• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.1 Kesejahteraan tersebut harus dapat dinikmati secara berkelanjutan, adil dan merata menjangkau seluruh rakyat. Dinamika pembangunan bangsa Indonesia telah menumbuhkan tantangan berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum terpecahkan. Salah satunya adalah penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28 H ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) mengenai hak terhadap jaminan sosial dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945 dan Amandemen UUD 1945 Tahun 2002, dan TAP MPRI-RI No. X/MPR/2001, yang menugaskan Presiden untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dalam rangka memberikan perlindungan sosial yang menyeluruh dan terpadu.2

1 Alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945, menyatakan bahwa : “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawatan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

2 Soekamto, Hasbullah Thabrany, dan Bambang Purwoko, Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia : Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi RI, (Jakarta : Kemenkokesra & GTZ German Technical Cooperation, 2006), hlm.

2.

1

Universitas Sumatera Utara

Sebagai langkah awal untuk melaksanakan amanah dari konstitusi tersebut yang merupakan bentuk konkrit peranan negara dalam mensejahterakan rakyat, maka direalisasikan pada tahun 2004 dengan diundangkannya Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan ditindaklanjutti kemudian dengan lahirnya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (selanjutnya disebut “UU BPJS”).3 Berdasarkan ketentuan Pasal 62 UU BPJS, maka sejak tanggal 1 Januari 2014, PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Persero) bertransformasi menjadi Badan Hukum Publik yakni BPJS Ketenagakerjaan. PT. Jamsostek (Persero) tetap dipercaya untuk menyelenggarakan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dengan penambahan Jaminan Pensiun (JP) mulai bulan Juli 2015.

Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (2) UU BPJS dapat dikatakan bahwa BPJS Ketenagakerjaan berfungsi untuk menyelenggarakan Program Jaminan Kecelakaan

3 Bismar Nasution, “Elemen-Elemen Hukum Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan, Peran Negara Dalam Menjamin Kesejahteraan Rakyat”, Makalah disampaikan pada Workshop “Empat Belas Tahun Undang-Undang SJSN, Dinamika Implementasi Program Sosial Bidang Ketenagakerjaan dan Urgensi Penguatan Melalui Revisi”, Dilaksanakan Dewan Jaminan Nasional, Jakarta 31 Juli 2018, hlm.

9.

Universitas Sumatera Utara

Kerja (JKK),4 Program Jaminan Kematian (JKM),5 Program Jaminan Pensiun (JP),6 dan Program Jaminan Hari Tua (JHT).7 Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, BPJS Ketenagakerjaan mengemban tugas, sebagai berikut8 :

a. “Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta,

b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja, c. Menerima bantuan iuran dari pemerintah,

d. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta,

e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial, f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai

ketentuan program jaminan social, dan

g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat”.

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya melakukan pengelolaan terhadap BPJS dalam upaya memberikan perlindungan hukum terhadap para pekerja yang ada di seluruh wilayah Indonesia, maka berdasarkan Pasal 11 UU BPJS

4 Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) merupakan jaminan sosial berupa manfaat berupa uang tunai dan/ atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami Kecelakaan Kerja atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Lihat : Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah RI No.

44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

5 Program Jaminan Kematian (JKM) merupakan jaminan sosial berupa manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli waris ketika peserta meninggal dunia bukan akibat Kecelakaan Kerja. Lihat : Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah RI No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

6 Program Jaminan Pensiun (JP) merupakan jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan martabat dan derajat kehidupan yang layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pension, mengalami cacat total tetap atau meninggal dunia. Lihat : Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah RI No. 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun.

7 Program Jaminan Hari Tua (JHT) merupakan jaminan sosial berupa manfaat uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia pension, meninggal dunia atau mengalami cacat total tetap. Lihat : Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah RI No. 46 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua.

8 Lihat : Pasal 10 Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Universitas Sumatera Utara

memberikan kewenangan kepada BPJS sebagai badan hukum publik yang antara lain adalah9 :

a. “Menagih pembayaran iuran.

b. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai.

c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional.

d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh pemerintah.

e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan.

f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya.

g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya, dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesusi dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

h. Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial”.

