentatif

Dalam sebuah diskusi, pembuktian terhadap kebenaran sebuah pendapat atau pengetahuan baru harus dimiliki. Argumentasi digunakan untuk menjelaskan proses mendapatkan pengetahuan baru tersebut sehingga orang lain dapat menilai kebenarannya dari proses tersebut.

Argumentasi adalah proses bergeraknya suatu pengetahuan yang menjadi patokan menuju pengetahuan baru (kesimpulan). Dalam menilai kebenaran dan keabsahan argumentasi, ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama adalah kebenaran dari isi pengetahuan yang menjadi pijakan. Kedua adalah keabsahan penyusunan pengetahuan-pengetahuan pijakan menjadi suatu kesimpulan (proses pengambilan kesimpulan).

5. Kebenaran bersifat ilmiah

Ini dimaksudkan agar kebenaran suatu pengetahuan dapat dibuktikan oleh orang lain bahwa pengetahuan tersebut sesuai dengan kenyataan yang ada. Kebenaran yang tidak dapat dibuktikan oleh orang lain tidak dapat didiskusikan. Artinya bahwa kebenaran tersebut tidak dapat dihukumi untuk orang lain.

Dalam sebuah diskusi terkadang terdapat alasan tentang suatu pendapat yang bukan merupakan argumentasi, yang disebut dengan pebenaran. Pembenaran biasanya dilakukan dengan mengandalkan emosi, otoritas, ketakutan atau sekedar kekeliruan berpikir. Contoh dari pembenaran adalah sebuah pernyataan “Jangan masuk HMI!” “karena senior saya bilang begitu”, atau “karena beberapa alumni HMI menjadi politikus” atau “karena anak HMI jarang pake baju koko” dan lain sebagainya.

Sebagaimana dikatakan diatas bahwa diskusi dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan baru. Sedangkan pengetahuan dibutuhkan untuk menentukan tujuan dan cara mencapai tujuan. Maka pengetahuan hanya bernilai jika digunakan untuk hal itu. Pengetahuan yang tidak digunakan bearti suatu kesia-siaan. Kesia-siaan adalah suatu kerugian. Kebodohan manusia dikategorikan menjadi dua yaitu kebodohan karena tidak adanya pengetahuan dan kebodohan karena tidak menggunakan pengetahuan yang dimiliki.

(22)

Yakin Usaha Sampai!!!

FILSAFAT ILMU

Dalam berpikir manusia pasti mengacu pada pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. Berpikir berarti proses bergeraknya suatu pengetahuan menuju pengetahuan lain. Sehingga dapat dipastikan bahwa semua pengetahuan memiliki dasar. Jika yang menjadi dasar dari suatu pengetahuan tidak dapat diterima kebenarannya maka semua pengetahuan yang berpijak pada hal tersebut juga tidak dapat diterima kebenarannya.

Penelaahan atau pengkajian terhadap apa-apa yang menjadi dasar dari pikiran manusia disebut dengan filsafat. Dari pengertian tersebut maka filsafat mempunyai karakteristik berpikir secara mendasar tentang segala sesuatu sampai kepada akar permasalahannya sehingga diketahui hakikat dari segala sesuatu yang dikaji. Karena filsafat membahas hal yang mendasar filsafat sering disebut sebagai The Mother of science (ibunya ilmu)

Ilmu adalah sekumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang suatu objek tertentu. Sedangkan pengetahuan adalah tercerminnya suatu realitas dalam benak atau pikiran manusia. Dengan demikian kita dapat mengartikan bahwa Ilmu Ekonomi adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang upaya manusia memenuhi kebutuhannya dengan sumber daya yang ada.

Filsafat Ilmu dengan demikian dapat kita artikan sebagai penelaahan atau pengkajian secara mendalam terhadap dasar-dasar suatu ilmu. Hal ini sangat penting, sebagaimana dikatakan di atas jika yang menjadi dasar suatu ilmu tidak dapat dibenarkan maka apapun yang ada diatasnya (yang merujuk) kepadanya juga tidak dapat dibenarkan. Ibaratnya adalah suatu bangunan yang berdiri diatas pondasi yang lemah maka bangunan itu akan runtuh.

Dalam pembahasan filsafat ilmu ada tiga segi yang dibahas yaitu ; Ontologi (Apa yang menjadi obyek suatu imu), Epistemologi (cara mendapatkan ilmu), dan Aksiologi (Untuk apa ilmu tersebut?).

Ontologi

Ontologi membahas tentang apa yang diketahui oleh manusia. Karena tak mungkin yang tiada memberikan efek pada pikiran manusia, maka pasti yang tercermin dalam pikiran manusia adalah suatu realitas. Realitas (kenyataan) adalah segala sesuatu yang ada. Untuk memudahkan pemahaman manusia, kenyataan diidentifikasi menjadi dua hal yaitu kenyataan yang bisa diukur oleh manusia dan yang tidak bisa diukur oleh manusia. Yang bisa diukur secara kuantitatif oleh manusia disebut sebagai kenyataan materi, sedangkan kenyataan yang tidak bisa diukur secara kuantitatif manusia disebut sebagai kenyataan non-materi.. Dengan kata lain materi adalah kenyataan yang bisa diindera dan non materi adalah sebaliknya.

Realitas materi mempunyai banyak ciri-ciri yaitu; 1. Terbatas ruang dan waktu

2. Dapat dibagi

(23)

4. Memiliki ukuran kuantitatif / dapat diukur secara kuantitatif

Contoh dari realitas materi adalah kursi, mobil, pesawat, darah, atom dan lain sebagainya.

Realitas materi mempunyai ciri kebalikan dari materi. Contoh dari realitas non-materi adalah akal, jiwa, pikiran dll.

