• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara khususnya di lingkungan Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa penelitian dengan judul ini belum pernah dilakukan. Akan tetapi, ditemukan beberapa judul tesis yang berhubungan dengan topik dalam tesis ini antara lain :

1. Dara Puspita/NIM.130200266/MH dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Mekanisme Penyelesaian Klaim Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Terhadap Karyawan Perusahaan PT. Trans Dana Profitri Brandan”.

Rumusan Permasalahan :

a. Bagaimana Perlindungan hukum yang diberikan oleh PT. Trans Dana Profitri Brandan kepada karyawan ditinjau dari isi perjanjian dengan PT.

Trans Dana Profitri Brandan?

Universitas Sumatera Utara

b. Bagaimana tanggung jawab PT Trans Dana Profitri Brandan apabila terjadi keteralambatan dalam pembayaran premi kepada BPJS Pusat?

c. Bagaimana upaya hukum yang ditempuh karyawan terhadap PT. Trans Dana Profitri Brandan jika tidak terpenuhinya asuransi kesehatan apabila karyawan jatuh sakit?

2. Hanifa Azhari/NIM. 147021134/MH dengan judul, “Tinjauan Yuridis Terhadap Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial BPJS Kesehatan Terkait Pengadaan Barang dan Jasa Bagi Industri Farmasi di Indonesia”.

Rumusan Permasalahan :

a. Bagaimana prosedur dan tata cara terkait pengadaan barang dan jasa bagi industri farmasi di Indonesia?

b. Bagaimana keterkaitan hukum antara BPJS kesehatan dengan pengadaan barang dan jasa bagi industri farmasi di Indonesia?

c. Bagaimana pelaksanaan pengadaan barang dan jasa bagi industri farmasi di Indonesia untuk kepentingan BPJS kesehatan?

3. Muhammad Yusran Saad/NIM. 15700213/MH dengan judul, “Tinjauan Yuridis Penyelenggaran Program BPJS Ketenagakerjaan”.

Perumusan Permasalahan :

a. Bagaimana hubungan industri mengenal BPJS tujuan dan manfaat BPJS mekanisme BPJS fakultas psikologi?

b. Bagaimana badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan?

Universitas Sumatera Utara

Dari judul penelitian tersebut tidak ada kesamaan dengan penelitian yang penulis lakukan. Dengan demikian judul ini belum ada yang membahasnya sehingga penelitian ini dijamin keasliannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep 1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi.26Suatu teori harus dikaji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi perbandingan pegangan teoritis.27 Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum. Adapun uraian mengenai teori kepastian hukum, sebagai berikut :

Kepastian adalah perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan atau ketetapan.

Hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman kelakukan dan adil karena pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar. Hanya karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat menjalankan fungsinya. Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara normatif, bukan sosiologi.28

26 JJJ.Wuisman, penyunting M.Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, jilid I, (Jakarta : FE UI, 2006), hlm.203

27 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju, 2003), hlm.80.

28 Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari : Memahami dan Memahami Hukum, (Yogyakarta, Laksbang Pressindo, 2010), hlm. 59.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma. Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen, dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dan aksi manusia yang deliberatif. Undang-Undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama individu maupun dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.29

Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir) dan logis. Jelas dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Kepastian hukum menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang jelas, tetap, konsisten dan konsekuen yang pelaksanaannya tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif. Kepastian dan keadilan bukanlah sekedar tuntutan moral, melainkan secara factual mencirikan hukum. Suatu hukum yang tidak pasti dan tidak mau adil bukan sekedar hukum yang buruk.30

29 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta, Kencana, 2008), hlm. 158.

30 C.S.T. Kansil, Christine S.T Kansil, dkk., Kamus Istilah Hukum, (Jakarta : Jala Permata Aksara, 2009), hlm. 385.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian, yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.31

Ajaran kepastian hukum ini berasal dari ajaran Yuridis-Dogmatik yang didasarkan pada aliran pemikiran positivistis di dunia hukum, yang cenderung melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri, karena bagi penganut pemikiran ini, hukum tak lain hanya kumpulan aturan. Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tidak lain dari sekedar menjamin terwujudnya kepastian hukum. Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk kepastian.32

Kepastian hukum merupakan jaminan mengenai hukum yang berisi keadilan.

Norma-norma yang memajukan keadilan harus sungguh-sungguh berfungsi sebagi peraturan yang ditaati. Menurut Gustav Radbruch keadilan dan kepastian hukum merupakan bagian-bagian yang tetap dari hukum. Beliau berpendapat bahwa keadilan

hlm. 23.

31 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999),

32 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta : Penerbit Toko Gunung Agung, 2002), hlm. 82-83.