Semua pekerja di Indonesia wajib menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, baik mereka yang bekerja di sektor formal maupun non-formal. Untuk pekerja yang bekerja di sektor formal, pihak perusahaan harus mendaftarkan pegawainya sesuai dengan Pasal 15 ayat (1) UU BPJS, yang menyatakan bahwa setiap Pemberi Kerja diwajibkan untuk mendaftarkan dirinya dan Pekerjanya menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan, tanpa terkecuali. Dengan konsekwensi bahwa setiap perusahaan

9 Abdul Khakim, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2014), hlm. 4.

Universitas Sumatera Utara

yang tidak mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program BPJS ketanagakerjaan akan memperoleh sanksi administratif berupa10 :

1. “Teguran tertulis yang dilakukan oleh BPJS, 2. Denda yang dilakukan oleh BPJS, dan

3. Tidak mendapat pelayanan publik tertentu yang akan dilakukan oleh Pemerintah atas permintaan BPJS”.

Sanksi tidak mendapat pelayanan publik tertentu yang dikenai kepada Pemberi Kerja, meliputi11 :

1. “Perizinan terkait usaha.

2. Izin yang diperlukan dalam mengikuti tender proyek, 3. Izin memperkejakan tenaga kerja asing,

4. Izin perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh, 5. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)”.

Tenaga kerja dan pemberi kerja wajib membayar iuran BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dipilih atau diikuti oleh tenaga kerja tersebut yang menentukan besar kecilnya potongan dari gaji yang diperoleh oleh tenaga kerja tersebut setiap bulannya. Semakin banyak jenis pelayanan yang dipilih oleh tenaga kerja tersebut maka semakin besar pula potongan iuran untuk BPJS Ketenagakerjaan yang dibebankan dari gaji tenaga kerja tersebut. Adapun jenis pelayanan dan jumlah iuran

10 Zaeni Asyhadie, Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, (Mataram : Rajawali Press, 2010), hlm. 33.

11 Eko Wahyudi, Wiwin Yulianingsih, Moh Firdaus Shoihin, Hukum Ketenagakerjaan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hlm.7.

Universitas Sumatera Utara

yang telah ditetapkan untuk dibayar oleh tenaga kerja dan pemberi kerja antara lain adalah12 :

1. Layanan Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Hari Tua (JHT) ini bertujuan untuk menjamin masa tua karyawan melalui uang tunai yang bisa dicairkan sekaligus saat peserta mencapai usia 56 tahun, meninggal dunia, atau mengalami cacat permanen dan berhenti bekerja.

Jumlah JHT yang diterima merupakan akumulasi dari iuran ditambah hasil pengembangan dana.

Besarnya iuran ditetapkan 5,7% dari upah. Pemberi kerja menanggung 3,7%, dan sisanya 2% dibayar oleh pekerja melalui pemotongan gaji. Misalnya, seorang pekerja yang bergaji Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) wajib membayar iurang JHT sebesar Rp. 114.000,- (seratus empat belas ribu rupiah) setiap bulan. Pemberi kerja akan menanggung Rp. 74.000,- (tujuh puluh empat ribu rupiah) sedangkan pekerja membayar Rp 40.000,- (empat puluh ribu rupiah). Sedangkan iuran JHT bagi Pemberi Kerja didasarkan pada jumlah nominal tertentu dari penghasilan Peserta yang ditetapkan dalam daftar sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua.

2. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

Program JKK bertujuan melindungi tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja, dari dan ke tempat kerja, serta kemungkinan penyakit akibat lingkungan kerja. Iuran

12 Sulastomo, Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Introduksi, (Jakarta : Rajawali Press, 2007), hlm. 22.

Universitas Sumatera Utara

ini sepenuhnya ditanggung oleh pemberi kerja atau perusahaan dengan besaran yang disesuaikan dengan katagori risiko di lingkungan kerja perusahaan.

