• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara motivasi dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) di kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan prisma.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara motivasi dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) di kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan prisma."

Copied!
216
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Valentina Parinah, 2016. Hubungan Antara Motivasi dan Hasil Belajar serta Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) di Kelas VIII B SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Bahasan Prisma. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan hubungan motivasi belajar dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar di kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan prisma.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Subjek dari penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dengan subjek sebanyak 18 siswa. Penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2016 yang dimulai dengan observasi, pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), kemudian pengambilan data. Data yang diperoleh berupa data motivasi dengan instrumen kuesioner motivasi, data keaktifan belajar dengan instrumen lembar observasi, dan data hasil belajar dengan instrumen tes hasil belajar. Sebelum instrumen diujikan, dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan meminta pertimbangan dari pakar serta uji coba soal di kelas yang setara dengan kelas yang akan diuji. Selanjutnya data diolah dan ditentukan korelasi antara motivasi dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa (1) terdapat hubungan yang kurang signifikan antara motivasi dan hasil kontribusi motivasi terhadap hasil belajar dengan kontribusi sebesar 15.45% (2) terdapat hubungan antara keaktifan belajar dan hasil belajar dengan kontribusi sebesar 41.85%.

(2)

ABSTRACT

Valentina Parinah, 2016. The Relation Between Motivation and Learning Achievement with Learning Participation and Learning Achievement Using Cooperative Learning Type Numbered Heads Together (NHT) in Grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with Academic Year 2015/2016 with Topic of Prism. Mini Thesis. Study Program of Mathematics Education. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to find out and describe the relation between motivation and learning achievement with learning participation and learning achievement for students in grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with academic year 2015/2016with topic of prism.

The type used of this research is qualitative-quantitative research. The subject of this research are 18 students in grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with academic year 2015/2016. This research was done on April-June 2016 which started by observation, doing learning proses using cooperative learning type Numbered Heads Together (NHT), and then took the data. The data which gotten are motivation, participation, and learning achievement. Data of motivation is gotten from questioners, data of participation is gotten by observation sheet, and learning achievement is gotten by learning achievement test. Before use the instruments, researcher tested the validity and reliability. Validity test done by asking the specialist and tested in the other class who have similar ability as the subject of this research. The next step is researcher analyze the correlation between motivation and learning participation towards learning achievement.

The analysis show (1) there’s a relation between motivation and learning achievement but it’s not significant and the contribution is 15.45% (2) there’s a relation between learning participation toward learning achievement and the contribution is 45.85%.

(3)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

SERTA KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR

DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

DI KELAS VIII B SMP KANISIUS SLEMAN TAHUN AJARAN

2015/2016 PADA POKOK BAHASAN PRISMA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : Valentina Parinah

NIM : 121414068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN

Now you make your decision but later your decision will make you

If you’re unhappy with your life, fix what’s wrong and keep stepping

Dengan Penuh Syukur dan Kerendahan Hati Skripsi ini Kupersembahkan Untuk:

Orang tuaku Bapak Mateus Kanrad Parja dan Ibu Susana Sari

(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016

(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Valentina Parinah

NIM : 121414068

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul : Hubungan Antara Motivasi dan Hasil Belajar serta Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) di Kelas VIII B SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran

2015/2016 Pada Pokok Bahasan Prisma.

Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelola di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 31 Agustus 2016

Yang menyatakan,

(9)

vii ABSTRAK

Valentina Parinah, 2016. Hubungan Antara Motivasi dan Hasil Belajar serta Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) di Kelas VIII B SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Bahasan Prisma. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan hubungan motivasi belajar dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar di kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan prisma. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Subjek dari penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dengan subjek sebanyak 18 siswa. Penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2016 yang dimulai dengan observasi, pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), kemudian pengambilan data. Data yang diperoleh berupa data motivasi dengan instrumen kuesioner motivasi, data keaktifan belajar dengan instrumen lembar observasi, dan data hasil belajar dengan instrumen tes hasil belajar. Sebelum instrumen diujikan, dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan meminta pertimbangan dari pakar serta uji coba soal di kelas yang setara dengan kelas yang akan diuji. Selanjutnya data diolah dan ditentukan korelasi antara motivasi dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa (1) terdapat hubungan yang kurang signifikan antara motivasi dan hasil kontribusi motivasi terhadap hasil belajar dengan kontribusi sebesar 15.45% (2) terdapat hubungan antara keaktifan belajar dan hasil belajar dengan kontribusi sebesar 41.85%.

(10)

viii ABSTRACT

Valentina Parinah, 2016. The Relation Between Motivation and Learning Achievement with Learning Participation and Learning Achievement Using Cooperative Learning Type Numbered Heads Together (NHT) in Grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with Academic Year 2015/2016 with Topic of Prism. Mini Thesis. Study Program of Mathematics Education. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to find out and describe the relation between motivation and learning achievement with learning participation and learning achievement for students in grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with academic year 2015/2016with topic of prism.

The type used of this research is qualitative-quantitative research. The subject of this research are 18 students in grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with academic year 2015/2016. This research was done on April-June 2016 which started by observation, doing learning proses using cooperative learning type Numbered Heads Together (NHT), and then took the data. The data which gotten are motivation, participation, and learning achievement. Data of motivation is gotten from questioners, data of participation is gotten by observation sheet, and learning achievement is gotten by learning achievement test. Before use the instruments, researcher tested the validity and reliability. Validity test done by asking the specialist and tested in the other class who have similar ability as the subject of this research. The next step is researcher analyze the correlation between motivation and learning participation towards learning achievement. The analysis show (1) there’s a relation between motivation and learning achievement but it’s not significant and the contribution is 15.45% (2) there’s a relation between learning participation toward learning achievement and the contribution is 41.85%.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “hubungan motivasi dan keaktifan belajar terhadap hasil belajar siswa SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dengan pokok bahasan prisma” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Selama penyusunan skripsi, penulis mengalami banyak hambatan baik dalam materi maupun dalam sistematika penulisan. Namun penulis memperoleh banyak dukungan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M. Si selaku Kepala Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Bapak Drs. Sukardjono, M. Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu membimbing penulis dengan segenap hati.

5. Ibu Nur Sukapti, S. Pd selaku Kepala Sekolah SMP Kanisius Sleman yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

6. Bapak A. Tatak Handaya K, S. Pd yang senantiasa membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian.

7. Siswa-siswi kelas VIII B SMP Kanisius Sleman yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

(12)

x

9. Segenap karyawan JPMIPA yang telah membantu segala administrasi selama penulis menjadi mahasiswa di Universitas Sanata Dharma.

10.Keluargaku, Bapak Mateus Kanrad Parja, Ibu Susana Sari, dan adikku Christina Dwi Nuryani yang selalu memberi semangat, dukungan, dan motivasi dalam menyelesaiakan skripsi.

11.Teman-teman seperjuangan Fransisca Dwi Kurniasari, Asri Apriani, Ardhiana Dhian Utami, Yoanna Nungki Rianda, Dian Nugraheni, dan Trifosa Ester Seftiani yang telah dorongan dan diskusi dalam menyelesaiakan hambatan yang dialami oleh penulis.