Universitas Sumatera Utara

dan kepastian hukum harus diperhatikan, kepastian hukum harus dijaga demi keamanan dan ketertiban suatu negara. Akhirnya hukum positif harus selalu ditaati.

Berdasarkan teori kepastian hukum dan nilai yang ingin dicapai yaitu nilai keadilan dan kebahagiaan.33

Dalam penelitian ini teori kepastian hukum dijadikan suatu pisau analisis untuk melakukan pembahasan terhadap permasalahan yang timbul dalam penelitian ini yakni mengenai apakah ketentuan tentang denda atas piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan telah memberikan kepastian hukum terhadap BPJS Ketenagakerjaan dan perusahaan yang telah terdaftar, atau tidak. Selanjutnya, mengenai akibat hukum terhadap perusahaan yang telah terdaftar dan tenaga kerja peserta BPJS Ketenagakerjaan yang tidak melaksanakan pembayaran denda iuran BPJS Ketenagakerjaan, dan ketentuan denda atas piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan yang bagaimana yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Hingga akhirnya dapat diketahui bahwa penagihan denda piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan terhadap perusahaan yang terdaftar berkepastian hukum bagi BPJS Ketenagakerjaan dan bagi perusahaan yang telah terdaftar.

2. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual atau sering disebut sebagai konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut

33 Ibid., hlm. 95.

Universitas Sumatera Utara

dengan “definisi operasional”.34 Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai. Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu :

a. BPJS adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang berbentuk badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial BPJS yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan sebagai upaya untuk memberikan perlindungan sosial dengan tujuan menjamin seluruh rakyat agar dapat terpenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak khususnya di bidang kesehatan dan di bidang sosial kemasyarakatan.35

b. BPJS Ketenagakerjaan adalah badan publik yang menyelenggarakan program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Pensiun (JP) dan Jaminan Kematian (JKM) dan dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.36

c. Denda keterlambatan adalah suatu tambahan biaya yang ditentukan oleh UU BPJS yang harus dibayarkan beserta iuran BPJS Ketenagakerjaan karena

34 Bambang Sunggono, Methode Penelitian Hukum, (Jakarta : Harvarindo, 2013), hlm. 59.

35 Pasal 1 angka 1 Jo. Pasal 2 Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

36 Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Jo. Pasal 1 angka 11 Peraturan Pemerintah RI No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

Universitas Sumatera Utara

terjadinya keterlambatan pembayaran oleh peserta BPJS Ketenagakerjaan yaitu perusahaan pemberi kerja yang telah terdaftar sebagai anggota BPJS.37 d. Penagihan adalah suatu upaya hukum yang dilakukan oleh BPJS

Ketenagakerjaan dalam melakukan penagihan secara berkesinambungan terhadap perusahaan pemberi kerja yang telah terdaftar sebagai anggota BPJS Ketenagakerjaan yang menunggak pembayaran iuran BPJS Ketenagakerjaan sehingga membayar kembali iuran yang tertunggak tersebut.

e. Piutang adalah suatu aset dari BPJS yang belum tertagih berupa iuran yang masih belum dibayarkan oleh peserta BPJS yaitu perusahaan terdaftar sebagai anggota BPJS.

f. Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh Peserta BPJS Ketenagakerjaan dan/atau Pemberi Kerja.38

g. Perusahaan Terdaftar adalah perusahaan yang telah mendaftarkan usaha dan tenaga kerjanya kepada BPJS Ketenagakerjaan dan menjadi peserta di BPJS Ketenagakerjaan karena telah memiliki nomor dan sertifikat peserta BPJS Ketenagakerjaan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang yaitu BPJS Ketenagakerjaan tersebut.

37 Pasal 22 Peraturan Pemerintah RI No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

38 Pasal 1 angka 8 Peraturan Pemerintah RI No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

Universitas Sumatera Utara

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Spesifikasi penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan jenis penelitian hukum normatif dengan menggunakan dukungan data empiris. Penelitian hukum normatif mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat.39 Penelitian hukum normatif ini dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan didukung dengan data primer yakni data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui hasil data empiris yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait dalam penagihan denda piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan.

Dalam hal penelitian hukum normatif, dilakukan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan dan berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan di dalam penelitian ini, diantaranya adalah Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Peraturan Pemerintah RI No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian, Peraturan Pemerintah RI No. 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun, Peraturan Pemerintah RI No. 46 Tahun 2015 tentang

39 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Prenada Media Group, 2007), hlm. 38.

Universitas Sumatera Utara

Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua serta bagaimana penerapannya dalam peristiwa hukum.

Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, maksudnya adalah dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dilakukan berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh dan akan dilakukan secara cermat, bagaimana menjawab permasalahan dalam menyimpulkan suatu solusi sebagai jawaban dari permasalahan tersebut.40 Deskriptif analisis merupakan metode yang digunakan untuk menggambarkan pengaturan hukum tentang penagihan denda piutang iuran, akibat hukumnya bagi perusahaan yang telah terdaftar jika tidak melakukukan pembayaran piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan dan efektivitas hukum terkait penagihan denda piutang iuran yang dilakukan oleh BPJS Ketenagakerjaan KCP Kabupaten Labuhanbatu Selatan, agar mendapat data seteliti mungkin mengenai objek penelitian, kemudian dianalisis berdasarkan teori hukum atau peraturan perundangan yang berlaku.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian normatif ini adalah guna menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya, yang mana penelitian ini selalu mengambil isu dari hukum sebagai suatyu norma yang digunakan untuk memberikan penjelasan tentang peristiwa hukum. Penelitian ini bermaksud memberikan argumentasi hukum

40 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Normatif, (Jakarta : UI Press, 2006), hlm.

30.

Universitas Sumatera Utara

apakah suatu peristiwa sudah benar atau salah serta bagaimana peristiwa itu menurut hukum.

Penelitian hukum ini dilakukan dengan metode pendekatan perundang- undangan (statute approach) dan pendekatan empiris. Pendekatan perundang- undangan dilakukan dengan menelaah segala undang-undang dan peraturan yang terkait, dan hasilnya merupakan suatu argumen untuk memcahkan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan Empiris yaitu usaha mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai dengan kenyataan hidup dalam masyarakat.

Pendekatan ini melakukan penelitian secara langsung untuk mengumpulkan semua informasi yang berhubungan dengan penelitian ini, baik dengan wawancara maupun dengan pengamatan seksama terhadap objek penelitian.41

3. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan wawancara kepada responden yakni Kepala BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Perintis Labuhanbatu Selatan dan bagian penagihan BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan. Hasil wawancara sebagai data primer akan digunakan untuk mendukung argumentasi hasil analisis data skunder, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, yang terdiri dari :

41 Peter Mahmud Marzuki, Op.cit., hlm. 93-95.

Universitas Sumatera Utara

a. Bahan hukum primer yang berupa peraturan perundang-undangan, yaitu : 1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional;

2) Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;

3) Peraturan Pemerintah RI No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian;

4) Peraturan Pemerintah RI No. 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun;

5) Peraturan Pemerintah RI No. 46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang berupa buku, hasil-hasil penelitian dan atau karya ilmiah.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, ensiklopedia dan lain sebagainya.

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data a. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan pendekatan dan data dalam penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang dipakai adalah studi kepustakaan (library research), yaitu

Universitas Sumatera Utara

menelaah bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang berkaitan dengan analisis terhadap peraturan perundang-undangan.42 Adapun peraturan perundang- undangan tersebut adalah peraturan yang mengatur tentang bidang hukum Jaminan Sosial Ketenagakerjaan melalui BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana termuat di dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Selain itu digunakan juga teknik pengumpulan data lapangan (field research) yakni dengan mengumpulkan data hasil pembayaran denda iuran piutang BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan.

b. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni dalam hal mengumpulkan data primer dengan studi dokumen dan tanpa menggunakan pedoman wawancara dengan Kepala BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan dan juga bagian penagihan BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan yang dalam penelitian memiliki kapasitas sebagai informan dan narasumber. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam “in-depth interview” yakni wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.43

42 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Ed. Ke-2, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, Januari 2008), hlm. 1.

43 Indepth Interview atau wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)

Universitas Sumatera Utara

5. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan menggunakan data dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data.44 Di dalam penelitian hukum normatif, maka maksud pada hakekatnya berarti kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis, sistematisasi yang berarti membuat klasifikasi terhadap bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.45 Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang dikumpulkan. Setelah itu keseluruhan data tersebut akan dianalisis dan disistematisasikan secara kualitatif.

Metode analisis kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari suatu penelitian, yang dilakukan dengan cara menjelaskan dengan kalimat sendiri dari data yang ada, baik data sekunder yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tertier, sehingga menghasilkan kualifikasi yang sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, untuk memperoleh jawaban yang benar mengenai pembayaran iuran dan sanksi denda keterlambatan atau

wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.

Seperti yang dikemukakan oleh Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta : Kencana, 2009), hlm. 108.

44 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang : Banyu Media, 2005), hlm. 81.

45 Raimon Hartadi, Metode Penelitian Hukum Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Bumi Intitama Sejahtera, 2010), hlm. 16.

