• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.5 Keanekaragaman manfaat tumbuhan berguna

Tumbuhan memiliki berbagai macam manfaat dan kegunaan sehingga spesies-spesies yang ditemukan dalam kehidupan masyarakat suku Bunaq dikelompokkan ke dalam 12 kelompok kegunaan. Adapun jumlah spesies tumbuhan berdasarkan kegunaannya dapat dilihat pada Gambar 11.

Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa spesies tumbuhan berguna yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah tumbuhan obat, pangan, pakan ternak dan lain sebagainya yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Apabila dibandingkan dengan penelitian serupa yang dilakukan pada masyarakat Dawan di Pulau Timor (Waluyo 1992) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Kedua suku ini sama-sama berada di daratan Pulau Timor yang mana suku Bunaq terletak di ujung Pulau Timor bagian barat yang sering dikenal dengan sebutan Timor Barat sedangkan suku Dawan berada di tengah dari arah utara Pulau Timor yang dikenal dengan Timor Tengah Utara.

Tabel 2 Perbandingan antara etnobotani suku Bunaq dan Dawan

Kategori pemanfaatan spesies No Etnobotani

Suku/masyarakat

Pangan Sandang Papan Obat Adat Tali temali, anyaman dan kerajinan Sumber 1 Dawan 16 2 7 12 4 10 Waluyo, 1992 2 Bunaq 41 1 32 69 6 20 Penelitian ini (2009)

Berdasarkan Tabel 2 di atas diperoleh bahwa spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Bunaq lebih banyak dibandingkan dengan spesies yang digunakan oleh suku Dawan. Meskipun demikian, terdapat kesamaan spesies yang dimanfaatkan oleh kedua suku tersebut. Hal ini dapat dilihat pada kelompok kegunaan penghasil pangan. Banyaknya spesies tumbuhan penghasil pangan yang ditemukan pada suku Dawan dapat dijumpai semuanya dalam kehidupan suku Bunaq. Artinya, pengetahuan dari kedua suku ini kurang lebih memiliki kesamaan.

5.1.5.1 Tumbuhan penghasil pangan

Berdasarkan wawancara yang dilakukan diperoleh 41 spesies tumbuhan yang dijadikan oleh masyarakat Suku Bunaq sebagai tumbuhan penghasil pangan. Beberapa tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pangan tersebut seperti tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3 Beberapa spesies tumbuhan penghasil pangan yang ada di Desa Dirun

No Nama Lokal

Nama Ilmiah Famili Bagian Yang Digunakan

Kegunaan

1 Pao Lelo Phaseolus lunatus Fabaceae Biji Makanan

pokok

2 Same' Discorea hispida Discoreaceae Umbi Makanan

3 Kontas Canna edulis Cannaceae Umbi Makanan

pokok

4 Balo Colocasia esculenta Araceae Umbi Makanan

pokok

5 Paol Zea mays Poaceae Biji Makanan

pokok

6 Diq Kaka

giri

Dioscorea esculenta Discoreaceae Umbi Makanan

pokok

7 Molo Piper amboinensis Piperaceae Buah Upacara adat

8 Pu Arecha catechu Arecaceae Buah Upacara adat

9 Diq Hotel Manihot esculenta Euphorbiaceae Umbi dan daun

Makanan pokok

10 Sekal Ipomea batatas Convolvulaceae Umbi Makanan

pokok

Masyarakat Bunaq mengenal berbagai spesies tumbuhan bahan pangan baik yang liar maupun yang telah lama dibudidayakan. Ada pun spesies penghasil karbohidratnya sehari-sehari yang terutama adalah paol/jagung (Zea mays). Spesies tumbuhan ini dikenalkan pertama kali oleh bangsa Portugis ketika mengadakan perjalanan mencari rempah-rempah (Waluyo 1992) pada abad XVIII. Selain jagung, masyarakat juga diperkenalkan dengan ubi jalar (Ipomea batatas), diq hotel (Manihot esculenta) yang kurang disukai. Hal ini disebabkan karena sebelumnya, masyarakat telah mengenal dan memanfaatkan same’ (Discorea hispida), diq kaka giri (Discorea esculenta), rik tali (Discorea bulbifera) dan diq kira pana (Discorea alata) dan me (Amorphophalus campanulatus). Masuknya spesies tumbuhan dari luar menyebabkan kurangnya fungsi dari umbi-umbian tersebut sehingga banyak ditemukan tumbuh liar dan hanya sebagai makanan pengganti ketika terjadi paceklik. Di samping itu, jenis umbi-umbian lain yang juga dikenal adalah kontas (Canna edulis) pada Gambar 8, balo (Colocasia esculenta) yang juga ditanam di ladang.