12.Teman-teman dan sahabat, Arinta Yudhi Laksito, Scolastika Lintang R. R, Stania Mirandai Putri, Cecelia Resuera, Fransisca Erlin Yuniarti, dan yang telah memberi semangat, motivasi, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi.

13.Margarita Ika Noviantari, Elisabeth Okaviari D, Arinta Yudhi Laksito yang telah membantu dalam dokumentasi dan menjadi observer bagi penulis.

14.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2012 atas kebersamaan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

Penulis berharap agar skripsi yang telah disusun dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk kepentingan penulisan skripsi selanjutnya.

(13)

xi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

Kata Pengantar ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR, GRAFIK, DAN HISTOGRAM ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Definisi Istilah ... 8

G. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II ... 11

KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Belajar ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

(14)

xii

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 14

B. Mengajar ... 19

C. Hasil Belajar ... 20

D. Pembelajaran ... 26

E. Pembelajaran Kooperatif ... 27

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 27

2. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif ... 28

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 30

4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif... 31

5. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif ... 32

6. Tipe -Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 34

F. NHT (Numbered Heads Together)... 40

G. Motivasi ... 41

1. Pengertian Motivasi ... 41

2. Pengertian Motivasi Belajar ... 44

H. Keaktifan Belajar ... 46

I. Penelitian Terdahulu ... 48

J. Materi Pembelajaran ... 49

K. Kerangka Berpikir ... 54

BAB III ... 56

A. Jenis Penelitian ... 56

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 56

1. Waktu ... 56

2. Tempat Penelitian ... 57

(15)

xiii

1. Sampel ... 57

2. Populasi ... 57

D. Objek Penelitian ... 57

E. Variabel Penelitian ... 58

F. Hipotesis Penelitian ... 58

G. Instrumen Penelitian... 59

1. Instrumen Pembelajaran ... 59

2. Instrumen Motivasi Belajar Siswa ... 60

3. Instrumen Keaktifan Siswa ... 61

4. Instrumen Hasil Belajar ... 63

G. Validitas dan Reliabilitas ... 67

1. Validitas ... 67

2. Reliabilitas ... 68

H. Uji Coba Instrumen ... 69

1. Validitas ... 69

2. Reliabilitas ... 72

I. Metode Analisis Data ... 72

1. Kelayakan Analisis ... 72

2. Analisis Motivasi Belajar ... 73

4. Analisis Keaktifan Belajar ... 75

5. Analisis Data Tes Hasil Belajar ... 76

6. Analisis Korelasi ... 78

7. Regresi Linier ... 80

BAB IV ... 81

(16)

xiv

A. Kelayakan Analisis... 81

B. Deskripsi Data ... 82

1. Deskripsi Statistik ... 82

2. Deskripsi Grafik ... 85

C. Inferensia ... 91

1. Diagram Terserak ... 92

2. Uji Normalitas ... 93

3. Uji Korelasi ... 95

4. Uji Regresi ... 97

D. Pembahasan ... 99

1. Korelasi Antara Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa... 99

2. Korelasi Antara Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar... 99

E. Regresi Linier ... 100

F. Pendalaman Melalui Wawancara ... 100

G. Kelemahan Penelitian... 118

BAB V ... 119

KESIMPULAN DAN SARAN ... 119

A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 120

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah Kooperatif ... 44

Tabel 2.2 Kelebihan dan Kelemahan NHT ... 50

Tabel 3.1 Instrumen Pembelajaran ... 59

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Fakta ... 60

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Opini ... 61

Tabel 3.4 Lembar Observasi Keaktifan Belajar ... 61

Tabel 3.4 Silabus ... 63

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ... 66

Tabel 3.6 Koefisien Validitas ... 68

Tabel 3.7 Koefisien Reliabilitas ... 69

Tabel 3.8 Validitas Kuesioner Pernyataan Fakta ... 70

Tabel 3.9 Revisi Kuesioner Pernyataan Fakta ... 70

Tabel 3.10 Validitas Kuesioner Pernyataan Opini ... 71

Tabel 3.11 Revisi Kuesioner Pernyataan Opini ... 71

Tabel 3.12 Validitas THB ... 72

Tabel 3.15 Skor Pernyataan Fakta ... 74

Tabel 3.16 Skor Pernyataan Opini ... 74

Tabel 3.17 Kriteria Penentuan Motivasi ... 74

Tabel 3.14 Kriteria Penentuan Keaktifan ... 76

Tabel 3.18 Pedoman Skor THB ... 77

Tabel 3.19 Kritria Penentuan Hasil Belajar ... 77

Tabel 4.2 Skor Kuesioner Fakta dan Opini ... 82

Tabel 4.3 Statistik Skor Kuesioner Fakta dan Kuesioner Opini ... 83

Tabel 4.4 Rekapitukasi Keaktifan Siswa ... 83

Tabel 4.5 Statistik Keaktifan Siswa ... 84

(18)

xvi

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR, GRAFIK, DAN HISTOGRAM

Gambar 2.1 ... 44

Gambar 2.2 Prisma ... 50

Gambar 2.3 Jaring-Jaring Prisma ... 52

Gambar 2.4 ... 53

Histogram 4.1 Motivasi Belajar ... 86

Histogram 4.2 Keaktifan Belajar... 88

Histogram 4.3 Hasil Belajar Siswa ... 91

Gambar 4.1 Diagram Terserak Hasil Belajar dan Motivasi Belajar ... 92

Gambar 4.2 Diagram Terserak Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar ... 92

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Silabus ... 125

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 131

Lembar Kerja Siswa ... 140

Kuesioner Motivasi... 144

Lembar Pengamatan Keaktifan ... 148

LAMPIRAN B Tes Hasil Belajar ... 150

Pedoman Penilaian ... 151

LAMPIRAN C Validitas Pakar RPP... 157

Validitas Pakar Kuesioner dan Tes Hasil Belajar ... 162

Validitas Butir Kuesioner dan Tes Hasil Belajar ... 167

Reliabilitas Kuesioner dan Tes Hasil Belajar ... 173

LAMPIRAN D Uji Normalitas ... 179

Perhitungan Korelasi ... 182

Perhitungan Regresi ... 184

LAMPIRAN E Contoh Hasil Kuesioner... 186

Contoh Hasil Obervasi Keaktifan ... 193

Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 196

LAMPIRAN F Foto-Foto Saat Penelitian ... 201

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk membangun

suatu bangsa. Untuk mendukung pelaksanaan pendidikan di Indonesia,

dibentuk suatu lembaga pendidikan yang dibagi menjadi lembaga

pendidikan formal dan lembaga pendidikan non formal. Dalam

pelaksanaannya, pendidikan tidak pernah lepas dari kegiatan belajar.

