• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Keaslian Penelitian

Penelitian ini mengenai identikasi kandungan zat warna rhodamin B pada lipstik yang beredar di kota Maumere, yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Berikut beberapa penelitian yang berhubungan dengan zat warna rhodamin B :

1. Abdurrahmansyah, Fitratul Aini dan Debby Chrisilla (2017), meneliti tentang ‟ Analisis Zat Pewarna Rhodamin B Pada Saus Cabai Yang Beredar Di Kampus Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang ”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah saus cabai yang beredar di kampus di kampus Universitas Negeri Islam (UIN) Raden Fatah Palembang mengandung zat pewarna rhodamin B. Hasilnya bahwa tidak terdapat rhodamin B didalam saus cabai yang beredar di kampus Universitas Negeri Islam (UIN) Raden Fatah Palembang.

2. Helmice Afriyeni dan Nila Wise Utari (2016), meneliti tentang

‟ Identifkasi Zat Warna Rhodamin B Pada Lipstik Yang Berwarna Merah Yang Beredar Dipasar Raya Padang ”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah lipstik yang berwarna merah mengandung rhodamin B atau tidak. Metode yang digunakan untuk mengidentikasi rhodamin B adalah menggunakan KLT. Hasilnya bahwa dari 5 lipstik yang mempunyai nomor notivikasi yang diuji hanya 1 lipstik yang mengandung rhodamin B dan 5 lipstik yang mempunyai nomor notifikasi tidak mengandung rhodamin B.

3. Muji Rahayu dan Aisya Wahyuningsih (2016), meneliti tentang

‟ Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow Dalam Geplak Yang Beredar Di Beberapa Toko Oleh – Oleh Di Kota Yogyakarta Tahun 2016 ”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui presentase penggunaan zat pewarna rhodamin B dan dan Methanyl Yellow pada geplak yang beredar dibeberapa toko oleh – oleh di Kota Yogyakarta yang terdiri dari 19 sampel yang berwarna merah dan 10 sampel berwarna kuning. Sampel itu diuji dengan menggunakan metode KLT. Hasilnya adalah 1 sampel geplak positif mengandung rhodamin B dan 10 sampel geplak berwarna kuning tidak ada yang mengandung methanyl yellow.

4. Syamsuri Syakri (2015), meneliti tentang ‟ Analisis Kandungan Rhodamin B Sebagai Pewarna Pada Lipstik Impor Yang Beredar Di Makassar ”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pewarna sintetik yang terdapat dalam lipstik impor yang beredar dikota Makassar.

Metode yang digunakan untuk menganalisis kandungan rhodamin B pada lipstik impor adalah menggunakan metode kromatografi lapis tipis. Hasil penelitiannya bahwa lipstik impor yang diperjual belikan di pasar Sentral Makassar dari 6 sampel yang diperiksa terdapat 1 sampel lipstik impor yang mengandung rhodamin B.

5. Aliya Nur Hasanah, Ida Musfiroh, Nyi Mekar Saptarini, dan Driyanti Rahayu (2014), meneliti tentang ‟ Identifikasi Rhodamin B pada Produk Pangan dan Kosmetik yang Beredar di Bandung ”. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan keberadaan rhodamin B didalam produk

Pangan dan Kosmetik menggunakan metode KCKT dan Spektrofotometri UV – Vis. Hasilnya menunjukan bahwa 4 sampel kerupuk dan 4 sampel terasi mengandung rhodamin B tetapi tidak ditemukan adanya rhodamin B pada produk kosmetik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosmetik

1. Pengertian Kosmetik

Kosmetika sudah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, dan baru abad ke 19 mendapat perhatian khusus, yaitu selain untuk kecantikan juga mempunyai fungsi untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke 20 dan kosmetik menjadi salah satu bagian dari dunia usaha. Penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultraviolet, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Winda, dkk, 2013).

Kosmetika berasal dari bahasa Yunani “ kosmetikos” yang berarti menghias atau mengatur. Menurut peraturan Kepala BPOM RI nomor 19 tahun 2015 tentang persyaratan teknis kosmetika, kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau melindungi atau memelihara

tubuh pada kondisi baik. Kosmetik yang diproduksi dan atau diedarkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan mutu serta persyaratan lain yang ditetapkan

b) Diproduksi dengan menggunakan cara pembuatan kosmetik yang baik

c) Terdaftar pada dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan

2. Penggolongan Kosmetik

Adapun penggolongan kosmetik menurut Arfina (2012) terbagi atas beberapa golongan diantaranya :

a. Menurut Jellinek (1959) dalam Formulation and Function of Cosmetics membuat penggolongan kosmetika menjadi

