ABSTRAK
Valentina Parinah, 2016. Hubungan Antara Motivasi dan Hasil Belajar serta Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) di Kelas VIII B SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Bahasan Prisma. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan hubungan motivasi belajar dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar di kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan prisma.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Subjek dari penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dengan subjek sebanyak 18 siswa. Penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2016 yang dimulai dengan observasi, pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), kemudian pengambilan data. Data yang diperoleh berupa data motivasi dengan instrumen kuesioner motivasi, data keaktifan belajar dengan instrumen lembar observasi, dan data hasil belajar dengan instrumen tes hasil belajar. Sebelum instrumen diujikan, dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan meminta pertimbangan dari pakar serta uji coba soal di kelas yang setara dengan kelas yang akan diuji. Selanjutnya data diolah dan ditentukan korelasi antara motivasi dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa (1) terdapat hubungan yang kurang signifikan antara motivasi dan hasil kontribusi motivasi terhadap hasil belajar dengan kontribusi sebesar 15.45% (2) terdapat hubungan antara keaktifan belajar dan hasil belajar dengan kontribusi sebesar 41.85%.
ABSTRACT
Valentina Parinah, 2016. The Relation Between Motivation and Learning Achievement with Learning Participation and Learning Achievement Using Cooperative Learning Type Numbered Heads Together (NHT) in Grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with Academic Year 2015/2016 with Topic of Prism. Mini Thesis. Study Program of Mathematics Education. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aims to find out and describe the relation between motivation and learning achievement with learning participation and learning achievement for students in grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with academic year 2015/2016with topic of prism.
The type used of this research is qualitative-quantitative research. The subject of this research are 18 students in grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with academic year 2015/2016. This research was done on April-June 2016 which started by observation, doing learning proses using cooperative learning type Numbered Heads Together (NHT), and then took the data. The data which gotten are motivation, participation, and learning achievement. Data of motivation is gotten from questioners, data of participation is gotten by observation sheet, and learning achievement is gotten by learning achievement test. Before use the instruments, researcher tested the validity and reliability. Validity test done by asking the specialist and tested in the other class who have similar ability as the subject of this research. The next step is researcher analyze the correlation between motivation and learning participation towards learning achievement.
The analysis show (1) there’s a relation between motivation and learning achievement but it’s not significant and the contribution is 15.45% (2) there’s a relation between learning participation toward learning achievement and the contribution is 45.85%.
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR
SERTA KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR
DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
DI KELAS VIII B SMP KANISIUS SLEMAN TAHUN AJARAN
2015/2016 PADA POKOK BAHASAN PRISMA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh : Valentina Parinah
NIM : 121414068
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN
Now you make your decision but later your decision will make you
If you’re unhappy with your life, fix what’s wrong and keep stepping
Dengan Penuh Syukur dan Kerendahan Hati Skripsi ini Kupersembahkan Untuk:
Orang tuaku Bapak Mateus Kanrad Parja dan Ibu Susana Sari
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 31 Agustus 2016
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Valentina Parinah
NIM : 121414068
Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul : Hubungan Antara Motivasi dan Hasil Belajar serta Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) di Kelas VIII B SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran
2015/2016 Pada Pokok Bahasan Prisma.
Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelola di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 31 Agustus 2016
Yang menyatakan,
vii ABSTRAK
Valentina Parinah, 2016. Hubungan Antara Motivasi dan Hasil Belajar serta Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) di Kelas VIII B SMP Kanisius Sleman Tahun Ajaran 2015/2016 Pada Pokok Bahasan Prisma. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan hubungan motivasi belajar dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar di kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 pada pokok bahasan prisma. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Subjek dari penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dengan subjek sebanyak 18 siswa. Penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2016 yang dimulai dengan observasi, pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), kemudian pengambilan data. Data yang diperoleh berupa data motivasi dengan instrumen kuesioner motivasi, data keaktifan belajar dengan instrumen lembar observasi, dan data hasil belajar dengan instrumen tes hasil belajar. Sebelum instrumen diujikan, dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan meminta pertimbangan dari pakar serta uji coba soal di kelas yang setara dengan kelas yang akan diuji. Selanjutnya data diolah dan ditentukan korelasi antara motivasi dan hasil belajar serta keaktifan belajar dan hasil belajar.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa (1) terdapat hubungan yang kurang signifikan antara motivasi dan hasil kontribusi motivasi terhadap hasil belajar dengan kontribusi sebesar 15.45% (2) terdapat hubungan antara keaktifan belajar dan hasil belajar dengan kontribusi sebesar 41.85%.
viii ABSTRACT
Valentina Parinah, 2016. The Relation Between Motivation and Learning Achievement with Learning Participation and Learning Achievement Using Cooperative Learning Type Numbered Heads Together (NHT) in Grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with Academic Year 2015/2016 with Topic of Prism. Mini Thesis. Study Program of Mathematics Education. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aims to find out and describe the relation between motivation and learning achievement with learning participation and learning achievement for students in grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with academic year 2015/2016with topic of prism.
The type used of this research is qualitative-quantitative research. The subject of this research are 18 students in grade VIII B of SMP Kanisius Sleman with academic year 2015/2016. This research was done on April-June 2016 which started by observation, doing learning proses using cooperative learning type Numbered Heads Together (NHT), and then took the data. The data which gotten are motivation, participation, and learning achievement. Data of motivation is gotten from questioners, data of participation is gotten by observation sheet, and learning achievement is gotten by learning achievement test. Before use the instruments, researcher tested the validity and reliability. Validity test done by asking the specialist and tested in the other class who have similar ability as the subject of this research. The next step is researcher analyze the correlation between motivation and learning participation towards learning achievement. The analysis show (1) there’s a relation between motivation and learning achievement but it’s not significant and the contribution is 15.45% (2) there’s a relation between learning participation toward learning achievement and the contribution is 41.85%.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “hubungan motivasi dan keaktifan belajar terhadap hasil belajar siswa SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016 dengan pokok bahasan prisma” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Selama penyusunan skripsi, penulis mengalami banyak hambatan baik dalam materi maupun dalam sistematika penulisan. Namun penulis memperoleh banyak dukungan, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Bapak Dr. Hongki Julie, M. Si selaku Kepala Program Studi Pendidikan Matematika.
4. Bapak Drs. Sukardjono, M. Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu membimbing penulis dengan segenap hati.
5. Ibu Nur Sukapti, S. Pd selaku Kepala Sekolah SMP Kanisius Sleman yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
6. Bapak A. Tatak Handaya K, S. Pd yang senantiasa membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian.
7. Siswa-siswi kelas VIII B SMP Kanisius Sleman yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.
x
9. Segenap karyawan JPMIPA yang telah membantu segala administrasi selama penulis menjadi mahasiswa di Universitas Sanata Dharma.