Pentingnya pembahasan ontologis berkaitan dengan pembuktian kebenaran pikiran dari isi yang dikandung oleh pikiran. Apakah sebuah pengetahuan sesuai dengan realitas atau tidak. Jika tidak maka pengetahuan tersebut bernilai salah.

Selain itu ontologi juga digunakan untuk menetapkan batas-batas dari obyek pengetahuan atau ilmu yang sedang dibahas. Jika obyeknya adalah materi maka batasannya juga harus materi. Jika obyeknya non materi maka batasannya juga non-materi.

Dengan mengetahui hakikat dari apa yang kita bahas maka kita dapat menghukumi bahasan kita dengan hakikat yang kita ketahui. Jika kita membahas tentang kursi misalnya, maka kita dapat menghukumi kursi dengan hakikat-hakikat kursi itu, misalnya bahwa kursi mempunyai berat, luas, dapat dibagi dan lain sebagainya. Epistemologi

Epistemologi membahas tentang bagaimana seorang manusia mendapatkan pengetahuan. Pentingnya pembahsan ini berkaitan dengan apakah suatu ilmu apakah ia dididapat dengan cara yang bisa didapatkan orang lain atau tidak. Jika tidak dapat diketahui orang lain maka pengetahuannya tidak dapat dipelajari oleh orang lain. Secara garis besar, dalam epistemologi cara mendapatkan pengetahuan ada dua yaitu secara ilmiah dan secara tidak ilmiah. Pengetahuan secara ilmiah bukan berarti lebih benar dari pengetahuan secara tidak ilmiah. Pembagian ini hanya didasarkan pada dapat atau tidaknya semua orang memperoleh pengetahuan tersebut.

Pengetahuan secara ilmiah didapat melalui dua hal yaitu secara rasional dan secara empiris. Pengetahuan secara rasional berkaitan dengan cara mendapatkan pengetahuan berdasarkan kaidah-kaidah berpikir. Sedangkan pengetahuan secara empiris berkaitan dengan apakah suatu pengetahuan sesuai dengan kenyataan empirik. Semua manusia dapat melakukan kedua hal tersebut karena semua manusia memiliki potensi akal sekaligus potensi inderawi. Potensi akal manusia mutlak sama. Sedangkan potensi inderawi manusia tidak mutlak sama tetapi mempunyai kemiripan yang erat.

Pengetahuan yang didapatkan secara tidak ilmiah bisa terjadi dengan berbagai cara seperti melalui wahyu, intuisi, perasaan dan informasi dari orang yang dipercaya. Pengetahuan yang didapatkan dengan cara ini tidak dapat dipelajari oleh semua orang. Ia membutuhkan kebenaran ilmiah untuk meyakinkan orang-orang yang tidak mengalami hal yang sama dengan orang yang mempercayainya.

Aksiologi

Aksiologi membahas tentang nilai suatu pengetahuan. Nilai dari sesuatu tergantung pada tujuannya. Maka pembahasan tentang nilai pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari tujuannya. Masing-masing manusia memang mempunyai tujuan sendiri. Namun pasti ada kesamaan tujuan secara obyektif bagi semua manusia. Begitu juga dengan pengetahuan. Semua pengetahuan memiliki tujuan objektif.

(24)

Tujuan dari pengetahuan adalah untuk mendapatkan kebenaran. Maka nilai dari pengetahuan atau ilmu adalah untuk mendapatkan kebenaran. Hal ini terlepas dari kebenaran yang didapatkan untuk tujuan apa. Apakah untuk memperbaiki atau untuk merusak diri.

Dalam penilaian sebuah kebenaran ada dua pandangan yang berbeda. Pertama adalah pandangan bahwa kebenaran bersifat mutlak. Pandangan ini disebut sebagai absolutisme. Pandangan kedua menyatakan bahwa kebenaran bersifat relatif (Relativisme).

Pembahasan tentang aksiologi begitu penting karena jika pengetahuan yang didapatkan manusia tidak dapat dipastikan atau dimutlakkan kebenarannya, maka bagaimana mungkin manusia dapat menyusun sebuah ilmu?. Bagaimana pula manusia akan menentukan pilihan jika antara satu pilihan dengan pilihan lain bernilai sama, yaitu relatif?

Pengertian relatif adalah jika sesuatu memiliki nilai yang berubah-ubah jika dibandingkan dengan sesuatu yang berbeda-beda. Misalnya 5 meter akan relatif panjang jika dibandingkan dengan 1 meter dan juga relatif pendek jika dibandingkan dengan 10 meter. Ketika manusia berpikir, maka pembanding dari pikiran tidak berubah-ubah yaitu kenyataan itu sendiri. Sehingga suatu pengetahuan hanya akan dihukumi dengan nilai benar atau salah. Jika suatu pengetahuan sesuai dengan realitasnya maka pengetahuan tersebut benar, begitu juga sebaliknya. Pembandingan kebenaran suatu pengetahuan dengan pengetahuan lain yang berbeda-beda akan bernilai relatif.

Bismillahirrahmanirahiim

Kerangka Umum

Rekonstruksi Nilai Dasar Perjuangan (NDP) Himpunan Mahasiswa Islam

I. Latar Belakang

Pada awalnya, NDP adalah kertas kerja pengurus Himpunan Mahasiswa Islam periode 1996 –1969. kertas kerja itu disusun oleh Nurcholish Madjid. Saat itu, ia sedang menjabat ketua umum PB HMI. Pembuatan konsep NDP ini, dikarenakan Cak Nur – panggilan akrabnya – merasa iri dengan kaum muda Marx yang mempunyai buku saku yang berisi ajaran Marxisme. NDP diilhami juga oleh perjalanan Cak Nur ke luar negeri (atas undangan pemerintah Amerika Serikat).