Menurut Hilgard belajar diartikan sebagai suatu proses yang melahirkan

atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam

laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari

perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan

misalnya kematangan. Dalam pendidikan yang tradisional diutamakan

penumpukan ilmu dan karena itu dicap sebagai pendidikan yang

intelektualistis. Sementara pendidikan modern memperhatikan

perkembangan seluruh pribadi anak. Pengetahuan tetap penting namun

juga harus berfungsi dalam hidup anak (Nasution, 1982: 39).

Dalam suatu lembaga pendidikan formal, kegiatan mengajar

merupakan hal yang sangat penting. Mengajar adalah proses interaksi

antara guru dan siswa dalam mana guru mengharapkan siswanya dapat

menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang benar-benar dipilih

(22)

hendaknya relevan dengan tujuan pembelajaran. Mengajar sebenarnya

memberi kesempatan kepada yang diajar untuk mencari, bertanya, menalar,

dan bahkan menebak dan mendebat (Herman Hudoyo, 1980: 18).

Setelah proses belajar mengajar maka akan diperoleh hasil belajar.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2010: 22).

Selanjutnya hasil belajar tersebut dapat diukur dengan tes hasil belajar.

Nilai dari tes hasil belajar akan menentukan seberapa besar kemampuan

siswa setelah menerima pengalaman belajar. Namun ada beberapa faktor

yang mempengaruhi kegiatan belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kegiatan belajar antara lain faktor-faktor-non sosial, faktor-faktor sosial,

faktor-faktor fisiologis, dan faktor-faktor psikologis. Faktor-faktor

psikologis merupakan faktor-faktor yang mendorong aktivitas belajar

(Sumadi Suryabrata, 1984: 253-258). Dalam hal ini faktor-faktor yang

mendorong aktivitas belajar itu adalah motivasi belajar. Oleh karena itu

motivasi belajar perlu ditingkatkan untuk mendukung proses belajar hasil

belajar siswa akan sesuai dengan yang diharapkan.

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang

merupakan tempat bertemunya guru dan siswa untuk melakukan suatu

interaksi yang disebut belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi di

kelas VIII B SMP Kanisius Sleman, cara mengajar guru tidak selalu

mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Terkadang guru

(23)

kemudian meminta siswa untuk mengerjakan soal. Ketika siswa sudah

membaca sampai 3 kali guru memanggil siswa kemudian memberi

pertanyaan. Selain meminta siswa membaca buku, terkadang guru juga

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Guru akan memberi

soal terlebih dahulu kepada siswa dan meminta siswa untuk

menyelesaikan soal tersebut. Selanjutnya guru akan meminta siswa untuk

menjelaskan penyelesaiannya yang dikerjakan siswa secara lisan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di SMP Kanisius Sleman, ada

beberapa permasalahan yang dihadapi guru. Salah satunya, peneliti

melihat sebagian besar siswa menghafalkan materi atau rumus karena guru

akan memanggil siswa secara acak untuk ditanya. Hasilnya, meskipun

siswa sudah membaca dan menghafal, beberapa siswa masih terlihat

bingung dan ragu-ragu ketika menjawab pertanyaan guru. Ketika siswa

mulai bingung, mereka akan membuka kembali LKS yang mereka baca.

Selain itu peneliti juga melihat beberapa siswa menguap pada jam pertama

sekitar ke-10, menit ke-13, dan menit ke-18. Ketika semua siswa sedang

membaca LKS, ada juga siswa yang sibuk bermain tangan meskipun

pandangannya terlihat mengarah kepada LKS.Selain itu ada juga siswa

yang sibuk bermain rambut pada menit ke-21.

Permasalahan lain yang terjadi adalah ketika siswa diberi pekerjaan

rumah, ada beberapa siswa yang kemungkinan belum mengerjakan

pekerjaan rumahnya. Untuk mengatasinya, siswa tersebut menyalin

(24)

penyelesaiannya. Akibatnya ketika siswa tersebut ditanya oleh guru

mengenai penyelesaian masalahnya, siswa tersebut menjadi bingung dan

melakukan kesalahan dalam membacakan penyelesaian seperti akar

pangkat tiga tetapi siswa tersebut hanya mengatakan akar. Setelah ditanyai

oleh guru, siswa tersebut mengaku menyalin jawaban temannya tetapi

ternyata siswa yang jawabannya disalin itu juga menyalin jawaban dari

teman lain lagi.

Sementara di kelas lain yaitu kelas VIII A, pada awal pembelajaran

yaitu pada menit ke-10 sampai menit ke-15 beberapa siswa terlihat aktif

dengan bertanya kepada guru. Namun ketika guru sedang menjelaskan

kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, beberapa siswa yaitu pada

menit ke-15 terlihat mengobrol bersama temannya. Selain mengobrol,

beberapa siswa juga terlihat menguap pada menit ke-33. Ketika guru

memberi waktu kepada siswa untuk menyelesaikan masalah, ada juga

siswa terlihat kurang bersemangat dalam mengerjakan soal karena ia sibuk

menggambar di buku tulisnya dan tidak mencoba untuk berdiskusi

bersama temannya.

Setelah melihat permasalahan yang terdapat di kelas VIII SMP

Kanisius Sleman, peneliti berpikir bahwa permasalahan tersebut dapat

diatasi dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah

pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil

siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk

(25)

kelompok kecil, pembelajaran kooperatif akan menyebabkan siswa saling

ketergantungan dalam hal positif seperti mencari sumber belajar atau

memecahkan masalah. Pembelajaran kooperatif juga memiliki unsur tatap

muka yang diwujudkan dalam bentuk diskusi. Kegiatan diskusi ini dapat

berguna untuk membentuk hubungan antar siswa agar siswa saling

menghargai perbedaan, mengisi kekurangan, dan memanfaatkan kelebihan

masing-masing untuk kepentingan kelompok.

Jenis model pembelajaran kooperatif yang diipilih oleh peneliti adalah

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Alasan utama peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) adalah peneliti tidak melihat adanya kompetisi selama peneliti melakukan observasi. Dalam pelaksanaannya,

guru akan membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 3-5 siswa

dan setiap anggota diberi nomor 1-5. Selanjutnya guru akan mengajukan

pertanyaan kepada siswa. Ketika guru sudah mengajukan pertanyaan,

siswa akan berpikir bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap

penyelesaian masalah dan memastikan setiap anggota mengetahui jawaban

itu. Selanjutnya guru akan memanggil suatu nomor dan siswa yag

nomornya sesuai harus mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas

(Abdul Majid, 2013: 192). Dengan cara berdiskusi dan memanggil siswa

untuk menjawab pertanyaan, peneliti berpikir bahwa siswa akan

berpartisipasi dalam kelompok dengan memberikan pendapatnya. Siswa

(26)

dalam kelompok dan diharuskan untuk menjelaskan penyelesaian masalah.

Dengan menjelaskan penyelesaian masalah ini, peneliti juga berpikir

bahwa guru akan mengetahui tingkat kemampuan siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang tekah dipaparkan, peneliti

mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran di SMP Kanisius

Sleman. Permasalahan tersebut antara lain:

1. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Siswa lebih sering menghafal daripada mencoba memahami materi.