10.Keluargaku, Bapak Mateus Kanrad Parja, Ibu Susana Sari, dan adikku Christina Dwi Nuryani yang selalu memberi semangat, dukungan, dan motivasi dalam menyelesaiakan skripsi.
11.Teman-teman seperjuangan Fransisca Dwi Kurniasari, Asri Apriani, Ardhiana Dhian Utami, Yoanna Nungki Rianda, Dian Nugraheni, dan Trifosa Ester Seftiani yang telah dorongan dan diskusi dalam menyelesaiakan hambatan yang dialami oleh penulis.
12.Teman-teman dan sahabat, Arinta Yudhi Laksito, Scolastika Lintang R. R, Stania Mirandai Putri, Cecelia Resuera, Fransisca Erlin Yuniarti, dan yang telah memberi semangat, motivasi, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi.
13.Margarita Ika Noviantari, Elisabeth Okaviari D, Arinta Yudhi Laksito yang telah membantu dalam dokumentasi dan menjadi observer bagi penulis.
14.Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2012 atas kebersamaan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.
Penulis berharap agar skripsi yang telah disusun dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk kepentingan penulisan skripsi selanjutnya.
xi DAFTAR ISI
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
Kata Pengantar ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR, GRAFIK, DAN HISTOGRAM ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Definisi Istilah ... 8
G. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II ... 11
KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. Belajar ... 11
1. Pengertian Belajar ... 11
xii
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 14
B. Mengajar ... 19
C. Hasil Belajar ... 20
D. Pembelajaran ... 26
E. Pembelajaran Kooperatif ... 27
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 27
2. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif ... 28
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 30
4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif... 31
5. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif ... 32
6. Tipe -Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 34
F. NHT (Numbered Heads Together)... 40
G. Motivasi ... 41
1. Pengertian Motivasi ... 41
2. Pengertian Motivasi Belajar ... 44
H. Keaktifan Belajar ... 46
I. Penelitian Terdahulu ... 48
J. Materi Pembelajaran ... 49
K. Kerangka Berpikir ... 54
BAB III ... 56
A. Jenis Penelitian ... 56
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 56
1. Waktu ... 56
2. Tempat Penelitian ... 57
xiii
1. Sampel ... 57
2. Populasi ... 57
D. Objek Penelitian ... 57
E. Variabel Penelitian ... 58
F. Hipotesis Penelitian ... 58
G. Instrumen Penelitian... 59
1. Instrumen Pembelajaran ... 59
2. Instrumen Motivasi Belajar Siswa ... 60
3. Instrumen Keaktifan Siswa ... 61
4. Instrumen Hasil Belajar ... 63
G. Validitas dan Reliabilitas ... 67
1. Validitas ... 67
2. Reliabilitas ... 68
H. Uji Coba Instrumen ... 69
1. Validitas ... 69
2. Reliabilitas ... 72
I. Metode Analisis Data ... 72
1. Kelayakan Analisis ... 72
2. Analisis Motivasi Belajar ... 73
4. Analisis Keaktifan Belajar ... 75
5. Analisis Data Tes Hasil Belajar ... 76
6. Analisis Korelasi ... 78
7. Regresi Linier ... 80
BAB IV ... 81
xiv
A. Kelayakan Analisis... 81
B. Deskripsi Data ... 82
1. Deskripsi Statistik ... 82
2. Deskripsi Grafik ... 85
C. Inferensia ... 91
1. Diagram Terserak ... 92
2. Uji Normalitas ... 93
3. Uji Korelasi ... 95
4. Uji Regresi ... 97
D. Pembahasan ... 99
1. Korelasi Antara Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa... 99
2. Korelasi Antara Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar... 99
E. Regresi Linier ... 100
F. Pendalaman Melalui Wawancara ... 100
G. Kelemahan Penelitian... 118
BAB V ... 119
KESIMPULAN DAN SARAN ... 119
A. Kesimpulan ... 119
B. Saran ... 120
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah Kooperatif ... 44
Tabel 2.2 Kelebihan dan Kelemahan NHT ... 50
Tabel 3.1 Instrumen Pembelajaran ... 59
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Fakta ... 60
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Opini ... 61
Tabel 3.4 Lembar Observasi Keaktifan Belajar ... 61
Tabel 3.4 Silabus ... 63
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar ... 66
Tabel 3.6 Koefisien Validitas ... 68
Tabel 3.7 Koefisien Reliabilitas ... 69
Tabel 3.8 Validitas Kuesioner Pernyataan Fakta ... 70
Tabel 3.9 Revisi Kuesioner Pernyataan Fakta ... 70
Tabel 3.10 Validitas Kuesioner Pernyataan Opini ... 71
Tabel 3.11 Revisi Kuesioner Pernyataan Opini ... 71
Tabel 3.12 Validitas THB ... 72
Tabel 3.15 Skor Pernyataan Fakta ... 74
Tabel 3.16 Skor Pernyataan Opini ... 74
Tabel 3.17 Kriteria Penentuan Motivasi ... 74
Tabel 3.14 Kriteria Penentuan Keaktifan ... 76
Tabel 3.18 Pedoman Skor THB ... 77
Tabel 3.19 Kritria Penentuan Hasil Belajar ... 77
Tabel 4.2 Skor Kuesioner Fakta dan Opini ... 82
Tabel 4.3 Statistik Skor Kuesioner Fakta dan Kuesioner Opini ... 83
Tabel 4.4 Rekapitukasi Keaktifan Siswa ... 83
Tabel 4.5 Statistik Keaktifan Siswa ... 84
xvi
xvii
DAFTAR GAMBAR, GRAFIK, DAN HISTOGRAM
Gambar 2.1 ... 44
Gambar 2.2 Prisma ... 50
Gambar 2.3 Jaring-Jaring Prisma ... 52
Gambar 2.4 ... 53
Histogram 4.1 Motivasi Belajar ... 86
Histogram 4.2 Keaktifan Belajar... 88
Histogram 4.3 Hasil Belajar Siswa ... 91
Gambar 4.1 Diagram Terserak Hasil Belajar dan Motivasi Belajar ... 92
Gambar 4.2 Diagram Terserak Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar ... 92
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Silabus ... 125
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 131
Lembar Kerja Siswa ... 140
Kuesioner Motivasi... 144
Lembar Pengamatan Keaktifan ... 148
LAMPIRAN B Tes Hasil Belajar ... 150
Pedoman Penilaian ... 151
LAMPIRAN C Validitas Pakar RPP... 157
Validitas Pakar Kuesioner dan Tes Hasil Belajar ... 162
Validitas Butir Kuesioner dan Tes Hasil Belajar ... 167
Reliabilitas Kuesioner dan Tes Hasil Belajar ... 173
LAMPIRAN D Uji Normalitas ... 179
Perhitungan Korelasi ... 182
Perhitungan Regresi ... 184
LAMPIRAN E Contoh Hasil Kuesioner... 186
Contoh Hasil Obervasi Keaktifan ... 193
Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 196
LAMPIRAN F Foto-Foto Saat Penelitian ... 201
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk membangun
suatu bangsa. Untuk mendukung pelaksanaan pendidikan di Indonesia,
dibentuk suatu lembaga pendidikan yang dibagi menjadi lembaga
pendidikan formal dan lembaga pendidikan non formal. Dalam
pelaksanaannya, pendidikan tidak pernah lepas dari kegiatan belajar.