Nurcholish melihat, di kalangan mahasiswa Amerika Serikat sedang bangkit gerakan New Left. Selama di luar negeri itulah (selain AS, dia juga mengunjungi beberapa negara Timur Tengah), ia melihat dan mempelajari gerakan kemahasiswaannya. Pada mulanya NDP dimaksudkan sebagai buku saku kader sekaligus sebagai ideologi HMI. Draft NDP, kemudian dipresentasikan di forum kongres IX di malang Jawa Timur tahun 1969. diakui Cak Nur, bahwa pembuatan kertas kerja terburu-buru. Kongres itu menghasilkan keputusan bahwa kertas kerja itu harus disempurnakan. Maka ditunjuklah tiga orang untuk menyusunnya. Mereka adalah Nurcholish Madjid, Endang Saefudin Anshari. (Alm) dan Syakib Mahmud.

(25)

Kongres selanjutnya di Palembang Sumatera Selatan tahun 1971, NDP disahkan sebagai simplesitas ajaran Islam versi HMI atau style pemahaman kader HMI terhadap ajaran Islam. NDP memuat tujuh tema pokok, yaitu Dasar-dasar Kepercayaan, Pengertian-pengertian Dasar tentang Kemanusiaan, Keharusan Universal (takdir) dan Kebebasan Berusaha (ikhtiar), Ketuhanan yang Mahaesa dan Perikemanusiaan, Individu dan Masyarakat, Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi, Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan.

Pertama kali dirumuskan NDP bernama Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP). Seiring dengan perjalanan waktu dan pemaksaan struktural dari rezim orde baru, maka NDP berubah menjadi NIK – tanpa merubah substansinya – pada kongres XVI di Padang Sumatera Barat tahun 1986 sebagai implikasi dari perubahan azas dalam anggaran dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) HMI. Secara implisit perubahan nama NDP ke NIK dan penggantian azas organisasi dari Islam menjadi pancasila adalah adanya reorientasi gerakan HMI dari ideologis ke intelektualis (dari Struktural-formalistik ke substansial kultural). Meskipun, kemudian setelah bergulirnya reformasi dan runtuhnya rezim orde baru diubah kembali menjadi NDP.

Dengan frame di atas, NDP diharapkan menjadi pertama, substansi spirit ajaran Islam Khas HMI. Kedua, komposisi dan formulasi ideal dan utuh dari makna iman, ilmu dan amal. Karena itu NDP dapat dipahami sebagai sarana pokok dan utama untuk mewujudkan kemanusiaan dan kemasyarakatan universal. Ketiga, NDP adalah paham sekaligus keyakinan berpikir HMI yang dapat menjadi landasan dan energi utama anggota HMI dalam mewujudkan misinya. Keempat, NDP adalah landasan etis dan normatif setiap kader HMI untuk mencapai tujuannya.

II. Landasan filosofis

Sebagai sebuah ideologi, NDP harus senantiasa dikritisi untuk mendapatkan sebuah pandangan dunia (world-view) yang lebih kokoh dan dinamis. Dari ideologi-lah perilaku penganut muncul sebagai bentuk elaborasinya. Sebagai nilai dari etos yang ada dan berkembang, ideologi sangat dipengaruhi oleh setting sosial yang berkembang. Selama hampir 30 tahun, materi NDP tidak mengalami perubahan padahal perkembangan paradigma berpikir terjadi sangat pesat. Artinya, konsep yang telah ada harus dikaji ulang dengan paradigma yang berkembang. Pada tataran filosofis, objektivitas adalah acuan yang harus dikedepankan. Sehingga, ketika konsep tadi irrelevan dengan perkembangan pemikiran yang ada, maka mesti ada inisiatif untuk merekonstruksinya.

III. Landasan Teologis

Tidak ada sesuatupun di dunia yang harus dianggap sakral dan final. Sebab pada tataran sosiologis, ruang manusia adalah frame epistemologi. Mengkritisi dan melengkapi sesuatu adalah hal yang normal dan alami selama untuk kebaikan dan menuju kebenaran universal. NDP bukanlah revealed religion yang mengandung kebenaran mutlak dan absolut. Minderisme dalam konteks pengembangan peradaban

(26)

manusia harus dihilangkan. Hal ini akan mengakibatkan pengkultusan, truth claim, dan justifikasi yang krusial.

NDP adalah hasil ijtihad sekelompok orang. Refleksi terhadap doktrin adalah sah dan tidak dilarang, selama tidak melanggar kaidah-kaidah yang ada. Sama halnya dengan dengan adanya kewajiban-kewajiban bagi setiap orang untuk memperbaiki interpretasi tersebut, selama ia mampu. Itu penting dilakukan untuk menghindarei sakralisasi NDP sekaligus untuk membuktikan bahwa doktrin Islam senantiasa aktual dan relevan menjawab tantangan zaman.

IV. Landasan Konstitusional

Sebagai organisasi yang mengatasnamakan intelektual (pasal 5 Anggaran Dasar HMI) dan kaderisasi ( pasal 9 Anggaran Dasar HMI), HMI mesti senantiasa bergerak sesuai dengan strenght yang dituntut. AD/ART tidak mengharamkan perubahan apapun di dalam organisasi. Tetapi justru mendorong untuk senantiasa kreatif dan dinamis menemukan kebaikan dan kebenaran universal (pasal 6 Anggaran Dasar HMI). V. Landasan Material

Materi NDP Cenderung Sulit dipahami, disebabkan oleh beberapa kemungkinan, antara lain :

1. Materi memang sulit dipahami. Adalah hal wajar bila kemudian tidak sembarang orang yang dapat memahaminya. Bila demikian, terjadi kesenjangan antara konseptor dengan kader yang lain, sehingga terkesan sakral dan baku.