3. Siswa terlihat kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran.

4. Motivasi belajar siswa terlihat kurang karena beberapa siswa menguap.

5. Beberapa siswa mengobrol ketika guru sedang menjelaskan.

6. Ada siswa yang sibuk menggambar ketika guru memberikan latihan

soal.

7. Beberapa siswa sibuk bermain pulpen ketika guru memberi waktu

untuk mengerjakan soal.

C. Pembatasan Masalah

Dengan melihat latar belakang dan identifkasi masalah yang terjadi di

SMP Kanisius Sleman, peneliti membuat pembatasan masalah mengenai

masalah yang akan diteliti agar penelitian menjadi lebih fokus pada kelas

VIII B. Dalam penelitian ini masalah yang akan diteliti adalah keaktifan

(27)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalah yang terjadi di SMP Kanisius Sleman, peneliti

membuat rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah hubungan antara motivasi dan hasil belajar siswa kelas

VIII B SMP Kanisius Sleman dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)?

2. Bagaimanakah hubungan antara keaktifan belajar dan hasil belajar

siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalah yang dipaparkan pada latar belakang dan

identifikasi masalah, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar

siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016

dengan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together).

2. Mendeskripsikan hubungan antara keaktifan belajar dan hasil belajar

siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman dengan pendekatan

pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil siswa kelas VIII B

(28)

F. Definisi Istilah 1. Belajar

Belajar adalah suatu proses yang melahirkan atau mengubah suatu

kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam

lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh

faktor-faktor yang tidak termasuk latihan (Hilgard dalam Nasution,

1984: 39).

2. Mengajar

Mengajar adalah proses interaksi antara guru dan siswa dalam

mana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang benar-benar dipilih oleh guru (Herman

Hudoyo, 1980: 18).

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2010: 22)

4. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang

secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam

tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan

respon terhadap situasi tertentu (Corey dalam Syaiful Sagala, 2014:

(29)

5. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan

secara berkelompok. Siswa dalam satu kelas dijadikan

kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 samapi 5 orang. (Slavin dalam Tanuredjo,

2011:56)

6. Numbered Heads Together (NHT)

NHT adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer

Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah

materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman

mereka terhadap isi pelajaran tertentu. Dalam NHT guru menggunakan

4 struktur yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama,

dan menjawab. (Abdul Majid, 2013: 192)

7. Motivasi

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang

ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan

(Mc Donald dalam Oemar Hamalik (2007: 173).

8. Keaktifan

Keaktifan adalah keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam

(30)

G. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai oleh peneliti, diharapkan penelitian

ini dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti sebagai latihan dalam membuat

membuat karya ilmiah.Selain itu peneliti juga memperoleh

pengalaman dalam menerapkan suatu metode pembelajaran yang

nantinya dapat berguna sebagai bekal untuk menjadi seorang guru.

2. Bagi Sekolah

Penelitian ini bermanfaat bagi sekolah sebagai masukan dalam

penggunaan model pembelajaran matematika.

3. Bagi Universitas

Penelitian ini bermanfaat bagi universitas sebagai khasanah

pengetahuan yang dapat digunakan pembaca untuk menambah

pengetahuan berkaitan dengan model pembelajaran yang digunakan

(31)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh semua

orang dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam dunia pendidikan.

Bahkan setiap kegiatan dalam suatu lembaga pendidikan baik formal

maupun non-formal tidak pernah lepas dari kegiatan belajar. Untuk

mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar, beberapa ahli psikologi

mendefiniskan pengertian dari belajar.

Menurut Hilgard dalam Nasution (1982: 39) belajar adalah

proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan

latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah)

yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang

tidak termasuk latihan.

Menurut R. Gagne dalam Ahmad Susanto (2013: 1-2) belajar

dapat didefiniskan sebagai suatu proses dimana suatu organisme

berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Pengalaman yang

dimaksud adalah pengalaman yang diperoleh berdasarkan interaksi

(32)

menekankan belajar sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan

atau instruksi yang berupa perintah, arahan, atau bimbingan.

Menurut Eveline Siregar (2010: 1) belajar merupakan sebuah

proses yang kompleks yang terjadi seumur hidup, sejak masih bayi

hingga liang lahat. Seseorang yang telah belajar ditandai dengan

adanya perubahan tingkah laku yang bersifat kognitif, psikomotor,

maupun afektif.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang

individu yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Dalam hal

belajar ini perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah perubahan

yang diperoleh berdasarkan melalui suatu latihan yang merupakan

pengalaman interaksi individu dengan lingkungannya yang

berlangsung pada diri individu seumur hidup.

2. Ciri-Ciri Belajar

Belajar menunjuk pada proses yang mengakibatkan tingkah

laku seseorang. Menurut Djamarah (2011: 15-16) ada beberapa ciri-ciri

belajar yaitu:

a. Perubahan yang terjadi secara sadar

Dalam proses belajar, seorang individu dapat menyadari

perubahan-perubahan dalam dirinya, misalnya perubahan

pengetahuan yang diperoleh dari latihan, perubahan kecakapan,

(33)

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Perubahan yang merupakan akibat dari belajar akan

berlangsung terus menerus dan tidak statis. Artinya perubahan itu

akan menyebabkan perubahan lain yang dapat berguna untuk

proses belajar selanjutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Perubahan dalam belajar selalu bertambah dan dimaksudkan

untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik. Semakin banyak usaha

belajar dilakukan maka akan semakin banyak pula perubahan yang

diperoleh.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Dalam proses belajar, perubahan yang terjadi bersifat tetap.

Jika perubahan itu hanya bersifat sementara saja maka perubahan

itu tidak dapat digolongkan sebagai belajar.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan belajar dimaksudkan untuk mencapai suatu

tujuan.Hal ini mengakibatkan perubahan dalam belajar merupakan

perubahan yang diarahkan pada perubahan tingkah laku yang

ditetapkan.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Maksud dari perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

(34)

menyeluruh baik perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun

sikap.

Berdasarkan uraian ciri-ciri belajar di atas, dapat disimpulkan

bahwa ciri-ciri seseorang yang telah belajar adalah mengalami

perubahan positif yang terarah dan permanen yang mencakup seluruh

aspek tingkah laku.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Pelaksanaan kegiatan belajar memiliki beberapa faktor yang

mempengaruhinya. Menurut Sumadi Suryabrata (1984: 253-258)

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut.

a. Faktor-Faktor Non-Sosial Dalam Belajar

Faktor-faktor non-sosial dalam belajar meliputi keadaan udara,

suhu udara, cuaca, waktu, alat-alat yang dipakai dalam kegiatan

pembelajaran, maupun letak sekolah.

b. Faktor-Faktor Sosial Dalam Belajar

Faktor sosial adalah faktor manusia baik manusia yang hadir

maupun manusia yang kehadirannya dapat disimpulkan. Manusia

yang kehadirannya dapat disimpulkan merupakan manusia yang

hadir langsung ketika proses belajar, misalnya ketika suatu kelas

sedang menghadapi ujian kemudian ada beberapa orang yang

bercakap-cakap di sekitar kelas. Sementara kehadiran yang dapat

(35)

misalnya suara nyanyian yang didengarkan lewat radio maupun

tape recorder.

c. Faktor-Faktor Fisiologis Dalam Belajar

Faktor psikologis dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

(1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya

Keadaan tonus jasmani pada umumnya merupakan

keadaan jasmani seseorang. Keadaan ini dapat dipengaruhi

oleh nutrisi dengan kadar yang cukup sehingga dapat

mengatasi masalah seperti siswa yang lesu, lekas mengantuk,

lekas lelah, dan sebagainya. Selain itu ada juga penyakit

kronis yang mengganggu belajar seperti pilek, influenza, sakit

gigi, batuk, dan sebagainya.