1. Preparat pembersih

2. Preparat deodorant dan antiprespirant 3. Preparat protektif

4. Preparat dengan efek dalam 5. Emolien

6. Preparat dekoratif/superficial 7. Preparat dekoratif/dalam 8. Preparat buat kesenangan

b. Menurut Wells FV dan Lubowe-II (Cosmetics and The Skin, 1964), mengelompokkan kosmetik menjadi:

1. Preparat untuk kulit muka 2. Preparat untuk higienis mulut 3. Preparat untuk tangan dan kaki 4. Kosmetik badan

5. Preparat untuk rambut

6. Kosmetika untuk pria dan wanita

c. Menurut Brauer EW dan Principles of Cosmetics for The Dermatologist membuat klasifikasi sebagai berikut :

1. Toiletries : sabun, shampo, pengkilap rambut, dan kondisioner rambut.

2. Skin care : pencukur, pembersih, astringen, toner, pelembab, masker, krim malam, dan bahan untuk mandi.

3. Make up : foundation, eye make up, lipstick, rouges, blushers, enamel kuku.

4. Fragrance : perfumes, colognes, toilet waters, body silk, bath powders.

d. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi ke dalam 13 kelompok:

1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain - lain.

2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan lain - lain.

3. Preparat untuk mata.

4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain - lain.

5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain - lain.

6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain.

7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, dan lain - lain.

8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes, dan lain-lain.

9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain -lain.

10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dan lain- lain.

11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih,pelembab, pelindung, dan lain-lain.

12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.

13. Preparat untuk xanthin dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dan lain-lain.

e. Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan:

1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara moderen (termasuk antaranya adalah cosmedics).

2. Kosmetik tradisional:

a. Betul-betul tradisional, misalnya manggir, lulur, yang dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun temurun.

b. Semi tradisional, diolah secara moderen dan diberi bahan pengawet agar tahan lama.

c. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar - benar tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional

f. Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit 1. Kosmetik perawatan kulit (Skin Care Cosmetic)

Jenis ini berguna untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit termaksud didalamnya :

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser) : sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mozturizer), misalnya mozturizer cream, night cream, anti wrincel cream.

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream, sunscreen foundation sunblock cream/lotion.

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengeplas kulit (peeling), misalnya scrub cream yang beris butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengamplas (abrasiver).

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make - up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikiologis yang baik, seperti percaya diri (self

confident). Dalam kosmetik riasan peran zat warna dan pewangi sangat

besar. Kosmetik dekoratif terbagi menjadi 2 golongan, yaitu :

a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaian sebentar misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eyes shadow dan lain-lain.

b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya lama baru luntur misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut

Persyaratan kosmetik dekoratif : 1. Warna yang menarik

2. Bau harum yang menyenangkan 3. Tidak lengket

4. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau

5. Tidak merusak atau mengganggu kulit ( Tranggono, 2007 ).

B. Struktur Anatomi Bibir

Bibir atau disebut juga labia adalah lekukan jaringan lunak yang mengelilingi bagian yang terbuka dari mulut. Bibir terdiri dari otot orbikularis

oris dan dilapisi oleh kulit pada bagian eksternal dan membran mukosa (Hamzah, 2014).

Secara anatomi, bibir dibagi menjadi dua bagian yaitu bibir bagian atas dan bibir bagian bawah. Bibir bagian atas terbentang dari dasar dari hidung pada bagian superior sampai ke lipatan nasolabial padas bagian lateral dan batas bebas dari sisi vermilion pada bagian inferior. Bibir bagian bawah

terbentang dari bagian atas sisi vermilion sampai ke bagian komisura pada bagian lateral dan kebagian mandibula pada bagian inferior (Hamzah, 2014).

Gambar 2.1 Anatomi Bibir (Sumber : Hamzah,2014 ) Anatomi bibir terdiri dari :

1. Philtrum

Adalah turunan / lekukan kecil vertikal yang dangkal di garis tengah hidung ke perbatasan vermilion atas.

2. Commisural lip pit

Adalah lekukan kecil ditengah – tengah comissura labial.

3. Vermillion zone

Yaitu bagian merah pada bibir yang disebabkan karena bagian ini kaya akan vaskularisasi yang dapat terlihat melalui epithelium tipis.

4. Vermillion border

Yaitu garis tepi zona vermillion yang merupakan btas antara zona vermilion dengan kulit.

5. Labial commissure

Adalah lipatan tipis jaringan yang mudah terlihat ketika bibir terbuka yang menghubungkan bibir atas dan bawah pada bagian lateral.

