• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman, keseragaman serta dominansi jenis makrozoobentos pada tiap stasiun pengamatan diperlihatkan pada Gambar 18 serta Lampiran 4.

Struktur Komunitas Makrozoobentos Perairan Pantai Kota Makassar

0.82 0.76 0.79 0.645 0.785 2.0337 0.89 1.63 1.87 1.67 1.7 0.135 0.22 0.17 0.28 0.25 0.59 0.558 0 0.5 1 1.5 2 2.5

Tallo Panampu Benteng Haji bau Jongaya Jeneberang

Keseragaman Keanekaragaman Dominansi

Gambar 18. Struktur komunitas makrozoobentos pada tiap stasiun pengamatan Berdasarkan Indeks keanekaragaman jenis makrozoobentos, stasiun muara Sungai Tallo, Kanal Benteng, Haji Bau, Jongaya dan Sungai Jeneberang dikategorikan dalam keadaan tercemar sedang, sementara stasiun muara Kanal Panampu mempunyai nilai keanekaragaman lebih kecil daripada 1 yaitu 0,89, yang menunjukkan bahwa perairan di muara Kanal Panampu telah mengalami pencemaran berat.

Apabila ditinjau dari indeks keseragaman jenis makrozoobentos (Gambar 18), maka stasiun muara Kanal Panampu dan Jongaya berada dalam keadaan labil dengan nilai 0,59 dan 0,645, sementara pada muara Sungai Tallo, Sungai Jeneberang, Kanal Benteng dan Haji Bau berada dalam keadaan stabil.

4.3.3. Status Pencemaran Perairan Pantai Kota A. Beban Pencemaran

a. Perhitungan Beban Pencemaran dari Sungai dan Kanal

Secara umum sumber pencemaran yang masuk ke perairan pantai Kota Makassar berasal dari limbah domestik dan industri. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Bapedalda Kota Makassar (2004) terindikasi bahwa sumber pencemaran terhadap pantai Kota Makassar berasal dari kegiatan rumah tangga (domestik) dan industri pengolahan.

Perhitungan beban pencemaran ditujukan untuk mengetahui sumber pencemaran, jenis bahan pencemar dan besarnya beban pencemaran yang masuk ke dalam perairan pantai Kota Makassar. Namun sumber pencemaran

tidak dibedakan apakah berasal dari non-point source atau point source. Sumber pencemaran yang dimaksud adalah berasal dari aliran beban pencemaran yang masuk ke perairan pantai Kota Makassar. Perhitungan beban limbah erosi tanah (TSS), organik (BOD5 dan COD), hara (nitrat, amoniak, fosfat) dan logam berat (Pb, Cd dan Cu) diperoleh dari perkalian bulanan debit sungai (m3/bulan) dengan konsentrasi parameter di sungai atau kanal yang diukur. Beban limbah tahunan dihitung melalui penjumlahan beban limbah bulanan. Sementara total beban limbah yang masuk ke perairan pantai Kota Makassar dari daratan dihitung dengan menjumlahkan beban dari dua sungai besar yaitu Sungai Jeneberang dan Sungai Tallo dan empat kanal yaitu Kanal Panampu, Kanal Benteng, Kanal Haji Bau dan Kanal Jongaya. Perhitungan beban limbah cair yang masuk ke perairan pantai Kota Makassar melalui sungai dan kanal diperlihatkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Total beban pencemaran (ton/tahun) dari daratan (land based sources) ke perairan pantai Kota Makassar

Sumber: Pengolahan Data 2005

Beban Limbah Stasiun TSS COD BOD NO3 NH3 PO4 Pb Cd Cu S.Tallo 822596.1 1563218.6 22876.3 18520.3 38.1 1582.2 28.6 1115.2 1687.1 K.Panampu 27625.2 65855.7 1069.0 130.0 29.9 144.1 31.2 15.8 32.9 K.Benteng 479.4 3759.1 92.0 16.0 0.1 28.3 2.8 0.6 0.0 K.H.Bau 1459.6 4768.3 131.3 21.9 0.1 13.6 1.4 1.1 0.0 K.Jongaya 56134.9 105212.9 1539.7 130.8 1.9 425.3 128.9 46.1 70.5 S.J.Berang 2653.9 2428180.7 45528.3 6930.4 33.7 3136.4 2218.3 1416.4 0.0 Jumlah 910949.4 4170995.4 71236.9 25749.5 104 5330.1 2411.4 2595.5 1790.6