(2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu

Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu berkaitan

dengan panca indera. Hal ini disebabkan karena dalam proses

belajar untuk mengenal dunia sekitar, seserorang

membutuhkan alat indera. Ketika salah satu indera kurang

berfungsi, maka proses belajar di kelas akan terganggu.

d. Faktor-Faktor Psikologis dalam Belajar

Faktor-faktor psikologis dalam belajar merupakan hal

yang mendorong aktivitas belajar, yang merupakan alasan

(36)

umumnya mempunyai pengaruh besar dalam kegiatan belajar

adalah cita-cita.

Sementara menurut Purwanto dalam M. Thobroni (2015: 28-30)

faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses belajar

dibedakan menjadi dua golongan.

1) Faktor individual yaitu faktor yang ada pada diri organisme

tersebut yang meliputi:

a) Faktor kematangan atau pertumbuhan

Faktor kematangan merupakan faktor yang berkaitan dengan

pertumbuhan organ-organ tubuh, usia, dan pertumbuhan

mental.

b) Faktor kecerdasan atau intelegensi

Kecerdasan yang dimaksud merupakan kecakapan dalam

mempelajari mata pelajaran. Sebagai contoh, seorang anak

berusia empat belas tahun telah matang untuk belajar ilmu

pasti, tetapi pada kenyataannya tidak semua anak pandai

dalam ilmu pasti.

c) Faktor latihan dan ulangan

Semakin sering seorang anak berlatih dan mengulang makan

akan semakin banyak pengetahuan yang dikuasainya. Sering

berlatih juga dapat menimbulkan minat sehingga perhatian

(37)

d) Faktor motivasi

Motivasi merupakan faktor yang mendiring seseorang untuk

melakukan sesuatu. ketika seseorang mengetahui pentingnya

hasil yang akan dicapai dapalam kegiatan belajar, maka ia

akan berusaha untuk mempelajari.

e) Faktor pribadi

Sifat pribadi yang dimaksud dapat berupa sifat keras hati,

halus perasaannya, berkemauan keras, atau tekun. Selain itu

terdapat pula faktor fisik kesehatan dan kondisi badan.

2) Faktor sosial yaitu faktor yang ada di luar individu yang meliputi:

a) faktor keluarga

keluarga memiliki peran dalam proses belajar karena

keluarga berperan dalam memenuhi ketersediaan

fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar. selain itu keluarga

yang memiliki cita-cita yang tinggi akan mendorong

anaknya untuk lebih rajin belajar.

b) faktor guru dan cara mengajarnya

sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan

yang dimiliki guru, dan cara guru mengajarkan pengetahuan

kepada peserta didik dapat menentukan hasil belajar yang

(38)

c) faktor alat yang digunakan dalam belajar-mengajar

alat belajar digunakan untuk mempermudah anak-anak

dalam mempelajari suatu materi. Oleh karena itu sekolah

yang memiliki peralatan dan perlengkapan yang diperlukan

untuk belajar dapat mempercepat anak-anak dalam belajar.

d) faktor lingkungan dan kesempatan yang tersedia

faktor lingkungan yang dimaksud dapat berupa jarak rumah

yang jauh dengan sekolah atau pengaruh lingkungan

lingkungan buruk. Sementara kesempatan yang tersedia

dapat berua intelegensi, sekolah, dan fasilitas belajar.

e) faktor motivasi sosial

Motivasi sosial merupakan motivasi yang berasal dari orang

lain, misalnya orang tua yang mendorong anaknya utnuk

rajin belajar. selain orang tua, motivasi juga dapat berasal

dari tetangga, sanak saudara, teman-teman sekolah, atau

teman sepermainan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri

seseorang serta dari luar diri seseorang. Faktor dalam diri meliputi faktor

fisik, psikologis, dan kecerdasan sementara faktor dari luar meliputi

(39)

B. Mengajar

Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam

membantu siswa untuk memahami suatu materi pembelajaran. Menurut

Burton dalam Syaiful Sagala (2014: 61) mengajar adalah upaya

memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa

agar terjadi proses belajar.

Menurut Aunurrahman (2012:34) mengajar diartikan sebagai suatu

keadaan atau suatu aktivitas untuk menciptakan suatu situasi yang mampu

mendorong siswa untuk belajar. Situasi yang diciptakan dapat berupa

transfer pengetahuan dari guru atau dengan menggunakan media

pembelajaran yang telah disiapkan oleh guru.

Mengajar adalah proses interaksi antara guru dan siswa dalam mana

guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan, keterampilan,

dan sikap yang benar-benar dipilih oleh guru. Pengetahuan, keterampilan

dan sikap yang dipilih guru hendaknya relevan dengan tujuan

pembelajaran. Mengajar sebenarnya memberi kesempatan kepada yang

diajar untuk mencari, bertanya, menalar, dan bahkan menebak dan

mendebat (Herman Hudoyo, 1980: 18).

Berdasarkan pendapat dari ketiga ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa mengajar merupakan suatu interaksi antara guru dan siswa untuk

menciptakan aktivitas belajar berupa stimulus, bimbingan, atau arahan

sehingga siswa dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap

(40)

C. Hasil Belajar

Menurut K. Ibrahim dalam Ahmad Susanto (2013: 5) hasil belajar

dapat dairtikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari

materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh

dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Menurut pemikian Gagne dalam Agus Suprijono (2009: 5-6) hasil

belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa baik secara lisan maupun tertulis.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan dalam

merepresentasikan konsep dan lambang.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan

mengarahkan aktivitas kognitif seperti penggunaan konsep dan

pemecahan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerakan jasmani dan koordinasi.

5. Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak obyek

berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.

Sementara Agus Suprijono (2009: 7) mengatakan bahwa hasil

belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan. Maksud dari secara

keseluruhan adalah hasil belajar yang berupa kemampuan kognitif,

(41)

Kingsley dalam Sudjana (1990: 22) membagi hasil belajar siswa

menjadi tiga macam yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan

pengertian, serta sikap dan cita-cita. Sementara Gagne dalam Sudjana

(1990: 22) membagi hasil belajar menjadi 3 macam yaitu informasi verbal,

keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris.