2. Dikerjakan oleh sebuah team, sehingga terjadi penumpukan ide dan gaya bahasa dari masing masing personal.

3. Banyak kata, kalimat dan paragraf yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan kata, kalimat dan paragraf lain. Sistematika pembahasan menjadi tidak jelas. Akibatnya kader dengan latar belakang intelektualnya, cenderung melakukan interpretasi-interprtasi yang sangat mungkin melahirkan pandangan berbeda.

4. Banyak kata, kalimat, dan paragraf yang tidak efektif secara tematis kebahasaan.

VI. Langkah-langkah Rekonstruksi

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, langkah langkah rekonstruksi yang mungkin dilakukan adalah :

1. Membiarkan kata, kalimat, dan paragraf dan tema yang telah ada 2. Mengubah susunan kata, kalimat, paragraf dan tema yang telah ada 3. Mengurangi, menyingkat, memotong, membuang kata, kalimat, paragraf dan

tema yang telah ada.

4. Menambah kata, kalimat, paragraf dan tema.

5. Mengoreksi beberapa konsep yang telah ada sesuai dengan paradigma berpikir yang berkembang.

(27)

VII. Urgensi Rekonstruksi

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pada tataran sosiologis tidak ada satupun sesuatu yang final, baku dan sakral. Rekonstruksi bukanlah untuk kepentingan pragmatisme-hedonistik. Namun lebih untuk menyentuh sisi-sisi yang sangat etis dan normatif. Artinya pengembangan pola pemikiran yang marketable dan aplicable adalah satu keharusan yang tidak bisa di tunda. Usaha rekonstruksi Nilai Dasar Perjuangan (NDP) Himpunan Mahasiswa Islam adalah bukti nyata kepedulian dan komitmen kader HMI terhadap apa yang dicitakan oleh HMI sendiri. Oleh sebab itu, sudah saatnya kita mencoba memperbaharui doktrin organisasi yang telah bertahan sekitar tiga puluh tahun.

Beberapa kekurang NDP awal adalah : a. Tema

Pertama, tema alam semesta tidak tereksplorasi secara komprehensif. Ia ada dan disatukan dalam bab I tentang Dasar-dasar Kepercayaan. Sehingga tidak utuh dan tidak otonom. Padahal alam semesta adalah ciptaan Tuhan yang otonom. Selain itu juga alam adalah wujud di luar manusia dan Tuhan. Maka pembahasan alam semesta mesti tersendiri sebagai sesuatu yang mesti dipahami oleh kader HMI secara integral. Kedua, tema eskatologis yang merupakan satu paket konsistensi dengan eksistensi Tuhan tidak terbahas secara luas dan mendalam. Di dalam bab I (Dasar-dasar Kepercayaan), tidak dijelaskan dengan alasan yang logis dan rasional. Artinya terjadi emaskulasi kesatuan doktrin Islam. Tawaran grand tema eskatologis bisa tersendiri ataupun tercakup di bab pertama.

Ketiga, tema kebudayaan dan peradaban belum terbahas secara maksimal. Mestinya masalah ini tercantum baik secara eksplisit ataupun implisit. Karena masalah in menyangkut seluruh aktifitas, kreatifitas dan dinamika hidup manusia berdasarkan mitos ataupun ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Keutuhan Paradigma Pembahasan

Pertama, adanya kekacauan paradigma yang digunakan, seperti antara pendekatan filosofis dengan sosiologis. Ini terjadi di dalam bab pertama sehingga mengaburkan tema dan pembahasan.

Kedua, kekurang lengkapan dan kurang sistematisnya pembahasan satu grand tema. Alurnya cenderung loncat-loncat dan dipaksakan seperti di dalam bab I (Dasar-dasar Kepercayaan) dan bab V (Individu dan Masyarakat). Hal ini juga terjadi dalam Bab II yang membahas Pengertian-pengertian Dasar tentang Kemanusiaan. Selain itu ada pembahasan yang tidak jelas dari segi tema yang di sodorkan seperti tercantum dalam bab VI (keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi), Bab III (Keharusan Universal dan Kebebasan Berusaha), bab IV (Ketuhanan Yang Maha Esa dan Perikemanusiaan). Sedangkan pada bab VII (Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan) terkesan sebagai bab terpisah, karena sangat tidak jelas hubungannya.

(28)

Dengan pertimbangan di muka, maka bab-bab NDP yang kami susun adalah sebagai berikut :

Prolog NDP :

a. Pengertian dan urgensi NDP bagi Kader HMI b. Sejarah perumusan NDP.

c. Substansi NDP.

Bab I Dasar-dasar Kepercayaan

Bab II Pengertian-pengertian Dasar tentang Kemanusiaan Bab III Kemanusiaan dan Prinsip-prinsip Dinamika Alam Semesta Bab IV Keharusan Universal (Takdir) dan Kebebasan Berusaha (Ikhtiar) Bab V Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan

Bab VI Individu dan Masyarakat

Bab VII Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi Bab VIII Kemanusiaan dan Peradaban

Demikianlah, konsep Rekonstruksi NDP ini kami susun untuk kebaikan dan kemajuan organisasi yang kita cintai ini. Akhirnya kami kembalikan semuanya kepada Dia Sang Pencerah, Sang Pengadil-lah yang akan memberikan reward and punishment sesuai dengan hukum-hukum-Nya.

Wallahu’alam bishawab.