6. Labial tubercle

Adalah tonjolan berdaging tepat di bagian inferior dari philtrum.

C. Lipstik

Lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah yang dikemas dalam bentuk batang padat. Hakikat fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir menjadi merah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan menarik ( Aprilia, 2013 ).

1. Jenis – jenis lipstik

Lipstik terdiri dari beberapa jenis, yaitu : ( Mulyaningsih, 2008 )

1) Lacquer yaitu lipstik berbahan dasar gel, biasanya dikemas dalam botol atau wadah kecil, memberi kesan halus dan lembut pada bibir dalam berbagai nuansa warna.

Gambar 2.2 Lacquer Lipstik

( Sumber :http://gloucosmeticss.com/jenis-jenis-lipstik, 2014 )

2) Satin Lipstik yang bertekstur sangat lembut, dikemas dalam bentuk stik atau cairan dan tersedia dalam warna, bisa menutupi bibir dengan sempurna serta memberi efek kilap tanpa kesan minyak.

Gambar 2.3 Satin Lipstik

( Sumber : http://gloucosmeticss.com/jenis-jenis-lipstik, 2014 )

3) Semi - gloss Efeknya tidak begitu mengkilap dan berminyak seperti lip gloss, dikemas dalam bentuk stik atau krim padat.

4) Matte Lipstik yang tahan lama, tidak mengilap pada bibir, tapi mengandung pelembab dan memberi efek halus pada bibir, tersedia dalam bentuk stik.

Gambar 2.4 Matte Lipstik

( Sumber : http://gloucosmeticss.com/jenis-jenis-lipstik, 2014 )

5) Lip Care atau Lip Vitamin yaitu treatment campuran antara pewarna bibir dan vitamin bibir yang dikemas dalam bentuk stik, bertekstur lembut, mengandung pelembab dan memberi efek berkilau

Gambar 2.5 Lip Care Lipstik

( Sumber : http://gloucosmeticss.com/jenis-jenis-lipstik, 2014 ) 2. Persyaratan Lipstik

Persyaratan lipstik yang dituntut oleh masyarakat, antara lain : 1) Melapisi bibir secara mencukupi

2) Dapat bertahan di bibir selama mungkin

3) Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket 4) Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir 5) Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya 6) Memberikan warna yang merata pada bibir

7) Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya

8) Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau berbintik-bintik, atau memperlihatkan hal-hal lain yang tidak menarik (Rosita,2015)

3. Komponen dalam Lipstik 1. Komponen utama

Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari minyak, lilin , lemak dan zat warna.

1. Minyak

Minyak yang digunakan dalam lipstik harus memberikan kelembutan, kilauan, dan berfungsi sebagai medium pendispersi zat warna. Minyak yang sering digunakan antara lain minyak jarak, minyak mineral, dan minyak nabati lain. Minyak jarak merupakan minyak nabati yang unik karena memiliki viskositas yang tinggi dan memiliki kemampuan melarutkan staining-dye dengan baik. Minyak jarak merupakan salah satu komponen penting dalam banyak lipstik modern. Viskositasnya yang tinggi adalah salah satu keuntungan dalam menunda pengendapan dari pigmen yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga dispersi pigmen benar benar merata.

2. Lilin

Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang ideal akan menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu 50 dan mampu mengikat fase minyak agar tidak keluar atau berkeringat, tetapi juga harus tetap lembut dan mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan serendah mungkin. Lilin yang digunakan antara lain carnauba wax, candelilla wax, beeswax, ozokerites, spermaceti dan setil alkohol. Carnauba wax merupakan salah satu lilin alami yang yang sangat keras karena memiliki titik lebur yang tinggi yaitu 85.

Biasa digunakan dalam jumlah kecil untuk meningkatkan titik lebur dan kekerasan lipstik.

3. Lemak

Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut, meningkatkan kekuatan lipstik, dan dapat mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lipstik. Fungsinya yang lain dalam proses pembuatan lipstik adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa digunakan dalam basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak nabati terhidrogenasi dan lain-lain.

4. Zat warna

Zat warna dalam lipstik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dye dan pigmen. Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi dalam basisnya, sedangkan pigmen merupakan zat warna yang tidak larut tetapi tersuspensi dalam basisnya. Kedua macam zat warna ini masing- masing memiliki arti tersendiri, tetapi dalam lipstik keduanya dicampur dengan komposisi sedemikian rupa untuk memperoleh warna yang diinginkan (Zahra, 2015).