Misalnya, perusahaan konstruksi punya risiko kecelakaan kerja yang berbeda dengan perusahaan jasa konsultan. Prinsipnya, semakin tinggi tingkat risiko kecelakaan kerja, semakin besar pula persentase iuran JKK.

Tabel 1 Persentase Iuran JKK

Tingkat Risiko Lingkungan Kerja Iuran (% dari Upah Sebulan)

Sangat rendah 0,24%

Rendah 0,54%

Sedang 0,89%

Tinggi 1,27%

Sangat Tinggi 1,74%

Sumber : Data Sekunder, BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan Tahun 2019.

Bahwa iuran JKK bagi pemberi kerja adalah didasarkan pada nilai nominal tertentu dari penghasilan Peserta sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah RI No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

3. Jaminan Kematian (JKM)

Program JKM merupakan asuransi dalam bentuk santunan tunai yang diberikan pada ahli waris apabila peserta meninggal dunia–bukan disebabkan kecelakaan kerja–

saat masih berstatus sebagai pekerja di perusahaan. Bagi pekerja, iuran JKM per bulan sebesar 0,30% dari upah sebulan, dan sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan.

Sedangkan untuk pemberi kerja iuran JKM sebesar Rp. 6.800,00 (enam ribu delapan ratus rupiah) setiap bulan.

Universitas Sumatera Utara

4. Jaminan Pensiun (JP)

Program Jaminan Pensiun (JP) ini memberi jaminan pensiun berupa uang tunai bulanan bagi peserta–yang memenuhi masa iuran 15 tahun atau 180 bulan–sejak pensiun dari perusahaan hingga meninggal dunia. Seandainya peserta meninggal dunia sebelum masa pensiun, uang pensiun setiap bulan akan diberikan kepada ahli warisnya.

Besarnya iuran JP adalah 3% dari upah, di mana pemberi kerja menanggung 2%, dan sisanya 1% dibayar pekerja. Namun, pada tahun 2015 batas maksimal upah yang dijadikan perhitungan adalah Rp 7.000.000,- (tujuh juta rupiah). Jika karyawan bergaji di atas jumlah itu, iuran JP tetap sebesar 3% dari Rp7.000.000,- (tujuh juta rupiah) atau Rp 210.000,- (dua ratus sepuluh ribu rupiah).

Kewajiban pembayaran iuran BPJS Ketenagakerjaan diatur di dalam ketentuan Pasal 19 Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial13 :

(1) Pemberi Kerja wajib memungut Iuran yang menjadi beban Peserta dari Pekerjanya dan menyetorkannya kepada BPJS.

(2) Pemberi Kerja wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS.

(3) Peserta yang bukan Pekerja dan bukan penerima Bantuan Iuran wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS.

(4) Pemerintah membayar dan menyetor Iuran untuk penerima Bantuan Iuran kepada BPJS.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai:

a. besaran dan tata cara pembayaran Iuran program jaminan kesehatan diatur dalam Peraturan Presiden; dan

b. besaran dan tata cara pembayaran Iuran selain program jaminan kesehatan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

13 Pasal 19 Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Universitas Sumatera Utara

Iuran BPJS Ketenagakerjaan dipotong dari gaji pekerja dan juga ditambah dengan pembayaran dari pemberi kerja atau perusahaan terdaftar sebagai anggota BPJS, dimana iuran tersebut dikumpulkan oleh perusahaan pemberi kerja yang telah terdaftar dan kemudian disetorkan kepada Kantor BPJS Ketenagakerjaan setiap bulannya melalui sistem elektronik. Pembayaran iuran yang dilakukan oleh perusahaan terdaftar anggota BPJS Ketenagakerjaan dilakukan dengan sistem pembayaran Electronic Payment System (EPS) yang menggantikan sistem Virtual Account (VA).

Penggantian sistem pembayaran dari Virtual Account (VA) menjadi EPS dilakukan dalam rangka memenuhi amanat dari Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS yang mengharuskan pihaknya sebagai lembaga pengelola jaminan sosial ketenagakerjaan untuk melakukan pemisahan aset BPJS dengan dana jaminan sosial.