Selain umbi-umbian sebagai pengganti jagung ada pula jenis kacang- kacangan yang tumbuh liar dan berfungsi sebagai makanan tambahan ketika terjadi paceklik adalah pao lelo (Phaseolus lunatus) pada Gambar 8. Pengolahannya

membutuhkan waktu yang lama karena mengandung senyawa beracun. Adapun prosesnya adalah dimasak atau dikenal dengan istilah “Hail” sebanyak sepuluh kali untuk menghilangkan senyawa beracun yang dikandungnya sehingga aman dikonsumsi. Pengambilan jenis pao dilakukan pada musim kemarau baik yang telah lepas dari polongnya ataupun yang belum terlepas dari polongnya.

Gambar 8 Paolelo (Phaseolus lunatus) dan kontas (Canna edulis)

5.1.5.2 Tumbuhan penghasil pakan ternak

Tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat guna memenuhi kebutuhan ternak-ternaknya sebanyak 43 spesies seperti terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Beberapa spesies tumbuhan pakan ternak yang ada di Desa Dirun

No Nama Lokal

Ilmiah Famili Bagian Yang Digunakan

Kegunaan

1 Buah Moras Morus alba Moraceae Daun Pakan Ternak

2 Jati Belis Gmelina arborea Verbenaceae Daun Pakan ternak

3 Tese Saccharum spontaneum Poaceae Daun Pakan ternak

4 Lamtoro Leucaena leucocephala Fabaceae Daun Pakan ternak

5 Sibil Phragmites karka Cyperaceae Daun Pakan ternak

6 Kaleq Sesbania grandiflora Fabaceae Daun Pakan ternak

7 Mantalin Cyperus brevifolius Cyperaceae Daun Pakan ternak

8 Su kaqut Cyperus sp Cyperaceae Daun Pakan Ternak

9 An Paral Setaria faberii Poaceae Daun Pakan Ternak

10 Kura sisal Acanthospermum

hispidum

Tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat, sebagai pakan ternak biasanya diambil di sekitar lingkungannya yang tumbuh liar di sekitar tempat tinggal mereka seperti tese (Saccharum spontaneum), sibil (Phragmites karka). Meskipun demikian guna mengatasi ketersediaan pakan ternak seperti kambing, sapi dan kuda di musim kemarau, masyarakat membudidayakan tumbuhan seperti kaleq (Sesbania grandiflora) pada Gambar 9 serta lamtorogung (Leucaena leucocephala), jati belis (Gmelina arborea) di sekitar pekarangan rumah atau pun di kebun mereka. Namun pada umumnya masyarakat Desa Dirun khususnya kampung Berloo dan Lookun melepasliarkan ternak (sapi dan kuda) di padang savanna yang berada dalam kawasan kelompok hutan Lakaan yang hanya dikontrol oleh pemiliknya tiga hari sekali.

Gambar 9 Pemberian pakan ternak dan lokasi penggembalaan liar

5.1.5.3 Tumbuhan obat

Tumbuhan obat merupakan kelompok kegunaan yang paling banyak ditemukannya jenisnya dari keseluruhan jenis tumbuhan yang ditemukan. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa masyarakat suku Bunaq masih berhubungan erat dengan tumbuhan dalam mengobati sakit yang dideritanya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan masyarakat pada umumnya mengkonsumsi tumbuhan obat sebagai pertolongan pertama ketika menderita sakit sebelum dirujuk ke Puskesmas atau Polindes terdekat. Mereka juga memiliki bahan keringan dari berbagai tumbuhan yang bermanfaat yang menjadi stok bagi mereka sebagai tanda kewaspadaan terhadap sakit yang datangnya tak menentu. Spesies-spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat biasanya diambil di sekitar pekarangan rumah ataupun di ekosistem

liar di sekitarnya dan spesies-spesies yang sering digunakan oleh masyarakat adalah seperti pada Tabel 5.