Universitas Sumatera Utara

tunggakan atas pembayaran iuran BPJS Ketenagakerjaan yang dilakukan oleh perusahaan pemberi kerja yang telah terdaftar menjadi anggota BPJS Ketenagakerjaan di Labuhanbatu berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pelaksanaan BPJS Ketenagakerjaan untuk kemudian ditarik kesimpulan terhadap hal-hal yang bersifat khusus, sebagai jawaban yang benar dalam pembahasan permasalahan yang terdapat pada penelitian ini.

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berfikir deduktif – induktif yaitu dilakukan dengan teori yang digunakan dijadikan sebagai titik tolak untuk melakukan penelitian. Deduktif artinya menggunakan teori sebagai alat, ukuran dan bahkan instrumen untuk membangun hipotesis, sehingga secara tidak langsung akan menggunakan teori sebagai pisau analisis dalam melihat masalah penagihan denda piutang iuran BPJS Ketenagakerjaan di KCP Labuhanbatu Selatan Kota Pinang.

Teorisasi induktif adalah menggunakan data sebagai awal pijakan melakukan penelitian, bahkan dalam format induktif tidak mengenal teorisasi sama sekali artinya teori dan teorisasi bukan hal yang penting untuk dilakukan. deduktif – induktif adalah penarikan kesimpulan didasarkan pada teori yang digunakan pada awal penelitian dan data-data yang didapat sebagai tunjangan pembuktian teori tersebut apakah46 :

a. “Hasil-hasil penelitian ternyata mendukung teori tersebut sehingga hasil penelitian dapat memperkuat teori yang ada;

b. Apakah teori dalam posisi dapat dikritik karena telah mengalami perubahan-perubahan disebabkan karena waktu yang berbeda, lingkungan yang berbeda, atau fenomena yang telah berubah, untuk itu perlu dikritik dan direvisi teori yang digunakan tadi;

46 Ibid., hlm. 26-29.

Universitas Sumatera Utara

c. Apakah membantah teori yang digunakan untuk penelitian berdasarkan hasil penelitian, maka semua aspek teori tidak dapat dipertahankan karena waktu, lingkungan, dan fenomena yang berbeda, dengan demikian teori tidak dapat dipertahankan atau direvisi lagi, karena itu teori tersebut harus ditolak kebenarannya dengan menggunakan teori baru”.

Universitas Sumatera Utara

KEPASTIAN HUKUM PENAGIHAN DENDA PIUTANG IURAN BPJS KETENAGAKERJAAN TERHADAP PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR

A. Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan program negara yang bertujuan untuk memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat yang diamatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara RI (UUD NRI) 1945 Pasal 28 H ayat (2) dan Pasal 34. Amanat konstitusi tersebut kemudian dilaksanakan dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), yang mengubah secara fundamental penyelenggaraan program jaminan sosial di Indonesia, yaitu47 :

1. “Dari upaya merespon masalah dan kebutuhan pemberi kerja terhadap tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan produktivitas tinggi ke pemenuhan hak Warga Negara;

2. Dari pengaturan oleh berbagai peraturan perundang-undangan untuk tiap- tiap kelompok masyarakat ke pengaturan oleh satu hukum jaminan sosial yang memberikan perlindungan dasar dan menjamin kesamaan hak dan kewajiban bagi seluruh Warga Negara;

3. Dari penyelenggaraan oleh badan usaha pro-laba ke penyelenggaraan oleh badan hukum publik nirlaba”.

UU SJSN dibentuk untuk menyelaraskan penyelenggaraan program-program jaminan sosial yang diselenggarakan oleh beberapa badan penyelenggara dengan

47 Tim Koordinasi Komunikasi Publik Terintegrasi Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan, Buku Tanya-Jawab Seputar Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Ketenagakerjaan (SJSN-TK), (Jakarta : Kementerian Koodinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, 2016), hlm. ii.

Universitas Sumatera Utara

mekanisme prinsip “asuransi sosial dan tabungan wajib”.48 Substansi UU SJSN mengatur kepesertaan, besaran iuran dan manfaat, serta mekanisme penyelenggaraan dan kelembagaan penyelenggara jaminan sosial yang berlaku sama di seluruh wilayah Indonesia. Rincian terkait berbagai aspek pelaksanaan program telah dijabarkan dalam Peraturan Presiden (Perpres-RI) No. 74 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Peta Jalan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Bidang Kesehatan dan Bidang

mekanisme prinsip “asuransi sosial dan tabungan wajib”.48 Substansi UU SJSN mengatur kepesertaan, besaran iuran dan manfaat, serta mekanisme penyelenggaraan dan kelembagaan penyelenggara jaminan sosial yang berlaku sama di seluruh wilayah Indonesia. Rincian terkait berbagai aspek pelaksanaan program telah dijabarkan dalam Peraturan Presiden (Perpres-RI) No. 74 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Peta Jalan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Bidang Kesehatan dan Bidang

Dokumen terkait