Menurut Hilgard belajar diartikan sebagai suatu proses yang melahirkan
atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam
laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari
perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan
misalnya kematangan. Dalam pendidikan yang tradisional diutamakan
penumpukan ilmu dan karena itu dicap sebagai pendidikan yang
intelektualistis. Sementara pendidikan modern memperhatikan
perkembangan seluruh pribadi anak. Pengetahuan tetap penting namun
juga harus berfungsi dalam hidup anak (Nasution, 1982: 39).
Dalam suatu lembaga pendidikan formal, kegiatan mengajar
merupakan hal yang sangat penting. Mengajar adalah proses interaksi
antara guru dan siswa dalam mana guru mengharapkan siswanya dapat
menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang benar-benar dipilih
hendaknya relevan dengan tujuan pembelajaran. Mengajar sebenarnya
memberi kesempatan kepada yang diajar untuk mencari, bertanya, menalar,
dan bahkan menebak dan mendebat (Herman Hudoyo, 1980: 18).
Setelah proses belajar mengajar maka akan diperoleh hasil belajar.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2010: 22).
Selanjutnya hasil belajar tersebut dapat diukur dengan tes hasil belajar.
Nilai dari tes hasil belajar akan menentukan seberapa besar kemampuan
siswa setelah menerima pengalaman belajar. Namun ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kegiatan belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kegiatan belajar antara lain faktor-faktor-non sosial, faktor-faktor sosial,
faktor-faktor fisiologis, dan faktor-faktor psikologis. Faktor-faktor
psikologis merupakan faktor-faktor yang mendorong aktivitas belajar
(Sumadi Suryabrata, 1984: 253-258). Dalam hal ini faktor-faktor yang
mendorong aktivitas belajar itu adalah motivasi belajar. Oleh karena itu
motivasi belajar perlu ditingkatkan untuk mendukung proses belajar hasil
belajar siswa akan sesuai dengan yang diharapkan.
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang
merupakan tempat bertemunya guru dan siswa untuk melakukan suatu
interaksi yang disebut belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi di
kelas VIII B SMP Kanisius Sleman, cara mengajar guru tidak selalu
mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Terkadang guru
kemudian meminta siswa untuk mengerjakan soal. Ketika siswa sudah
membaca sampai 3 kali guru memanggil siswa kemudian memberi
pertanyaan. Selain meminta siswa membaca buku, terkadang guru juga
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Guru akan memberi
soal terlebih dahulu kepada siswa dan meminta siswa untuk
menyelesaikan soal tersebut. Selanjutnya guru akan meminta siswa untuk
menjelaskan penyelesaiannya yang dikerjakan siswa secara lisan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di SMP Kanisius Sleman, ada
beberapa permasalahan yang dihadapi guru. Salah satunya, peneliti
melihat sebagian besar siswa menghafalkan materi atau rumus karena guru
akan memanggil siswa secara acak untuk ditanya. Hasilnya, meskipun
siswa sudah membaca dan menghafal, beberapa siswa masih terlihat
bingung dan ragu-ragu ketika menjawab pertanyaan guru. Ketika siswa
mulai bingung, mereka akan membuka kembali LKS yang mereka baca.
Selain itu peneliti juga melihat beberapa siswa menguap pada jam pertama
sekitar ke-10, menit ke-13, dan menit ke-18. Ketika semua siswa sedang
membaca LKS, ada juga siswa yang sibuk bermain tangan meskipun
pandangannya terlihat mengarah kepada LKS.Selain itu ada juga siswa
yang sibuk bermain rambut pada menit ke-21.
Permasalahan lain yang terjadi adalah ketika siswa diberi pekerjaan
rumah, ada beberapa siswa yang kemungkinan belum mengerjakan
pekerjaan rumahnya. Untuk mengatasinya, siswa tersebut menyalin
penyelesaiannya. Akibatnya ketika siswa tersebut ditanya oleh guru
mengenai penyelesaian masalahnya, siswa tersebut menjadi bingung dan
melakukan kesalahan dalam membacakan penyelesaian seperti akar
pangkat tiga tetapi siswa tersebut hanya mengatakan akar. Setelah ditanyai
oleh guru, siswa tersebut mengaku menyalin jawaban temannya tetapi
ternyata siswa yang jawabannya disalin itu juga menyalin jawaban dari
teman lain lagi.
Sementara di kelas lain yaitu kelas VIII A, pada awal pembelajaran
yaitu pada menit ke-10 sampai menit ke-15 beberapa siswa terlihat aktif
dengan bertanya kepada guru. Namun ketika guru sedang menjelaskan
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, beberapa siswa yaitu pada
menit ke-15 terlihat mengobrol bersama temannya. Selain mengobrol,
beberapa siswa juga terlihat menguap pada menit ke-33. Ketika guru
memberi waktu kepada siswa untuk menyelesaikan masalah, ada juga
siswa terlihat kurang bersemangat dalam mengerjakan soal karena ia sibuk
menggambar di buku tulisnya dan tidak mencoba untuk berdiskusi
bersama temannya.
Setelah melihat permasalahan yang terdapat di kelas VIII SMP
Kanisius Sleman, peneliti berpikir bahwa permasalahan tersebut dapat
diatasi dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
kelompok kecil, pembelajaran kooperatif akan menyebabkan siswa saling
ketergantungan dalam hal positif seperti mencari sumber belajar atau
memecahkan masalah. Pembelajaran kooperatif juga memiliki unsur tatap
muka yang diwujudkan dalam bentuk diskusi. Kegiatan diskusi ini dapat
berguna untuk membentuk hubungan antar siswa agar siswa saling
menghargai perbedaan, mengisi kekurangan, dan memanfaatkan kelebihan
masing-masing untuk kepentingan kelompok.