Pembagian jenis hasil belajar menurut Kingsley dan Gagne pada

umumnya sama namun Gagne memperluas jenis pengetahuan dan

pengertian menjadi infromasi verbal, keterampilan intelektual dan strategi

kognitif.

Bloom dalam Nana Sudjana (1990: 22-23) menggolongkan hasil

belajar menjadi tiga ranah yaitu:

1. Ranah Kognitif

Ranah belajar kognitif merupakan ranah belajar yang berkenaan

dengan kemampuan intelektual. Bloom membagi hasil belajar ranah

koginitif menjadi enam aspek yang dikenal dengan nama taksonomi

Bloom. Enam aspek itu antara lain:

a. Pengetahuan

Istilah pengetahuan berasal dari terjemahan kata

knowledge. Dalam aspek hasil belajar yang dikemukan oleh Bloom, pengetahuan yang dimaksud oleh merupakan

pengetahuan hafalan seperti rumus, batasan, definisi, istilah,

pasal undang-undang, nama tokoh, dan nama kota. Selain itu

(42)

berkaitan dengan fakta misalnya guru memberikan pernyataan seperti “guru sedang menulis”.

b. Pemahaman

Pemahaman dalam taksonomi Bloom dibedakan menjadi

tiga kategori yaitu tingkat terendah, tingkat kedua, dan

tingkat ketiga. Pemahaman pada tingkat terendah merupakan

pemahaman terjemahan yang menerjemahkan ke dalam arti

sebenarnya misalnya menerjemahkan kata dalam bahasa

Indonesia ke dalam bahasa inggris. Pemahaman tingkat

kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan

beberapa bagian yang diketahui kemudian membedakan yang

pokok dan tidak pokok. Contoh pemahaman tingkat dua

adalah menyusun kalimat dalam bahasa inggris. Pemahaman

tingkat ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi yaitu

kemampuan untuk melihat dibalik yang tertulis dan membuat

ramalan tentang konsekuensi.

c. Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi

konkret atau situasi khusus (Sudjana, 1990: 25). Abstraksi

yang dimaksud dapat berupa ide atau teori. Contohnya adalah

memecahkan masalah matematika dengan menggunakan

(43)

d. Analisis

Analisis merupakan usaha untuk memilah suatu integritas

unsur-unsur sehingga susunannya menjadi jelas. Kemampuan

analisis perlu dikembangkan sehingga seseorang dapat

mengaplikasikannya pada suatu situasi sehingga menjadi

lebih kreatif.

e. Sintesis

Sistesis merupakan penyatuan unsur-unsur untuk

membentuk bagian secara menyeluruh. Berpikir secara

sintesis adalah berpikir divergen (Sudjana, 1990: 28).

Berpikir divergen berarti berpikir dengan jawaban yang

belum dapat dipastikan sehingga jawaban yang diperoleh

tidak hanya berorientasi pada satu jawaban saja.

f. Evaluasi.

Evaluasi merupakan pemberian keputusan tentang nilai

sesuatu. Pemberian evaluasi ini dapat dilihat dari beberapa

segi misalnya tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan,

maupun metode. Selain melihat dari beberapa segi, dalam

pelaksanaan evaluasi juga harus dibuat kriteria tertentu.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif merupakan ranah yang berkenaan dengan nilai dan

sikap. Nilai yang dimaksud merupakan nilai sosial sementara sikap

(44)

afektif hasil belajar dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu (Sudjana,

1990: 30) :

a. Reciving/attending

Reciving merupakan kepekaan siswa dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa. Rangsangan

yang diterima dapat berupa masalah, situasi, atau gejala.

Misalnya ketika guru memberi situasi dengan memanggil

nama siswa.

b. Responding

Responding merupakan reaksi yang diberikan ketika seseorang diberi rangsangan dari luar. Misalnya seorang

siswa menjawab panggilan dari guru.

c. Valuing

Valuing merupakan penilaian dan kepercayaan terhadap rangsangan yang diberikan. Kesediaan menerima nilai dan

latar belakang juga termasuk dalam evaluasi dari valuing. Misalnya ketika seorang siswa mempertimbangkan untuk

menjawab soal ketika guru memberi pertanyaan.

d. Organisasi

Organisasi merupakan pengembangan dari nilai ke

dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan antar nilai,

(45)

e. Karakteristik

Karakteristik merupakan keterpaduan semua sistem nilai

yang dimiliki oleh seseorang yang mempengaruhi

kepribadian dan tingkah lakunya.

3. Ranah Psikomotor

Hasil belajar ranah psikomotor merupakan keterampilan (skill)

dan kemampuan bertindak individu. Terdapat enam tingkatan

keterampilan yaitu gerakan refleks, keterampilan pada

gerakan-gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampun di bidang fisik,

gerakan-gerakan skill, dan kemampuan yang berkenaan dengan

komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresi dan interpretatif (Sudjana, 1990: 30-31).

Sementara Gagne (Kurniawan, 2015: 14-15) mengajukan lima

kategori hasil belajar yang ingin dibentuk dari proses pembelajaran yaitu:

1. Keterampilan intelektual

Keterampilan kognitif merupakan pengetahuan mengenai cara

melakukan sesuatu.

2. Strategi kognitif

Strategi kognitif merupakan kemampuan untuk mengatur dan

mengendalikan perilaku belajar diri sendiri dalam mengingat dan

(46)

3. Informasi verbal

Informasi verbal adalah hasil pengetahuan tentang sesuatu yang

bisa disebut pengetahuan verbal. Hasil pengetahuan dalam informasi

verbal berupa hafalan, istilah, atau fakta.

4. Keterampilan gerak

Keterampilan gerak adalah kemampuan untuk mengerjakan

sesuatu dengan menggunakan tangan-kaki dan lata tubuh lainnya.

Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah hasil perubahan perilaku baik berupa kognitif, motorik,

maupun sikap yang diuji dengan menggunakan suatu tes.

D. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dalam

proses belajar mengajar. Menurut Corey (1986) dalam Syaiful Sagala

(2014: 61) pembelajaran adalah adalah suatu proses dimana lingkungan

seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta

dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau

menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.

Berdasarkan tujuannya, pembelajaran dimaksudkan utnuk

terciptanya suasana sehingga siswa belajar. Oleh karena itu pembelajaran

terdapat keterkaitan antara belajar dan pembelajaran sehingga aktivitas

belajar siswa harus dijadikan titik tolak dalam merancang pembelajaran.

(47)

Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja diciptakan sehingga

tercipta suasan belajar dan menghasilkan respon dalam siatuasi tertentu.

E. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang

berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama

dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar

(Sugiyanto, 2009: 37).

Menurut Khoe Yao Tung (2015: 248) pembelajaran kooperatif

adalah strategi pembelajaran yang memberikan peran terstruktur ke para

murid dengan menekankan strategi mengajar yang memberikan interaksi

pada diri murid-muridnya. Dalam hal ini pembelajaran yang dimaksud

dapat terjadi apabila dilakukan dalam kelompok kecil sehingga murid

dapat saling membantu dalam belajar.