KONSEP REKONSTRUKSI NILAI DASAR PERJUANGAN

BAB I

DASAR-DASAR KEPERCAYAAN

Manusia adalah makhluk percaya. Setiap manusia pada dasarnya memiliki pengetahuan (knowledge) tentang keberadaan dirinya (prinsip Non Kontradiksi) secara intuitif (common sense), sebagai produk akal (aql/intelect) yang berfungsi untuk mengetahui benar salah sesuatu. Dengan bekal ini, manusia berpotensi memiliki pengetahuan baru melalui aktivitas berpikir yang kemudian melahirkan kepercayaan/keyakinan.

Dengan prinsip kausalitas yang dimilikinya secara aksiomatis (badihi), manusia menyadari adanya hubungan kausal antara realitas satu dengan realitas lainnya. Kesadaran untuk mengetahui realitas hakiki mengantarkannya pada pemahaman bahwa berkepercayaan yang benar adalah syarat mesti untuk mencapai kesempurnaan. Berkepercayaan yang salah, atau dengan cara yang salah, tidak akan menggiring manusia pada kesempurnaan. Di lain pihak, sikap tidak peduli untuk berkepercayaan benar adalah tipikal kebinatangan. Manusia harus menelaah secara obyektif dasar-dasar kepercayaannya dengan segala potensi yang dimilikinya.

(29)

Sebagai sebuah maujud, makhluk tak sempurna, bermateri dan keberadaannya bergantung penuh dengan yang lain (being/maujud), manusia mempunyai hasrat dan cita-cita untuk menggapai kebenaran dan kesempurnaan mutlak, bukan nisbi. Manusia memerlukan kebergantungan asali pada dzat Maha Sempurna (Al-Illah), yang bukan sekedar tempat bergantung (ilah), karena bergantung pada sesuatu yang tidak sempurna merupakan kesia-siaan. Sesuatu yang tidak sempurna mustahil memberikan kesempurnaan pada selainnya. Untuk mempercayai (mengimani) Dzat Mahasempurna itu, dipelukan argumentasi aqliah yang terbuka dan tidak dogmatis. Meski pun dalam kadar minimal.

Sedangkan dzat Mahasempurna itu, yang menjadi tempat manusia bergantung, adalah non materi, sederhana (basith), dan tungggal (ahad). Keberadaan-Nya tidak bergantung pada yang lain. Dia ADA (wujud) bukan karena suatu ciptaan. ADA adalah ADA itu sendiri. Sampai kapan pun, ADA tidak akan identik dengan TIADA (Nothingness). ADA itu ADA dengan sendirinya, dan mempunyai efek. TIADA, yang tidak berefek, mustahil dapat meng-ADA-kan.

Maka barang siapa melekatkan suatu sifat kepada-Nya, sama saja dengan seseorang yang menyertakan sesuatu dengan-Nya. Dan barang siapa menyertakan sesuatu dengan-Nya, maka ia telah menduakan-Nya. Dan barang siapa menduakan-Nya, maka ia telah memilah-milahkan Dzat-Nya. Dan barang siapa memilah-milahkan-Nya, maka sesungguhnya ia tidak mengenal-Nya. Dan barang siapa tidak mengenal-Nya, maka ia melakukan penunjukan tentang-Nya. Dan barang siapa melakukan penunjukan tentang-Nya, maka ia telah membuat batasan tentang-Nya. dan barang siapa membuat batasan tentang-Nya sesungguhnya ia telah menganggap-Nya berbilang.

Ungkapan “Mahabesar Dia” harus disertai dengan pemahaman bahwa sesungguhnya dia lebih besar dari konsepsi apapun tentang kebesaran-Nya. demikian pula, ungkapan “Mahasuci Dia” harus disertai dengan pemahaman bahwa sesungguhnya Dia lebih suci dari konsepsi apapun tentang kesucian-Nya. Upaya makhluk dalam menjangkau-Nya menyiratkan bahwa pada dasarnya seluruh makhluk diciptakan-Nya sebagai manifestasi-Nya (inna li Llahi) yang akan kembali kepada-Nya (wa inna ilaihi rajiun).

Keinginan merefleksikan ungkapan terima kasih dan beribadah kepada-Nya Yang Mahaesa menyiratkan kesadaran bahwa Dia yang Mahaadil mesti membimbing seluruh makhluk tentang cara yang benar dan terjamin dalam berhubungan dengan-Nya. Proses bimbingan ini berjalan sesuai dengan kadar setiap makhluk. Pada tingkatnya yang tertinggi, suatu hubungan supra rasional terjalin khusus kepada hamba-hamba-Nya yang memiliki ketinggian spiritual (wahyu).

Bimbingan yang terus-menerus dari Tuhan yang Mahabijaksana kepada makhluk-Nya dan kebutuhan abadi makhluk akan bimbingan kemudian melahirkan sosok

(30)

pembimbing pembawa risalah-Nya (rasul) untuk setiap bangsa (umat) sebagai bentuk hak prerogatif Tuhan. Rasul adalah cerminan Tuhan di alam. Ia tidak pernah berkata dan berbuat kecuali dalam naungan wahyu ilahi. Pengetahuan ketuhanan dan spiritualitasnya yang maksimal menyebabkannya terjaga dari dosa (ma’shum). Perbuatan dosa hanya akan teraktualisasi oleh mereka yang tidak mempunyai pengetahuan penuh tentang-Nya. karenan itu, ketundukan, kepatuhan dan kecintaan kepada Rasul merupakan tahapan selanjutnya dari kepatuhan dan kecintaan kepada Tuhan.

Pembuktian kebenaran rasul manusia ditunjukkan dengan kejadian-kejadian kasat mata luar biasa (mukjizat) yang mustahil dapat diikuti oleh manusia lain. Pemberian ini berfungsi sebagai penambah keimanan dan bukti tambahan bagi siapa saja yang tidak mau beriman kepada Tuhan dan rasul-Nya. Keimanan kepada rasul berimplikasi kepada kepercayaan kepada apapun yang dikatakan dan diperintahkannya.