Tabel 5 Beberapa spesies tumbuhan obat yang ada di Desa Dirun

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian Yang Digunakan

Kegunaan

1 Up Bule'en Saccharum officinarum Poaceae Akar Mengatasi Muntah

darah

2 Mahoni Swietenia machrophylla Meliaceae Biji Obat malaria

3 Hotel guzu Picrasma javanica Simaroubaceae Kulit Obat tumor dan

sakit ginjal

4 Nenuq Morinda citrifolia Rubiaceae Kulit

Batang

Obat sakit asma

5 Mok luan Musa paradisiaca Musaceae Akar Obat diabetes

6 Taun zon Tephrosia zollingeri Fabaceae Akar Obat kencing Putih dan Darah

7 In Bule'en Zon

Curculigo villosa Liliaceae Umbi Obat Disentri

8 Patal Muq Piper retrofractum Piperaceae Seluruh Bagian

Pembersih darah bagi ibu melahirkan

9 Ukaq Calotropus gigantea Ascleipiadaceae Daun Obat Sakit gigi

10 Delima Punica granatum Punicaceae Kulit Batang

Obat Kembung

Dalam pemanfaatan tumbuhan obat guna mengobati penyakit tertentu biasanya dibuatkan ramuan dari beberapa spesies tumbuhan yang dikenal dengan istilah “uer gol dara” oleh masyarakat yang pengetahuannya khusus untuk pengobatan penyakit tertentu atau dukun pengobatan tradisional (Gambar 10) . Adapun proses pengolahannya dengan cara direbus serta menggunakan tungku berbahan bakar kayu api yang digunakan khusus untuk merebus ramuan tersebut. Artinya tungku dan kayu bakar yang ada tidak boleh dipakai untuk keperluan lain. Air rebusan biasanya dianjurkan oleh dukun untuk diminum tiga kali sehari. Setelah tiga hari air rebusan diganti dengan air yang baru serta air yang telah lama diganti serta tidak boleh ditumpahkan di sembarangan tempat dan tidak boleh dilanggar oleh manusia ataupun satwa. Hal ini dikarenakan akan mengurangi khasiat dari tumbuhan obat tersebut dan sebagai ungkapan penghormatan terhadap spesies tumbuhan yang telah dipakai.

Gambar 10 Maria Ili Dukun pengobatan tradisional

5.1.5.4 Tumbuhan penghasil bahan bangunan

Tumbuhan penghasil bahan bangunan yang sering digunakan oleh masyarakat suku Bunaq dalam kehidupannya sehari-hari guna memenuhi kebutuhan akan papan berdasarkan wawancara dan verifikasi yang dilakukan adalah sebanyak 32 spesies seperti terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6 Beberapa spesies tumbuhan penghasil bahan bangunan yang ada di Desa Dirun

No Nama Lokal

Nama Ilmiah Famili Bagian Yang Digunakan

Kegunaan

1 Tal Eucalyptus urophylla Myrtaceae Batang Kayu bangunan

2 Pie Eucalyptus alba Myrtaceae Batang Kayu bangunan

3 Hur Casuarina junghuniana Casuarinaceae Batang Kayu bangunan

4 Hoza Cocos nucifera Arecaceae Batang Kayu bangunan

5 Mah Bambusa spp Poacea Batang Kayu bangunan

6 Siba

Leboq

Syzygium polyanthum Myrtaceae Batang Kayu bangunan

7 Wauk Garuga floribunda Burseraceae Batang Kayu bangunan

8 Nitu Garuga sp. Burseraceae Batang Kayu bangunan

9 Besak Acacia leucophloea Fabaceae Batang Kayu bangunan

10 Hut Imperata cylindrical Poaceae Daun Atap

Masyarakat pada umumnya memilih bahan bangunan untuk membuat rumah tempat tinggal ataupun rumah suku sesuai dengan fungsiya seperti untuk tiang utama menggunakan bahan kayu yang kuat dan tahan lama yakni tal (Eucalyptus urophylla), pie (Eucalyptus alba), hur (casuarinas junghuniana), dan siba leboq (Syzygium polyanthum) serta atapnya dari hut (Imperata cylindrica) pada Gambar 11. Sementara itu, untuk rumah kebun biasanya beratapkan daun kelapa (Cocos nucifera) dengan tiang-tiangnya terbuat dari bambu (Bambusa sp.) dan kayu lainnya.