Pendapat lain dikemukakan oleh Ngalimun (2014: 161) yang

mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar

dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu

mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut

Ngalimun, sintaks dari pembelajaran kooperatif adalah informasi,

pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok,

(48)

Menurut Johnson and Johnson (dalam Isjoni dan Ismail, 2008:

152) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara

kelompok-kelompok kecil. Di dalam kelompok-kelompok yang telah

dibentuk, siswa dapat belajar dan bekerja sama sehingga siswa

memperoleh pengalaman belajar.

Berdasarkan uraian pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran dengan

membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen

sehingga siswa dapat berdiskusi dan saling membantu dalam

memecahkan suatu permasalahan.Selanjutnya siswa dalam kelompok

mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan membuat laporan.

2. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie (2004) dalam Sugiyanto (2009: 40-42) terdapat

elemen-elemen pembelajaran yaitu:

a. Saling ketergantungan positif

Saling ketergantungan positif yang diharapkan dari pembelajaran

kooperatif antara lain saling ketergantungan dalam mencapai tujuan,

menyelesaikan tugas, mencari sumber, saling ketergantungan peran,

serta saling ketergantungan hadiah. Dengan adanya sifat saling

ketergantungan, guru akan mendorong siswa sehingga mereka akan

(49)

b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka dalam pembelajaran kooperatif adalah

interaksi bersama guru serta teman sebaya.Tujuan dari interaksi ini

adalah agar siswa dapat belajar dari sesamanya yang mencerminkan

konsep pengajaran teman sebaya.

c. Akuntabilitas individual

Penilaian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa

terhadap materi dan dilakukan secara individual. Selanjutnya hasil

penelitian disampaikan kepada kelompok untuk mengetahui

mengetahui anggota yang memerlukan bantuan. Dengan demikian

nilai yang diperoleh oleh kelompok merupakan nilai berdasarkan

rata-rata hasil belajar setiap anggota kelompok.Penilaian inilah yang

disebut dengan akuntabilitas individual.

d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan menjalin hubungan yang dimaksud merupakan

keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sopan, mengkritik ide,

mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, dan

sebagainya. Ketika siswa tidak mampu menjalin hubungan antar

pribadi, siswa akan memperoleh teguran dari guru dan temannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya interaksi tatap muka

yang menghasilkan sifat saling ketergantungan sehingga siswa dapat

(50)

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Dalam pelaksanaannya, terdapa langkah-langkah yang harus

dilakukan dalam pembelajaran kooperatif. Berikut adalah

langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut Donni Juni Priansa (2015:

253)

Langkah Penjelasan

Fase – 1 Pre-test

Guru menyiapkan seperangkat alat tes sesuai dengan materi yang akan disampaikan Fase 2

Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi peserta didik

Fase 3

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan

Fase 4

Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok-kelompok belajar dan bagaimana caranya membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien

Fase 5

Membimbing kelompok kerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

Fase 6 Pos-test

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikannya Fase 7

Tindak lanjut

Guru mencari cara untuk I menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok dengan memberikan rekomendasi sesuai hasil yang diperoleh

4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif a. Kelebihan

Menurut Sugiyanto (2010:43-44) ada banyak pembelajaran

kooperatif seperti:

(51)

2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,

keterangan, informasi, perilaku sosial, dan

pandangan-pandangan.

3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai

sosial dan komitmen.

5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa

dewasa.

7) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk

memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan

dan dipraktikkan.

8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesame manusia.

9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi

dari berbagai perspektif.

10)Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang

dirasakan lebih baik.

11)Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang

perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat,

etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.

b. Kelemahan

Menurut Johnson and Johson dalam Nurhadi (2004: 64)

(52)

1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,

sementara proses pembelajaran kooperatif memerlukan lebih

banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.

2) Membutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang

cukup memadai.

3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada

kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas

meluas.

4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang.

5. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif

Jenis-jenis pembelajaran kooperatif antara lain adalah sebagai

berikut. (Johnson and Johnson dalam Miftahul Huda, 2012: 87-88)

a. Kelompok pembelajaran kooperatif (formal cooperative learning group)

Pada pembelajaran kooperatif ini siswa bekerja untuk

satu atau beberapa sesi pertemuan. Kelompok pada

pembelajaran kooperatif formal dibuat berdasarkan

prosedur-prosedur seperti keputusan-keputusan

pra-instruksional, perancangan tugas dan struktur koopertif,

pengawasan kelompok-kelompok kooperatif, evaluasi

(53)

b. Kelompok pembelajaran kooperatif informal (informal cooperative learning group)

Pada pembelajaran kooperatif informal siswa bekerja

hanya untuk satu kali pertemuan saja. Kelompok dibentuk

untuk memfokuskan perhatian siswa pada materi yang

dipelajari, menciptakan setting dan mood yang kondusif untuk belajar, memastikan siswa memproses materi yang

sudah diajarkan dan menjadi kegiatan penutup di akhir

pelajaran.

c. Kelompok besar kooperatif (cooperative base group)

Kelompok besar kooperatif merupakan kelompok

kooperatif dalam jangka panjang dengan keanggotaan stabil.

Tujuan utamanya adalah saling memberi dukungan,

dorongan, dan bantuan antar sesama anggota agar saling bisa

berkembang secara akademik, kognitif, dan sosial.

d. Gabungan tiga kelompok kooperatif (integrated use of cooperative learning group)

Jenis pembelajaran koopertif ini adalah gabungan dari

tiga jenis kelompok kooperatif yang dibuat untuk

mengefektifkan dan memaksimalkan pembelajaran siswa

(54)

6. Tipe -Tipe Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin dalam Miftahul Huda (2013: 114-153)

tipe pembelajaran kooperatif dibagi menjadi tiga kategori yaitu:

a. Metode Students Teams Learning

Metode ini menekankan pentingnya tujuan dan

kesuksesan kelompok yang dapat dicapai hanya jika semua

anggota kelompok benar-benar mempelajari materi yang

ditugaskan. Metode Students Teams Learning meliputi: 1) Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Pada tipe ini siswa mempelajari materi bersama

teman sekolompoknya kemudian mereka akan diuji

secara invidual melalui kuis-kuis. Perolehan nilai kuis

setiap anggota akan menjadi skor yang diperoleh

kelompok.

2) Teams Games Tournament (TGT)

TGT pada umumnya mirip dengan STAD. Pada

tipe ini siswa mempelajari materi bersama teman

sekelompoknya kemudian mereka akan diuji secara

individual melalui game akademik. 3) Jigsaw II

Pada jigsaw II setiap kelompok disajikan

informasi yang sama kemudian masing-masing

(55)

untuk bergabung dengan kelompok yang lain yang

disebut sebagai kelompok ahli. Selanjutnya kelompok

ahli akan berdiskusi kemudian satu orang dari setiap

kelompok akan kembali ke kelompok masing-masing

untuk membagikan informasi kepada teman-teman

sekelompoknya.

b. Metode Supported Cooperative Learning

Metode supported cooperative learning meliputi: 1) Learning Together (LT) - Circle of Learning (CL)

Dalam LT/CL siswa ditempatkan dalam

kelompok-kelompok kecil dan masing-masing

kelompok diminta untuk menghasilkan satu produk

kelompok.