Manusia terbatas dan tidak mungkin mewujudkan seluruh keinginan idealnya seperti kebahagiaan, keabadian, dan kesempurnaan yang berlandaskan nilai-nilai ketuhanan di dalam kehidupan dunia yang bersifat temporal ini. Di sisi lain, ia menyadari bahwa seluruh perilaku kebaikan dan kejahatan di dunia, yang membuahkan pahala dan dosa, harus mendapatkan ganjaran dari Tuhan. Hari akhir (akhirat) adalah proses perjalanan manusia yang didahului oleh kehancuran materi dan kebangkitan kembali (qiyamah) jiwa sesuatu dari satu alam ke alam lain.

Sebagai aktualisasi kecintaan dan penghambaan kepada Tuhan dan rasul-Nya, manusia memerlukan sebuah sistem nilai (agama) sebagai sandaran dan pedoman hidup. Tetapi realitas sosial menunjukkan bahwa Tuhan telah diklaim sepihak oleh berbagai agama dengan konsep, istilah dan bentuknya. Keragaman agama membawa empat kemungkinan : semua agama itu benar, semua agama itu salah, atau hanya satu agama saja yang benar.

Agama-agama yang berbeda mustahil ber-Tuhan sama mengingat perbedaan-perbedaan prinsipil pada masing-masing agama. Tingkat pluralitas suatu masyarakat dalam menerima kebenaran dan keadilan Tuhan juga meniscayakan kemustahilan untuk menghukumi semua agama itu salah. Penghakiman sepihak terhadap keyakinan yang berbeda mendudukkan agama sebagai sebuah ras dan manusia laksana Tuhan. Tetapi kelonggaran ini tidaklah nilai kebenaran sebagai sesautu yang relatif dan tidak terjangkau dalam beberapa bagiannya. Keragaman agama hanya hadir dalam wilayah sosiologis, dan bukan filosofis. Dengan demikian, manusia hanya akan memilih satu agama saja yang menurutnya paling utama dan menjamin keselamatan di banding agama lain.

Melalui kajian sejarah dan peradaban, aklamasi fitrah dan rasional tentang Tuhan (asyhadu an la Ilaha illa Allah) sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Muhamad yang mengklaim diri (tabligh) sebagai utusan Tuhan (asyhadu anna Muhamad al-Rasul Allah). Sebelumnya, ia masyhur sebagai orang yang terpercaya (al amin) karena tidak

(31)

pernah dusta (shiddiq), berpengetahuan (fathonah) meskipun tidak dapat membaca (ummi) dan dapat menjaga kepercayaan (amanah).

Ia mengajarkan bahwa langkah awal menuju keselamatan dan kesempurnaan jiwa adalah dengan melakukan kepasrahan, ketundukan dan kepatuhan (Islam) kepada kebenaran Tunggal (al Haq) dengan memperhatikan ayat-ayaNya yang terdapat di dalam kitab suci (qauliyah) dan alam raya (kauniyah). Dari sini manusia merefleksikan iman, ilmu, dan amal sebagai sebuah bangunan yang utuh dan holistik.

BAB II

PENGERTIAN-PENGERTIAN DASAR TENTANG KEMANUSIAAN

Manusia dilahirkan dengan membawa watak dan karaker yang siap menerima agama. Sekiranya ia dibiarkan berada dalam wataknya itu, niscaya ia akan sampai pada pemahaman yang semestinya terjadi pada dirinya dan menyimpangkannya dari jalannya yang benar …..dan fitri. Fitrah dan akal (intelect) merupakan bentuk keseluruhan tentang diri manusia yang secara asasi dan prinsipil membedakannya dari makhluk lainnya.

Fitrah inilah yang membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung kepada kebenaran (hanif). Hati nurani (dhamier) adalah pancaran keinginan kepada kebaikan, kesucian dan kebenaran yang terakhir, yaitu Tuhan yang Maha Esa. sementara itu akal memberikan manusia panduan ke alam alam transendensial dan meluruskan pikiran-pikiran materialistik yang mereduksi Tuhan dalam bentuk-bentuk antropomorphis dan kebendaan yang serba terbatas. Manusia selalu mengaktualiasikan nilai-nilai fitrah dan hanif melalui akalnya dengan didorong oleh semangat mencari kebenaran, kebaikan dan keindahan serta menegakkan keadilan. Pada dimensi intelektual dia senantiasa terbuka, berpengalaman luas, berpikir bebas, dan kritis konstruktif, dengan segala perubahan yang relevan dengan perkembangan kemanusiaan. Baginya tidak ada perbedaan secara dikotomis antara kegiatan ruhani dan jasmani, individu dan masyarakat, agama dan politik, ataupun dunia dan akhirat. Kesemuanya dimanifestasikan dalam suatu kesatuan kerja yang tunggal, yaitu mencari kebaikan, keindahan dan kebenaran. Perilaku-perilaku ini terefleksi dalam yang berperadaban. Untuk mengikuti kebenaran tanpa memandang dari mana datangnya sehingga kaya akan kebijaksanaan (hikmah/wisdom).