Jenis model pembelajaran kooperatif yang diipilih oleh peneliti adalah
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Alasan utama peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) adalah peneliti tidak melihat adanya kompetisi selama peneliti melakukan observasi. Dalam pelaksanaannya,
guru akan membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 3-5 siswa
dan setiap anggota diberi nomor 1-5. Selanjutnya guru akan mengajukan
pertanyaan kepada siswa. Ketika guru sudah mengajukan pertanyaan,
siswa akan berpikir bersama untuk menyatukan pendapatnya terhadap
penyelesaian masalah dan memastikan setiap anggota mengetahui jawaban
itu. Selanjutnya guru akan memanggil suatu nomor dan siswa yag
nomornya sesuai harus mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas
(Abdul Majid, 2013: 192). Dengan cara berdiskusi dan memanggil siswa
untuk menjawab pertanyaan, peneliti berpikir bahwa siswa akan
berpartisipasi dalam kelompok dengan memberikan pendapatnya. Siswa
dalam kelompok dan diharuskan untuk menjelaskan penyelesaian masalah.
Dengan menjelaskan penyelesaian masalah ini, peneliti juga berpikir
bahwa guru akan mengetahui tingkat kemampuan siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang tekah dipaparkan, peneliti
mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran di SMP Kanisius
Sleman. Permasalahan tersebut antara lain:
1. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Siswa lebih sering menghafal daripada mencoba memahami materi.
3. Siswa terlihat kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran.
4. Motivasi belajar siswa terlihat kurang karena beberapa siswa menguap.
5. Beberapa siswa mengobrol ketika guru sedang menjelaskan.
6. Ada siswa yang sibuk menggambar ketika guru memberikan latihan
soal.
7. Beberapa siswa sibuk bermain pulpen ketika guru memberi waktu
untuk mengerjakan soal.
C. Pembatasan Masalah
Dengan melihat latar belakang dan identifkasi masalah yang terjadi di
SMP Kanisius Sleman, peneliti membuat pembatasan masalah mengenai
masalah yang akan diteliti agar penelitian menjadi lebih fokus pada kelas
VIII B. Dalam penelitian ini masalah yang akan diteliti adalah keaktifan
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalah yang terjadi di SMP Kanisius Sleman, peneliti
membuat rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah hubungan antara motivasi dan hasil belajar siswa kelas
VIII B SMP Kanisius Sleman dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)?
2. Bagaimanakah hubungan antara keaktifan belajar dan hasil belajar
siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah yang dipaparkan pada latar belakang dan
identifikasi masalah, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar
siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman tahun ajaran 2015/2016
dengan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together).
2. Mendeskripsikan hubungan antara keaktifan belajar dan hasil belajar
siswa kelas VIII B SMP Kanisius Sleman dengan pendekatan
pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil siswa kelas VIII B
F. Definisi Istilah 1. Belajar
Belajar adalah suatu proses yang melahirkan atau mengubah suatu
kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam
lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh
faktor-faktor yang tidak termasuk latihan (Hilgard dalam Nasution,
1984: 39).
2. Mengajar
Mengajar adalah proses interaksi antara guru dan siswa dalam
mana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang benar-benar dipilih oleh guru (Herman
Hudoyo, 1980: 18).
3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2010: 22)
4. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
respon terhadap situasi tertentu (Corey dalam Syaiful Sagala, 2014:
5. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan
secara berkelompok. Siswa dalam satu kelas dijadikan
kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 samapi 5 orang. (Slavin dalam Tanuredjo,
2011:56)
6. Numbered Heads Together (NHT)
NHT adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer
Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tertentu. Dalam NHT guru menggunakan
4 struktur yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama,
dan menjawab. (Abdul Majid, 2013: 192)
7. Motivasi
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan
(Mc Donald dalam Oemar Hamalik (2007: 173).
8. Keaktifan
Keaktifan adalah keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam
G. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai oleh peneliti, diharapkan penelitian
ini dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti sebagai latihan dalam membuat
membuat karya ilmiah.Selain itu peneliti juga memperoleh
pengalaman dalam menerapkan suatu metode pembelajaran yang
nantinya dapat berguna sebagai bekal untuk menjadi seorang guru.
2. Bagi Sekolah
Penelitian ini bermanfaat bagi sekolah sebagai masukan dalam
penggunaan model pembelajaran matematika.
3. Bagi Universitas
Penelitian ini bermanfaat bagi universitas sebagai khasanah
pengetahuan yang dapat digunakan pembaca untuk menambah
pengetahuan berkaitan dengan model pembelajaran yang digunakan
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh semua
orang dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam dunia pendidikan.
Bahkan setiap kegiatan dalam suatu lembaga pendidikan baik formal
maupun non-formal tidak pernah lepas dari kegiatan belajar. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar, beberapa ahli psikologi
mendefiniskan pengertian dari belajar.
Menurut Hilgard dalam Nasution (1982: 39) belajar adalah
proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan
latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah)
yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang
tidak termasuk latihan.
Menurut R. Gagne dalam Ahmad Susanto (2013: 1-2) belajar
dapat didefiniskan sebagai suatu proses dimana suatu organisme
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Pengalaman yang
dimaksud adalah pengalaman yang diperoleh berdasarkan interaksi
menekankan belajar sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan
atau instruksi yang berupa perintah, arahan, atau bimbingan.
Menurut Eveline Siregar (2010: 1) belajar merupakan sebuah
proses yang kompleks yang terjadi seumur hidup, sejak masih bayi
hingga liang lahat. Seseorang yang telah belajar ditandai dengan
adanya perubahan tingkah laku yang bersifat kognitif, psikomotor,
maupun afektif.
Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seorang
individu yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Dalam hal
belajar ini perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah perubahan
yang diperoleh berdasarkan melalui suatu latihan yang merupakan
pengalaman interaksi individu dengan lingkungannya yang
berlangsung pada diri individu seumur hidup.
2. Ciri-Ciri Belajar
Belajar menunjuk pada proses yang mengakibatkan tingkah
laku seseorang. Menurut Djamarah (2011: 15-16) ada beberapa ciri-ciri
belajar yaitu:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
Dalam proses belajar, seorang individu dapat menyadari
perubahan-perubahan dalam dirinya, misalnya perubahan
pengetahuan yang diperoleh dari latihan, perubahan kecakapan,
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Perubahan yang merupakan akibat dari belajar akan
berlangsung terus menerus dan tidak statis. Artinya perubahan itu
akan menyebabkan perubahan lain yang dapat berguna untuk
proses belajar selanjutnya.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan dalam belajar selalu bertambah dan dimaksudkan
untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik. Semakin banyak usaha
belajar dilakukan maka akan semakin banyak pula perubahan yang
diperoleh.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Dalam proses belajar, perubahan yang terjadi bersifat tetap.
