Keaktifan berasal dari kata aktif yang diartikan sebagai bekerja atau berusaha. Karena mendapat awalan ke- dan akhiran -an maka keaktifan diartikan sebagai kegiatan atau kesibukan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1983: 38-39 )
Keaktifan adalah keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran (Dimyati dan Mudjiyono, 2006). Pendapat lain dikemukakan oleh Sriyono (1992: 75) yang mengatakan keaktifan adalah bahwa pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar murid- muridnya aktif jasmani maupun rohani.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan intelektual- emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Sagala (2006: 158) menggolongkan keaktifan meliputi:
1. Keaktifan indera yang meliputi pedengaran, penglihatan, perabaan, dan lain-lain.
2. Keaktifan akal, yaitu aktif dalam memecah masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat, dan mengambil keputusan.
3. Keakifan ingatan yaitu menerima bahan pengajaran dari guru dan dan menyimpannya di otak sehingga pada suatu saat dapat digunakan kembali.
4. Keaktifan emosi yaitu perilaku siswa yang senantiasa mencintai pelajarannya.
Menurut Paul D. Dienrich dalam Sardiman (1986: 99-100) aktivitas belajar dapat diklasifikasikan dalam 8 kelompok yaitu:
1. Visual activities yang meliputi melihat gambar-gambar, mengamati, ekperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain yang bekerja.
2. Oral activities yang meliputi mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, mengemukakan pendapat, memberi saran, wawancara, diskusi, dan interupsi.
3. Listening activities yang meliputi mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio. 4. Writing activities yang meliputi menulis cerita, menulis laporan,
memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
5. Drawing activities yang meliputi membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
6. Motor activities yang meliputi melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari, dan berkebun.
7. Mental activities yang meliputi merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8. Emotional activities yang meliputi minat, membedakan, berani, dan tenang.
I. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dionesia Desi Wiratna Santi menunjukkan bahwa skor rata-rata motivasi belajar siswa meningkat sebesar 5,624%. Skor hasil belajar siswa juga meningkat 15,625%. Selain itu juga terdapat hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar siswa dengan korelasi sebesar 0,3927. Penelitian lain yang dilakukan oleh Regina Ditya Ardhiana menunjukkan bahwa siswa menjadi cukup aktif setelah pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hal ini terlihat dari keaktifan sedang yang mencapai 42,86%, persentase tinggi sebesar 28,57% dan persentase rendah sebesar 28,57%. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Puji Astuti juga menunjukkan bahwa siswa dengan tingkat keaktifan sangat tinggi mencapai 21,11%, tingkat keaktifan tinggi mencapai 52,69%, keaktifan sedang mencapai 25,17%, dan keaktifan rendah mencapai 1,04%. Hasil belajar siswa juga dapat dikatakan meningkat karena pada pre test
siswa yang memenuhi KKM sebanyak 50%, pada kuis sebanyak 70% dan pada post test sebanyak 62%.
J. Materi Pembelajaran Standar Kompetensi
Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar:
1. Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas serta bagian- bagiannya.
2. Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas.
3. Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, dan prisma.
Dalam penelitian ini ini kompetensi dasar diambil dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar (1), (2), dan (3) namun peneliti hanya mengambil materi prisma. Sementara pada kompetensi dasar (3) peneliti hanya mengambil materi luas permukaan prisma.
1. Pengertian Prisma
Diberikan dua bidang yang sejajar yaitu A1 dan A2 dengan
daerah poligon R yang terletak pada bidang A1 dan garis transfersal t
yang menembus bidang A1 dan bidang A2. Yang dimaksud dengan
prisma adalah himpunan semua ruas garis yang sejajar dengan suatu garis t dengan ruas garis ̅̅̅̅ dimana P R dan Q A2 (Travers dkk,
a. Unsur-unsur prisma tegak
Perhatikan gambar prisma di bawah ini!
Gambar di atas menunjukkan prisma teagk segitiga ABC.DEF Unsur-unsur yang terdapat pada prisma di atas menurut Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni (2008: 225) antara lain:
1) Titik A, titik B, titik C, titik D, titik E, dan titik F disebut titik sudut.
2) merupakan bidang atas. 3) merupakan bidang alas.
4) Bidang ACFD, bidang BCFE, dan bidang ABED adalah sisi tegak.
5) ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅ adalah rusuk-rusuk tegak.
Berdasarkan identifikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur- unsur prisma menurut Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni (2008: 201) meliputi:
1) Bidang yaitu daerah yang membatasi suatu bangun ruang. 2) Rusuk yaitu perpotongan dua buah daerah pada prisma. 3) Titik sudut yaitu perpotongan antara tiga rusuk atau lebih.