Beban pencemaran terbesar yang masuk ke perairan pantai Kota Makassar adalah bahan organik yang sukar terurai (nilai COD). Jumlah beban sebesar 4.170.995,4 ton per tahun sebagian besar disumbangkan oleh Sungai Jeneberang dan Sungai Tallo. Parameter lain yang cukup besar jumlahnya adalah padatan tersuspensi (nilai TSS) yaitu 910.949,4 ton per tahun, sebagian besar melalui Sungai Tallo dan Kanal Jongaya. Beban limbah cair dari bahan organik yang terurai secara biologi (nilai BOD5) masuk ke perairan pantai sebesar 71.236,9 ton per tahun. Sungai Jeneberang dan Sungai Tallo merupakan pemasok terbesar jenis limbah ini. Beban pencemaran hara nitrat lebih banyak disumbangkan oleh Sungai Tallo sebesar 18.520,3 ton per tahun, sementara fosfat oleh Sungai Jeneberang sebesar 3.136,4 ton per tahun. Beban pencemaran logam Pb dan Cd sumber terbesar berasal dari Sungai Jeneberang

sebesar 2.218,3 ton per tahun dan 1.416,4 per tahun. Beban pencemaran Cu berasal dari Sungai Tallo sebesar 1.687,1 ton per tahun.

b. Perhitungan Beban Limbah Berdasarkan Aktivitas Penduduk

Hasil perhitungan beban pencemaran yang berasal dari aktivitas penduduk (point source) diperoleh dari perkalian antara jumlah orang dari aktivitas di sekitar daerah aliran limbah dengan konstanta beban limbah g/kapita/tahun. Jumlah beban limbah cair dari aktivitas penduduk per tahun dari masing-masing aliran diperlihatkan pada Lampiran 12, 13 dan 14. Beban limbah cair domestik umumnya berupa bahan organik dan hara. Parameter untuk mengukur beban limbah adalah nilai BOD5, nilai COD, N total dan P (PO4).

Daerah aliran kanal di wilayah Kota Makassar menjadi tempat aktivitas penduduk. Diperkirakan aktivitas penduduk pada kanal ini menyumbang beban limbah cair cukup besar. Kanal melalui daerah pemukiman dengan jumlah penduduk 336036 jiwa, jumlah hotel sebanyak 38 dengan jumlah kamar 1982 buah. Jumlah pengunjung per tahun sebesar 393552 orang. Daerah aliran ini diperkirakan memberikan beban limbah cair sebesar 9294,124 ton BOD5 per tahun; 17823,18 ton COD per tahun, 3981,172 ton N per tahun; 665,89 ton P per tahun.

Daerah aliran Sungai Tallo melalui pemukiman dengan jumlah penduduk sebesar 48.892 jiwa, jumlah hotel 1 buah dengan jumlah kamar 22 buah dan pengunjung 9.504 orang per tahun. Diperkirakan beban limbah cair yang dihasilkan sebesar 1.023,528 ton bahan organik yang tercermin pada nilai BOD5 per tahun; 1.962,083 ton bahan organik yang tercermin pada nilai COD per tahun, 438,379 ton N per tahun; 73,385 ton P per tahun.