Dengan sistem Electronic Payment System (EPS), BPJS berusaha untuk mewujudkan sistem jaminan sosial yang transparan dan bisa dipertanggungjawabkan dengan baik kepada peserta BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu, pembayaran iuran lebih mudah dilakukan karena sudah terpisah dan tergantung dari program apa yang dibayarkan. Jika sebelumnya menggunakan VA, perusahaan dan BPJS masih harus melakukan koordinasi saat proses pemisahan iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), dan Jaminan Hari Tua (JHT). Lewat EPS, iuran yang dibayarkan sudah sesuai dengan programnya dan dilakukan self assessment oleh

Universitas Sumatera Utara

perusahaannya sendiri. Dengan begitu, risiko kesalahan penghitungan dan transaksi yang mungkin terjadi bakal kecil kemungkinannya.14

Dalam pelaksanaan pembayaran BPJS Ketenagakerjaan, perusahaan pemberi kerja wajib membayar iuran tepat waktu sesuai dengan program yang diikuti, karena apabila perusahaan pembiayaan terlambat atau menunggak dalam melaksanakan pembayaran iuran BPJS ketenagakerjaan tersebut, maka akan dikenakan sanksi berupa denda sebesar 2% (dua persen)15 dari total iuran BPJS Ketenagakerjaan yang harus dibayarkan oleh perusahaan pemberi kerja yang telah terdaftar. Oleh karena itu, diharapkan perusahaan pemberi kerja yang telah terdaftar sebagai anggota BPJS ketenagakerjaan tidak melakukan keterlambatan pembayaran atau bahkan melakukan penunggakan pembayaran iuran BPJS ketenagakerjaan karena sanksi yang cukup berat dengan adanya penambahan keterlambatan sebesar 2% (dua persen) dari jumlah seluruh iuran yang harus dibayakan oleh perusahaan pemberi kerja tersebut.

BPJS Ketenagakerjaan yang ada di Labuhanbatu Selatan adalah merupakan Kantor Cabang Perintis (KCP) yang terletak di Jalan Bukit Kotapinang merupakan perpanjangan Kantor Cabang Kisaran yang dibentuk untuk memudahkan pendataan sekaligus meningkatkan pelayanan bagi masyarakat (pekerja dan pemberi kerja) yang khususnya ada di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dalam pelaksanaan tugasnya,

14 Sulastomo, Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Introduksi, Op.cit., hlm. 23

15 Lihat : Pasal 22 ayat (1) Peraturan Pemerintah RI No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian, Pasal 31 ayat (1) Peraturan Pemerintah RI No. 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun, Pasal 20 ayat (1) Peraturan Pemerintah RI No. 46 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua.

Universitas Sumatera Utara

selain melayani pembayaran klaim bagi penerima manfaat yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan juga melakukan penagihan piutang iuran beserta dendanya terhadap perusahaan yang telah terdaftar di wilayah kerjanya.

Dalam pelaksanaan pembayaran iuran beserta denda BPJS Ketenagakerjaan yang dilakukan oleh para pengusaha (perusahaan pemberi kerja) yang ada di Labuhanbatu Selatan, tidak dilakukan secara penuh sesuai dengan ketentuan hukum tentang pembayaran iuran maupun denda BPJS Ketenagakerjaan tersebut.16

Para pengusaha/perusahaan hanya membayar iuran BPJS Ketenagakerjaan yang tertunggak tanpa membayar dendanya,17 namun pihak BPJS Ketenagakerjaan tetap harus menerima pembayaran iuran yang tertunggak tanpa disertai denda keterlambatan tersebut, walaupun pemasukan negara di sektor BPJS Ketenagakerjaan tersebut menjadi berkurang. Ketidakpatuhan dalam membayarkan denda piutang iuran oleh perusahaan pemberi kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan ini bisa terus terjadi disebabkan karena tidak jelasnya akibat hukum terhadap perusahaan yang telah terdaftar apabila tidak melaksanakan pembayaran denda piutang BPJS Ketenagakerjaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

16 Laporan Data Per Desember 2018 BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan No.

B/93/042019, tertanggal 22 April 2019.