Berdasarkan banyaknya, hubungan antara titik sudut, rusuk, dan sisi dapat dirumuskan dengan:
S + T = R + 2 Keterangan :
S = banyak sisi T = banyak titik sudut R = banyak rusuk
(Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni, 2008: 202) 2. Bagian-Bagian Prisma
Selain unsur-unsur prisma, dikenal pula bagian-bagian dari prisma. Bagian-bagian dari prisma menurut Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni (2008: 227-228) meliputi:
a. Diagonal Alas
Diagonal Alas merupakan ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak bersebelahan pada bidang alas. b. Bidang Diagonal
Bidang diagonal adalah bidang yang memuat diagonal bidang alas dan diagonal bidang atas dengan keduanya sejajajar. c. Diagonal Ruang
Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan titik sudut pada bidang alas titik sudut pada bidang atas yang tidak terletak pada sisi tegak yang sama.
Menurut Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni (2008: 228) banyak diagonal alas, bidang diagonal, dan diagonal ruang pada prisma segi-n dapat ditentukan dengan rumus:
Banyak diagonal alas prisma segi-n = Banyak bidang diagonal prisma segi-n = Banyak diagonal ruang segi-n = 3. Jaring-Jaring Prisma
Perhatikan kedua gambar di bawah ini. Gambar yang terletak di sebelah kiri merupakan prisma tegak segitiga dengan alas segitiga siku-siku. Sedangkan gambar yang terletak kanan merupakan jaring-jaring dari prisma tegak segitiga dengan alas segitiga siku-siku.
4. Luas Permukaan Prisma
Luas permukaan prisma didefinisikan sebagai jumlah luas seluruh sisi prisma tersebut. (Marsigit, 2009: 181)
Perhatikan gambar di bawah ini
Luas permukaan prisma
= luas DEF + luas ABC + luas BADE + luas ACFD + luas BCFE
= luas DEF) + (
= luas DEF) + (
= luas DEF) + (keliling ABC × tinggi)
= luas alas) + (keliling alas) × tinggi
Pada gambar di samping, gambar (a)
merupakan prisma tegak segitiga dan gambar (b) merupakan jaring-jaring dari prisma tegak segitiga.
Luas permukaan prisma diperoleh dengan menjumlahkan luas bidang-bidang pada permukaannya, yaitu:
Gambar 2.4 (a) Prisma (b) Jaring-Jaring Prisma
K. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan suatu aktivitas yang mengakibatkan perubahan yang permanen dan berkesinambungan. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar baik faktor yang berasal dari dalam diri ataupun faktor yang berasal dari luar diri. Faktor dari dalam diri dapat berupa faktor kecerdasan, emosional seperti motivasi , dan sikap seperti keaktifan.
Motivasi merupakan suatu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan. Dalam hal belajar, motivasi belajar merupakan suatu dorongan bagi siswa untuk belajar. Pada umumnya siswa memiliki motivasi belajar yang besar maka siswa akan tertarik untuk belajar dan sebaliknya siswa yang kurang memiliki belajar tidak akan merasa tertarik untuk belajar. Adapun selain motivasi, juga dibutuhkan keaktifan belajar yang dapat meningkatkan keberhasilan dalam belajar seperti keaktifan belajar. Siswa yang aktif dalam mencari tahu seperti rajin bertanya, menyimak, atau mendebat diharapkan memiliki pengetahuan yang lebih sehingga tingkat keberhasilan belajarnya akan semakin tinggi.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) adalah pembelajaran kooperatif yang diharpakan dapat mendorong siswa untuk aktif dan siap menjawab karena guru akan memanggil suatu nomor dan mengharuskan siswa yang nomornya sesuai untuk mencoba menjawab pertanyaan. Karena siswa akan dipanggil secara acak oleh guru, siswa diharapkan akan termotivasi untuk berdiskusi dan
menyelesaiakan permasalahan yang diberikan sehingga dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dalam kelompok, siswa juga diharapkan terdorong untuk aktif dalam berdiskusi sehingga ketika siswa itu dipanggil untuk menjawab pertanyaan, ia dapat menjawab pertanyaan dengan tepat.
Hasil Belajar Motivasi
55 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan kejadian dalam bentuk uraian kualitatif dan menganalisis data yang berbentuk angka secara kuantitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara motivasi dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Data motivasi akan diperoleh berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada siswa, sementara keaktifan akan dilihat dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh tiga orang observer.
B. Waktu dan Tempat Penelitian