Namun dalam perkembangannya, baik rumah suku maupun tempat tinggal masyarakat di Desa Dirun sebagian besar telah dibuat permanen dengan beratapkan seng. Adapun hal yang mendasar dalam pergeseran budaya ini adalah keamanan dari suatu bangunan tersebut dari terjadinya kebakaran yang disebabkan faktor sengaja ataupun tidak sengaja karena atapnya yang berasal dari hut (Imperata cylindrica) yang mudah terbakar.

Gambar 11 Rumah suku dan rumah kebun

5.1.5.5 Tumbuhan penghasil kayu bakar

Dalam keseharian hidup, masyarakat Desa Dirun pada umumnya menggunakan sumber energi utama yang berasal dari kayu bakar dan ditemukan sebanyak 10 spesies tumbuhan penghasil kayu bakar. Adapun spesies yang sering digunakan adalah seperti pada Tabel 7.

Tabel 7 Beberapa spesies tumbuhan penghasil kayu bakar yang ada di Desa Dirun

No Nama Lokal

Nama Ilmiah Famili Bagian Yang Digunakan

Kegunaan

1 Ai Rawan Scleichera oleosa Sapindaceae Batang Kayu Bakar

2 Tomol Cassia timoriana Fabaceae Batang Kayu Bakar

3 Lamtoro Leucaena leucocephala Fabaceae Batang Kayu Bakar

4 Tal Eucalyptus urophylla Myrtaceae Batang Kayu Bakar

5 Pie Eucalyptus alba Myrtaceae Batang Kayu Bakar

6 Hur Casuarina junghuniana Casuarinaceae Batang Kayu Bakar

7 Nor Nigi A Putrajiva roxburghii Sapotaceae Batang Kayu Bakar

8 Nor Nigi B Payena leerii Anacardiaceae Batang Kayu Bakar

9 Mokza Solanum verbascifolium Solanaceae Batang Kayu Bakar

10 Ai turis Myrsine avenis Myrsinaceae Batang Kayu Bakar

Kayu bakar yang digunakan oleh masyarakat adalah berasal dari jenis tumbuhan yang multifungsi seperti kesambi (Scleichera oleosa), tomol (Cassia timoriana), lamtoro (Leucaena leucocephala), tal (Eucalyptus urophylla) dan pie (Eucalyptus alba) yang merupakan penghasil bahan bangunan dan juga pakan. Alasan pengambilan spesies kayu bakar ini adalah karena memiliki kadar air yang rendah sehingga relatif mudah dikeringkan. Masyarakat biasanya mengambil kayu bakar di kawasan hutan lindung dari ranting–ranting yang kering dan terjatuh. Kayu bakar yang ada di lahan pertanian biasanya tidak dijadikan kayu bakar oleh mereka tetapi dibiarkan oleh mereka di lahan tersebut hingga musim penggarapan lahan tiba dan kayu-kayu tersebut nantinya dibakar guna mendapatkan kandungan zat-zat yng terbentuk dari hasil pembakaran yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman yang akan ditanam nantinya serta menghambat pertumbuhan gulma yang menganggu tanaman budidaya mereka. Karena kayu bakar merupakan sumber energi utama bagi masyarakat di Desa Dirun sehingga untuk mengantisipasi ketersediaan kayu bakar di musim hujan maka masyarakat melakukan pengambilan kayu secara intensif pada musim kemarau atau menjelang akhir musim kemarau (Gambar 12).

Gambar 12 Pengambilan kayu bakar

5.1.5.6 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan

Tumbuhan berguna yang berfungsi sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan dalam kehidupan masyarakat Bunaq di Desa Dirun adalah sebanyak 20 spesies. Beberapa spesies tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat untuk keperluan tersebut adalah seperti tercantum pada Tabel 8.