Jika perubahan itu hanya bersifat sementara saja maka perubahan
itu tidak dapat digolongkan sebagai belajar.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan belajar dimaksudkan untuk mencapai suatu
tujuan.Hal ini mengakibatkan perubahan dalam belajar merupakan
perubahan yang diarahkan pada perubahan tingkah laku yang
ditetapkan.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Maksud dari perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
menyeluruh baik perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun
sikap.
Berdasarkan uraian ciri-ciri belajar di atas, dapat disimpulkan
bahwa ciri-ciri seseorang yang telah belajar adalah mengalami
perubahan positif yang terarah dan permanen yang mencakup seluruh
aspek tingkah laku.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Pelaksanaan kegiatan belajar memiliki beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Menurut Sumadi Suryabrata (1984: 253-258)
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut.
a. Faktor-Faktor Non-Sosial Dalam Belajar
Faktor-faktor non-sosial dalam belajar meliputi keadaan udara,
suhu udara, cuaca, waktu, alat-alat yang dipakai dalam kegiatan
pembelajaran, maupun letak sekolah.
b. Faktor-Faktor Sosial Dalam Belajar
Faktor sosial adalah faktor manusia baik manusia yang hadir
maupun manusia yang kehadirannya dapat disimpulkan. Manusia
yang kehadirannya dapat disimpulkan merupakan manusia yang
hadir langsung ketika proses belajar, misalnya ketika suatu kelas
sedang menghadapi ujian kemudian ada beberapa orang yang
bercakap-cakap di sekitar kelas. Sementara kehadiran yang dapat
misalnya suara nyanyian yang didengarkan lewat radio maupun
tape recorder.
c. Faktor-Faktor Fisiologis Dalam Belajar
Faktor psikologis dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
(1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya
Keadaan tonus jasmani pada umumnya merupakan
keadaan jasmani seseorang. Keadaan ini dapat dipengaruhi
oleh nutrisi dengan kadar yang cukup sehingga dapat
mengatasi masalah seperti siswa yang lesu, lekas mengantuk,
lekas lelah, dan sebagainya. Selain itu ada juga penyakit
kronis yang mengganggu belajar seperti pilek, influenza, sakit
gigi, batuk, dan sebagainya.
(2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu
Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu berkaitan
dengan panca indera. Hal ini disebabkan karena dalam proses
belajar untuk mengenal dunia sekitar, seserorang
membutuhkan alat indera. Ketika salah satu indera kurang
berfungsi, maka proses belajar di kelas akan terganggu.
d. Faktor-Faktor Psikologis dalam Belajar
Faktor-faktor psikologis dalam belajar merupakan hal
yang mendorong aktivitas belajar, yang merupakan alasan
umumnya mempunyai pengaruh besar dalam kegiatan belajar
adalah cita-cita.
Sementara menurut Purwanto dalam M. Thobroni (2015: 28-30)
faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses belajar
dibedakan menjadi dua golongan.
1) Faktor individual yaitu faktor yang ada pada diri organisme
tersebut yang meliputi:
a) Faktor kematangan atau pertumbuhan
Faktor kematangan merupakan faktor yang berkaitan dengan
pertumbuhan organ-organ tubuh, usia, dan pertumbuhan
mental.
b) Faktor kecerdasan atau intelegensi
Kecerdasan yang dimaksud merupakan kecakapan dalam
mempelajari mata pelajaran. Sebagai contoh, seorang anak
berusia empat belas tahun telah matang untuk belajar ilmu
pasti, tetapi pada kenyataannya tidak semua anak pandai
dalam ilmu pasti.
c) Faktor latihan dan ulangan
Semakin sering seorang anak berlatih dan mengulang makan
akan semakin banyak pengetahuan yang dikuasainya. Sering
berlatih juga dapat menimbulkan minat sehingga perhatian
d) Faktor motivasi
Motivasi merupakan faktor yang mendiring seseorang untuk
melakukan sesuatu. ketika seseorang mengetahui pentingnya
hasil yang akan dicapai dapalam kegiatan belajar, maka ia
akan berusaha untuk mempelajari.
e) Faktor pribadi
Sifat pribadi yang dimaksud dapat berupa sifat keras hati,
halus perasaannya, berkemauan keras, atau tekun. Selain itu
terdapat pula faktor fisik kesehatan dan kondisi badan.
2) Faktor sosial yaitu faktor yang ada di luar individu yang meliputi:
a) faktor keluarga
keluarga memiliki peran dalam proses belajar karena
keluarga berperan dalam memenuhi ketersediaan
fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar. selain itu keluarga
yang memiliki cita-cita yang tinggi akan mendorong
anaknya untuk lebih rajin belajar.
b) faktor guru dan cara mengajarnya
sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan
yang dimiliki guru, dan cara guru mengajarkan pengetahuan
kepada peserta didik dapat menentukan hasil belajar yang
c) faktor alat yang digunakan dalam belajar-mengajar
alat belajar digunakan untuk mempermudah anak-anak
dalam mempelajari suatu materi. Oleh karena itu sekolah
yang memiliki peralatan dan perlengkapan yang diperlukan
untuk belajar dapat mempercepat anak-anak dalam belajar.
d) faktor lingkungan dan kesempatan yang tersedia
faktor lingkungan yang dimaksud dapat berupa jarak rumah
yang jauh dengan sekolah atau pengaruh lingkungan
lingkungan buruk. Sementara kesempatan yang tersedia
dapat berua intelegensi, sekolah, dan fasilitas belajar.
e) faktor motivasi sosial
Motivasi sosial merupakan motivasi yang berasal dari orang
lain, misalnya orang tua yang mendorong anaknya utnuk
rajin belajar. selain orang tua, motivasi juga dapat berasal
dari tetangga, sanak saudara, teman-teman sekolah, atau
teman sepermainan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri
seseorang serta dari luar diri seseorang. Faktor dalam diri meliputi faktor
fisik, psikologis, dan kecerdasan sementara faktor dari luar meliputi
B. Mengajar
Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
membantu siswa untuk memahami suatu materi pembelajaran. Menurut
Burton dalam Syaiful Sagala (2014: 61) mengajar adalah upaya
memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa
agar terjadi proses belajar.
Menurut Aunurrahman (2012:34) mengajar diartikan sebagai suatu
keadaan atau suatu aktivitas untuk menciptakan suatu situasi yang mampu
mendorong siswa untuk belajar. Situasi yang diciptakan dapat berupa
transfer pengetahuan dari guru atau dengan menggunakan media
pembelajaran yang telah disiapkan oleh guru.
Mengajar adalah proses interaksi antara guru dan siswa dalam mana
guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang benar-benar dipilih oleh guru. Pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang dipilih guru hendaknya relevan dengan tujuan
pembelajaran. Mengajar sebenarnya memberi kesempatan kepada yang
diajar untuk mencari, bertanya, menalar, dan bahkan menebak dan
mendebat (Herman Hudoyo, 1980: 18).