Pada dimensi sosiologis, dia mampu mendudukkan aspek ruhani di atas aspek fisiknya secara harmonis mengingat keduanya bukanlah dua kenyataan yang terpisah dan bersifat kebendaan. Baginya, kemuliaan akhirat hanya merupakan efek dari kerja di alam dunia. Kemuliaan seluruh amal perbuatannya merupakan pancaran langsung dari kecenderungan yang murni dan dilandasi oleh suatu kesadaran (ikhlas). Suatu pekerjaan yang dilakukan karena keyakinan (kesengajaan/kesadaran) akan memiliki nilai kebaikan atau keburukan. …… pekerjaan itu sendiri, bukan karena hendak memperoleh tujuan lain yang nilainya ….. (pamrih). kerja yang ikhlas mengangkat nilai

(32)

kemanusiaan bagi pelakunyadan memberikannya kebahagiaan. Dia tidak mengenal perbedaan perbedaan antara kehidupan individual dan ……… membedakan antara perorangan dan sebagai anggota masyarakat. Hak, kewajiban, serta seluruh kegiatannya adalah untuk sesama manusia

Pada dimensi psikologis, dia berkepribadian merdeka, memiliki dirinya sendiri. …… ke luar corak perorangannya dan mengembangkan kepribadian dan wataknya secara …….. Dia makhluk toleran, penahan amarah, dan pemaaf. Keutamaan itu merupakan ……. pribadi untuk senantiasa lebih diaktualkan dan dikembangkan ke arah yang lebih baik dan sempurna.

Jadi, nilai hidup manusia tergantung pada akhlak dan kerjanya yang dijalankan dengan sungguh-sungguh. Sebab, nilai-nilai tidak dapat dikatakan hidup dan berarti sebelum di realisasikan dalam bentuk aktifitas-aktifitas amalih yang konkrit.

Refleksi multi dimensional ini meniscayakan tercapainya idealisasi manusia untuk menjadi manusia manusia yang sejati (insan kamil). manusia menjadi wakil Tuhan (khalifah Allah). Di bumi ketika dalam aktualitasnya seluruh sifat sifat Tuhan termanifestasikan. Seluruh perilakunya (makhluk) tiada lain adalah perilaku (akhlaq) Tuhan (khaliq). Pada kondisi inilah manusia menjadi cerminan Tuhan serta menjadi rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin) .

BAB III

KEMANUSIAAN DAN PRINSIP PRINSIP DINAMIKA ALAM SEMESTA

Alam (nature) adalah makhluk yang berpijak pada hukum-hukum universal, teratur dan tetap. Karena alam itu bergerak teratur, dan segala sesuatu yang teratur perlu penggerak/pengatur, maka alam pasti ada penggerak/pengaturnya. Penggerak/pengatur yang tidak memerlukan penggerak lain itulah Tuhan (unmoved mover). Tuhan berbeda dengan alam. Sebab, bila Tuhan bagian dari alam, maka Tuhan pasti memerlukan pengatur yang lain. Tuhan semacam ini pastilah bukan Tuhan yang sesungguhnya.

Sebagai ciptaan Tuhan, alam bergerak sebagaimana yang telah digariskan-Nya menuju kesempurnaannya. Alam tidak terjadi secara spontan atau kebetulan. Ia berdiri di atas prinsip kausalitas yang menjadi pondasi utama hukum alam, bahwa sesuatu memerlukan sebab untuk mengada (maujud) kecuali keberadaan (wujud) itu sendiri. Sifat penting hukum alam lainnya adalah, bahwa: satu sebab yang sama akan menghasilkan satu akibat yang sama (keselarasan); secara hakiki, sebab sebenarnya semasa dengan akibat (kesemasaan), dan sebab memberikan eksistensi/keberadaan pada akibat atau akibat mengada karena sebab (relasi eksistensial).

Walaupun merupakan bagian dari alam (makrokosmos), manusia (mikrokosmos) memiliki kedudukan yang lebih tinggi karena anugerah fitrah dan akal (aql/intelect). Untuk menyingkap rahasia-rahasia alam, manusia mengaktualisasikan ilmu

(33)

(ilm/knowledge) yang dimilikinya. Artinya alam tidak dapat ditelaah kecuali dengan memahami hukum-hukum yang berlaku kepadanya.

Melalui metode ilmiah yang bersumber dari eksperimentasi, manusia memperoleh pengetahuan (science) tentang alam-alam material dengan perantaraan indera. Namun ilmu induktif empiris ini ini tidak dapat dijadikan sandaran mutlak bagi manusia sains akan berubah dan disempurnakan seiring dengan ditemukannya dalil lain yang lebih kokoh dan lebih universal.

Alam materi adalah makhluk terendah dariseluruh rangkaian penciptaan. Nilai apapun yang dihasilkan tidak mengantarkan manusia pada kesempurnaan hakiki. Anggapan satu-satunya ilmu yang berharga dan empirisisme sebagai pandangan dunia berlawanan dengan nilai-nilai ketuhanan.

Selain sains, manusia juga berpotensi menguak rahasia rahasia lain dibalik fenomena alam materi. Untuk meraih pengetahuan sempurna, pengetahuan, rasional seseorang harus dipadu dengan pengetahuan spiritual, dan pengetahuan teoritis harus dipadu dengan realisasi kesadaran yang lebih tinggi, yang merupakan karunia Tuhan. Semua ini akan didapatkan oleh orang-orang yang melakukan latihan spiritual (riyadhah) menyucikan jiwa (tazkiyatun nafs) dengan mengikuti ajaran ajaran rasul-Nya.

Pengkajian tentang hukum-hukum alam dan kesejarahan yang berlandaskan tauhid secara kontinyu, konsisten dan benar menciptakan kemudahan, kebaikan dan kesejahteraan hidup bagi diri, manusia dan lingkungan. Memahami alam secara parsial dan tidak memandanganya sebagai amanah dari Tuhan akan menumbuhkan benih-benih arogansi, pesimistik, eksploitatif dan nihilistik. Pemahaman komprehensif terhadap hukum alam semesta dan sejarah manusia akan melahirkan sikap optimistik yang kritis, konstruktif dan syukur kepada-Nya.