17 Lampiran 7 Laporan Data Per Desember 2018 BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan No. B/93/042019, tertanggal 22 April 2019.

Universitas Sumatera Utara

Penyebab lain BPJS Ketenagakerjaan tetap menerima piutang iuran yang dibayarkan tanpa dendanya adalah faktor likuiditas.18 BPJS Ketenagakerjaan harus menjaga likuiditasnya mengingat besarnya jumlah klaim yang harus dibayarkan oleh BPJS Ketenagakerjaan lebih besar dari jumlah pembayaran yang diterima oleh BPJS Ketenagakerjaan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) memiliki trik khusus untuk menjaga likuiditas. Pihaknya bertanggung jawab mengatur arus kas sehingga dapat membayarkan klaim pencairan jaminan hari tua. Demi menjaga likuiditas dengan tetap mempertahankan return investasi yang optimal, BPJS mengelola dana dengan memperhatikan regulasi yang berlaku. Jumlah iuran JHT yang diterima BPJS Ketenagakerjaan masih lebih mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan klaim JHT, sehingga tidak ada kendala likuiditas yang dihadapi BPJS.19

Berkaitan dengan hak konstitusional sebagaimana dimaksud dalam Amandemen Kedua UUD 1945 Pasal 28 H ayat (3) dan Amandamen Keempat UUD

18 Likuiditas adalah perihal posisi uang kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo tepat pada waktunya; kemampuan memenuhi kewajiban membayar utang dan sebagainya pada waktunya (tentang perusahaan dan sebagainya). Lihat : Website Resmi KBBI Online, “Likuiditas”, https://kbbi.web.id/likuiditas., diakses pada hari Kamis, tanggal 18 April 2019.

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya. Likuiditas diukur dengan rasio aktiva lancar dibagi dengan kewajiban lancar. Perusahaan yang memiliki likuiditas sehat paling tidak memiliki rasio lancar sebesar 100%. Ukuran likuiditas perusahaan yang lebih menggambarkan tingkat likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan rasio kas (kas terhadap kewajiban lancar). Contoh:

membayar listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, dsb. Sumber : Website Resmi Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Likuiditas”, https://id.wikipedia.org/wiki/Likuiditas., diakses pada hari Kamis, tanggal 18 April 2019.

19 Harian Kontan, “Ini Strategi BPJS Ketenagakerjaan Jaga Likuiditas”, diterbitkan pada hari Selasa, tanggal 17 Mei 2016.

Universitas Sumatera Utara

1945 tentang perubahan Pasal 34 ayat (2) yakni: “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”, maka Negara dalam hal ini PBJS Ketenagakerjaan wajib melayani setiap tenaga kerja dalam memperoleh jaminan sosialnya sesuai dengan tahapan20 yang diikuti. Jangan hanya karena pemberi kerja (perusahaan) tidak membayar denda piutang iuran lalu dengan serta merta masyarakat dalam hal ini tenaga kerja tidak dapat pelayanan jaminan sosial, yang menyebabkan hak selaku warga negara atau hak konstitusionalnya terganggu. Oleh sebab itu BPJS Ketenagakerjaan tetap menerima piutang iuran (hutang pokok perusahaan) walaupun tanpa denda piutang iurannya.