Tabel 8 Beberapa spesies tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan yang ada di Desa Dirun

No Nama Lokal

Nama Ilmiah Famili Bagian Yang Digunakan

Kegunaan

1 Heran Pandanus tectorius Arecaceae Daun Anyaman

2 Go' Apa Gossypium sp. Malvaceae Buah Tenunan

3 Mah Bambusa sp. Bambusaceae Batang Kerajinan

4 Hak Corypha gebanga Arecaceae Daun Tali dan anyaman

5 Kersen Muntingia calabura Elaeocarpaceae Kulit

Batang

Tali

6 Tali

Balanda

Agave cantula Agavaceae Kulit

Batang

Tali

7 Mun Tumel

Elaegnus triflora Acanthaceae Batang Tali

8 Tilon Asa Caesalpinia furfurea Fabaceae Batang Tali

9 Kibu guzu Urena lobata sp. Malvaceae Kulit batang Tali

Pada umumnya masyarakat membuat anyaman seperti tikar, wadah makanan, sirih ketika ada upacara adat pada umumnya yang disebut “Taka,opa”, wadah ketika memanen hasil seperti toluk dan nawa dengan berbahan dasar heran (Pandanus tectorius) serta hak (Corypha gebanga) dan juga membuat tenunan dengan berbahan buluh kapas (Gossypium sp.), yang dikenal dengan istilah “Hutus morok” yang prosesnya dilakukan secara sederhana (Gambar 13). Masyarakat juga membuat kerajinan menggunakan bambu seperti gelas bertutup yang dapat dengan mudah dibawa ketika sedang berpergian yang dikenal dengan istilah “Kuni” (Gambar 13).

Gambar 13 Taka dan opa, toluk dan nawa, hutus morok, kuni.

Membuat kerajinan berupa anyam-anyaman serta tenunan merupakan tugas pokok atau syarat utama bagi para remaja putri sebelum memasuki jenjang perkawinan dan dalam tradisinya akan menjadi aib bagi keluarga jika remaja putri tidak bisa memintal dan menenun kain. Waktu pengerjaannya biasanya dilakukan ketika waktu luang dan musim hujan di saat tidak banyak membutuhkan tenaga di ladang atau kebun. Namun seiring dengan perkembangannya, pewarisan pengetahuan dari budaya ini telah perlahan terkikis dan tidak banyak dijumpai remaja putri dan

ibu-ibu rumah tangga yang bisa membuat anyam-anyaman dan menenun. Hal ini dapat dilihat selama penelitian yakni kegiatan tersebut hanya dijumpai pada ibu-ibu rumah tangga yang usianya 40 tahun ke atas.

Sementara itu, masyarakat pada umumnya menggunakan batang tumbuhan liana untuk keperluan tali temali seperti mun tumel (Elaegnus triflora), tali balanda (Agave cantula dan tilon asa (Caesalpinia furfurea) seperti terlihat pada Gambar 14. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dahulunya tumbuhan-tumbuhan liana sangat diperlukan ketika membangun suatu rumah. Namun seiring dengan masuknya perkembangan dengan munculnya bahan-bahan bangunan seperti paku dan sejenisnya maka kebutuhan akan tumbuhan-tumbuhan ini pun mulai berkurang fungsinya dan hanya digunakan sebagai pengikat kayu pada rumah-rumah kebun, dan kandang- kandang ternak dan pengikat bawaan seperti kayu bakar dan juga pakan yang diambil dari hutan.

Gambar 14 Liana sebagai pengikat dan tali balanda (Agave cantula)

5.1.5.7 Tumbuhan penghasil racun

Tumbuhan penghasil racun yang sering digunakan oleh masyarakat suku Bunaq dalam kehidupannya, baik sebagai racun ataupun menyebabkan masyarakat terkena racun dari tumbuhan itu sendiri adalah sebanyak 7 spesies seperti terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9 Beberapa spesies tumbuhan racun yang ada di Desa Dirun

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian Yang Digunakan

Kegunaan

1 Zul Albizia procera Fabaceae Daun Penyebab iritasi

2 E Albizia chinensis Fabaceae Daun Sebagai Racun

3 Mebu zab Girardinia sp. Urticaceae Daun Penyebab iritasi

4 Bako Nicotiana tabacum

Solanaceae Daun Racun Ular

5 Liwas Mucuna sp. Fabaceae Kulit Batang Penyebab iritasi

6 Katal Tetrastiqma lanceolarium Vitaceae Kulit Batang Penyebab iritasi

7 Balo Sai Katoq

Colocassia esculenta Araliaceae Umbi Penyebab iritasi

Tumbuhan racun yang sering dijumpai oleh masyarakat adalah e (Albizia chinensis) yang menyebabkan kematian ternak ketika daun dari tumbuhan ini dijadikan pakan dan tumbuhan yang sering digunakan sebagai racun bagi ular berbisa adalah bako (Nicotiana tabacum) pada Gambar 15. Selain itu dijumpai adanya tumbuhan yang mengandung racun sehingga menyebabkan iritasi pada kulit adalah mebu zab (Girardinia sp) pada Gambar 15, liwas (Mucuna sp), dan balo sai katoq (Colocassia esculenta).