Berdasarkan pendapat dari ketiga ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa mengajar merupakan suatu interaksi antara guru dan siswa untuk
menciptakan aktivitas belajar berupa stimulus, bimbingan, atau arahan
sehingga siswa dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap
C. Hasil Belajar
Menurut K. Ibrahim dalam Ahmad Susanto (2013: 5) hasil belajar
dapat dairtikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh
dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Menurut pemikian Gagne dalam Agus Suprijono (2009: 5-6) hasil
belajar berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa baik secara lisan maupun tertulis.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan dalam
merepresentasikan konsep dan lambang.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitif seperti penggunaan konsep dan
pemecahan masalah.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerakan jasmani dan koordinasi.
5. Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak obyek
berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.
Sementara Agus Suprijono (2009: 7) mengatakan bahwa hasil
belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan. Maksud dari secara
keseluruhan adalah hasil belajar yang berupa kemampuan kognitif,
Kingsley dalam Sudjana (1990: 22) membagi hasil belajar siswa
menjadi tiga macam yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan
pengertian, serta sikap dan cita-cita. Sementara Gagne dalam Sudjana
(1990: 22) membagi hasil belajar menjadi 3 macam yaitu informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris.
Pembagian jenis hasil belajar menurut Kingsley dan Gagne pada
umumnya sama namun Gagne memperluas jenis pengetahuan dan
pengertian menjadi infromasi verbal, keterampilan intelektual dan strategi
kognitif.
Bloom dalam Nana Sudjana (1990: 22-23) menggolongkan hasil
belajar menjadi tiga ranah yaitu:
1. Ranah Kognitif
Ranah belajar kognitif merupakan ranah belajar yang berkenaan
dengan kemampuan intelektual. Bloom membagi hasil belajar ranah
koginitif menjadi enam aspek yang dikenal dengan nama taksonomi
Bloom. Enam aspek itu antara lain:
a. Pengetahuan
Istilah pengetahuan berasal dari terjemahan kata
knowledge. Dalam aspek hasil belajar yang dikemukan oleh Bloom, pengetahuan yang dimaksud oleh merupakan
pengetahuan hafalan seperti rumus, batasan, definisi, istilah,
pasal undang-undang, nama tokoh, dan nama kota. Selain itu
berkaitan dengan fakta misalnya guru memberikan pernyataan seperti “guru sedang menulis”.
b. Pemahaman
Pemahaman dalam taksonomi Bloom dibedakan menjadi
tiga kategori yaitu tingkat terendah, tingkat kedua, dan
tingkat ketiga. Pemahaman pada tingkat terendah merupakan
pemahaman terjemahan yang menerjemahkan ke dalam arti
sebenarnya misalnya menerjemahkan kata dalam bahasa
Indonesia ke dalam bahasa inggris. Pemahaman tingkat
kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan
beberapa bagian yang diketahui kemudian membedakan yang
pokok dan tidak pokok. Contoh pemahaman tingkat dua
adalah menyusun kalimat dalam bahasa inggris. Pemahaman
tingkat ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi yaitu
kemampuan untuk melihat dibalik yang tertulis dan membuat
ramalan tentang konsekuensi.
c. Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi
konkret atau situasi khusus (Sudjana, 1990: 25). Abstraksi
yang dimaksud dapat berupa ide atau teori. Contohnya adalah
memecahkan masalah matematika dengan menggunakan
d. Analisis
Analisis merupakan usaha untuk memilah suatu integritas
unsur-unsur sehingga susunannya menjadi jelas. Kemampuan
analisis perlu dikembangkan sehingga seseorang dapat
mengaplikasikannya pada suatu situasi sehingga menjadi
lebih kreatif.
e. Sintesis
Sistesis merupakan penyatuan unsur-unsur untuk
membentuk bagian secara menyeluruh. Berpikir secara
sintesis adalah berpikir divergen (Sudjana, 1990: 28).
Berpikir divergen berarti berpikir dengan jawaban yang
belum dapat dipastikan sehingga jawaban yang diperoleh
tidak hanya berorientasi pada satu jawaban saja.
f. Evaluasi.
Evaluasi merupakan pemberian keputusan tentang nilai
sesuatu. Pemberian evaluasi ini dapat dilihat dari beberapa
segi misalnya tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan,
maupun metode. Selain melihat dari beberapa segi, dalam
pelaksanaan evaluasi juga harus dibuat kriteria tertentu.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif merupakan ranah yang berkenaan dengan nilai dan
sikap. Nilai yang dimaksud merupakan nilai sosial sementara sikap
afektif hasil belajar dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu (Sudjana,
1990: 30) :
a. Reciving/attending
Reciving merupakan kepekaan siswa dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa. Rangsangan
yang diterima dapat berupa masalah, situasi, atau gejala.
Misalnya ketika guru memberi situasi dengan memanggil
nama siswa.
b. Responding
Responding merupakan reaksi yang diberikan ketika seseorang diberi rangsangan dari luar. Misalnya seorang
siswa menjawab panggilan dari guru.
c. Valuing
Valuing merupakan penilaian dan kepercayaan terhadap rangsangan yang diberikan. Kesediaan menerima nilai dan
latar belakang juga termasuk dalam evaluasi dari valuing. Misalnya ketika seorang siswa mempertimbangkan untuk
menjawab soal ketika guru memberi pertanyaan.
d. Organisasi
Organisasi merupakan pengembangan dari nilai ke
dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan antar nilai,
e. Karakteristik
Karakteristik merupakan keterpaduan semua sistem nilai
yang dimiliki oleh seseorang yang mempengaruhi
kepribadian dan tingkah lakunya.
3. Ranah Psikomotor
Hasil belajar ranah psikomotor merupakan keterampilan (skill)
dan kemampuan bertindak individu. Terdapat enam tingkatan
keterampilan yaitu gerakan refleks, keterampilan pada
gerakan-gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampun di bidang fisik,
gerakan-gerakan skill, dan kemampuan yang berkenaan dengan
komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresi dan interpretatif (Sudjana, 1990: 30-31).
Sementara Gagne (Kurniawan, 2015: 14-15) mengajukan lima
kategori hasil belajar yang ingin dibentuk dari proses pembelajaran yaitu:
1. Keterampilan intelektual
Keterampilan kognitif merupakan pengetahuan mengenai cara
melakukan sesuatu.
2. Strategi kognitif
Strategi kognitif merupakan kemampuan untuk mengatur dan
mengendalikan perilaku belajar diri sendiri dalam mengingat dan
3. Informasi verbal
Informasi verbal adalah hasil pengetahuan tentang sesuatu yang
bisa disebut pengetahuan verbal. Hasil pengetahuan dalam informasi
verbal berupa hafalan, istilah, atau fakta.