Menurut keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 00386/C/SK/90 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan dan kosmetika yaitu :

Tabel 2.1 Zat Warna Yang Dilarang Untuk Digunakan Pada Obat,

Daftar bahan pewarna yang dizinkan digunakan dalam kosmetik menurut kepala badan POM RI nomor HK.00.05.42.1016 tentang kosmetik kecuali kosmetik yang digunakan disekitar mata, khususnya pada make up mata dan pembersih make up mata

Kolom 3 : Bahan pewarna yang dizinkan khusus pada sediaan kosmetik selama tujuan penggunaan kosmetik tidak kontak dengan membran mukosa

Kolom 4 : Bahan pewarna yang diizinjan khusus pada sediaan kosmetik yang tujuan penggunaannya kontak dengan kulit dalam waktu singkat

13 12480 Pigment

ppm

34 77288 Pigment (Sumber : Badan POM RI Nomor HK.00.05.42.1016)

Hasil Investigasi Balai POM pada tahun 2018 terdapat beberapa lipstik yang mengandung bahan berbahaya yang beredar di masyarakat, yaitu :

Tabel 2.3 Beberapa lipstik yang mengandung bahan berbahaya yang beredar di Indonesia pada tahun 2018

No Nama Kosmetika Nomor izin edar/Notifikasi Nama dan Alamat

Jiabao Dailyused Chemical CO,LTD. Thailand

Merah K10

6 Meiya Lipstick

Manufactured by Yiwu Meishi Cosmetics Co.Ltd.

Thailand

Merah K10

( Sumber : Badan POM, 2018 ) 2. Komponen tambahan / Zat tambahan

Zat tambahan dalam lipstik adalah zat yang ditambahkan dalam formula lipstik untuk menghasilkan lipstik yang baik, yaitu dengan cara menutupi kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik, tidak menimbulkan alergi, stabil, dan dapat bercampur dengan bahan-bahan lain dalam formula lipstik. Zat tambahan yang digunakan yaitu antioksidan, pengawet dan parfum.

1. Antioksidan

Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh lain yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan vitamin E adalah antioksidan yang paling sering digunakan. Antioksidan yang digunakan harus memenuhi syarat :

a. Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam kosmetika

b. Tidak berwarna c. Tidak toksik

d. Tidak berubah meskipun disimpan lama.

2. Pengawet

Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan lipstik sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air.

Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi pada permukaan lipstik sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik. Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben.

3. Parfum

Parfum digunakan untuk memberikan bau yang menyenangkan, menutupi bau dari lemak yang digunakan sebagai basis, dan dapat menutupi bau yang mungkin timbul selama penyimpanan dan penggunaan lipstik ( Zahra Hajil, 2015 ).

D. Rhodamin B

Gambar 2.6 : Rhodamin B

( Sumber : Uun Ardiyaningrum,2014 ) Rhodamin B ( FI Edisi IV 1979 hal. 1195 )

Nama resmi : TETRAETHYLRHODAMINE Nama lain : Rhodamin B

RM / BM : C28H31O3C1 / 479,02

Pemeriaan : Hablur hijau atau serbuk ungu kemerahan

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air menghasilkan larutan merah kebiruan dan berflourosensi kuat jika diencerkan. Sangat mudah larut dalam alkohol , sukar larut dalam dalam asam encer dan dalam larutan alkali. Larutan dalam asam kuat, membentuk senyawa komplek antimony berwarna merah mudah yang larut dalam isopropyl eter

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Sampel pembanding

Rhodamin B adalah zat pewarna berupa kristal yang tidak berbau dan berwarna merah keunguan yang beredar di pasar untuk industri sebagai zat pewarna tekstil. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebakan kanker) serta rhodamin B dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati ( Lidya, dkk, 2013 ).

Rodamin B seringkali disalah gunakan untuk pewarna pangan dan kosmetik, misalnya : sirup, lipstik, dan lain - lain. Rhodamin B dilarang digunakan untuk produk kosmetika khususnya lipstik dan perona mata. Hal ini disebabkan pada lokasi pemakaian jenis kosmetika tersebut yaitu mulut dan kelopak mata, merupakan daerah yang paling sensitif terhadap pemakaian pewarna tekstil. Khususnya efek rhodamin B pada mulut dapat menimbulkan iritasi sampai dengan terjadi peradangan. Jika mulut mengalami peradangan, akan berpengaruh pada pengurangan asupan makanan dan minuman. Pada

akhirnya akan berpengaruh bagi buruknya kesehatan, antara lain dapat menimbulkan gangguan pada saluran pencernaaan. Kematian mungkin terjadi karena asupan gizi makanan dan minuman sudah tidak sesuai atau sangat sedikit dengan kebutuhan tubuh. Pengaruh atau efek samping yang ditimbulkan dapat dijelaskan karena proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan dengan pemberian asam sulfat atau asam nitrat sering terkontaminasi oleh logam berat yang bersifat racun. Di samping itu, perlu diingat dalam pembuatan zat warna organik sebelum mencapai produk akhir harus melalui senyawa-senyawa antara terlebih dahulu yang kadang-kadang berbahaya dan kadang-kadang-kadang-kadang tertinggal pada hasil akhir atau mungkin dapat terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya bagi kesehatan manusia (Mulyaningsih, 2008).