Gambar 15 Bako (Nicotiana tabacum) dan Mebu zab (Girardinia sp.)

5.1.5.8 Tumbuhan aromatik

Spesies tumbuhan aromatik yang pada masyarakat suku Bunaq ditemukan sebanyak 18 spesies. Beberapa spesies tumbuhan yang sering digunakan masyarakat

sebagai tumbuhan penghasil aromatik adalah seperti pada Tabel 10 dan pada Lampiran 3.

Tabel 10 Beberapa spesies tumbuhan aromatik yang ada di Desa Dirun

No Nama Lokal

Nama Ilmiah Famili Bagian Yang Digunakan

Kegunaan

1 Huraq Equisetum sp. Equisetaceae Batang Pasta gigi

2 Barut Aquilaria moluccana Euphorbiaceae Buah Minyak rambut

3 U rikit Hydrocotyle sibthorpiodes

Umbelliferae Daun Shampoo alami

4 In Ma Zingiber officinale Zingiberaceae Umbi Penyedap Rasa

5 Laus Languas galanga Zingiberaceae Umbi Penyedap Rasa

6 Bonak Pandanusa

amaryllifolius

Pandanaceae Daun Penyedap dan pewangi

7 Sirih Piper betle Piperaceae Daun Menghilangkan bau badan

8 Silasih Ocimum basilicum Labiatae Daun Penyedap

9 Kahaq

Zon

Ocimum sp. Labiatae Daun Penyedap Rasa

10 Sikon Kaempferia

galanga

Zingiberaceae Umbi Penyedap Rasa

Masyarakat menggunakan tumbuhan dalam kehidupannya untuk berbagai keperluan. Adapun tumbuhan yang digunakan masyarakat sebagai pasta gigi adalah huraq (Equisetum sp.) yang merupakan tumbuhan semak dan biasanya tumbuh di tempat-tempat yang berair. Masyarakat menggunakannya guna memutihkan gigi yang berwarna merah kecoklatan karena mengkonsumsi sirih dan pinang. Di samping itu, para ibu-ibu dan remaja putri menggunakan barut (Aquilaria moluccana), dan kelapa (Cocos nucifera) sebagai minyak rambut dari buahnya yang dibakar serta ditumbuk hingga halus dan juga menggunakan daun u rikit (Hydrocotyle sibthorpiodes) pada Gambar 16 yang telah dihancurkan pula daunnya dan biasanya spesies tumbuhan ditemukan di sepanjang aliran sungai ataupun parit-parit yang dibuat untuk mengairi kebun. Sementara itu, untuk penyedap rasa makanan masyarakat menggunakan umbi dari in ma (Zingiber officinale), laus (Languas galanga). Di samping itu, masyarakat telah membudidayakan jenis tanaman yang dijadikan sebagai parfum yakni nilam (Pogostemon cablin) (Gambar 16).

Gambar 16 U rikit (Hydrocotyle sibthorpiodes) dan nilam (Pogostemon cablin)

5.1.5.9 Tumbuhan penghasil warna dan tannin

Tumbuhan penghasil warna dan tannin yang ditemukan dalam kehidupan masyarakat Bunaq adalah sebanyak 6 spesies tumbuhan seperti tersaji pada tabel 11. Tabel 11 Beberapa spesies tumbuhan penghasil warna dan tannin yang ada di Desa Dirun

No Nama Lokal

Nama Ilmiah Famili Bagian Yang Digunakan

Kegunaan

1 Taun

Zon

Tephrosia zollingeri Fabaceae Daun Pewarna tenunan

(Ungu)

2 Taun

lotu

Ammannia baccifera Lythraceae Daun Pewarna tenunan

(Ungu)