2) Jigsaw

Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa

ditempatkan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5

orang. Selanjutnya setiap kelompok diberi materi dan

masing-masing anggota kelompok diberi informasi

yang membahas topik ajaran mereka saat ini dengan

setiap kelompok mempelajari informasi yang berbeda.

Kemudian setiap anggota kelompok bergabung

bersama anggota-anggota dari kelompok lain untuk

(56)

ke kelompok sebelumnya untuk menjelaskan

informasi yang mereka diskusikan.

3) Jigsaw III

Jigsaw III merupakan pembelajaran kooperti yang

khusus diterapkan pada kelas bilingual dengan

kelompok yang terdiri dari siswa yang mempelajari

bahasa inggris sebagai bahasa nasional, siswa yang

bahasa nasionalnya bukan bahasa inggris tetapi

terlibat dalam pembelajaran dengan bahasa inggris,

dan siswa yang bahasa nasionalnya bukan bahasa

inggris namun mahir berbahasa inggris.

4) Cooperative Learning Structures (CLS)

Model ini berisi struktur-struktur yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur ini

sebenarnya lebih mirip denga pola pengelolaan kelas

pembelajaran koopertif sebagi metode tersendiri.

5) Group Investigation (GI)

Dalam model ini siswa diberi kontrol dan pilihan

penuh untuk merencakan apa yang ingin dipelajari

dan diinvestigasi.

6) Complex Instruction (CI)

Fokus utama pembelajaran kooperatif ini adalah

(57)

kemampuan yang dimiliki siswa. Mereka ditempatkan

ke dalam kelompok kooperatif dan guru memberikan

keleluasaan pada mereka untuk menentukan proyek

yang mereka kerjakan.

7) Team Accelerated Instruction (TAI)

Dalam model ini siswa dikelompokkan

berdasaran kemampuannya yang beragam. Kemudian

masing-masing kelompok ditugaskan untuk

menyelesaikan materi pembelajaran atau PR tertentu.

8) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

CIRC merupakan model yang dirancang untuk

mengakomodasi level kemampuan siswa yang

beragam baik melalui pengelompokan yang homogen

maupu yang heterogen.

9) Structured Dyadic Methods (SDM)

SDM merupakan pembelajaran koopertif dengan

kelompok yang terdiri dari 2 orang dengan satu siswa

bertindak sebagai guru dan sisa bertindak sebagai

(58)

c. Metode-Metode Informal

Metode-metode informal meliputi:

1) Spontaneous Group Discussion (SGD)

Pada SGD siswa diminta untuk berdiskusi

berkelompok dan berdiskusi tentang sesuatu.

Selanjutnya guru akan memanggil kelompok satu

per satu untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

2) Numbered Heads Together (NHT)

Pada NHT guru akan meminta siswa untuk

duduk berkelompok dan masing-masing anggota

kelompok diberi nomor. Selanjutnya guru akan

memanggil suatu nomor dan siswa yang nomornya

sesuai harus mempresentasikan hasil diskusinya.

3) Team Product (TP)

Pada TP setiap kelompok diminta untuk

berkreasi atau menciptakan sesuatu. Namun guru

memberikan peran atau tugas yang berbeda-beda

pada masing-masing anggota untuk menciptakan

satu produk kelompok.

4) Cooperative Review (CR)

Pada CR siswa ditempatkan ke dalam

(59)

pertanyaan yang mencerminkan poin-poin utama

dati materi pelajaran.

5) Think Pair Share (TPS)

Pada TPS siswa diminta berpikir

sendiri-sendiri dahulu mengenai jawaban pertanyaan

kemudian siswa mendiskusikan bersama pasangan

di sebelahnya untuk memperoleh satu konsensus

yang mewakili jawaban mereka berdua.

6) Discussion Group (DG) – Group Project (GP) DG/GP dirancang untuk mengerjakan tugas

pembelajaran atau proyek tertentu, misalnya

membuat laporan. Pada model ini guru memastikan

bahwa setiap anggota mendapat tugas mengerjakan

masing-masing bagian dari laporan tersebut.

F. Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together (NHT) adalah pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagen dalam (Abdul Majid, 2013: 192).

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT dibagi menjadi empat

langkah yaitu:

1. Penomoran

Pada langkah ini guru membagi siswa ke dalam kelompok

yang terdiri dari 3-5 orang dan setiap anggota kelompok

(60)

Dalam pelaksanaannya, peneliti membagi siswa ke dalam lima

kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dalam setiap kelompok.

Selanjutnya peneliti membuat 21 kartu bernomor yang terdiri

dari nomor 1 sampai dengan nomor 4.

2. Mengajukan pertanyaan

Pada langkah ini guru mengajukan pertanyaan kepada

siswa. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa dapat bervariasi.

Pemberian pertanyaan yang dilakukan oleh peneliti dimuat

dalam LKS.

3. Berpikir bersama

Setelah guru mengajukan pertanyaan, siswa menyatukan

pendapatnya ter

Gambar

Gambar 2.2 Prisma
Gambar 2.3 (a) Prisma (b) Jaring-Jaring Prisma
Gambar 2.4 (a) Prisma
Tabel 3.4 Lembar Observasi Keaktifan Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Buerger Allen Exercise terbukti dapat meningkatkan nilai ABI lebih tinggi karena adanya perbedaan mekanisme dari perlakuan yang diberikan dimana Buerger Allen Exercise

Total pendapatan yang diperoleh pada usaha penangkapan ikan menggunakan alat tangkap Panah dan Bubu Dasar dapat dilihat pada tabel 5... Pendapatan usaha alat tangkap

Berdasar hasil perhitungan data yang diperoleh dari angket tingkat kecemasan siswa kelas XII regular, dari 19 responden didapatkan 10 responden atau setara dengan

Pada kebanyakan bayi baru lahir , hiperbilirubinemia tak terkonjugasi merupakan fenomena transisional yang normal , tetapi pada beberapa bayi, terjadi peningkatan bilirubin

Dari judul proposal penelitian yang menjadi objek penelitian ini dapat diketahui bahwa penelitian ini bersifat analisis kuantitatif yang bertujuan sesuai dengan

the profile after the students’ use proje ct- based learning method to improve students’ witing skills of procedure text to the Ninth grade students’ of MTs N Susukan in the

Dalam penelitian ini digunakan beberapa sediaan probiotik yang berbeda, yaitu sediaan Rillus (A), Lacbon (B), Lacidofil (C), dan Lacto B (D) yaitu untuk melihat jumlah koloni

Rute ditempuh lewat jalan air yang merupakan rawa dataran rendah ditumbuhi vegetasi rawa, dengan kerapatan cukup tinggi.. Rute ini terdapat padang alang-alang