Hal tersebut juga sejalan dengan adanya prinsip kepesertaan yang bersifat wajib yakni prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi peserta jaminan sosial, yang dilaksanakan secara bertahap,21 disamping itu dalam ketentuan umum Penjelasan UU SJSN disebutkan bahwa “kepesertaan wajib yang dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi, dan penerapan kepesertaan tersebut disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program, hingga akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional dapat mencakup seluruh rakyat”. Dalam rangka mewujudkan prinsip kepesertaan wajib tersebut, maka BPJS sebagai badan yang diamanatkan oleh undang-undang untuk

20 Lihat : Peraturan Presiden No. 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial.

21 Lihat : Penjelasan Pasal 4 Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Universitas Sumatera Utara

menyelenggarakan fungsi jaminan sosial tersebut harus dapat menjamin bahwa jaminan sosial itu sendiri merupakan hak konstitusional warga negara yang dijamin oleh pasal 28 H ayat (3) amandemen kedua UUD 1945 dan pasal 34 ayat (2) amandemen keempat UUD 1945. Dengan demikian pada prinsipnya jaminan sosial yang diselenggarakan oleh BPJS adalah wujud Negara Indonesia dalam melaksanakan kewajiban konstitusionalnya.22

Beberapa faktor yang menyebabkan BPJS Ketenagakerjaan tetap menerima piutang iuran (utang pokok pemberi kerja) tanpa menagih kembali dendanya tersebut menggambarkan tidak berjalannya regulasi yang telah ada, hal tersebut dapat mengakibatkan hilangnya nilai edukasi bagi masyarakat, yang terlihat seolah-olah BPJS Ketenagakerjaan tutup mata dalam hal ini, sehingga dapat menimbulkan pertanyaan bagi masyarakat bagaimana seharusnya hukum bertindak.

Adapun Laporan Data Per Desember 2018 BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan Kota Pinang No. B/93/042019, tertanggal 22 April 2019, dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini :

22 Bismar Nasution, “Penguatan Undang-Undang SJSN dan BPJS Melalui Revisi, Prinsip Penyelenggaraan SJSN dan BPJS”, Makalah disampaikan pada workshop “Empat Belas Tahun Undang- Undang SJSN, Dinamika Implementasi dan Urgensi Penguatan Melalui Revisi, Dilaksanakan Dewan Jaminan Nasional, Bandung 15 November 2018, hlm. 24.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2

Data Laporan Klaim BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan Kota Pinang Per Desember 2018 No. Jlh Total 1.003 Rp. 8.787.697.060,-

Sumber : Laporan Data Per Desember 2018 BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan No.

B/93/042019, tertanggal 22 April 2019.

BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan Kota Pinang hingga bulan Desember 2018 sudah memiliki 386 (tiga ratus delapan puluh enam) perusahaan terdaftar sebagai anggota program BPJS Ketenagakerjaan dengan jumlah tenaga kerja yang didaftarkan sebanyak 14.404 (empat belas ribu empat ratus empat) pekerja.

Hingga bulan Desember 2018 yang lalu BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Perintis Kabupaten Labuhanbatu Selatan telah membayarkan sekitar Rp. 8,8 milyar klaim peserta BPJS Ketenagakerjaan. Klaim untuk Jaminan Hari Tua (JHT) yang dibayarkan sekitar Rp. 8,3 milyar sebanyak 910 kasus (sembilan ratus sepuluh kasus). Sedangkan untuk Jaminan Kematian (JKm) yang sudah dibayarkan sebesar Rp. 372.000.000,- (tiga ratus tujuh puluh dua juta rupiah) untuk 15 kasus (lima belas kasus), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sekitar Rp. 8,9 juta untuk 5 (lima) kasus, dan Jaminan Pensiun (JP) sebesar Rp. 106.797.060,- (seratus enam juta tujuh ratus sembilan puluh tujuh ribu enam puluh rupiah) untuk 73 kasus (tujuh puluh tiga kasus).23

23 Laporan Data Per Desember 2018 BPJS Ketenagakerjaan KCP Labuhanbatu Selatan No.

B/93/042019, tertanggal 22 April 2019.

Universitas Sumatera Utara

Adapun data perusahaan yang belum terdaftar pada BPJS Ketenagakerjaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3

Data Perusahaan Yang Belum Terdaftar dan Perusahaan Yang Menunggak Iuran dan Denda

Data Perusahaan Yang Belum Terdaftar dan Perusahaan Yang Menunggak Iuran dan Denda

Dokumen terkait