Aliran Sungai Jeneberang melalui daerah pemukiman di wilayah Kabupaten Gowa dan Kota Makassar. Pemukiman yang dilalui memiliki jumlah penduduk sebesar 636.148 jiwa dan 7 buah hotel dengan jumlah kamar 153 buah dan jumlah pengunjung sebesar 66.096 orang per tahun, maka beban limbah cair yang dihasilkan adalah sebagai berikut: 702,6873 ton bahan organik yang tercermin pada nilai BOD5 per tahun; 1.347,302 ton bahan organik yang tercermin pada nilai COD per tahun, 300,9817 ton N per tahun; 50,36191 ton P per tahun. Limbah domestik sebagian besar bersumber dari aktivitas penduduk Kabupaten Gowa yaitu berjumlah 552.293 jiwa.

Berdasarkan kedua perhitungan beban limbah tersebut menunjukkan bahwa aktivitas penduduk dari pemukiman dan hotel sangat kecil sumbangannya

terhadap beban pencemaran secara keseluruhan. Sebagai contoh Kanal memberi beban limbah bahan organik yang tercermin pada nilai COD sebesar

179.596 ton per tahun, sementara dari aktivitas penduduk hanya sebesar

17823,18 ton bahan organik yang tercermin pada nilai COD per tahun. Kemudian Sungai Tallo memberi beban limbah bahan organik yang tercermin pada nilai COD sebesar 1.563.218,6 ton per tahun, sementara dari aktivitas penduduk hanya sebesar 1.962,083 ton bahan organik yang tercermin pada nilai COD per tahun.

Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu upaya lain untuk menekan beban pencemaran. Tidak hanya kepada penduduk di sekitar daerah aliran limbah, tetapi membuat pengolahan limbah cair dari sumber pencemar sebelum masuk ke perairan pantai. Hal ini akan menekan beban pencemaran yang masuk ke dalam sungai secara nyata.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kecenderungan peningkatan konsentrasi parameter pencemar yang telah melebihi baku mutu air laut dari tahun 2003-2005 diperlihatkan pada Gambar 19 s/d Gambar 21.

Analisis Trend Konsentrasi Beban Pencemaran COD pada Tahun 2003 -2005

22.27 33.18 126 0 20 40 60 80 100 120 140 2003 2004 2005 Tahun COD( m g /L )

Analisis Trend Konsentrasi Beban Pencemaran TSS pada Tahun 2003 -2005

17.83 24.375 44.4 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 2003 2004 2005 Tahun TS S( m g /L ) (A) (B)

Gambar 19. Analisis kecenderungan konsentrasi pencemar TSS (A) dan nilai COD (B) pada perairan Pantai Kota Makassar tahun 2003-2005

Analisis Trend Konsentrasi Beban Pencemaran Nitrat pada Tahun 2003 -2005 0.19 0.178 0.803 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 2003 2004 2005 Tahun N it rat ( m g/ L)

Analisis Trend Konsentrasi Beban Pencemaran Fosfat pada Tahun 2003 -2005

0.038 0.195 0.267 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 2003 2004 2005 Tahun P O 4 ( m g/ L) (A) (B)

Gambar 20. Analisis kecenderungan konsentrasi pencemaran nitrat (A) dan fosfat (B) pada perairan pantai Kota Makassar tahun 2003-2005

Analisis Trend Konsentrasi Beban Pencemaran Pb pada Tahun 2003 -2005

0.037 0.079 0.098 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 2003 2004 2005 Tahun Pb (m g /L )

Gambar 21. Analisis kecenderungan konsentrasi pencemaran logam Pb (B) pada perairan pantai Kota Makassar tahun 2003-2005

Gambar 19 memperlihatkan bahwa parameter TSS cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya parameter TSS menunjukkan terjadinya kegiatan konstruksi di sekitar daerah aliran sungai dan kanal yang menimbulkan erosi tanah. Terjadi pula kecenderungan peningkatan nilai COD dan Fosfat yang berasal dari limbah industri dan domestik. Hal ini menunjukkan penggunaan detergen yang sulit terurai masih cukup tinggi untuk wilayah Kota Makassar. Gambar 20 memperlihatkan peningkatan nitrat dari sumber limbah domestik dan pertanian cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Konsentrasi beban limbah parameter logam berat khususnya Pb dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan berada di atas baku mutu lingkungan.