3 Kirun Curcuma longa Zingiberaceae Umbi Pewana makanan

(Kuning)

4 Silel Pleomele augustifolia Liliaceae Daun Warna Hijau

5 Nenuq Morinda citrifolia Rubiaceae Akar Warna Kecoklatan

6 Ai Rawan

Scleichera oleosa Sapindaceae Akar Warna Kecoklatan

Zat warna yang digunakan untuk mewarnai tenunan adalah taun zon (Tephrosia zollingeri) dan taun lotu (Ammannia baccifera) yang menghasilkan warna ungu, akar nenuq (Morinda citrifolia) dan ai rawan (Scleichera oleosa) menghasilkan warna kecoklatan. Kebutuhan akan tumbuhan ini mulai berkurang dikarenakan telah berkurangnya pula masyarakat yang membuat tenunan. Sementara itu, sebagai pewarna makanan digunakan tumbuhan kirun (Curcuma longa), untuk warna hijau

dan silel (Pleomele angustifolia). Namun, untuk saat ini spesies tumbuhan yang digunakan sebagi pewarna tenunan tidak lagi dimanfaatkan. Hal ini dikarenakan sudah sangat jarang masyarakat yang membuat tenunan.

5.1.5.10 Tumbuhan Hias

Tumbuhan hias merupakan tanaman apapun yang mempunyai nilai hias baik hias bunga dan tajuk, cabang, batang, buah maupun hias aroma dan biasanya dibudidayakan untuk dinikmati keindahannya. Dalam kehidupan masyarakat suku Bunaq dijumpai sebanyak 21 spesies tumbuhan yang sering dijadikan sebagai tanaman hias dan hanya beberapa spesies saja yang merupakan spesies asli di tempat ini. Adapun spesies-spesies tanaman hias yang sering dibudidayakan oleh masyarakat seperti yang tercantum pada Tabel 12.

Tabel 12 Beberapa spesies tumbuhan hias yang ada di Desa Dirun

No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang digunakan

Kegunaan

1 Anggrek hutan Vandopsis gigantea Orchidaceae Bunga Tanaman Hias

2 Mun Gipe Pandorea pandorana Bignoniaceae Bunga Tanaman Hias

3 Si koe Kalanchoe pinnata Crassulaceae Bunga Tanaman Hias

4 Gubug kuning Taraxacum officinale Asteraceae Bunga Tanaman Hias

5 Talas Homalomena occulta Araceae Daun Tanaman Hias

6 Nanas kerang Rhoeo discolor Commelinaceae Daun Tanaman Hias

7 Pacar air Impatiens balsamina Balsaminaceae Bunga Tanaman Hias

8 Bunga pukul empat

Portulaca grandiflora Portulacaceae Bunga Tanaman Hias

9 Bunga ungu Talinum triangulare Portulacaceae Bunga Tanaman Hias

10 Gubuq belis Hemigraphis colorata Acanthaceae Bunga Tanaman Hias

Tumbuhan hias yang digunakan biasanya berfungsi ganda seperti si koe (Kalanchoe pinnata) (Gambar 17) yang bunganya berfungsi sebagai tumbuhan hias dan dapat digunakan sebagai obat penurun panas dan diambil dari ekosistem liar di sekitarnya. Tumbuhan hias lainnya seperti terdapat pada Lampiran 2. Adapun spesies yang mereka kenal dan gunakan tersebut bukanlah merupakan jenis asli pulau Timor.

Arah dan gejala pergeseran pengetahuan tentang tumbuhan hias ini diperkirakan karena terbukanya peluang percampuran budaya serta lajunya perkembangan arus informasi dewasa ini (Waluyo 1989) diacu dalam (Waluyo 1992).

Gambar 17 Si koe (Kalanchoe pinnata)

5.1.5.11 Tumbuhan untuk acara adat

Masyarakat memanfaatkan tumbuhan tidak hanya untuk kepentingan ekonomis tetapi juga untuk kepentingan spritualnya. Hal ini dapat dilihat dari spesies yang digunakan oleh masyarakat dalam ritual tertentu. Terdapat 6 spesies tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai tumbuhan untuk keperluan upacara adat seperti tersaji pada Tabel 13.

Tabel 13 Beberapa spesies tumbuhan untuk acara adat yang ada di Desa Dirun

Dokumen terkait