BAB IV

KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR) DAN KEHARUSAN UNIVERSAL (TAKDIR)

Sebagai makhluk Tuhan, manusia diberi kebebasan untuk memilih sesuatu tanpa paksaan yang didorong oleh kesadaran dan kemauan murninya (ikhtiar). Memilih adalah sebuah aktifitas yang inheren dengan kemanusiaan. Sebab, sikap atau pernyataan tidak memilih pun adalah sebuah pilihan. Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan individu sebagai manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentuakan sendiri dimana manusia berbuat sebagai pribadi yang memiliki banyak segi integral dan bebas. Manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain kecuali keinginannya sendiri.

Individualitas adalah pernyataan asasi pertama dan terakhir dari pada kemanusiaan serta letak kebenaran nilai kemanusiaan itu sendiri. Karena individu adalah penanggung jawab terakhir seluruh amal perbuatannya, maka kemerdekaan pribadi

(34)

adalah haknya yang pertama dan asasi. Namun, seklaipun kemerdekaan adalah esensi kemanusiaan, tidak berarti bahwa manusia selalu dan di mana saja merdeka. Adanya batas-batas kemerdekaan adalah suatu kenyataan dikarenakan adanya hukum hukum yang pasti dan tetap yang menguasai alam (sunnatullah).

Hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia ini sendiri tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada manusia. Tetapi, kondisi lingkungan (alam) dan fisik serta faktor-faktor humaniora (historis, sosial dan ekonomi) bersifat kondusif untuk menciptakan cara hidup tertentu, ia tidak memaksa manusia untuk berjalan pada arah tertentu itu.

Namun, bukan tidak mungkin hukum alam – sebagai keharusan universal (takdir) – tidak tersingkapkan oleh kemerdekaan pribadi untuk diwujudkan dalam konteks hidup di tengah alam dan masyarakat. Sudah tentu hubungan yang terjadi kemudian adalah bukan hubungan penyerahan. Sebab penyerahan itu berarti peniadaan terhadap kemerdekaan itu sendiri. Pengakuan akan adanya keharusan universal yang diartikan sebagai penyerahan kepadanya sebelum melakukan suatu usaha merupakan perbudakan. Pengakuan akan adanya keharusan universal diartika sebagai penyerahan kepadanya sebelum melakukan suatu usaha merupakan perbudakan. Pengakuan akan adanya keharusan universal adalah pengakuan akan adanya batas-batas kemerdekaan. Sebaliknya, persayaratan positif daripada kemerdekaan adalah pengetahuan tentang adanya kemungkinan-kemungkina kreatif manusia, yaitu tempat bagi adanya usaha bebas memilih. Jadi, manusia dapat memilih takdirnya ketika ikhtiarnya selaras dengan hukum alam, yang diketahui oleh konsepsi-konsepsi rasional maupun tidak.

Dalam pelaksanaannya, ikhtiar harus berlandaskan keikhlasan dengan semangat ilahi dan supranatural. Keikhlasan merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal dari perkembangan tidak terkekang daripada kemauan baiknya. Keikhlasan adalah gambaran terpenting daripada kehidupan manusia sejati, baik kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Dalam … pertama, amal perbuatan manusia yang baik dan yang buruk harus dipikul secara individu…….. kolektif sekaligus – yang melahirkan konsep tentang pahala dan dosa. Sedangkan dalam …….kedua, manusia tidak lagi, melakukan amal perbuatannya, melainkan hanya menerima akibatbaik dan buruknya dari amalnya di dunia secara individu – yang melahirkan konsep tentang surga dan neraka. Oleh karena itu, di akhirat, selain pertanggungjawaban individu ada pula pertanggungjawaban kolektif secara mutlak.

Maka, percaya kepada takdir akan membawa manusia kepada keseimbangan jiwa. Manusia menjadi tidak putus asa ketika ikhtiarnya tidak terwujud. Sebaliknya, ia tidak membanggakan diri karena suatu keberhasilan. Sebab segal sesuatu yang terjadi tidak hanya dikandung dirinya. Sendiri melainkan juga keharusan yang universal itu.

Gambar

Diagram pembagian pengetahuanPengetahuan presentasional/huduriPengetahuan Pengetahuan  representasional/khusuli Kesadaran  psikologis Kesadarn akan  bentuk-bentuk  mental Konsepsi  AfirmasiIde par tik ulir Ide universal Proposisi  predikatifProposisi  eksi

Referensi

Dokumen terkait

Gunakan huruf besar jika tajuk itu pendek (tidak lebih daripada 3 perkataan) Gunakan huruf kecil bagi ayat atau teks. Tulis teks mengikut pola pergerakan mata: dari atas ke

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubemur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Bantuan Keuangan dan Tata Cara Bagi

Mewujudkan desa Kerobokan yang berbudaya dan bertaqwa terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui : Penggalian, pengembangan dan pembinaan seni budaya yang adi

 Keberhasilan pembangunan kapasitas teknologi dan sumberdaya manusia perusahaan dalam industri pertambangan untuk mendukung perekonomian daerah tergantung pada : Ketersediaan

Abstrak: Masalah umum dalam penelitian ini adalah Apakah dengan menggunakan metode inquiry pada pembelajaran sifat-sifat cahaya dapat menigkatkan hasil belajar

Soal untuk tes setelah pembelajaran menggunakan moodle di validasi oleh dua validator, validator terdiri dari seorang dari dosen unesa dan seorang lagi dari guru SMKN 1

Dana bantuan sebagaimana dimaksud pada angka 3 digunakan oleh PIHAK KEDUA untuk menyelenggarakan Kegiatan Penguatan Program Pendidikan Keluarga bagi Lembaga Masyarakat sesuai

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelimpahan epifauna yang berasosiasi dengan lamun pada kerapatan yang berbeda di Pantai Pulau Panjang Jepara,