Sedangkan efeknya jika terpapar pada bibir dapat menyebabkan bibir akan pecah – pecah , kering, gatal, bahkan kulit bibir terkelupas (Yulianti, 2007).

Ciri – ciri lipstik yang mengandung rhodamin b adalah : 1. Warnanya cerah mengkilap dan lebih mencolok 2. Terkadang warnanya terlihat tidak homogen 3. Adanya gumpalan warna pada produk

4. Tidak mencantumkan kode, label, merek, informasi kandungan atau identitas lengkap lainnya (Ni Ketut, dkk, 2015)

Menurut peraturan kepala BPOM RI tahun 2011 tengan metode analisis kosmetika, untuk mengidentifikasi rhodamin B pada kosmetik dapat dilakukan

dengan cara kromatografi lapis tipis ( KLT ) dan kromatografi cair kinerja tinggi ( KCKT ). Pereaksi yang digunakan adalah :

1. Air destilasi 2. Amonia 25%

3. Asam asetat glacial 4. Asam ortofosfat 85%

5. n-butanol 6. Diklorometan

7. N,N-dimetilformamida (DMF) 8. Etanol 96%

9. Etil asetat 10. n-heksan 11. Isobutanol 12. Isopropanol 13. Metanol

14. Petroleum eter (antara 40-60C atau 60-80C)

15. Pelarut campur: campuran N,N-dimetilformamida - asam ortofosfat (95:5) v/v yang dibuat baru.

16. Larutan pengembang:

Pewarna larut minyak dikembangkan dengan larutan pengembang Sistem A ( Jingga K 1 ) dan pewarna larut air dengan larutan pengembang lainnya.

1. Sistem A : diklorometan

2. Sistem B : campuran etil asetat-metanol-[amonia 25% - air (3:7)] (15:3:3) v/v/v yang dibuat baru.

3. Sistem C: campuran etanol-air-isobutanol-amonia 25% (31:32:40:1) v/v/v/v

4. Sistem D: campuran isopropanol-amonia 25% (100:25) v/v

5. Sistem E: campuran n-butanol - etanol - air - asam asetat glasial (60:10:20:0,5) v/v/v/v

6. Sistem F: campuran etil asetat - n-butanol - amonia 25 % (20:55:25) v/v/v Perkiraan nilai Rf pada sistem larutan pengembang :

Tabel 2.4 Perkiraan nilai Rf Nomor

Perkiraan nilai Rf pada sistem larutan pengembang Rf antara sampel dan larutan baku sama atau saling mendekati dengan selisih harga ≤ 0,2 ( Sinurat, 2011 ).

E. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia yang didasarkan pada perbedaan distribusi molekul – molekul komponen diantara

dua fase ( fase gerak / eluen dan fase diam / adsorben ) yang berbeda tingkat kepolarannya. Prinsip dari pemisahan kromatografi lapis tipis adalah adanya perbedaan sifat fisik dan kimia dari senyawa yaitu kecenderungan dari molekul untuk melekat pada permukaan. Kromatografi lapis tipis pada hakikatnya melibatkan 2 peubah yaitu sifat fasa diam atau sifat lapisan dan sifat fase gerak atau campuran pelarut pengembang ( Fitria, 2015 ).

Fase diam yang digunakan dalam KLT meupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10 – 30 µm. Semakin kecil ukuran rata- rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensinya dan resolusinya. Penjerap yang paling sering digunakan adalah silica dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorbsi yang utama pada KLT adalah partisi dan adsorbsi (Gandjar, 2007)

Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka. Berikut ini adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak :

1. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang sensiif.

2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2 – 0,8 untuk menetukan pemisahan.

3. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf.

4. Solut – solut ionik dan solut – solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan methanol dengan perbandingan tertentu (Gandjar, 2007).

Pada metode analisis KLT, beberapa persiapan harus dipenuhi untuk

Pada metode analisis KLT, beberapa persiapan harus dipenuhi untuk

Dokumen terkait