4. Keterampilan gerak
Keterampilan gerak adalah kemampuan untuk mengerjakan
sesuatu dengan menggunakan tangan-kaki dan lata tubuh lainnya.
Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah hasil perubahan perilaku baik berupa kognitif, motorik,
maupun sikap yang diuji dengan menggunakan suatu tes.
D. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dalam
proses belajar mengajar. Menurut Corey (1986) dalam Syaiful Sagala
(2014: 61) pembelajaran adalah adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
Berdasarkan tujuannya, pembelajaran dimaksudkan utnuk
terciptanya suasana sehingga siswa belajar. Oleh karena itu pembelajaran
terdapat keterkaitan antara belajar dan pembelajaran sehingga aktivitas
belajar siswa harus dijadikan titik tolak dalam merancang pembelajaran.
Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja diciptakan sehingga
tercipta suasan belajar dan menghasilkan respon dalam siatuasi tertentu.
E. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar
(Sugiyanto, 2009: 37).
Menurut Khoe Yao Tung (2015: 248) pembelajaran kooperatif
adalah strategi pembelajaran yang memberikan peran terstruktur ke para
murid dengan menekankan strategi mengajar yang memberikan interaksi
pada diri murid-muridnya. Dalam hal ini pembelajaran yang dimaksud
dapat terjadi apabila dilakukan dalam kelompok kecil sehingga murid
dapat saling membantu dalam belajar.
Pendapat lain dikemukakan oleh Ngalimun (2014: 161) yang
mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar
dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu
mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut
Ngalimun, sintaks dari pembelajaran kooperatif adalah informasi,
pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok,
Menurut Johnson and Johnson (dalam Isjoni dan Ismail, 2008:
152) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara
kelompok-kelompok kecil. Di dalam kelompok-kelompok yang telah
dibentuk, siswa dapat belajar dan bekerja sama sehingga siswa
memperoleh pengalaman belajar.
Berdasarkan uraian pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran dengan
membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen
sehingga siswa dapat berdiskusi dan saling membantu dalam
memecahkan suatu permasalahan.Selanjutnya siswa dalam kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan membuat laporan.
2. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Lie (2004) dalam Sugiyanto (2009: 40-42) terdapat
elemen-elemen pembelajaran yaitu:
a. Saling ketergantungan positif
Saling ketergantungan positif yang diharapkan dari pembelajaran
kooperatif antara lain saling ketergantungan dalam mencapai tujuan,
menyelesaikan tugas, mencari sumber, saling ketergantungan peran,
serta saling ketergantungan hadiah. Dengan adanya sifat saling
ketergantungan, guru akan mendorong siswa sehingga mereka akan
b. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka dalam pembelajaran kooperatif adalah
interaksi bersama guru serta teman sebaya.Tujuan dari interaksi ini
adalah agar siswa dapat belajar dari sesamanya yang mencerminkan
konsep pengajaran teman sebaya.
c. Akuntabilitas individual
Penilaian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi dan dilakukan secara individual. Selanjutnya hasil
penelitian disampaikan kepada kelompok untuk mengetahui
mengetahui anggota yang memerlukan bantuan. Dengan demikian
nilai yang diperoleh oleh kelompok merupakan nilai berdasarkan
rata-rata hasil belajar setiap anggota kelompok.Penilaian inilah yang
disebut dengan akuntabilitas individual.
d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan menjalin hubungan yang dimaksud merupakan
keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sopan, mengkritik ide,
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, dan
sebagainya. Ketika siswa tidak mampu menjalin hubungan antar
pribadi, siswa akan memperoleh teguran dari guru dan temannya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya interaksi tatap muka
yang menghasilkan sifat saling ketergantungan sehingga siswa dapat
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Dalam pelaksanaannya, terdapa langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam pembelajaran kooperatif. Berikut adalah
langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut Donni Juni Priansa (2015:
253)
Langkah Penjelasan
Fase – 1 Pre-test
Guru menyiapkan seperangkat alat tes sesuai dengan materi yang akan disampaikan Fase 2
Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi peserta didik
Fase 3
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan
Fase 4
Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok-kelompok belajar dan bagaimana caranya membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien
Fase 5
Membimbing kelompok kerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
Fase 6 Pos-test
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikannya Fase 7
Tindak lanjut
Guru mencari cara untuk I menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok dengan memberikan rekomendasi sesuai hasil yang diperoleh
4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif a. Kelebihan
Menurut Sugiyanto (2010:43-44) ada banyak pembelajaran
kooperatif seperti:
2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,
keterangan, informasi, perilaku sosial, dan
pandangan-pandangan.
3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai
sosial dan komitmen.
5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa
dewasa.
7) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk
memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan
dan dipraktikkan.
8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesame manusia.
9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi
dari berbagai perspektif.
10)Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang
dirasakan lebih baik.
11)Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang
perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat,
etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.
b. Kelemahan
Menurut Johnson and Johson dalam Nurhadi (2004: 64)
1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,
sementara proses pembelajaran kooperatif memerlukan lebih
banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
2) Membutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang
cukup memadai.
3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas
meluas.
4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang.
5. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif
Jenis-jenis pembelajaran kooperatif antara lain adalah sebagai
berikut. (Johnson and Johnson dalam Miftahul Huda, 2012: 87-88)
a. Kelompok pembelajaran kooperatif (formal cooperative learning group)
Pada pembelajaran kooperatif ini siswa bekerja untuk
satu atau beberapa sesi pertemuan. Kelompok pada
pembelajaran kooperatif formal dibuat berdasarkan
prosedur-prosedur seperti keputusan-keputusan
pra-instruksional, perancangan tugas dan struktur koopertif,
pengawasan kelompok-kelompok kooperatif, evaluasi
b. Kelompok pembelajaran kooperatif informal (informal cooperative learning group)
Pada pembelajaran kooperatif informal siswa bekerja
hanya untuk satu kali pertemuan saja. Kelompok dibentuk
untuk memfokuskan perhatian siswa pada materi yang
dipelajari, menciptakan setting dan mood yang kondusif untuk belajar, memastikan siswa memproses materi yang
sudah diajarkan dan menjadi kegiatan penutup di akhir
pelajaran.
c. Kelompok besar kooperatif (cooperative base group)
Kelompok besar kooperatif merupakan kelompok
kooperatif dalam jangka panjang dengan keanggotaan stabil.
Tujuan utamanya adalah saling memberi dukungan,
dorongan, dan bantuan antar sesama anggota agar saling bisa
berkembang secara akademik, kognitif, dan sosial.
d. Gabungan tiga kelompok kooperatif (integrated use of cooperative learning group)
Jenis pembelajaran koopertif ini adalah gabungan dari
tiga jenis kelompok kooperatif yang dibuat untuk
mengefektifkan dan memaksimalkan pembelajaran siswa
6. Tipe -Tipe Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin dalam Miftahul Huda (2013: 114-153)
tipe pembelajaran kooperatif dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
a. Metode Students Teams Learning
Metode ini menekankan pentingnya tujuan dan
kesuksesan kelompok yang dapat dicapai hanya jika semua
anggota kelompok benar-benar mempelajari materi yang
ditugaskan. Metode Students Teams Learning meliputi: 1) Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Pada tipe ini siswa mempelajari materi bersama
teman sekolompoknya kemudian mereka akan diuji
secara invidual melalui kuis-kuis. Perolehan nilai kuis
setiap anggota akan menjadi skor yang diperoleh
kelompok.
2) Teams Games Tournament (TGT)
TGT pada umumnya mirip dengan STAD. Pada
tipe ini siswa mempelajari materi bersama teman
sekelompoknya kemudian mereka akan diuji secara
individual melalui game akademik. 3) Jigsaw II
Pada jigsaw II setiap kelompok disajikan
informasi yang sama kemudian masing-masing
untuk bergabung dengan kelompok yang lain yang
disebut sebagai kelompok ahli. Selanjutnya kelompok
ahli akan berdiskusi kemudian satu orang dari setiap
kelompok akan kembali ke kelompok masing-masing
untuk membagikan informasi kepada teman-teman
sekelompoknya.
b. Metode Supported Cooperative Learning
Metode supported cooperative learning meliputi: 1) Learning Together (LT) - Circle of Learning (CL)
Dalam LT/CL siswa ditempatkan dalam
kelompok-kelompok kecil dan masing-masing
kelompok diminta untuk menghasilkan satu produk
kelompok.
2) Jigsaw
Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa
ditempatkan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5
orang. Selanjutnya setiap kelompok diberi materi dan
masing-masing anggota kelompok diberi informasi
yang membahas topik ajaran mereka saat ini dengan
setiap kelompok mempelajari informasi yang berbeda.
Kemudian setiap anggota kelompok bergabung
bersama anggota-anggota dari kelompok lain untuk
ke kelompok sebelumnya untuk menjelaskan
informasi yang mereka diskusikan.
3) Jigsaw III
Jigsaw III merupakan pembelajaran kooperti yang
khusus diterapkan pada kelas bilingual dengan
kelompok yang terdiri dari siswa yang mempelajari
bahasa inggris sebagai bahasa nasional, siswa yang
bahasa nasionalnya bukan bahasa inggris tetapi
terlibat dalam pembelajaran dengan bahasa inggris,
dan siswa yang bahasa nasionalnya bukan bahasa
inggris namun mahir berbahasa inggris.
4) Cooperative Learning Structures (CLS)
Model ini berisi struktur-struktur yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur ini
sebenarnya lebih mirip denga pola pengelolaan kelas
pembelajaran koopertif sebagi metode tersendiri.
5) Group Investigation (GI)
Dalam model ini siswa diberi kontrol dan pilihan
penuh untuk merencakan apa yang ingin dipelajari
dan diinvestigasi.
6) Complex Instruction (CI)
Fokus utama pembelajaran kooperatif ini adalah
kemampuan yang dimiliki siswa. Mereka ditempatkan
ke dalam kelompok kooperatif dan guru memberikan
keleluasaan pada mereka untuk menentukan proyek
yang mereka kerjakan.
7) Team Accelerated Instruction (TAI)
Dalam model ini siswa dikelompokkan
berdasaran kemampuannya yang beragam. Kemudian
masing-masing kelompok ditugaskan untuk
menyelesaikan materi pembelajaran atau PR tertentu.
8) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
CIRC merupakan model yang dirancang untuk
mengakomodasi level kemampuan siswa yang
beragam baik melalui pengelompokan yang homogen
maupu yang heterogen.
9) Structured Dyadic Methods (SDM)
SDM merupakan pembelajaran koopertif dengan
kelompok yang terdiri dari 2 orang dengan satu siswa
bertindak sebagai guru dan sisa bertindak sebagai
c. Metode-Metode Informal
Metode-metode informal meliputi:
1) Spontaneous Group Discussion (SGD)
Pada SGD siswa diminta untuk berdiskusi
berkelompok dan berdiskusi tentang sesuatu.
Selanjutnya guru akan memanggil kelompok satu
per satu untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
2) Numbered Heads Together (NHT)
Pada NHT guru akan meminta siswa untuk
duduk berkelompok dan masing-masing anggota
kelompok diberi nomor. Selanjutnya guru akan
memanggil suatu nomor dan siswa yang nomornya
sesuai harus mempresentasikan hasil diskusinya.
3) Team Product (TP)
Pada TP setiap kelompok diminta untuk
berkreasi atau menciptakan sesuatu. Namun guru
memberikan peran atau tugas yang berbeda-beda
pada masing-masing anggota untuk menciptakan
satu produk kelompok.
4) Cooperative Review (CR)
Pada CR siswa ditempatkan ke dalam
pertanyaan yang mencerminkan poin-poin utama
dati materi pelajaran.
5) Think Pair Share (TPS)
Pada TPS siswa diminta berpikir
sendiri-sendiri dahulu mengenai jawaban pertanyaan
kemudian siswa mendiskusikan bersama pasangan
di sebelahnya untuk memperoleh satu konsensus
yang mewakili jawaban mereka berdua.
6) Discussion Group (DG) – Group Project (GP) DG/GP dirancang untuk mengerjakan tugas
pembelajaran atau proyek tertentu, misalnya
membuat laporan. Pada model ini guru memastikan
bahwa setiap anggota mendapat tugas mengerjakan
masing-masing bagian dari laporan tersebut.
F. Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Heads Together (NHT) adalah pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagen dalam (Abdul Majid, 2013: 192).
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT dibagi menjadi empat
langkah yaitu:
1. Penomoran
Pada langkah ini guru membagi siswa ke dalam kelompok
yang terdiri dari 3-5 orang dan setiap anggota kelompok
Dalam pelaksanaannya, peneliti membagi siswa ke dalam lima
kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dalam setiap kelompok.
Selanjutnya peneliti membuat 21 kartu bernomor yang terdiri
dari nomor 1 sampai dengan nomor 4.
2. Mengajukan pertanyaan
Pada langkah ini guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa dapat bervariasi.
Pemberian pertanyaan yang dilakukan oleh peneliti dimuat
dalam LKS.
3. Berpikir bersama
Setelah guru mengajukan pertanyaan, siswa menyatukan
pendapatnya ter